• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. “Benih Sakti” Induksi Ketahanan Coating Benih Tembakau terhadap Kekeringan dan Penyakit Lanas Menggunakan Jamur Mikoriza untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Tembakau.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "4. “Benih Sakti” Induksi Ketahanan Coating Benih Tembakau terhadap Kekeringan dan Penyakit Lanas Menggunakan Jamur Mikoriza untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Tembakau."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Naskah 175

“Benih Sakti”

Induksi Ketahanan Coating Benih Tembakau terhadap Kekeringan dan Penyakit

Lanas Menggunakan Jamur Mikoriza untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan

Kualitas Hasil Tembakau

Disusun oleh :

(2)

ii

Naskah 175

ABSTRAK

“Benih Sakti” : Induksi Ketahanan Coating Benih Tembakau terhadap Kekeringan

dan Penyakit Lanas Menggunakan Jamur Mikoriza untuk Meningkatkan

Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Tembakau

Tembakau merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Jember yang

berorientasi pada ekspor sebagai bahan baku rokok dan cerutu yang berkualitas dan

diminati pasar dunia seperti Jerman, Amerika, Belanda dan China. Tembakau saat ini

mempunyai kualitas yang rendah khususnya di Kabupaten Jember sehingga,

menghasilkan penurun mutu tembakau. Rendahnya kualitas tembakau disebabkan

kurangnya air dan penyakit lanas yang diakibatkan jamur Phytophthora nicotianae yang

termasuk patogen tular tanah tanaman tembakau yang menyebabkan penyakit lanas

tanaman tembakau. Metode yang digunakan dalam “Benih Sakti” yaitu dengan

menggunakan metode kepenulisan, subjek penelitian, teknik pengumpulan dan

pengolahan data serta informasi, teknik analisis-sintesis, dan pengambilan kesimpulan

serta rekomendasi. Jamur mikoriza dapat menginfeksi akar untuk membantu menyerap

air lebih efektif dan melindungi akar dari serangan patogen yang dikemas menggunakan

teknik coating agar formulasi antara benih, tanah dan mikoriza dapat bercampur dengan

baik yang selanjutnya disebut dengan “Benih Sakti”. Pembuatan “Benih sakti” dilakukan

dengan menggunakan mesin coating dengan melapisi benih menggunakan media tanah

dan kaolin serta ditambah dengan jamur mikoriza. Teknologi ini memiliki peluang

perkembangan yang besar di Kabupaten Jember karena sangat karena benih sakti

memberikan solusi dan aplikatif yang tepat untuk permasalahan budidaya tembakau.

Penggunaan benih sakti tersebut mampu menurunkan biaya produksi hingga ¼ dari

total awal selain itu, masyarakat dapat menggunakan teknik aplikatif ynag aman dan

(3)

iii

Naskah 175

DAFTAR ISI

COVER ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Benih dan Bibit Tembakau... 3

2.2 Dampak Kekeringan lahan dan patogen P. nicotianae pada tembakau... 3

2.3 Peran dan Manfaat Jamur Antagonis Mikoriza ... 4

2.4 Teknik Coating ... 5

2.5 Hubungan Tanaman Tembakau, Jamur mikoriza dan teknik Coating pada pembuatan benih sakti ... 6

BAB 3. METODOLOGI ... 7

3.1 Metode Kepenulisan ... 7

3.2 Subjek Penelitian ... 7

3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data dan Informasi ... 7

3.4 Teknik Analisis-Sintesis ... 8

3.5 Pengambilan Kesimpulan dan Rekomendasi ... 8

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN... 9

4.1 Teknik Induksi Ketahanan Kekeringan dan Patogen Tular Tanah pada “Benih Sakti” Tembakau ... 9

4.2 Aplikasi “Benih Sakti” Pada Lahan Pertanian dan Pengaruhnya terhadap Hasil Tembakau ... 10

(4)

iv

Naskah 175

4.4 Pengaruh Penggunaan Benih Sakti Tembakau terhadap Aspek Ekonomi dan

Sosial Masyarakat Jember ... 14

BAB 5. KESIMPULAN ... 15

(5)

v

Naskah 175

DAFTAR TABEL

4.1 Perbandingan biaya antara penggunaan benih sakti tembakau dan tanpa

(6)

vi

Naskah 175

DAFTAR GAMBAR

2.6 Perbandingan Hasil Coating antara Benih Tembakau Asli Dengan Benih yang

Sudah di-coating……… 5

(7)

1 Naskah 175

BAB 1. PENDAHULUAN

Tembakau merupakan salah satu komditas unggulan Kabupaten Jember yang

berorientasi pada ekspor sebagai bahan baku cerutu yang berkualitas dan diminati pasar

dunia seperti Jerman, Amerika, Belanda dn China. Tercatat pada tahun 2012, Kabupaten

Jember dengan total luas lahan 19.563 Ha menghasilkan 31.284 ton dan menurun menjadi

15.748 Ha dengan hasil 18.297 ton (Semaoen dan Sutiarso, 2011). Perkembangan

tembakau Jember sudah didukung oleh pemerintah dengan adanya UU perlindungan

wilayah geografis menurut UU no. 18 tahun 2004 dimana dengan keberadaan UU

tersebut diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan positif sebesar 0,79% pertahun

untuk produktivitas dan 0,16% untuk produksi.

Standart kualitas tembakau yang diinginkan untuk pasar ekspor umumnya

mencangkup beberapa aspek penilaian antara lain kualitas warna, pegangan, aroma,

posisi daun, dan kemurnian dan dipisahkan berdasarkan mutunya menjadi Mutu I

hingga mutu VII. Tembakau NO (Na-Oogst) Jember utara memiliki kualitas yang baik

untuk dijadikan pengisi cerutu (filler) yang sangat dibutuhkan sedangkan tembakau NO

yang di budidayakan di daerah jember selatan memiliki kualitas mutu yang baik

digunakan pembungkus dan pembalut cerutu (dek-omblad) (Djajadi, 2008). Penerapan

SOP (standart operating system) penting untuk meningkatkan kualitas tembakau pada

kegiatan pasca panen dan budidayanya (Utami dkk., 2014). Kecukupan asupan air, unsur

hara dan ketahanan dari hama penyakit merupakan unsur penting untuk dipenuhi.

Kekurangan air pada tanaman tembakau menyebabkan tanaman kerdil,

pembentukan daun yang tidak konstan dan jumlahnya sedikit, ukuran daun sempit dan

terlalu tebal (Fadli dkk., 2015). Periode kering yang berkelanjutan akan mengakibatkan

tanaman menjadi layu sementara (transcient wilting) hingga layu tetap (permanent wilting).

Hal ini terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara proses transpirasi yang tinggi

(8)

2 Naskah 175

Sedangkan penyakit lanas pada tembakau yang diakibatkan oleh jamur

Phytophthora nicotianae yang termasuk patogen tular tanah tanaman tembakau yang

mampu bertahan beberapa tahun tanpa kehadiran inang bahkan dalam kondisi yang

tidak mengeuntungkan (Nurhayati, 2013). Gejala yang diakibatkan penyakit lanas pada

tembakau adalah daun menjadi kuning, tanaman layu, batang bagian bawah berwarna

hitam dan ketika dibelah empulurnya akan tampak mengamar atau bersekat-sekat

sehingga kualitas daun menjadi rusak. Stadia tanaman yang paling rentan terhadap

serangan penyakit lanas adalah pada fase pembibitan (Hidayah dan Djajadi, 2009).

Upaya yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan air adalah dengan memberi

pengairan 2 kali dalam sekali proses budidaya baik dengan irigasi teknis maupun dengan

menggunakan irigasi tetes (Ritawati dkk., 2015). Namun, kegiatan pengairan dapat

menyebarkan penyakit lanas daun menjadi semakin parah karena disebarkan melalui

tanah. Oleh sebab itu pengendalian penyakit lanas hanya dilakukan dengan membuang

sisa tanaman tembakau dan pengendalian dengan menggunakan agen hayati seperti

Trichoderma sp. 785 x 106 dan Gliocladium sp. 939 x 106 dengan menaburkanya pada tanah

yang masih tidak praktis dan efektif (Agustina dkk., 2013).

penyelesaian masalah ini dilakukan dengan jamur mikoriza yang menginfeksi

akar yang mampu meningkatkan serapan air secara langsung melalui hifa eksternalnya

(Putri dkk., 2016). Infeksi mikoriza pada akar tembakau menjadi pelindung yang

potensial agar tanaman tahan terhadap jamur P. nicotianae yang dikemas dengan

menggunakan teknik coating. Teknologi coating merupakan teknik pelapisan benih yang

bertujuan untuk memperbaiki kualitas dan penampilan benih, meningkatkan daya

simpan, serta meningkatkan kemampuan ketahanan dari serangan hama dan penyakit

(Sukarman dan Seswita, 2012). Bibit yang tumbuh melalui benih coating yang sudah

mengandung jamur mikoriza akan terinfeksi lebih awal sehingga potensi kekurangan air

dan serangan patogen akan berkurang secara dini. Benih yang praktis dan efektif sesuai

(9)

3 Naskah 175

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benih Tembakau

Tanaman tembakau merupakan komoditi tanaman semusim perkebunan yang

sangat strategis dan mempunyai dampak sosial yang luas. Benih merupakan sarana

produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetik

dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Benih

tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50-80 mg/1000 biji atau setiap gram

mengandung 13.000 butir benih, dengan demikian untuk dapat menyebar secara merata

di atas bedengan tidak dapat disebarkan secara langsung. Benih yang digunakan untuk

pembibitan harus dipersiapkan dan diseleksi secara tepat (Munir, 2006).

Menurut Rochman dan Yulaikah (2011), benih tembakau didapakan dari varietas

tanaman tembakau yang unggul. Benih yang dimaksud dari varietas unggul yaitu benih

yang mempunyai kriteria anatara lain:

a. Benih tidak tercampur dengan bahan asing, biji dari gulma dan tanaman lain, biji

rusak, bentuk, ukuran, berat, dan warna seragam, daya kecambah ≥ 85%, serta bebas

hama dan penyakit,

b. Mempunyai sifat genetic seperti induknya dan benih diusahakan bersertifikat.

Pembudidayaan tanaman tembakau juga perlu diperhatikan pada saat bibit sudah di

tanam di lahan karena di lahan banyak hama dan penyakit yang mudah menyerang

tanaman tembakau sehingga dalam budidaya tanaman tembakau dilakukan

penyiraman, pendaringan, pembumbunan, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, dan

penyirungan agar mendapatkan standar bau teknis (Rochman dan Yulaikah, 2011).

2.2 Dampak Kekeringan lahan dan patogen P. nicotianae pada tembakau

Air dibutuhkan dalam memepertahankan turgor stomata selalu membuka

(10)

4 Naskah 175

pada proses pembentukan daun, luas dan jumlah daun yang mana air berhubungan

dengan perkembangan sel-sel palisade (Harwati, 2017). Kekurangan terjadi akibat

penyerapan air yang tidak seimbang dengan laju transpirasinya sehingga tanaman

menjadi layu sementara (transcient wilting) hingga kelayuan permanen yang sulit

disembuhkan karena sel-senya sudah mengalami plasmolisis. Selain akibat ketersediaan

air yang sedikit, kekurangan air juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan akar

mengoptimalkan air yang ada pada pori tanah dengan ukuran kecil sehingga harus

melakukan ekspansi pada tanah yang lebih dalam dan lebih luas dan lebih dalam

(Kurniawan dkk., 2014). Tekonologi yang mampu membantu akar untuk mengekstraksi

air yang tersedia pada pori tanah secara maksimal merupakan kebutuhan yang sangat

dibutuhkan terutama budidaya tembakau pada lahan tegalan.

Kerusakan kualitas tanaman tembakau juga diakibatkan oleh serangan penyakit

lanas daun yang disebabkan oleh jamur Phytopthora nicotianae. Secara khusus gejala yang

timbul karena penyakit lanas daun ada 2 yang pertama daun mendadak terkulai, layu,

dan kemudian mati, pangkal batang busuk berwarna coklat dan ketika dicabut akan

tampak busuk pada pangkal akar. Sedangkan yang kedua daun menguning, layu

kemudian kering dari bawah, tanaman mati dan pada pangkal yang busuk dan dibelah

akan tampak empulurunya bersekat (Supriyono, 2015). Selain itu, daun tembakau yang

terserang terdapat bercak bercincin berwarna coklat.

2.3 Peran dan Manfaat Jamur Antagonis Mikoriza

Penyebaran Mikoriza arbuskular terbagi menjadi dua golongan, yaitu

penyebaran aktif (tumbuh dengan miselium dalam tanah) dan penyebaran pasif

(tersebar melalui air, angin, atau mikroorganisme dalam tanah. Penyebaran yang lebih

luas dapat terjadi karena mengikuti penyebaran dari tumbuhan simbionnya dalam hal

ini dimungkinkan karena mempnuyai selah tumbuhan simbion yang sangat luas

(11)

5 Naskah 175

menyerap nutrisi, sebagai pelindung hayati, meningkatkan resistensi tanaman terhadap

kekeringan, terlibat dalam siklus bio-geo-kimia, sinergis dengan mikoroganisme lain,

dan mempertahankan keanekaragaman tanaman. Adanya hifa eksternal yang ekstensif

di permukaan akar menyebabkan volume tanah yang dapat dijangkau tanaman

meningkat sehingga, penyerapan unsur hara oleh akar yang terinfeksi oleh jamur

Mikoriza arbuskular akan meningkat, tenaga penyerapan dapat dipertahankan lebih lama,

dan translokasi hara dari hifa ke sel – sel jaringan korteks diperlancar (Sutarman dan

Prasetya, 1999:141).

2.4 Teknik Coating

Gambar 2.1 Perbandingan hasil coating antara benih tembakau asli dengan benih yang

sudah di-coating.

Teknik coating merupakan teknik pelapisan pada benih suatu tanaman yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas benih, meningkatkan penampilan benih menjadi

lebih menarik, menginduksi sifat tahan terhadap cekaman lingkungan, mengurangi

resiko tertularnya penyakit yang lebih praktis dan murah (Sukarman dan Seswita, 2012).

Salah satu contohnya adalah benih cabai yang sudah lapisi dengan campuran benomil

dan tepung curcuma berpengaruh nyata terhadap penurunan tingkat infeksi cendawan

C. capsici. Cara melapisi (coating) benih suatu tanaman berbeda tergantung bahan yang

(12)

6 Naskah 175

mesin atau dengan teknik manual dan diputar kemudian diberi tambahan bahan secara

berkala hingga semua lapisan benih tertutupi dengan bahan misalnya tepung. Benih

yang sudah terlapisi dapat ditambahkan dengan bahan lain seperti mikroorganisme,

bahan aditif, senyawa hormon dan lain sebagainya.

2.5 Hubungan Tanaman Tembakau, Jamur mikoriza dan teknik Coating pada

pembuatan benih sakti

Coating pada benih tembakau bertujuan untuk memperbaiki penampilan benih

menjadi lebih besar sehingga lebih praktis dan mudah untuk ditanam. Selanjutnya

coating benih dengan dicampurkan dengan jamur mikoriza akan menginfeksi akar

tanaman tembakau yang tumbuh lebih awal. Infeksi ini diinginkan agar tanaman

tembakau dapat tercukupi kebutuhan air dan sebagian unsur haranya dengan

keberadaan jamur melalui simbiosis positifnya. Selain, infeksi pada akar tembakau secara

tidak langsung melindungi benih dari serangan jamur P. nicotiana sehingga tanaman

akan tahan penyakit lanas daun tembakau. Pembuatan “benih sakti” melalui teknik

dengan tambaha jamur mikoriza bertujuan diharapkan mampu meningkatkan serapan

air, unsur P, dan unsur lainya seperti N, K, Mg, Mn, Zn serta tahan terhadap serangan

penyakit lanas tanpa perlu melakukan pengairan berlebih yang juga beresiko terhadap

menyebarnya penyakit lebih cepat.

Kecukupan serapan air dan hara serta terhindarnya dari serangan penyakit lanas

daun tembakau diharapkan kualitas daun menjadi lebih tinggi. Kualitas daun tinggi dan

sesuai dengan permintaan pasar global dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga

kesejahteraan akan lebih cepat tercapai. Hal ini disebabkan pertumbuhan tanaman yang

normal akan menghasilkan daun tembakau dengan warna, pegangan, aroma, posisi

daun yang berkualitas serta kemurnian sehingga tujuan masuknya daun tembakau pada

(13)

7 Naskah 175

BAB 3. METODOLOGI

3.1 Metode Kepenulisan

Pendekatan dalam penyusunan karya tulis ini menggunakan pendekatan secara

kualitatif sedangkan penerapan metode penelitianya menggunakan metode deskriptif

dan analitik. Metode deskriptif dilakukan untuk memaparkan seluruh fakta dan sifat

dari suatu kondisi secara sistematis, faktual dan teliti. Informasi yang digunakan untuk

penelitian ini diperoleh dari kejadian aktual yang dialami secara langsung di lapangan

untuk membuat komparasi, evaluasi dan identifikasi masalah. Sedangkan metode

analitik merupakan pengujian hipotesis dan pengadaan interpretasi secara menlam dari

seluruh aspek yang berhubungan atau berkaitan. Pendekatan deskriptif kualitatif

bertujuan untuk memaparkan informasi yang terjadi di kalangan masyarakat secara

nyata mulai dari pra hingga pasca budidaya.

3.2 Subjek Penelitian

Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh

dari narasumber yang juga sebagai petani tembakau di Kelurahan Antirogo Desa

Sumbersari Kabupaten Jember dan Petani di Jl. Tidar Desa Karangrejo Kecamatan

Sumbersari Kabupaten Jember yang merupakan salah satu daerah yang terkena dampak

kekeringan dan serangan penyakit lanas daun tembakau.

3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data dan Informasi

Teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan untuk karya tulis ini

adalah dengan pengelompokan jenis data primer dan data sekunder. Data dan informasi

primer dalam penulisan karya ilmiah diperoleh dari kunjungan lapang dan observasi

petani dan lahan tanaman tembakau. Sedangkan data dan informasi sekunder

(14)

8 Naskah 175

belajar mengajar di perkuliahan serta referensi yang mendukung. Eksplorasi data dan

informasi sekunder dilakukan di perpustakaan Fakultas Pertanian dan perpustakaan

pusat Universitas Jember, internet dengan tujuan untuk memperkuat ketepatan dan

kredibilitas dari karya tulis ilmiah.

3.4 Teknik Analisis-Sintesis

Data yang dianalsis dihubungkan dengan teori yang relevan saat ini kemudian

dibandingan dan diidentifikasi dari seluruh permasalahan yang ada, kelebihan dan

kekuranganya, serta pengaruhnya secara luas sehingga dapat dikombinasikan solusinya

menjadi satu teknologi yang tepat. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan

teknik review terhadap upaya dan solusi yang sudah berkembang saat ini dimana

teknologi yang sudah dilakukan tidak efektif untuk sehingga perlu melahirkan

pemikiran ide/solusi baru.

Analisis data dalam pendekatan deskriptif kualitatif dilanjutkan dengan upaya

menggali informasi fakta dari penelitian sebelumnya yang memiliki tingkat kepercayaan

dan kredibilitas tinggi. Hasil analisis dan sintesis ini berupa gagasan baru untuk

menyelesaikan masalah dengan literatur yang sesuai. Hasil data sekunder dan hasil

pemikiran ilmiah dianalsis dan interpretasikan dengan menggunakan kategori analisis

(filling system) yang sudah ditentukan dalam analisis domain yaitu status sosial ekonomi,

perilaku partisipasi subyek karya tulis dan kemudahan akses ke berbagai pihak saat

dilakukan karya tulis.

3.5 Pengambilan Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan diambil setelah mengintegrasikan seluruh temuan data dengan

interpretasi peneliti. Rekomendasi dirumuskan dengan merujuk pada kesimpulan yang

dibuat berdasarkan analisis dari data dan informasi yang digunakan sebagai langkah

(15)

9 Naskah 175

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Teknik Induksi Ketahanan Kekeringan dan Patogen Tular Tanah pada “Benih

Sakti” Tembakau

Teknologi untuk mengatasi kekurangan air dan pencegahan terhadap patogen

tular tanah yaitu dengan menggunakan jamur mikoriza vesikula arbuskular (MVA),

kaolin, dan tanah liat sebagai pelindung benih tembakau pada saat awal pembibitan.

Jamur mikoriza berfungsi sebagai cendawan yang dapat memberikan nutrisi pada benih

tembakau sehingga cendawan tersebut dapat mencegah akar bibit tembakau terserang

patogen tular tanah dan akar tanaman yang memiliki jamur mikoriza dapat menyimpan

air. Kaolin berfungsi sebagai perekat antara tanah liat dan serbuk jamur mikoriza

sedangkan tanah liat berfungsi sebagai campuran bahan mikoriza dan menambah nutrisi

unsure hara bagi benih tembakau. Ukuran benih tembakau yang sangat kecil

menyebabkan benih sulit ditanam langsung di media sehingga, benih di lapisi dengan

menggunakan jamur mikoriza dan campuran tanah liat dengan kaolin menggunakan

teknik coating (Sukarman dan Seswita, 2012).

Teknik coating benih tembakau menggunakan mesin coating. Kelebihan

menggunakan teknik coating yaitu benih akan memiliki ukuran yang lebih besar, dapat

terlapisi secara merata dan tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat

diaplikasikan oleh masyarakat khususnya petani tembakau. Pembuatan “benih sakti”

(16)

10 Naskah 175

Gambar 4.1 Diagram Alir Pembuatan Benih Sakti menggunakan Teknik Coating

4.2 Pengaruh Benih Sakti terhadap Ketahanan Kekeringan dan Serangan Penyakit

Lanas Daun Tembakau (Phytopthora nicotianae)

Benih sakti tembakau memiliki kelebihan dibandingkan dengan benih tembakau

pada umumnya karena bersimbiosis dengan jamur mikoriza. Jamur yang menginfeksi

akar tanaman tembakau akan tumbuh dan berkembang membentuk hifa internal dan

hifa eksternal. Hifa eksternal berfungsi untuk menyerap unsur hara posfor yang

kemudian diteruskan ke hifa internal untuk dijadikan poliposfat. Senyawa poliposfat

kemudian diteruskan diarbuskul untuk dibah menjadi posfat organik untuk dilepaskan

(17)

11 Naskah 175

Hifa eksternal jamur mikoriza bermanfaat memperluas bidang serapan air dengan

ukuran lebih kecil dari pada rambut akar sehingga memungkinkan menyerap ke pori

tanah yang lebih halus. Dengan kata lain, hifa mampu menyerap air pada kondisi tanah

dengan kadar air yang rendah sehingga kebutuhan tanaman akan tercukupi lebih baik

dibandingkan dengan tanaman tembakau tanpa infeksi jamur mikoriza. Kadar air yang

rendah disebabkan oleh kemampuan tanah dalam menyimpan air selama musim hujan

atau pengairan. Inokulasi mikoriza pada benih tembakau bertujuan untuk meningkatkan

efektivitas penyerapan mineral air tanah yang terikat kuat pada pori mikro tanah.

Struktur pertumbuhan mikoriza pada seluruh lapisan akar tanaman tembakau

membantu akar tahan terhadap serangan penyakit tular tanah. Selimut hifa mikoriza

berfungsi sebagai barier masuknya patogen. Selain itu, keberadaan mikoriza yang

memanfaatkan kelebihan karbohidrat dan eksudat akar mengakibatkan lingkungan

tidak mendukung patogen lain berkembang dan menginokulasi. Mikoriza juga

mengeluarkan senyawa antibiotik yang menghambat pertumbuhan jamur patogen yang

dianggap sebagai competitor (Sutarman dan Prasetya, 1999).

Tanaman tembakau yang terinfeksi jamur mikoriza sehingga tahan terhadap

kekeringan dan petogen tular tanah akan tumbuh dan berkembang dengan baik.

Tanaman tembakau yang tumbuh ditandai dengan tanaman tumbuh normal,

pembentukan daun konstan dan banyak, ukuran daun lebar dan tipis (Fadli dkk., 2015).

Ketahanan terhadap penyakit ditandai dengan Penyakit lanas pada daun tembakau

menjadi hijau normal, tanaman tegak, batang bagian bawah berwarna hijau dengan

jaringan dalam kondisi sehat baik dalam proses pembibitan maupun pasca pindah tanam

(Fadli dkk., 2014).

Manfaat yang didapatkan dari simbiosis dengan mikoriza bagi tanaman

tembakau adalah efektivitas serapan hara sekitar 50% untuk posfor, 40% untuk nitrogen

dan 25% untuk kalium. Inokulasi mikoriza dengan berbagai kemampuanya membantu

(18)

12 Naskah 175

yang kurang menguntungkan. Senyawa auxin, citokinin dan giberalin yang dilepaskan

oleh mikoriza membantu merangsang pertumbuhan tanaman tembakau lebih baik

dibandingkan dengan tembakau tanpa inokulasi mikoriza.

4.3 Peluang Perkembangan Benih Sakti Tembakau secara Luas

Pembuatan “Benih Sakti” dengan teknik coating secara tidak langsung dapat

meningkatkan nilai jual benih tembakau. Mengingat Kabupaten Jember adalah

kabupaten yang berorientasi pada ekspor sebagai bahan baku cerutu yang berkualitas

dan diminati pasar dunia seperti Jerman, Amerika, Belanda dan China. Adanya “Benih

Sakti” tersebut semakin banyak masyarakat yang membudidaya tembakau khususnya

petani tembakau yang berada di Kabupaten Jember.

Benih yang dihasilkan dengan menggunakan teknik coating yaitu ukuran benih

tembakau yang lebih besar dengan berat 0,5 gram/benih. Benih tembakau yang sudah

terlapisi oleh jamur mikoriza jenis vesikula arbuskular mencegah adanya penyakit yang

menyerang sebelum benih tembakau disemaikan. Peluang “Benih Sakti” di Kabupaten

Jember sendiri sangat besar, karena masyarakat khususnya petani tembakau

mengharapkan kualitas tembakau yang dijadikan cerutu mempunyai nilai kulitas yang

bagus sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar Internasional.

4.4 Pengaruh Penggunaan Benih Sakti Tembakau terhadap Aspek Ekonomi dan Sosial

Masyarakat Jember

4.4.1 Ekonomi

BENIH SAKTI TANPA BENIH SAKTI

Keterangan Biaya Keterangan Biaya

Bibit tembakau 18.000 3.600.000 Benih 10 gram 25.000

(19)

13 Naskah 175

Pupuk Urea 488 kg 878.400 Mikoriza 10 kg 250.000

Pupuk SP-36 360 kg 640.000 kapur dolomit 100 kg 100.000

Pupuk ZK 80 kg 640.000 Pupuk Urea 351.400

Pestisida 610.000 Pupuk SP-36 320.000

Pengolahan lahan 4 kali 2.800.000 Pupuk ZK 480.000

Penanaman 900.000 Pestisida 410.000

Penyiraman 1.000.000 Pengolahan lahan 4 kali 2.800.000

Pemupukan 300.000 Penanaman 900.000

Gulud 1-3 1.200.000 Penyiraman 700.000

Pengendalian OPT 400.000 Pemupukan 150.000

Topping 300.000 Gulud 1-3 1.200.000

Panen 1.200.000 Pengendalian OPT 300.000

Topping 300.000

Panen 1.200.000

Total 13.268.400 Total 10.630.400

Tabel 4.1 Perbandingan biaya antara penggunaan benih sakti tembakau dan tanpa benih

sakti

Berdasarkan hasil analisa perbandingan diatas menunjukan bahwa penggunaan

benih sakti memberikan keuntungan dari segi biaya budidaya kurang lebih ¼ lebih

rendah dibandingkan biaya produksi pada umumnya. Hal ini dikarenakan pengunaan

mikoriza mampu mengurangi teknik pengendalian terhadap penyakit lanas tembakau

serta mengurangi biaya pengairan karena mikoriza mampu menyerap air 30% lebih

banyak. Selain itu, mikoriza yang memiliki kemampuan untuk menyerap unsur hara

lebih efektif menyebabkan jumlah pupuk yang harus diberikan terutama NPK lebih

(20)

14 Naskah 175

Keuntungan dalam modal budidaya dengan mikoriza juga diperoleh dari hasil

tanaman tembakau yang ditanam pada musim kemarau lebih sehat dan tahan

kekeringan. Selain itu, potensinya sebagai agen pengendali hayati terhadap penyakit

akibat patogen tular tanah akan membuat tanaman tumbuh dan menghasilkan daun

lebih bermutu. Selanjutnya, petani akan memperoleh keuntungan lebih besar

dibandingkan dengan teknik pertanian sebelumnya dengan menggunakan benih saktu

yaitu benih coating dengan tambahan cendawan mikoriza.

4.4.2 Sosial Masyarakat

Manfaat keberadaan benih sakti tembakau di kalangan masyarakat memiliki

banyak keuntungan. Tampilan benih sakti tembakau yang besar mempermudah petani

untuk melakukan penyemaian di polibag sehingga pekerjaan petani akan lebih cepat

selesai. Petani yang merasa kesulitan untuk mendapatkan air pada musim kemarau

untuk mengairi tanah tidak perlu khawatir tanamannya menjadi layu karena jamur

mikoriza dapat membantu meningkatkan daya serap air terutama pada lahan tegalan.

Sifat tahan pada tembakau terhadap penyakit lanas daun membantu petani

mendapatkan daun yang sehat. Pengunaan teknologi berbasis alami sedikit demi sedikit

akan merubah kebiasaan masyarakat petani yang biasa mengunakan bahan kimia dalam

mengendalikan penyakit dan mengoptimalkan pertumbuhan berubah menjadi

menggunakan bahan alami yang ramah lingkungan sehingga kualitas daun tembakau

menjadi lebih baik tanpa residu pestisida sehingga mudah diarahkan menjadi sistem

pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Manfaat lain penggunaan benih sakti

tembakau berkontribusi kepada petani untuk menghemat anggaran pupuk NPK karena

sebagian sudah dibantu oleh jamur mikoriza. Akhirnya, teknologi sangat mudah

diterima oleh masyarakat karena lebih ekonomis namun memberikan manfaat yang

(21)

15 Naskah 175

BAB 5. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Teknik coating merupakan teknik pembuatan benih dengan mengakomodasikan

mikoriza dengan memberikan tampilan yang lebih efektif

2. Aplikasi benih sakti meningkatkan serapan air dan ketahanan terhadap penyakit

lanas yang disebabkan oleh patogen tular tanah serta meningkatkan serapa unsur

hara sehingga lebih hemat.

3. Peluang perkembangan tembakau di Kabupaten Jember sangat banyak karena

potensi benih sakti memberikan solusi yang tepat untuk permasalahan budidaya.

4. Keuntungan penggunaan benih sakti adalah mampu menurunkan biaya produksi

hingga ¼ dari total awal.

5. Kentungan dalam bidang sosial adalah berubahnya pola budidaya masyarakat

untuk menggunakan teknik aplikatif yang aman dan ramah lingkungan dengan

(22)

16 Naskah 175

DAFTAR PUSATAKA

Agustina, I., M. I. Pinem dan F. Zahara. 2013. Uji Efektivitas Jamur Antagonis

Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Lanas

(Phytophthora Nicotianae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum

L.). Online Agroekoteknologi, 1(4): 1130-1142

ARDHIARISCA, O., M. MUSPITA dan T. KUSTIAR. 2015. Analisis Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pengembangan Agribisnis Tembakau di

Kabupaten Jember. Ilmiah Inovasi, 15(3): 62-65

Dayah, N. dan Djajadi. Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen

Tular Tanah pada Tanaman Tembakau. Perspektif, 8(2): 74-83

Djajadi, 2008. Tembakau Cerutu Besuki-NO : Pengembangan Areal dan

Permasalahannya di Jember Selatan. Perspektif, 7(1): 12-19

Fadli, A., Irsal dan E. S. Bayu. 2014. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) terhadap Pemberian Vermikompos pada Beberapa

Tingkat Pemberian Air. Online Agroekoteknologi, 2(4): 1572 – 1578

Harwati, C. T. 2007. Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit)Terhadap Pertumbuhan

Dan Perkembangan Tanaman Tembakau. Inovasi Pertanian, 6(1): 44-51

Kurniawan, B. A. , S., Fajriani dan Ariffin, 2014. Pengaruh Jumlah Pemberian Air

Terhadap Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tembakau (Nicotiana

tabaccum L.). Produksi Tanaman, 2(1): 59-64

Munir, B. Tanpa Tahun. Budidaya Pembibitan Tembakau di Wilayah Jawa Tengah. Terdapat pada http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/berita-546- budidaya-pembibitan-tembakau-di-wilayah-jawa-tengah.html (Diakses pada tanggal 24 Maret 2017).

Nurhayati. 2013. Tanah dan Perkembangan Patogen Tular Tanah. Prosiding Seminar

Nasional 2013 MKTI, 4(6): 326-333

Ritawati, S., Nurmayulis, D. Firnia dan Fitriyani. 2015. Perubahan Kadar Lengas Tanah

Dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea l.) yang Diberi

(23)

17 Naskah 175

Rochman, F. dan Yulaikah, S. 2011. Varietas Unggul Tembakau Temanggung. Balittas.

Malang

Sastrahidayat, I. B. 1991. Pengaruh VAM terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo pada berbagai Kondisi Tanah dan Serangan Hama-Penyakit Proyek

ARMP, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Semaoen, M. I. dan E. Sutiarso. 2011. Respon Suplai Tembakau Cerutu Besuki Na-Oogst

Jember, Jawa Timur. Agritrop, 5(2): 89-102

Sukarman dan D. Seswita, 2012. Pengaruh Lokasi Penyimpanan Dan Pelapisan (Coating)

Benih Dengan Pestisida Nabati Terhadap Mutu Benih Rimpang Jahe. Bul. Littro,

23(1): 1-10

Supriyono. 2015. Serangan Penyakit Layu Bakteri Pseudomonas Solanacearum Dan

Lanas Phytophthora nicotianae pada Galur-Galur Harapan Tembakau

Temanggung. Agrovigor, 8(1): 43-50

Sutarman dan Prasetya, B. 1999. Pemanfaatan Pupuk Hayati Mikoriza pada Tanaman

Sengon Paraserianthes Falcataria. Agritek, 7(1): 9-19

Utami, S. W., A. Daryanto dan H. Rujito. 2014. Strategi Peningkatan Daya Saing

Tembakau Besuki Na-Oogst Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu. Manajemen &

Gambar

Gambar 2.1 Perbandingan hasil coating antara benih tembakau asli dengan benih yang
Gambar 4.1 Diagram Alir Pembuatan Benih Sakti menggunakan Teknik Coating
Tabel 4.1 Perbandingan biaya antara penggunaan benih sakti tembakau dan tanpa benih

Referensi

Dokumen terkait

Melakukan pengamatan pada alat ukur PQM (yang meliputi nilai batas tegangan, harmonik, batas frekuensi dan ketidakseimbangan tegangan tiga fasa) untuk tiga kondisi

A fenséges jegyében fogant ízléstörekvés tehát nemcsak saját útkeresését jellemezte, hanem ezt kívánta folyóiratában is uralomra juttatni, folytatván és

Kalimantan Barat (Studi Kasus Angkutan Sungai Kota Pontianak - Suka Lanting, Pontianak - Desa Sambe, Pontianak – Terentang, dan Rasau Jaya – Batu Ampar – Teluk Batang). 2015

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa evaluasi efektivitas pengendalian internal persediaan barang dagang pada lyly bakery lamongan sudah berjalan efektif, hal

Dengan dasar ini jelas bahwa bila Tergugat/Termohon pada hari yang telah ditentukan tidak hadir, meskipun ia telah dipanggil dengan sepatutnya tetapi ia tetap tidak hadir dan

3/9/KEP.GBI/2001 tanggal 29 Oktober 2001, kegiatan operasi Unibank telah dibekukan dan diserahkan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Sehubungan dengan hal

Qallikaal Irahutt pardata aaatiajra urnpafcaA paaggabuagaa an- U / a hufc.ua Adat daa t o k w pardata barat* aafclfigga aafcaii tagi, da- patlab kita kataku bubwaaaojra