Naskah 175
“Benih Sakti”
Induksi Ketahanan Coating Benih Tembakau terhadap Kekeringan dan Penyakit
Lanas Menggunakan Jamur Mikoriza untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan
Kualitas Hasil Tembakau
Disusun oleh :
ii
Naskah 175
ABSTRAK
“Benih Sakti” : Induksi Ketahanan Coating Benih Tembakau terhadap Kekeringan
dan Penyakit Lanas Menggunakan Jamur Mikoriza untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Tembakau
Tembakau merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Jember yang
berorientasi pada ekspor sebagai bahan baku rokok dan cerutu yang berkualitas dan
diminati pasar dunia seperti Jerman, Amerika, Belanda dan China. Tembakau saat ini
mempunyai kualitas yang rendah khususnya di Kabupaten Jember sehingga,
menghasilkan penurun mutu tembakau. Rendahnya kualitas tembakau disebabkan
kurangnya air dan penyakit lanas yang diakibatkan jamur Phytophthora nicotianae yang
termasuk patogen tular tanah tanaman tembakau yang menyebabkan penyakit lanas
tanaman tembakau. Metode yang digunakan dalam “Benih Sakti” yaitu dengan
menggunakan metode kepenulisan, subjek penelitian, teknik pengumpulan dan
pengolahan data serta informasi, teknik analisis-sintesis, dan pengambilan kesimpulan
serta rekomendasi. Jamur mikoriza dapat menginfeksi akar untuk membantu menyerap
air lebih efektif dan melindungi akar dari serangan patogen yang dikemas menggunakan
teknik coating agar formulasi antara benih, tanah dan mikoriza dapat bercampur dengan
baik yang selanjutnya disebut dengan “Benih Sakti”. Pembuatan “Benih sakti” dilakukan
dengan menggunakan mesin coating dengan melapisi benih menggunakan media tanah
dan kaolin serta ditambah dengan jamur mikoriza. Teknologi ini memiliki peluang
perkembangan yang besar di Kabupaten Jember karena sangat karena benih sakti
memberikan solusi dan aplikatif yang tepat untuk permasalahan budidaya tembakau.
Penggunaan benih sakti tersebut mampu menurunkan biaya produksi hingga ¼ dari
total awal selain itu, masyarakat dapat menggunakan teknik aplikatif ynag aman dan
iii
Naskah 175
DAFTAR ISI
COVER ... i
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Benih dan Bibit Tembakau... 3
2.2 Dampak Kekeringan lahan dan patogen P. nicotianae pada tembakau... 3
2.3 Peran dan Manfaat Jamur Antagonis Mikoriza ... 4
2.4 Teknik Coating ... 5
2.5 Hubungan Tanaman Tembakau, Jamur mikoriza dan teknik Coating pada pembuatan benih sakti ... 6
BAB 3. METODOLOGI ... 7
3.1 Metode Kepenulisan ... 7
3.2 Subjek Penelitian ... 7
3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data dan Informasi ... 7
3.4 Teknik Analisis-Sintesis ... 8
3.5 Pengambilan Kesimpulan dan Rekomendasi ... 8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN... 9
4.1 Teknik Induksi Ketahanan Kekeringan dan Patogen Tular Tanah pada “Benih Sakti” Tembakau ... 9
4.2 Aplikasi “Benih Sakti” Pada Lahan Pertanian dan Pengaruhnya terhadap Hasil Tembakau ... 10
iv
Naskah 175
4.4 Pengaruh Penggunaan Benih Sakti Tembakau terhadap Aspek Ekonomi dan
Sosial Masyarakat Jember ... 14
BAB 5. KESIMPULAN ... 15
v
Naskah 175
DAFTAR TABEL
4.1 Perbandingan biaya antara penggunaan benih sakti tembakau dan tanpa
vi
Naskah 175
DAFTAR GAMBAR
2.6 Perbandingan Hasil Coating antara Benih Tembakau Asli Dengan Benih yang
Sudah di-coating……… 5
1 Naskah 175
BAB 1. PENDAHULUAN
Tembakau merupakan salah satu komditas unggulan Kabupaten Jember yang
berorientasi pada ekspor sebagai bahan baku cerutu yang berkualitas dan diminati pasar
dunia seperti Jerman, Amerika, Belanda dn China. Tercatat pada tahun 2012, Kabupaten
Jember dengan total luas lahan 19.563 Ha menghasilkan 31.284 ton dan menurun menjadi
15.748 Ha dengan hasil 18.297 ton (Semaoen dan Sutiarso, 2011). Perkembangan
tembakau Jember sudah didukung oleh pemerintah dengan adanya UU perlindungan
wilayah geografis menurut UU no. 18 tahun 2004 dimana dengan keberadaan UU
tersebut diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan positif sebesar 0,79% pertahun
untuk produktivitas dan 0,16% untuk produksi.
Standart kualitas tembakau yang diinginkan untuk pasar ekspor umumnya
mencangkup beberapa aspek penilaian antara lain kualitas warna, pegangan, aroma,
posisi daun, dan kemurnian dan dipisahkan berdasarkan mutunya menjadi Mutu I
hingga mutu VII. Tembakau NO (Na-Oogst) Jember utara memiliki kualitas yang baik
untuk dijadikan pengisi cerutu (filler) yang sangat dibutuhkan sedangkan tembakau NO
yang di budidayakan di daerah jember selatan memiliki kualitas mutu yang baik
digunakan pembungkus dan pembalut cerutu (dek-omblad) (Djajadi, 2008). Penerapan
SOP (standart operating system) penting untuk meningkatkan kualitas tembakau pada
kegiatan pasca panen dan budidayanya (Utami dkk., 2014). Kecukupan asupan air, unsur
hara dan ketahanan dari hama penyakit merupakan unsur penting untuk dipenuhi.
Kekurangan air pada tanaman tembakau menyebabkan tanaman kerdil,
pembentukan daun yang tidak konstan dan jumlahnya sedikit, ukuran daun sempit dan
terlalu tebal (Fadli dkk., 2015). Periode kering yang berkelanjutan akan mengakibatkan
tanaman menjadi layu sementara (transcient wilting) hingga layu tetap (permanent wilting).
Hal ini terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara proses transpirasi yang tinggi
2 Naskah 175
Sedangkan penyakit lanas pada tembakau yang diakibatkan oleh jamur
Phytophthora nicotianae yang termasuk patogen tular tanah tanaman tembakau yang
mampu bertahan beberapa tahun tanpa kehadiran inang bahkan dalam kondisi yang
tidak mengeuntungkan (Nurhayati, 2013). Gejala yang diakibatkan penyakit lanas pada
tembakau adalah daun menjadi kuning, tanaman layu, batang bagian bawah berwarna
hitam dan ketika dibelah empulurnya akan tampak mengamar atau bersekat-sekat
sehingga kualitas daun menjadi rusak. Stadia tanaman yang paling rentan terhadap
serangan penyakit lanas adalah pada fase pembibitan (Hidayah dan Djajadi, 2009).
Upaya yang dilakukan untuk mencukupi kebutuhan air adalah dengan memberi
pengairan 2 kali dalam sekali proses budidaya baik dengan irigasi teknis maupun dengan
menggunakan irigasi tetes (Ritawati dkk., 2015). Namun, kegiatan pengairan dapat
menyebarkan penyakit lanas daun menjadi semakin parah karena disebarkan melalui
tanah. Oleh sebab itu pengendalian penyakit lanas hanya dilakukan dengan membuang
sisa tanaman tembakau dan pengendalian dengan menggunakan agen hayati seperti
Trichoderma sp. 785 x 106 dan Gliocladium sp. 939 x 106 dengan menaburkanya pada tanah
yang masih tidak praktis dan efektif (Agustina dkk., 2013).
penyelesaian masalah ini dilakukan dengan jamur mikoriza yang menginfeksi
akar yang mampu meningkatkan serapan air secara langsung melalui hifa eksternalnya
(Putri dkk., 2016). Infeksi mikoriza pada akar tembakau menjadi pelindung yang
potensial agar tanaman tahan terhadap jamur P. nicotianae yang dikemas dengan
menggunakan teknik coating. Teknologi coating merupakan teknik pelapisan benih yang
bertujuan untuk memperbaiki kualitas dan penampilan benih, meningkatkan daya
simpan, serta meningkatkan kemampuan ketahanan dari serangan hama dan penyakit
(Sukarman dan Seswita, 2012). Bibit yang tumbuh melalui benih coating yang sudah
mengandung jamur mikoriza akan terinfeksi lebih awal sehingga potensi kekurangan air
dan serangan patogen akan berkurang secara dini. Benih yang praktis dan efektif sesuai
3 Naskah 175
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Benih Tembakau
Tanaman tembakau merupakan komoditi tanaman semusim perkebunan yang
sangat strategis dan mempunyai dampak sosial yang luas. Benih merupakan sarana
produksi yang menentukan hasil tembakau karena setiap benih memiliki sifat genetik
dan morfofisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Benih
tembakau sangat kecil dengan indeks biji 50-80 mg/1000 biji atau setiap gram
mengandung 13.000 butir benih, dengan demikian untuk dapat menyebar secara merata
di atas bedengan tidak dapat disebarkan secara langsung. Benih yang digunakan untuk
pembibitan harus dipersiapkan dan diseleksi secara tepat (Munir, 2006).
Menurut Rochman dan Yulaikah (2011), benih tembakau didapakan dari varietas
tanaman tembakau yang unggul. Benih yang dimaksud dari varietas unggul yaitu benih
yang mempunyai kriteria anatara lain:
a. Benih tidak tercampur dengan bahan asing, biji dari gulma dan tanaman lain, biji
rusak, bentuk, ukuran, berat, dan warna seragam, daya kecambah ≥ 85%, serta bebas
hama dan penyakit,
b. Mempunyai sifat genetic seperti induknya dan benih diusahakan bersertifikat.
Pembudidayaan tanaman tembakau juga perlu diperhatikan pada saat bibit sudah di
tanam di lahan karena di lahan banyak hama dan penyakit yang mudah menyerang
tanaman tembakau sehingga dalam budidaya tanaman tembakau dilakukan
penyiraman, pendaringan, pembumbunan, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, dan
penyirungan agar mendapatkan standar bau teknis (Rochman dan Yulaikah, 2011).
2.2 Dampak Kekeringan lahan dan patogen P. nicotianae pada tembakau
Air dibutuhkan dalam memepertahankan turgor stomata selalu membuka
4 Naskah 175
pada proses pembentukan daun, luas dan jumlah daun yang mana air berhubungan
dengan perkembangan sel-sel palisade (Harwati, 2017). Kekurangan terjadi akibat
penyerapan air yang tidak seimbang dengan laju transpirasinya sehingga tanaman
menjadi layu sementara (transcient wilting) hingga kelayuan permanen yang sulit
disembuhkan karena sel-senya sudah mengalami plasmolisis. Selain akibat ketersediaan
air yang sedikit, kekurangan air juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan akar
mengoptimalkan air yang ada pada pori tanah dengan ukuran kecil sehingga harus
melakukan ekspansi pada tanah yang lebih dalam dan lebih luas dan lebih dalam
(Kurniawan dkk., 2014). Tekonologi yang mampu membantu akar untuk mengekstraksi
air yang tersedia pada pori tanah secara maksimal merupakan kebutuhan yang sangat
dibutuhkan terutama budidaya tembakau pada lahan tegalan.
Kerusakan kualitas tanaman tembakau juga diakibatkan oleh serangan penyakit
lanas daun yang disebabkan oleh jamur Phytopthora nicotianae. Secara khusus gejala yang
timbul karena penyakit lanas daun ada 2 yang pertama daun mendadak terkulai, layu,
dan kemudian mati, pangkal batang busuk berwarna coklat dan ketika dicabut akan
tampak busuk pada pangkal akar. Sedangkan yang kedua daun menguning, layu
kemudian kering dari bawah, tanaman mati dan pada pangkal yang busuk dan dibelah
akan tampak empulurunya bersekat (Supriyono, 2015). Selain itu, daun tembakau yang
terserang terdapat bercak bercincin berwarna coklat.
2.3 Peran dan Manfaat Jamur Antagonis Mikoriza
Penyebaran Mikoriza arbuskular terbagi menjadi dua golongan, yaitu
penyebaran aktif (tumbuh dengan miselium dalam tanah) dan penyebaran pasif
(tersebar melalui air, angin, atau mikroorganisme dalam tanah. Penyebaran yang lebih
luas dapat terjadi karena mengikuti penyebaran dari tumbuhan simbionnya dalam hal
ini dimungkinkan karena mempnuyai selah tumbuhan simbion yang sangat luas
5 Naskah 175
menyerap nutrisi, sebagai pelindung hayati, meningkatkan resistensi tanaman terhadap
kekeringan, terlibat dalam siklus bio-geo-kimia, sinergis dengan mikoroganisme lain,
dan mempertahankan keanekaragaman tanaman. Adanya hifa eksternal yang ekstensif
di permukaan akar menyebabkan volume tanah yang dapat dijangkau tanaman
meningkat sehingga, penyerapan unsur hara oleh akar yang terinfeksi oleh jamur
Mikoriza arbuskular akan meningkat, tenaga penyerapan dapat dipertahankan lebih lama,
dan translokasi hara dari hifa ke sel – sel jaringan korteks diperlancar (Sutarman dan
Prasetya, 1999:141).
2.4 Teknik Coating
Gambar 2.1 Perbandingan hasil coating antara benih tembakau asli dengan benih yang
sudah di-coating.
Teknik coating merupakan teknik pelapisan pada benih suatu tanaman yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas benih, meningkatkan penampilan benih menjadi
lebih menarik, menginduksi sifat tahan terhadap cekaman lingkungan, mengurangi
resiko tertularnya penyakit yang lebih praktis dan murah (Sukarman dan Seswita, 2012).
Salah satu contohnya adalah benih cabai yang sudah lapisi dengan campuran benomil
dan tepung curcuma berpengaruh nyata terhadap penurunan tingkat infeksi cendawan
C. capsici. Cara melapisi (coating) benih suatu tanaman berbeda tergantung bahan yang
6 Naskah 175
mesin atau dengan teknik manual dan diputar kemudian diberi tambahan bahan secara
berkala hingga semua lapisan benih tertutupi dengan bahan misalnya tepung. Benih
yang sudah terlapisi dapat ditambahkan dengan bahan lain seperti mikroorganisme,
bahan aditif, senyawa hormon dan lain sebagainya.
2.5 Hubungan Tanaman Tembakau, Jamur mikoriza dan teknik Coating pada
pembuatan benih sakti
Coating pada benih tembakau bertujuan untuk memperbaiki penampilan benih
menjadi lebih besar sehingga lebih praktis dan mudah untuk ditanam. Selanjutnya
coating benih dengan dicampurkan dengan jamur mikoriza akan menginfeksi akar
tanaman tembakau yang tumbuh lebih awal. Infeksi ini diinginkan agar tanaman
tembakau dapat tercukupi kebutuhan air dan sebagian unsur haranya dengan
keberadaan jamur melalui simbiosis positifnya. Selain, infeksi pada akar tembakau secara
tidak langsung melindungi benih dari serangan jamur P. nicotiana sehingga tanaman
akan tahan penyakit lanas daun tembakau. Pembuatan “benih sakti” melalui teknik
dengan tambaha jamur mikoriza bertujuan diharapkan mampu meningkatkan serapan
air, unsur P, dan unsur lainya seperti N, K, Mg, Mn, Zn serta tahan terhadap serangan
penyakit lanas tanpa perlu melakukan pengairan berlebih yang juga beresiko terhadap
menyebarnya penyakit lebih cepat.
Kecukupan serapan air dan hara serta terhindarnya dari serangan penyakit lanas
daun tembakau diharapkan kualitas daun menjadi lebih tinggi. Kualitas daun tinggi dan
sesuai dengan permintaan pasar global dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga
kesejahteraan akan lebih cepat tercapai. Hal ini disebabkan pertumbuhan tanaman yang
normal akan menghasilkan daun tembakau dengan warna, pegangan, aroma, posisi
daun yang berkualitas serta kemurnian sehingga tujuan masuknya daun tembakau pada
7 Naskah 175
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Metode Kepenulisan
Pendekatan dalam penyusunan karya tulis ini menggunakan pendekatan secara
kualitatif sedangkan penerapan metode penelitianya menggunakan metode deskriptif
dan analitik. Metode deskriptif dilakukan untuk memaparkan seluruh fakta dan sifat
dari suatu kondisi secara sistematis, faktual dan teliti. Informasi yang digunakan untuk
penelitian ini diperoleh dari kejadian aktual yang dialami secara langsung di lapangan
untuk membuat komparasi, evaluasi dan identifikasi masalah. Sedangkan metode
analitik merupakan pengujian hipotesis dan pengadaan interpretasi secara menlam dari
seluruh aspek yang berhubungan atau berkaitan. Pendekatan deskriptif kualitatif
bertujuan untuk memaparkan informasi yang terjadi di kalangan masyarakat secara
nyata mulai dari pra hingga pasca budidaya.
3.2 Subjek Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh
dari narasumber yang juga sebagai petani tembakau di Kelurahan Antirogo Desa
Sumbersari Kabupaten Jember dan Petani di Jl. Tidar Desa Karangrejo Kecamatan
Sumbersari Kabupaten Jember yang merupakan salah satu daerah yang terkena dampak
kekeringan dan serangan penyakit lanas daun tembakau.
3.3 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data dan Informasi
Teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan untuk karya tulis ini
adalah dengan pengelompokan jenis data primer dan data sekunder. Data dan informasi
primer dalam penulisan karya ilmiah diperoleh dari kunjungan lapang dan observasi
petani dan lahan tanaman tembakau. Sedangkan data dan informasi sekunder
8 Naskah 175
belajar mengajar di perkuliahan serta referensi yang mendukung. Eksplorasi data dan
informasi sekunder dilakukan di perpustakaan Fakultas Pertanian dan perpustakaan
pusat Universitas Jember, internet dengan tujuan untuk memperkuat ketepatan dan
kredibilitas dari karya tulis ilmiah.
3.4 Teknik Analisis-Sintesis
Data yang dianalsis dihubungkan dengan teori yang relevan saat ini kemudian
dibandingan dan diidentifikasi dari seluruh permasalahan yang ada, kelebihan dan
kekuranganya, serta pengaruhnya secara luas sehingga dapat dikombinasikan solusinya
menjadi satu teknologi yang tepat. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan
teknik review terhadap upaya dan solusi yang sudah berkembang saat ini dimana
teknologi yang sudah dilakukan tidak efektif untuk sehingga perlu melahirkan
pemikiran ide/solusi baru.
Analisis data dalam pendekatan deskriptif kualitatif dilanjutkan dengan upaya
menggali informasi fakta dari penelitian sebelumnya yang memiliki tingkat kepercayaan
dan kredibilitas tinggi. Hasil analisis dan sintesis ini berupa gagasan baru untuk
menyelesaikan masalah dengan literatur yang sesuai. Hasil data sekunder dan hasil
pemikiran ilmiah dianalsis dan interpretasikan dengan menggunakan kategori analisis
(filling system) yang sudah ditentukan dalam analisis domain yaitu status sosial ekonomi,
perilaku partisipasi subyek karya tulis dan kemudahan akses ke berbagai pihak saat
dilakukan karya tulis.
3.5 Pengambilan Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan diambil setelah mengintegrasikan seluruh temuan data dengan
interpretasi peneliti. Rekomendasi dirumuskan dengan merujuk pada kesimpulan yang
dibuat berdasarkan analisis dari data dan informasi yang digunakan sebagai langkah
9 Naskah 175
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Teknik Induksi Ketahanan Kekeringan dan Patogen Tular Tanah pada “Benih
Sakti” Tembakau
Teknologi untuk mengatasi kekurangan air dan pencegahan terhadap patogen
tular tanah yaitu dengan menggunakan jamur mikoriza vesikula arbuskular (MVA),
kaolin, dan tanah liat sebagai pelindung benih tembakau pada saat awal pembibitan.
Jamur mikoriza berfungsi sebagai cendawan yang dapat memberikan nutrisi pada benih
tembakau sehingga cendawan tersebut dapat mencegah akar bibit tembakau terserang
patogen tular tanah dan akar tanaman yang memiliki jamur mikoriza dapat menyimpan
air. Kaolin berfungsi sebagai perekat antara tanah liat dan serbuk jamur mikoriza
sedangkan tanah liat berfungsi sebagai campuran bahan mikoriza dan menambah nutrisi
unsure hara bagi benih tembakau. Ukuran benih tembakau yang sangat kecil
menyebabkan benih sulit ditanam langsung di media sehingga, benih di lapisi dengan
menggunakan jamur mikoriza dan campuran tanah liat dengan kaolin menggunakan
teknik coating (Sukarman dan Seswita, 2012).
Teknik coating benih tembakau menggunakan mesin coating. Kelebihan
menggunakan teknik coating yaitu benih akan memiliki ukuran yang lebih besar, dapat
terlapisi secara merata dan tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat
diaplikasikan oleh masyarakat khususnya petani tembakau. Pembuatan “benih sakti”
10 Naskah 175
Gambar 4.1 Diagram Alir Pembuatan Benih Sakti menggunakan Teknik Coating
4.2 Pengaruh Benih Sakti terhadap Ketahanan Kekeringan dan Serangan Penyakit
Lanas Daun Tembakau (Phytopthora nicotianae)
Benih sakti tembakau memiliki kelebihan dibandingkan dengan benih tembakau
pada umumnya karena bersimbiosis dengan jamur mikoriza. Jamur yang menginfeksi
akar tanaman tembakau akan tumbuh dan berkembang membentuk hifa internal dan
hifa eksternal. Hifa eksternal berfungsi untuk menyerap unsur hara posfor yang
kemudian diteruskan ke hifa internal untuk dijadikan poliposfat. Senyawa poliposfat
kemudian diteruskan diarbuskul untuk dibah menjadi posfat organik untuk dilepaskan
11 Naskah 175
Hifa eksternal jamur mikoriza bermanfaat memperluas bidang serapan air dengan
ukuran lebih kecil dari pada rambut akar sehingga memungkinkan menyerap ke pori
tanah yang lebih halus. Dengan kata lain, hifa mampu menyerap air pada kondisi tanah
dengan kadar air yang rendah sehingga kebutuhan tanaman akan tercukupi lebih baik
dibandingkan dengan tanaman tembakau tanpa infeksi jamur mikoriza. Kadar air yang
rendah disebabkan oleh kemampuan tanah dalam menyimpan air selama musim hujan
atau pengairan. Inokulasi mikoriza pada benih tembakau bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas penyerapan mineral air tanah yang terikat kuat pada pori mikro tanah.
Struktur pertumbuhan mikoriza pada seluruh lapisan akar tanaman tembakau
membantu akar tahan terhadap serangan penyakit tular tanah. Selimut hifa mikoriza
berfungsi sebagai barier masuknya patogen. Selain itu, keberadaan mikoriza yang
memanfaatkan kelebihan karbohidrat dan eksudat akar mengakibatkan lingkungan
tidak mendukung patogen lain berkembang dan menginokulasi. Mikoriza juga
mengeluarkan senyawa antibiotik yang menghambat pertumbuhan jamur patogen yang
dianggap sebagai competitor (Sutarman dan Prasetya, 1999).
Tanaman tembakau yang terinfeksi jamur mikoriza sehingga tahan terhadap
kekeringan dan petogen tular tanah akan tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tanaman tembakau yang tumbuh ditandai dengan tanaman tumbuh normal,
pembentukan daun konstan dan banyak, ukuran daun lebar dan tipis (Fadli dkk., 2015).
Ketahanan terhadap penyakit ditandai dengan Penyakit lanas pada daun tembakau
menjadi hijau normal, tanaman tegak, batang bagian bawah berwarna hijau dengan
jaringan dalam kondisi sehat baik dalam proses pembibitan maupun pasca pindah tanam
(Fadli dkk., 2014).
Manfaat yang didapatkan dari simbiosis dengan mikoriza bagi tanaman
tembakau adalah efektivitas serapan hara sekitar 50% untuk posfor, 40% untuk nitrogen
dan 25% untuk kalium. Inokulasi mikoriza dengan berbagai kemampuanya membantu
12 Naskah 175
yang kurang menguntungkan. Senyawa auxin, citokinin dan giberalin yang dilepaskan
oleh mikoriza membantu merangsang pertumbuhan tanaman tembakau lebih baik
dibandingkan dengan tembakau tanpa inokulasi mikoriza.
4.3 Peluang Perkembangan Benih Sakti Tembakau secara Luas
Pembuatan “Benih Sakti” dengan teknik coating secara tidak langsung dapat
meningkatkan nilai jual benih tembakau. Mengingat Kabupaten Jember adalah
kabupaten yang berorientasi pada ekspor sebagai bahan baku cerutu yang berkualitas
dan diminati pasar dunia seperti Jerman, Amerika, Belanda dan China. Adanya “Benih
Sakti” tersebut semakin banyak masyarakat yang membudidaya tembakau khususnya
petani tembakau yang berada di Kabupaten Jember.
Benih yang dihasilkan dengan menggunakan teknik coating yaitu ukuran benih
tembakau yang lebih besar dengan berat 0,5 gram/benih. Benih tembakau yang sudah
terlapisi oleh jamur mikoriza jenis vesikula arbuskular mencegah adanya penyakit yang
menyerang sebelum benih tembakau disemaikan. Peluang “Benih Sakti” di Kabupaten
Jember sendiri sangat besar, karena masyarakat khususnya petani tembakau
mengharapkan kualitas tembakau yang dijadikan cerutu mempunyai nilai kulitas yang
bagus sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar Internasional.
4.4 Pengaruh Penggunaan Benih Sakti Tembakau terhadap Aspek Ekonomi dan Sosial
Masyarakat Jember
4.4.1 Ekonomi
BENIH SAKTI TANPA BENIH SAKTI
Keterangan Biaya Keterangan Biaya
Bibit tembakau 18.000 3.600.000 Benih 10 gram 25.000
13 Naskah 175
Pupuk Urea 488 kg 878.400 Mikoriza 10 kg 250.000
Pupuk SP-36 360 kg 640.000 kapur dolomit 100 kg 100.000
Pupuk ZK 80 kg 640.000 Pupuk Urea 351.400
Pestisida 610.000 Pupuk SP-36 320.000
Pengolahan lahan 4 kali 2.800.000 Pupuk ZK 480.000
Penanaman 900.000 Pestisida 410.000
Penyiraman 1.000.000 Pengolahan lahan 4 kali 2.800.000
Pemupukan 300.000 Penanaman 900.000
Gulud 1-3 1.200.000 Penyiraman 700.000
Pengendalian OPT 400.000 Pemupukan 150.000
Topping 300.000 Gulud 1-3 1.200.000
Panen 1.200.000 Pengendalian OPT 300.000
Topping 300.000
Panen 1.200.000
Total 13.268.400 Total 10.630.400
Tabel 4.1 Perbandingan biaya antara penggunaan benih sakti tembakau dan tanpa benih
sakti
Berdasarkan hasil analisa perbandingan diatas menunjukan bahwa penggunaan
benih sakti memberikan keuntungan dari segi biaya budidaya kurang lebih ¼ lebih
rendah dibandingkan biaya produksi pada umumnya. Hal ini dikarenakan pengunaan
mikoriza mampu mengurangi teknik pengendalian terhadap penyakit lanas tembakau
serta mengurangi biaya pengairan karena mikoriza mampu menyerap air 30% lebih
banyak. Selain itu, mikoriza yang memiliki kemampuan untuk menyerap unsur hara
lebih efektif menyebabkan jumlah pupuk yang harus diberikan terutama NPK lebih
14 Naskah 175
Keuntungan dalam modal budidaya dengan mikoriza juga diperoleh dari hasil
tanaman tembakau yang ditanam pada musim kemarau lebih sehat dan tahan
kekeringan. Selain itu, potensinya sebagai agen pengendali hayati terhadap penyakit
akibat patogen tular tanah akan membuat tanaman tumbuh dan menghasilkan daun
lebih bermutu. Selanjutnya, petani akan memperoleh keuntungan lebih besar
dibandingkan dengan teknik pertanian sebelumnya dengan menggunakan benih saktu
yaitu benih coating dengan tambahan cendawan mikoriza.
4.4.2 Sosial Masyarakat
Manfaat keberadaan benih sakti tembakau di kalangan masyarakat memiliki
banyak keuntungan. Tampilan benih sakti tembakau yang besar mempermudah petani
untuk melakukan penyemaian di polibag sehingga pekerjaan petani akan lebih cepat
selesai. Petani yang merasa kesulitan untuk mendapatkan air pada musim kemarau
untuk mengairi tanah tidak perlu khawatir tanamannya menjadi layu karena jamur
mikoriza dapat membantu meningkatkan daya serap air terutama pada lahan tegalan.
Sifat tahan pada tembakau terhadap penyakit lanas daun membantu petani
mendapatkan daun yang sehat. Pengunaan teknologi berbasis alami sedikit demi sedikit
akan merubah kebiasaan masyarakat petani yang biasa mengunakan bahan kimia dalam
mengendalikan penyakit dan mengoptimalkan pertumbuhan berubah menjadi
menggunakan bahan alami yang ramah lingkungan sehingga kualitas daun tembakau
menjadi lebih baik tanpa residu pestisida sehingga mudah diarahkan menjadi sistem
pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Manfaat lain penggunaan benih sakti
tembakau berkontribusi kepada petani untuk menghemat anggaran pupuk NPK karena
sebagian sudah dibantu oleh jamur mikoriza. Akhirnya, teknologi sangat mudah
diterima oleh masyarakat karena lebih ekonomis namun memberikan manfaat yang
15 Naskah 175
BAB 5. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Teknik coating merupakan teknik pembuatan benih dengan mengakomodasikan
mikoriza dengan memberikan tampilan yang lebih efektif
2. Aplikasi benih sakti meningkatkan serapan air dan ketahanan terhadap penyakit
lanas yang disebabkan oleh patogen tular tanah serta meningkatkan serapa unsur
hara sehingga lebih hemat.
3. Peluang perkembangan tembakau di Kabupaten Jember sangat banyak karena
potensi benih sakti memberikan solusi yang tepat untuk permasalahan budidaya.
4. Keuntungan penggunaan benih sakti adalah mampu menurunkan biaya produksi
hingga ¼ dari total awal.
5. Kentungan dalam bidang sosial adalah berubahnya pola budidaya masyarakat
untuk menggunakan teknik aplikatif yang aman dan ramah lingkungan dengan
16 Naskah 175
DAFTAR PUSATAKA
Agustina, I., M. I. Pinem dan F. Zahara. 2013. Uji Efektivitas Jamur Antagonis
Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. untuk Mengendalikan Penyakit Lanas
(Phytophthora Nicotianae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabaccum
L.). Online Agroekoteknologi, 1(4): 1130-1142
ARDHIARISCA, O., M. MUSPITA dan T. KUSTIAR. 2015. Analisis Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pengembangan Agribisnis Tembakau di
Kabupaten Jember. Ilmiah Inovasi, 15(3): 62-65
Dayah, N. dan Djajadi. Sifat-Sifat Tanah yang Mempengaruhi Perkembangan Patogen
Tular Tanah pada Tanaman Tembakau. Perspektif, 8(2): 74-83
Djajadi, 2008. Tembakau Cerutu Besuki-NO : Pengembangan Areal dan
Permasalahannya di Jember Selatan. Perspektif, 7(1): 12-19
Fadli, A., Irsal dan E. S. Bayu. 2014. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) terhadap Pemberian Vermikompos pada Beberapa
Tingkat Pemberian Air. Online Agroekoteknologi, 2(4): 1572 – 1578
Harwati, C. T. 2007. Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit)Terhadap Pertumbuhan
Dan Perkembangan Tanaman Tembakau. Inovasi Pertanian, 6(1): 44-51
Kurniawan, B. A. , S., Fajriani dan Ariffin, 2014. Pengaruh Jumlah Pemberian Air
Terhadap Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tembakau (Nicotiana
tabaccum L.). Produksi Tanaman, 2(1): 59-64
Munir, B. Tanpa Tahun. Budidaya Pembibitan Tembakau di Wilayah Jawa Tengah. Terdapat pada http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/berita-546- budidaya-pembibitan-tembakau-di-wilayah-jawa-tengah.html (Diakses pada tanggal 24 Maret 2017).
Nurhayati. 2013. Tanah dan Perkembangan Patogen Tular Tanah. Prosiding Seminar
Nasional 2013 MKTI, 4(6): 326-333
Ritawati, S., Nurmayulis, D. Firnia dan Fitriyani. 2015. Perubahan Kadar Lengas Tanah
Dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea l.) yang Diberi
17 Naskah 175
Rochman, F. dan Yulaikah, S. 2011. Varietas Unggul Tembakau Temanggung. Balittas.
Malang
Sastrahidayat, I. B. 1991. Pengaruh VAM terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo pada berbagai Kondisi Tanah dan Serangan Hama-Penyakit Proyek
ARMP, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Semaoen, M. I. dan E. Sutiarso. 2011. Respon Suplai Tembakau Cerutu Besuki Na-Oogst
Jember, Jawa Timur. Agritrop, 5(2): 89-102
Sukarman dan D. Seswita, 2012. Pengaruh Lokasi Penyimpanan Dan Pelapisan (Coating)
Benih Dengan Pestisida Nabati Terhadap Mutu Benih Rimpang Jahe. Bul. Littro,
23(1): 1-10
Supriyono. 2015. Serangan Penyakit Layu Bakteri Pseudomonas Solanacearum Dan
Lanas Phytophthora nicotianae pada Galur-Galur Harapan Tembakau
Temanggung. Agrovigor, 8(1): 43-50
Sutarman dan Prasetya, B. 1999. Pemanfaatan Pupuk Hayati Mikoriza pada Tanaman
Sengon Paraserianthes Falcataria. Agritek, 7(1): 9-19
Utami, S. W., A. Daryanto dan H. Rujito. 2014. Strategi Peningkatan Daya Saing
Tembakau Besuki Na-Oogst Berbasis Perbaikan Kinerja Mutu. Manajemen &