• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Permainan Media Bowling terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-5 Anak Usia 4-5 Tahun pada Anak Kelompok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Permainan Media Bowling terhadap Kemampuan Mengenal Konsep Bilangan 1-5 Anak Usia 4-5 Tahun pada Anak Kelompok "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Subjek Penelitian

Suatu penelitian diharapkan akan memperoleh hasil sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam penelitian, penelitian ini dilakukan di TK Sinar Nyata Salatiga dengan subjek penelitian dari kelompok eksperimen dan kontrol yang terdiri atas 30 siswa yang terbagi menjadi 2 kelas yaitu kelas A1 dan kelas A2. berikut tabel subjek penelitian kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan jumlah subjek masing-masing kelas yang terdiri dari 15 anak.

Table. 4.1. Data Diri Anak Kelas A1

(Kelompok Kontrol)

No Nama Jenis kelamin Usia

1 AVS Laki-laki 5 tahun 2 bulan

2 APR Perempuan 4 tahun 5 bulan

3 ARN Perempuan 5 tahun 6 bulan

4 BWA Laki-laki 4 tahun 7 bulan

5 DRA Laki-laki 4 tahun 9 bulan

6 FAL Perempuan 4 tahun 10 bulan

7 IAR Laki-laki 4 tahun 10 bulan

8 IRA Perempuan 4 tahun 9 bulan

9 KBA Laki-laki 4 tahun 8 bulan

10 MAP Laki-laki 4 tahun 9 bulan

11 MDA Laki-laki 4 tahun 11 bulan

12 NMS Perempuan 5 tahun 3 bulan

13 RPR Laki-laki 5 tahun 6 bulan

14 SPW Perempuan 4 tahun 9 bulan

(2)

Tabel 4.2. Data Diri Anak Kelas A2

(Kelompok Eksperimen)

No Nama Jenis kelamin Usia

1 AFR Laki-laki 5 tahun 5 bulan

2 AS Laki-laki 4 tahun 10 bulan

3 AAF Perempuan 4 tahun 11 bulan

4 AAR Perempuan 5 tahun 4 bulan

5 AAP Laki-laki 4 tahun 10 bulan

6 AZM Laki-laki 4 tahun 9 bulan

7 DAW Laki-laki 4 tahun 5 bulan

8 DAF Laki-laki 4 tahun 9 bulan

9 DGS Laki-laki 5 tahun 4 bulan

10 HM Perempuan 4 tahun 2 bulan

11 KAR Perempuan 5 tahun

12 REP Laki-laki 4 tahun 8 bulan

13 SAH Perempuan 4 tahun 11 bulan

14 TAA Laki-laki 4 tahun 10 bulan

15 YDA Laki-laki 4 tahun 11 bulan

Berdasarkan tabel data diri anak dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bahwa usia dan jenis kelamin setiap kelasnya memiliki rata-rata yang hampir sama. Pembagian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol ini telah dibagi secara sistematis oleh pihak sekolah TK Sinar Nyata Salatiga, sehingga di dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan random.

4.2. Pelaksanaaan Penelitiaan

4.2.1. Tes Awal (pre-test)

(3)

menggunakan metode pembelajaran yang telah disusun pada RKH yang telah dibuat oleh setiap guru kelas. Peneliti mengobservasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan menggunakan lembar ceklist yang telah dibuat peneliti yang diadopsi dari PERMENDIKNAS No.146. Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran, peneliti juga meminta pada guru untuk membagikan lembar kerja siswa (LKS) pada setiap siswa sehingga peneliti dapat melihat dan menilai tingkat perkembangan kemampuan konsep bilangan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen melalui hasil dari LKS setiap anak.

Lembar observasi penilaian ceklist berisi 4 indikator kemampuan konsep bilangan dengan kategori tingkat pencapaian baik, cukup dan kurang. Setiap masing-masing indikator memiliki nilai 1-3 poin. Skor anak masuk dalam kategori baik apabila anak mendapatkan jumlah skor 12-10, untuk kategori cukup apabila anak mendapatkan jumlah skor 9-7 sedangkan anak mendapat kategori kurang apabila anak memperoleh skor 6-4. Penentuan jumlah besaran interval kreteria ketuntasan belajar dalam hal kemampuan konsep bilangan 1-5 pada anak usia 4-5 tahun, didapatkan dengan mangacu dari teori Sugiono (2010) sebagai berikut :

H-L+1 K

12-4+1 = 9 = 3 3 3

Keterangan : H = skor tertinggi L = skor terkecil

K = jumlah kriteria ketuntasan.

(4)

4.2.2. Perlakuan (Treatment)

Perlakuan (treatment) ini diberikan kepada anak dengan 2 pertemuan yang di dalam kegiatannya memiliki tahapan-tahapan pengenalan konsep bilangan 1-5, jadwal penelitian yang telah disepakati bersama dengan kepala sekolah dan guru kelas yaitu pada hari kamis dan jumat. Berikut tabel jadwal rincian pelaksanaan penelitian :

Tabel 4.3. Jadwal Penelitian Ekperimen

Pertemuan Hari, tanggal Kegiatan I Kamis, 18 Agustus membedakannya yaitu peneliti memodifikasikan pada kegiatan memasangkan bilangan dengan benda konkritnya, di dalam dua pertemuan ini anak dapat dikatakan dapat mengenal konsep bilangan jika anak dapat melakukan dengan baik seperti pada kegiatan berikut :

1. Anak mampu menyebutkan angka 1-5 2. Anak mampu mengurutkan angka 1-5

(5)

4. Anak mampu untuk menghubungkan benda konkrit sesuai dengan lambang bilangan 1-5

4.2.2.1. Pertemuan I

Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2016 yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada anak tentang permainan bowling dan bagaimana cara bermain bowling, langkah-langkah yang dilakukan peneliti : 1. Tahapan Awal

Tahapan awal yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini berupa pembuatan panduan tahapan-tahapan pengamatan perkembangan konsep bilangan yang telah dibuat oleh peneliti untuk membantu peneliti dalam memberi penilaian terhadap anak-anak, di sini peneliti bertindak sebagai guru pengganti sehingga peneliti menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah disepakati bersama dengan guru kelas. Kegiatan pertama yaitu morning circle yang dilakukan dengan bernyanyi, gerakan dan pertanyaan.

2.Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di dalam kelas dengan luas bangunan 6 x 6 meter, ruang kelas ini memungkinkan anak untuk melakukan permainan bowling. Peneliti memilih untuk melakukan permainan bowling di dalam kelas karena beberapa orangtua dari murid masih menunggu anak-anaknya di area kelas sehingga tidak memungkinkan untuk peneliti melakukan permainan di luar ruangan kelas, setelah pememilihan tempat beserta suasananya peneliti memperkenalkan permainan bowling berdasarkan tahapan-tahapan yang sudah tertera didalam RKH.

(6)

setelah tersusun sesuai dengan posisinya peneliti mengajak anak tersebut untuk menghitung angka-angka yang telah tersusun.

Kegiatan yang terakhir yaitu anak-anak maju kedepan satu per satu untuk memulai permainan bowling dan hal yang pertama dilakukan oleh anak ialah melempar bola yang sudah disediakan oleh peneliti ke arah pin-pin bowling yang telah disusun dihadapan anak dengan jarak ± ½ meter, setelah anak dapat menjatuhkan pin-pin bowling anak diajak untuk mengambil benda yang sudah disediakan oleh peneliti sesuai dengan jumlah pin yang terjatuh. Di sini anak-anak terlihat sangat antusias dan senang dalam kegiatan bermain bowling, sehingga ada beberapa anak yang ingin mengulangi permainan bowling tetapi karena waktu pembelajaran yang terbatas peneliti menjelaskan kepada anak-anak bahwa untuk permainan selanjutnya akan dilaksanakan pada waktu berikutnya.

3. Tahapan Evaluasi

Tahapan evaluasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini berupa penilaian berbentuk diskusi terhadap guru kelas yang berperan sebagai pengamat dan peneliti sebagai pengajar, berdasarkan dari hasil diskusi ini maka peneliti mendapatkan hasil bahwa beberapa anak belum memahami cara permainan bowling ini dengan benar ini terlihat bagaimana cara anak menggelindingkan bola dan mengarahkannya.

Peneliti dan guru mendapatkan ada 4 anak yang sudah dapat mengenal angka yang termasuk dalam kategori baik sesuai dengan panduan tahapan-tahapan pengamatan perkembangan konsep bilangan yang telah dibuat oleh peneliti, peneliti juga mengamati bahwa anak-anak sangat antusias dan senang melakukan permain bowling ini.

4.2.2.2. Pertemuan II

(7)

1. Tahapan Awal

Pertemuan kedua ini tidak jauh berbeda tahapannya dengan pertemuan pertama dan peneliti masih mengacu pada panduan tahapan-tahapan pengamatan perkembangan konsep bilangan yang telah dibuat oleh peneliti dalam pertemuan pertaman, di sini peneliti masih bertindak sebagai guru pengganti sehingga peneliti menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan RKH yang telah dibuat bersama dengan guru kelas.

Kegiatan pertama yaitu morning circle yang dilakukan dengan bernyanyi, gerakan dan pertanyaan-pertanyaan sederhana sebagai pembuka seperti “tadi pagi sudah sarapan belum?” tadi diantar siapa?” dan pertanyaan lainnya.

2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan pelaksanaan kegiatan kedua ini masih dilakukan di dalam kelas A2, peneliti melaksanakan permainan bowling sesuai dengan tahapan-tahapan yang sudah tertera didalam RKH yang telah dibuat oleh peneliti.

Kegiatan pada tahapan kedua ini masih sama dengan tahapan pertama dimulai dengan menyebutkan angka 1-5, mengurutkan angka 1-5 yang telah diacak posisinya oleh peneliti, menghitung angka 1-5 dan yang terakhir menghubungkan benda konkrit dengan lambang bilangan 1-5, yang membedakan dalam pertemuan pertama dan kedua ialah benda konkrit yang dijadikan untuk menghubungkan benda dan lambang bilangan 1-5. Benda konkrit yang digunakan oleh peneliti didalam pertemuan kedua ini berupa hasil karya anak yang telah dibuat sebelumnya yang terbuat dari sebuah sendok dengan bentuk kedua orangtua (ayah dan ibu).

(8)

3. Tahapan Evaluasi

Pada tahapan evaluasi yang dilakukan peneliti dalam pertemuan kedua ini sama seperti pertemuan pertama, penilaian berbentuk diskusi yang didapat dari guru kelas yang berperan sebagai pengamat dan peneliti sebagai pengajar. Hasilnya untuk permainan bowling yang kedua ini anak-anak sudah dapat memahami cara bermain bowling ini dengan benar tanpa harus peneliti arahkan dan cara anak untuk menggelindingkan bola sudah benar karena anak-anak sudah dapat menjatuhkan pin-pin lebih banyak dari pada sebelumnya.

Pada permain bowling yang kedua ini ada peningkatan pencapaian anak yang termasuk dalam kategori baik yaitu berjumlah 11 anak ini terlihat ketika anak sudah dapat mengambil benda sesuai dengan jumlah pin yang dijatuhkannya, peneliti juga mengamati antusias dan kesenangan anak dalam bermain bowling yang kedua ini mereka masih sangat berantusias pada saat bermain bowling.

Peneliti menemukan ada satu anak yang belum dapat menghubungkan benda sesuai dengan jumlah pin yang dijatuhkannya, lalu peneliti menanyakan beberapa hal kepada guru kelas mengenai anak tersebut ternyata anak tersebut memiliki masalah dalam perkembangannya. Permasalahan perkembangan ini berasal dari keturunan keluarga dari anak tersebut.

4.2.3. Hasil Observasi

Hasil observasi yang peneliti amati pada setiap pertemuan akan dijabarkan sebagai berikut :

a. Pertemuan Pertama

(9)

Pada pertemuan pertama beberapa anak-anak belum dapat menjatuhkan pin-pin bowling namun peneliti memberi kesempatan untuk anak agar dapat menjatuhkan pin-pin bowlingnya dan pada akhirnya anak-anak sudah dapat menjatuhkan pin-pin bowling dengan jumlah yang berfariasi dan ada 4 anak yang sudah benar dalam menghubungkan benda konkrit sesuai dengan jumlah pin bowling yang dijatuhkannya .

b. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua sangat terlihat antusias anak dalam awal kegiatan mereka sangat senang dan bersemangat untuk bermain bowling kembali, untuk pertemuan kedua semua anak-anak sudah dapat menjatuhkan lebih banyak pin-pin dari pertemuan sebelumnya hanya dalam satu kali lemparan dan anak-anak juga sudah dapat untuk menghubungkan benda konkrit yang telah disediakan peneliti sesuai dengan jumlah pin yang dijatuhnya.

Antusiasme anak yang sangat besar dalam bermain bowling ini, membuat peneliti mengulangi permainan bowling hingga lebih dari 2 ronde yang telah ditetapkan peneliti, bahkan ada salah satu anak yang menangis akibat berakhirnya permainan bowling ini dan peneliti memberi penjelasan kepada anak tersebut mengenai waktu permainan yang telah usai.

4.2.4. Test Akhir (Post-Test)

(10)

dikumpulkan kepada peneliti, maka penelitimengolah hasil dari lembar instrumen tersebut menggunakan teknik Paired Sample T-test.

Kelas A1 dan kelas A2 pada post-test diberikan pembelajaran yang sama berdasarkan metode dan RKH yang telah dibuat oleh guru kelas masing-masing, Selanjutnya peneliti juga membagikan LKS (lembar kerja siswa) yang sama dengan tahap-tahapan yang telah ditentukan oleh peneliti yang diadaptasi dari PERMENDIKNAS No.146. Untuk mengetahui lebih dalam tingkat pemahaman anak mengenai konsep angka, LKS ini diberikan kepada anak-anak pada kelompok kontrol dan anak-anak pada kelompok eksperimen.

Selanjutnya penilaian atau pemberian skor pada LKS dilakukan oleh guru kelas. Kemudian peneliti mengumpulkan data dari obervasi dan dokumentasi (foto & LKS) dari guru dan melakukan proses analisis data sesuai dengan teknik yang telah ditentukan.

4.2.5. Analisis Data

Setelah peneliti memberikan post-test kepada kelompok kontrol dan mengolah instrumen tersebut maka diperolehlah hasil dari perbandingan pre-test dan post-test yang tertera pada tabel berikut :

Tabel 4.4. hasil pre-test dan post-test kelompok kontrol

Subjek Pre-test Pos-test

AVS 5 5

APR 4 4

ARN 4 4

BWA 4 4

DRA 5 5

FAL 4 4

IAR 4 4

IRA 4 4

KBA 4 5

(11)

MDA 6 6

NMS 6 6

RPR 4 4

SPW 5 5

AVN 4 4

Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa hasil pre-test ada 1 anak yang bisa mendapatkan nilai dengan kategori cukup, dan ada 14 anak yang mendapatkan kategori kurang, sementara untuk hasil dari post-test ada 1 anak yang mendapatkan nilai dengan kategori cukup sedangkan 14 anak mendapatkan kategori kurang.

Tabel 4.5. Hasil pre-test dan post-test kelompok eksperimen

(12)

Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukan bahwa hasil pre-test ada 2 anak yang bisa mendapatkan kategori cukup sedangkan 13 anak mendapatkan kategori kurang, sementara untuk hasil dari post-test ada 12 anak yang mendapatkan kategori baik, ada 2 anak yang mendapatkan nilai dengan kategori cukup selanjutnya ada 1 anak yang mendapatkan nilai dengan kategori kurang.

Setelah data terkumpul maka peneliti melakukan pengolaan data dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 dan menggunakan teknik paired sample T-test, hasil dari pengelolaan data tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:

Hasil dari pengelolaan data kelompok kontrol

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pretest 4.7333 15 1.16292 .30026

postest 4.8000 15 1.14642 .29601

Berdasarkan hasil pengelolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0 diatas dari kelompok kontrol didapatkan hasil mean dari pre-test 4,7 sedangkan post-test 4,8 dengan perbedaan 0,1. sehingga Ha diterima jika probabilitas signifikannya sebesar ≤ 0,05 dan dinyatakan signifikan, dari hasil pengelolaan diatas didapat signifikan sebesar 0,334 hal ini lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan tidak signifikansi.

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig.

(2-tailed) Mean

Std.

Deviation Std.

Error

Mean

95% Confidence Interval of

the Difference

Lower Upper

Pair 1 pretest -

(13)

Hasil dari pengelolaan data kelompok eksperimen

Berdasarkan hasil pengelolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0 diatas dari kelompok eksperimen didapatkan hasil mean dari pre-test sebesar 5 dan hasil post-test sebesar 10,6 dengan perbedaan 5,5 sehingga apabila Ha diterima jika probabilitas signifikan ≤ 0,05 signifikan dari hasil pengelolaan diatas didapat signifikan sebesar 0,000 yang menyatakan bahwa data sangat signifikan.

4.3. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji-T dengan menggunakan teknik paired sample T-test yang menunjukan bahwa p = 0,000 ≤ 0,05 ada perbedaan yang sangat signifikan berdasarkan kemampuan mengenal konsep bilangan antara pre-test dan post-test setelah diberi permainan bowling, hasil sig dari kelompok kontrol diperoleh sebesar 0,334 yang menyatakan bahwa tidak signifikan sedangkan hasil sig dari kelompok eksperimen diperoleh 0,000 yang menyatakan sangat signifikan.

(14)

4.4 Pembahasan

Berdasarkan teori tahapan-tahapan pengenalan konsep bilangan diatas, peneliti merancang dan menyesuaikan tahapan-tahapan tersebut pada kegiatan permainan bowling. Dari hasil penelitian pada pemberian permainan bowling ini, permainan bowling ini memiliki pengaruh terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan 1-5 pada anak usia 4-5 tahun di TK SINAR NYATA SALATIGA, dimana anak-anak dalam kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan permainan bowling menjadi meningkat dalam kemampuan konsep bilangan 1-5. Hal ini bertolak belakang dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan, sehingga tidak ada peningkatkan kemampuan konsep bilangan 1-5.

Hal ini terlihat setelah peneliti memberikan permain bowling kepada anak kelas eksperimen lalu peneliti memberikan post-test berupa LKS (lembar kerja siswa), peneliti menemukan bahwa ketika peneliti mengajak anak dan menunjuk sebuah angka pada LKS anak-anak langsung dapat menjawabnya bukan hanya itu peneliti juga mengajak anak untuk berhitung dan mengajak anak untuk terlibat langsung dalam penjelasan cara mengerjakan tugas pada LKS, Peneliti meminta satu per satu anak untuk membantu peneliti menyelesaikan LKS yang ada dipapan tulis dan mereka mampu untuk menyelesaikan LKS yang ada dipapan tulis.

Dilihat dari hasil LKS yang telah dinilai oleh masing-masing guru kelas, ada perbedaan hasil dari LKS antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Untuk nilai-nilai kelompok kontrol belum ada anak yang dapat mencapai kategori baik sesuai yang telah ditentukan peneliti sedangkan untuk kelompok eksperimen ada 12 anak sudah memenuhi penilaian dengan kategori baik. Oleh sebab itu, permainan bowling efektif untuk digunakan dalam peningkatan kemampuan konsep bilang 1-5 pada anak usia 4-5 tahun.

(15)

dengan hasil penelitian bahwa permainan bowling berpengaruh terhadap kemampuan mengenal konsep bilangan anak kelompok A TK PGRI Desa Prunggahan Kulon Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban.

Peningkatan pemahaman konsep bilangan tersebut, sejalan dengan pemikaran Piaget dalam Suparno (2001) mengatakan bahwa pemikiran anak pada umur 4-7 tahun berkembang pesat secara bertahap kearah konseptualisasi ia berkembang dari tahapan simbolik dan prakonseptual kepermulaan operasional, artinya anak usia 4-7 tahun sudah memiliki konsep pemikiran atau informasi akan tetapi anak belum dapat mengarahkan atau mengartikan sebuah informasi tersebut sehingga anak sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari sebuah informasi yang didapatkannya. Berdasarkan teori diatas bahwa proses pembelajaran anak usia 4-7 dari konkrit menuju ke abstrak, dengan melalui benda-benda kongkrit anak dapat lebih memahami sebuah pembelajaran tersebut. Pada penelitian ini peneliti menggunakan media permainan bowling. Melalui permainan bowling anak-anak dapat belajar secara langsung dalam menyebutkan, mengurutkan, menghitung dan memasangkan lambang bilangan. Oleh karena itu, kelompok eksperimen menunjukkan peningkatan pemahaman konsep (abstrak) bilangan.

(16)

terbebani. Hasilnya, terbukti bahwa dengan kegiatan bernuansa bermain tersebut anak-anak dapat belajar konsep bilangan dengan lebih efektif dibanding dengan anak yang belajar tanpa pendekatan bermain (kelompok kontrol).

Berdasarkan teori Kayvan (2009) menemukan bahwa melalui permainan bowling anak-anak dapat belajar untuk mengkoordinasikan mata dan tangan, mengukur dengan teliti berapa banyak tenaga yang diperlukan untuk menjatuhkan semua pin bowling dan Anak usia dini juga dapat belajar menghitung berapa jumlah pin bowling yang jatuh, melalui permainan bowling ini anak dapat terlibat langsung dalam bermainan sambil belajar dengan menggunakan benda-benda konkrit. Oleh sebab itu, permaina bowling ini sangat efektif untuk meningkatkan konsep bilangan 1-5 pada anak karena melalui permainan ini anak dapat langsung melihat, memegang dan mengetahui bentuk konkrit dari sebuah angka dan mereka secara tidak langsung menggunakan panca indranya. Pada kelompok eksperimen anak memiliki kesempatan untuk menyebutkan, mengurutkan, menghitung lambang bilangan 1-5 dan menghubungkan benda konkrit dengan lambang bilangan 1-5 secara langsung. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakukan itu.

Menurut Bruner dalam Suyanto (2005) menyatakan bahwa sebaiknya anak yang sedang belajar angka dimulai dari benda yang nyata sebelum anak mengenal angka, anak dapat belajar dengan tahapan enaktif yaitu dengan benda konkrit, ikonik dengan gambar dan simbol atau dengan kata. Oleh karena itu, permainan bowling ini efektif dalam hal meningkatkan kemampuan mengenala konsep bilangan 1-5 karna melalui permainan ini anak-anak dapat secara langsung melihat dan memegang langsung bentuk konkrit dari setiap angka-angka yang telah disediakan peneliti. Hal ini berbeda dengan kondisi kelompok kontrol dimana pengalaman nyata dalam melihat dan memegang dari bentuk angka-angka tersebut tidak didapatkan oleh kelompok kontrol sehingga tidak ada perubahan yang signifikan dalam pemahaman konsep bilangan pada kelompok kontrol.

(17)

meliputi menyebutkan, mengurutkan, menghitung lambang bilangan 1-5 dan menghubungkan benda konkrit dengan lambang bilangan 1-5.

Hasil dari penelitian diatas juga mendukung teori dari Sudaryanti (2006) yang menjelaskan bahwa untuk mengajarkan anak belajar berhitung dapat melalui (1) anak mampu dalam membilang misalnya melalui sebuah nyanyian, dengan jari anak, benda-benda, sambil berolahraga, (2) dapat dikenalkan bentuk angka 1-10 terlebih dahulu agar anak mengenal bentuk angka dari angka-angka yang sering anak ucapkan. (3) anak diajak untuk mengurutkan angka yang sudah diacak oleh guru supaya diurutkan sesuai angka yang benar. Anak yang sudah paham akan urutan angka tentu dapat mengurutkan dengan benar contohnya dengan angka pada kalender yang sudah dipotong-potong dan dipersiapkan, (4) mengurutkan adalah memasangkan angka yang ada tersebut dengan bendanya. Hal ini dapat melalui media asli dengan angkanya atau hanya melalui gambar yang sudah disusun dalam lembar LKA (Lembar Kerja Anak), dan anak cukup menarik garis saja. (5) tahapan yang terakhir dalam mengenalkan angka yaitu menuliskan angka sebagai lambang banyaknya benda.

Gambar

Table. 4.1.  Data Diri Anak Kelas A1
Tabel 4.2. Data Diri Anak Kelas A2
Tabel 4.3. Jadwal Penelitian Ekperimen
Tabel 4.4. hasil  pre-test dan post-test kelompok kontrol
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu, 2002), hlm.19.. 5 fungsi masjid maka masjid akan bisa kembali kepada peran dan fungsi yang sudah dilakukan pada zaman dahulu yaitu sebagai pusat kebudayaan,

Hasil penelitian diperoleh: (1) Terdapat perbedaan hasil belajar secara signifikan antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran talking stick dengan siswa

[r]

[r]

8 Salah satu alasan utama saya bekerja di sekolah ini adalah bahwa bila saya meninggalkan sekolah ini akan membutuhkan pengorbanan pribadi yang besar; sekolah lain

(1) Untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi tugas dan fungsi Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia diangkat sejumlah Pegawai Negeri Sipil

Peneliti menggunakan lidah buaya sebagai koagulan karena memiliki kandungan yang sama dengan kaktus yaitu asam poligalakturonat yang telah terbukti dapat menurunkan kekeruhan

Sinopsis Kursus ini memfokuskan kepada Teori Huraian Bahasa, Teori Pemerolehan Bahasa, konsep-konsep: strategi, pendekatan, kaedah, teknik, pengaplikasian pendekatan