• Tidak ada hasil yang ditemukan

Buku Ajar : Matematika Demografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Buku Ajar : Matematika Demografi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

MAT206

MATERI POKOK 1

PENGANTAR DEMOGRAFI

Win Konadi, M.Si.

H. Aminurasyid Roesli, M.Si.

Daftar isi

Bagian-1 : Pengantar Demografi : 1. Pengantar

2. Tujuan Instruksional Umum 3. Tujuan Instruksional Khusus 4. Kegiatan Belajar

Kegiatan Belajar 1 : Definisi, Komponen dan Kegunaan Demografi

Uraian dan Data Latihan 1

(2)

Pengantar Demograf

1.

Pengantar

Salah satu cara untuk memahami hubungan perubahan penduduk dan kejadian penduduk (population event) dengan aksi-aksi pembangunan di berbagai bidang :

Dengan cara mempelajari hubungan antara variabel-variabel kependudukan (demografi) yang dikaitkan dengan perubahan-perubahan dalam variabel pembangunan, atau sebaliknya. Analisis penelusuran dan kajian yang lebih representatif demikian dikenal dengan analisis “kajian” demografi”.

Modul ini mempelajari dasar pemahaman demografi dalam memberikan wawasan dan pengertian umum dari keilmuan dan kajian demografi, sekaligus keterkaitannya dengan keilmuan matematika.

2.

Tujuan Instruksional Umum

Dengan mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan dapat memahami secara jelas pengertian , ruang lingkup kajian dan keilmuan demografi, baik secara umum maupun kaitannya dengan matematika.

3.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan dapat : a. menjelaskan apa yang dimaksud dengan “Demografi” ;

b. menjelaskan komponen dalam kajian atau analisis demografi ; dan c. dapat mendekatkan kajian demografi dengan keilmuan matematika.

4.

Kegiatan Belajar

4.1 Kegiatan Belajar 1 :

Definisi, Komponen dan Kegunaan Demografi

4.1.1 Uraian dan Data :

Analisis demografi memberi sumbangan yang besar, baik kualitatif maupun kuantitatif pada kebijakan kependudukan. Sebagai contoh, analisis kebijakan kependudukan, tata ruang kota-desa, pengelolaan lingkungan, penyediaan pangan, obat-obatan, sandang, fasilitas sekolah, tempat rekreasi, dan lain-lain

(3)

Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika :

Kelahiran (fertilitas), perubahan dalam :

Kematian (mortalitas), dan Terhadap Jumlah

Perpindahan penduduk (mobilitas) komposisi, dan

pertumbuhan penduduk.

Perubahan-perubahan unsur demografi tersebut pada giliran-nya mempengaruhi perubahan dalam berbagai bidang pembangunan secara langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya perubahan yang terjadi di berbagai bidang pembangunan akan mempengaruhi dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk, seperti diilustrasikan oleh Ananta (1991) dalam : Siklus Analisis demografi berikut :

Gambar 1.1 Siklus Analisis demografi Ananta

1 Pengertian Demografi

Kata DEMOGRAFI berasal dari bahasa Yunani, yaitu “DEMOS” berarti Penduduk dan

“GRAFEIN” berarti Menulis. Jadi arti secara harfiahnya adalah tulisan mengenai dinamika penduduk (Archille Guillard, 1985).

 Hal ini sejalan dengan definisi demografi yang dikemukakan oleh Bogue maupun

Barclay dalam Buku Dasar-dasar Demografi (Yasin ; 1981), yaitu :

Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi, distribusi penduduk, dan perubahan-perubahannya melalui komponen demografi yaitu fertilitas, mortalitas, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial (Donald J. Bogue).

(4)

Kaitan Langsung Kajian Demografi Terhadap Keilmuan Matematika-Statistika :

 Penggunaan notasi dan formula matematis merupakan ciri dari Ilmu Demografi karena banyak digunakan pendekatan analisis kuantitatif.

 Pemakaian formulasi matematik dan statistik dalam Demografi semakin tidak dapat dihindarkan khususnya dalam upaya menjelaskan berbagai perubahan yang terjadi, determinan suatu variabel, dan hubungan antar variabel dalam analisis variabel kependudukan.

2 Komponen Demografi

Variabel Dasar (komponen) Demografi terdiri atas :

1). Kelahiran / Fertilitas (Birth = B) 2). Kematian / Mortalitas (Death = D)

3). Migrasi / Mobilitas (InMigration= Mi, OutMigration=Mo)

Sehingga hubungan atau dinamika pertumbuhan penduduk diukur secara umum oleh : (1). . . .

selanjutnya ; (B – D) disebut Natural increase

dan (Mi – Mo) disebut Net-Migration

Dengan diketahuinya komponen demografi tersebut, maka kesimpulan umum secara langsung dapat diutarakan seperti dalam memutuskan model pertumbuhan penduduk

MODEL PERTUMBUHAN PENDUDUK :

Misalnya untuk kondisi Sel-1 : N,T,S ; menyatakan bahwa jika jumlah atau tingkat kematian penduduk lebih besar dari kelahiran dan jumlah migrasi kedaerah tersebut besar maka : pertumbuhan penduduk daerah tersebut dapat mengikuti scenario NAIK, atau TURUN, atau pun Stabil.

Skenario Naik dapat terjadi jika Mortalitas < Migrasi

Skenario Turun dapat terjadi jika Mortalitas > Migrasi, dan

Skenario Stabil terjadi jika Mortalitas sebanding dengan Migrasi,

(5)

Catatan demografi dunia, mengenai pertumbuhan penduduk dunia, dari 1963 sampai

tahun 2000 dapat digambarkan sebagai berikut :

Milyar

Thn

2000

7

1993

6

1984

5

1975

4

1960

3

1930

2

1850

1

0

200

400

600

800

1000 1200 1400 1600 1800 2000

Tahun

Gambar 1.2 Pertumbuhan Penduduk Dunia

Dari gambar 1.2 diatas memberikan gambaran bahwa tahun1850 penduduk dunia mencapai 1 milyar dan 80 tahun kemudian (1930) menjadi dua kali lipatnya, 30 tahun kemudian (yaitu tahun 1960) telah mencapai 3 milyar. Tahun 2000 diperkirakan mencapai 7 milyar orang.

(6)

3. Tujuan dan Kegunaan Ilmu Demografi

1. Mempelajari Kuantitas dan distribusi penduduk suatu wilayah 2. Menjelaskan pertumbuhan masa lampau, penuru-nannya dan

persebarannya berdasarkan (sumber) data yang tersedia melalui hasil Sensus, Survai dan registrasi

3. Mengembangkan hubungan sebab-akibat antara perkembangan penduduk dengan aspek sosial ekonomi.

4. Mencoba memproyeksikan pertumbuhan penduduk di masa akan datang dan kemungkinan-kemungkinan konsekuensi-nya. alamiah) = selisih antara kelahiran dan kematian

d). Child Women Ratio (CWR) = perbandingan jumlah anak (0-4 tahun), dengan jumlah wanita usia (15-44) atau (15-49)

e). Children ever born (CEB); jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup, dari sekelompok wanita selama reproduksinya, sering disebut dengan paritas.

f). Population Growth Rate = PGR = “r”) = angka pertumbuhan penduduk tahunan g). Sensus, Survai, Registrasi = sumber-sumber data kependudukan

(7)

kegiatan melengkapi data sensus antar waktu disebut “SUPAS” (survai penduduk antar sensus), yang telah dilakukan tahun 1985, dan 1995, dan “SDKI” (survai demografi dan kesehatan Indonesia) dan sebagainya.

Registrasi = kumpulan keterangan mengenai kejadian vital penduduk secara demografis, yaitu kejadian kelahiran, kematian, perpindahan penduduk setiap saat dan terus menerus dicatat sehingga diperoleh data statistik vital.

h). Tabel kematian (Life table) = alat analisis hipotetis dari sekumpulan orang yang dilahirkan pada waktu yang sama (kohor), yang oleh karena kematian, jumlah kohor semakin lama berkurang dan akhirnya habis.

4.1.2. Latihan

Buka halaman I-3 tentang Tabel Model Pertumbuhan Penduduk Coba anda jelaskan Skenario dari SEL-2 s/d SEL-9

4.1.3. Rangkuman

a. Demografi memiliki pengertian yang sangat luas – selaras dengan kajian yang diperlukan dalam perencanaan pembangunan kependudukan

b. Komponen dasar demografi terdiri atas : Fertilitas, Mortalitas, dan mobilitas penduduk c. Pertumbuhan penduduk selalu terkait pada ketiga factor atau komponen demografi

tersebut.

4.1.4. Tes Formatif

1). Analisis demografi dengan mengandalkan pendekatan matematik dapat dikate -gorikan sebagai analisis :

a. Analisis Deskriptif , b. Analisis Teoritis,

c. Analisis Modelis d. Analisis Deskriptif dan Teoritis 2). Sumber data yang paling baik dari kegiatan berikut adalah :

a. Sensus Periodik, b. Survai c. Registrasi d. Wawancara

3). Jika Mortalitas lebih besar dari Fertilitas, tetapi migrasi masuk positif ; apa yang terjadi :

a. Pertumbuhan Naik b. Pertumbuhan Turun

c. Pertumbuhan Stabil d. ketiga kemungkinan, Naik, Turun atau stabil 4). Dari pernyataan berikut mana yang lebih komplit dan benar :

a. Pertumbuhan alamiah suatu negara adalah selisih antara kelahiran dan kematian ditambah migrasi masuk

b. Jumlah Penduduk yang besar merupakan potensi negara untuk menjadi maju

c. Permintaan akan anak di negara maju ; umumnya dikaitkan kepada factor cost anak tersebut

(8)

4.1.5. Referensi

1. Moh. Yasin, Rozy Munir, Dkk, 1981. Dasar-dasar Demografi, Lembaga Demografi UI Jakarta.

2. Shryock, H.S., Siegel, J.S and Associates, 1975. The Methods and Materials Demography, Vol.2 US Bureau of the Census, Washington D.C.

(9)

MAT206

MATERI POKOK 2

UKURAN DASAR DEMOGRAFI

Win Konadi, M.Si.

H. Aminurasyid Roesli, M.Si.

Daftar isi

Bagian-2. Ukuran dasar Demografi 1. Pengantar

2. Tujuan Instruksional Umum 3. Tujuan Instruksional Khusus 4. Kegiatan Belajar

Kegiatan Belajar 1 : Ukuran Dasar Dalam Komposisi Penduduk

Uraian dan Contoh Latihan 1

Rangkuman Tes Formatif 1

Kegiatan Belajar 2 : Ukuran-ukuran Komponen Demografi Uraian dan Contoh

(10)

Ukuran Dasar Demograf

1.

Pengantar

Penduduk Indonesia saat ini telah mencapai lebih dari 200 juta jiwa atau tepatnya menurut proyeksi UNFPA (United Nations Fund Population Activities) untuk penduduk Indonesia tanggal 12 Oktober 1999 pukul 00.00 menunjukkan jumlah sebesar 215.533.983 jiwa atau kira-kira 3 persen dari bagian penduduk dunia. Sementara itu setiap menit jumlah penduduk terus bertambah. Jumlah ini akan akan terus meningkat menjadi 244,3 juta pada tahun 2010 dan menjadi 285,5 juta pada tahun 2025 (Wirakartakusumah dan Chotib, 1999). Modul ini membahas dan menghitung ukuran dasar dalam demografi yaitu ukuran-ukuran komposisi penduduk dan ukuran-ukuran komponen demografi, kaitannya dengan fertilitas, mortalitas dan migrasi. Untuk kedua hal tersebut, menggunakan perhitungan dan rumusan matematik sederhana dengan konsep atau kesepakatan dunia.

Ukuran komposisi penduduk berkaitan dengan melihat perubahan-perubahan jumlah penduduk berdasarkan komposisi berdasarkan umur, jenis kelamin, tempat tinggal.

Ukuran dasar fertilitas, seperti ukuran Crude Birth Rate (CBR), Age Specific Fertility Rate (ASFR), Total Fertility Rate (TFR), dan Expectation Life (Angka harapan hidup).

Ukuran dasar mortalitas, seperti Crude Death Rate (CDR), Age Specific Mortality Rate

(ASMR), Total Mortality Rate (TMR), dan Infant Mortality Rate (IMR).

Ukuran dasar migrasi, seperti ukuran in-migration, out-migration, net-migration.

2.

Tujuan Instruksional Umum

D

engan mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan dapat memahami secara jelas pengertian dan perbedaan serta manfaat ukuran-ukuran dasar demografi. Disamping itu dapat menghitung ukuran tersebut pada kasus data demografi.

3.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari modul ini, peserta didik diharapkan dapat :

a. menjelaskan apa yang dimaksud dengan “ukuran dasar Demografi” ; yaitu ukuran komposisi penduduk, dan ukuran komponen demografi ;

b. menjelaskan apa arti dan perbedaan dari ukuran-ukuran yang dimaksud. ;

(11)

c. menghitung ukuran dasar demografi tersebut, serta menjelaskan arti hasil perhitungan yang diperoleh.

4.

Kegiatan Belajar

4.1 Kegiatan Belajar 1 :

UKURAN KOMPOSISI PENDUDUK

4.1.1 Uraian dan Contoh :

1. Ukuran Dasar Dalam Komposisi Penduduk

Dalam kajian atau analisis kependudukan diperlukan distribusi penduduk berdasarkan komposisinya. Untuk hal itu diperlukan konsep dan rumusan untuk mendeskripsikannya melalui ukuran-ukuran berikut, yaitu :

a). Umur Tunggal (Single Age)

 Umur seseorang yang dihitung berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya.

 Misalnya : seseorang berumur 10 ½ tahun pada saat sensus/survai . maka dianggap (dimasukkan) dalam umur tepat 10 tahun

 Dalam kenyataannya, pada saat perhitungan survai/sensus orang cenderung menyenangi umur-umur dengan angka akhir 0 atau 5, sehingga bisa terjadi kesalahan pelaporan. Kondisi ini disebut “AGE HEAPING”. Contoh : Umur seseorang sebenarnya 29 tahun, tetapi dilaporkan 30 tahun. Sementara itu ada orang yang sudah berumur 16 tahun, tetapi melaporkan diri dengan umur 15 tahun. Kondisi adanya kesalahan pelaporan (Age heaping) tersebut, oleh demografer biasanya dideteksi dan diperhitungkan, khususnya dalam mengambil kebijakan distribusi penduduk menurut umur, dan untuk keperluan peramalan.

b). Rasio/Perbandingan Jenis Kelamin (Sex Ratio)

 Rasio jenis kelamin atau Sex Ratio (SR) merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki (male) terhadap penduduk perempuan (female) pada tahun tertentu dalam pengali konstanta. Atau :

SR = ( Pm/ Pf) x k ; . . . (2.1) Pm Penduduk laki-laki (male) dan Pf = penduduk perempuan (female) k : pengali konstanta, biasanya digunakan angka 100 atau 1000

(12)

Hal ini berarti bahwa setiap 100 perempuan terdapat 97 orang laki-laki, atau untuk lebih meningkatkan ketelitian dapat diartikan bahwa, untuk setiap 1000 perempuan terdapat 972 laki-laki pada “tahun tersebut” di “wilayah tersebut”

Contoh :

 Hasil Sensus 1980, 1990 dan Supas 1995 tercatat data jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia baik total maupun berdasarkan tempat tinggal (Rural-Urban) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Penduduk laki-laki

Jumlah Penduduk Laki-Laki (Male)

SP’80 SP’90 SUPAS’95

Desa Kota Total Desa Kota Total Desa Kota Total

56509779 16441891 72951670 61692358 27683319 89375677 62207488 34722443 96929931

Tabel 2.2 Penduduk Perempuan

Jumlah Penduduk Perempuan (Female)

SP’80 SP’90 SUPAS’95

Desa Kota Total Desa Kota Total Desa Kota Total

57420925 16413878 73834803 62121635 27750471 89872106 62591158 30778167 93369325

Tabel 2.3 Ukuran Sex-Ratio , 1980, 1990 dan 1995

SEX RATIO

SP’80 SP’90 SUPAS’95

Desa Kota Total Desa Kota Total Desa Kota Total 98.41 100.17 98.80 99.31 99.76 99.45 99.39 112.82 103.81

Hasil tabel 2.3 baris ke-4 kolom-1, yaitu angka 98,41 artinya : setiap 100 perempuan di daerah perkotaan tahun 1980 terdapat sekitar 98 dan 99 laki-laki.

c). Child Woman Ratio

 Yaitu perbandingan jumlah anak dibawah 5 tahun (P0-4) dengan jumlah penduduk wanita usia reproduksi (P15-49) atau (P15-49)

 Rumus : CWR = {(P0-4) / (P15-49)} * k atau

CWR = {(P0-4)/ (P15-49)} * k . . . (2.2)

d). Angka Beban Tanggungan (Depedency Ratio)

(13)

 Asumsi yang digunakan demografer Indonesia :

Penduduk produktif berumur : 15-64 tahun. Asumsi ini dapat berbeda dengan negara-negara lain, ada beberapa negara maju yang telah menetapkan lebih tegas bahwa penduduk produktif dalam angkatan kerja antara umur 20 – 54 tahun. Sehingga orang tua (lansia) berumur 55 tahun keatas sudah saatnya untuk istirahat (peaks) menikmati hidup, dengan beban hidup ditanggung oleh negara.

 Rumus Depedency ratio (DR) adalah :

DR = (P0-14 + P65+) / (P15-64) x k ; . . . (2.3)

(k = konstnta pengali : 100 atau 1000)

Depedency ratio (DR) dipakai sebagai indikator ekonomi negara (apakah suatu negara termasuk sebagai negara yang maju atau mendekati/menuju negara maju, atau negara berkembang/negara terbelakang dalam sisi ekonominya).

 Makin kecil ukuran Depedency ratio menunjukkan negara tersebut tergolong maju perekonomiannya, karena jumlah penduduk yang produktif sangat besar dibandingkan dengan penduduk yang tidak produktif. Jika ukuran DR cukup besar, maka berarti beban penduduk produktif sangat berat untuk menanggung penduduk yang non-produktif.

 Seperti Indonesia, pada tahun sensus 1971 besarnya Depedency ratio DR1971 = 87 (pengali 100), tahun 1995 ( data Supas 1995 ) tercatat DR1995 = 61,02 dan estimasi Ananta (1995) bahwa negara Indonesia akan memiliki

Depedency ratio tahun 2010 sebesar DR2010 = 46,20.

 Hal ini berarti bahwa di Indonesia pada tahun 1971 ; dari 100 penduduk produktif menanggung beban hidup 87 orang penduduk non-produktif , tahun 1995 , menurun menjadi 61 orang, dan diperkiran terus menurun, seperti estimasi Ananta pada tahun 2010 dari 100 penduduk produktif hanya menanggung beban hidup 46 orang penduduk non-produktif.

e).

Umur Median (

Median’s Age

)

Umur Median menyatakan umur tengah-tengah dari usia penduduk

suatu wilayah, atau umur yang membagi penduduk menjadi 2 bagian

dengan jumlah yang sama, Bagian pertama lebih muda dan lainnya

lebih tua.

(14)

penduduk pada kelompok-kelompok umur tertentu tersebut

Dengan Mengambil data penduduk yang tinggal diperdesaan tahun 1980 (SP’80) Sebagaimana disajikan dalam tabel 2.4 dibawah ;

Maka dapat dihitung Umur median sebagai berikut :

Umur TT atau tidak tercatat dapat dilakukan distribusi ke-kelompok umur lain atau dapat dihilangkan. Jika dihilangkan maka diperoleh :

Bm = Batas bawah kelompok umur yang mengandung jumlah N/2  15 N = Jumlah penduduk pedesaan total  113.914.350

Pkum = Jumlah pend. kumulatif sampai dgn kel. umur yang mengandung N/2  58543350

Pm = Jumlah penduduk pada kelompok umur dimana terdapat nilai N/2  11167219

i = Class Interval Umur  5

Tabel 2.4 Data Jumlah Penduduk Perdesaan (Rural) Menurut Umur, 1980

(15)

65-69 1386377 111395584

= 15 + [(56957175 - 5854 3350)/11167219] * 5

Ma = 14,29

4.1.2 Latihan 1 :

Berikut diberikan data lengkap penduduk Indonesia Hasil Sensus 1980, 1990 dan Supas 1995 menurut tempat tinggal, jenis kelamin dan kelompok umur

Coba lakukan perhitungan :

(1). Sex Ratio penduduk Desa, Kota dan Total

(2). Depedency Ratio penduduk tinggal di Desa, Kota dan Total

(3). Umur Median penduduk laki maupun perempuan berdasarkan tinggal di desa, kota dan total

Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Laki-laki Menurut Kelompok Umur di Indonesia Berdasarkan hasil Sensus 1980 dan 1990 serta Supas 1995

Umur SP’80 Jumlah Penduduk Laki-Laki (Male)SP’90 SUPAS’95

Desa Kota Desa Kota Desa Kota

0-4 8490554 2325420 7746220 3014639 6999984 3474748

5-9 8668286 2164097 8571098 3356997 7609470 3520101

10-14 7149609 1982262 7828706 3215421 8046407 3991725

15-19 5513341 1999200 6273397 3247043 6224856 4048054

20-24 4239113 1739463 4622540 2960765 4567893 3469377

25-29 4197545 1415139 4834463 2622687 4626818 3170881

30-34 3066814 955811 4360194 2224131 4477618 2784879

35-39 3272455 918489 3961353 1827088 4474100 2578069

40-44 2850844 793209 2799747 1210507 3705477 2113059

45-49 2422889 589867 2630736 1093186 2738943 1434482

50-54 2173599 544284 2362803 926387 2486887 1292289

55-59 1363383 357118 1693395 628226 1939213 994613

60-64 1278605 280625 1643020 576049 1600108 701283

65-69 659536 151577 982312 346850 1163031 534878

70-74 575077 113997 718053 227823 862921 328241

(16)

TT 9049 1991 1665 540 0 0 Sumber : BPS

Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Perempuan Menurut Kelompok Umur di Indonesia Berdasarkan hasil : Sensus 1980 dan 1990, serta Supas 1995

Umur

Jumlah Penduduk Perempuan (Female)

SP’80 SP’90 SUPAS’95

Desa Kota Desa Kota Desa Kota

0-4 8179607 2195091 7389051 2835234 6710973 3265826

5-9 8329264 2070280 8108762 3186201 7259464 3399278

10-14 6558811 1928352 7327530 3110484 7674174 3996376

15-19 5653878 2116816 5947322 3459221 5843282 4163198

20-24 5218795 1804174 5384466 3160591 5274974 383832

25-29 4381335 1349527 5432995 2733385 5179992 3300500

30-34 3211388 933068 4501263 2160206 4766987 2952148

35-39 3445630 913297 3752138 1643638 4570246 2496514

40-44 2997800 778110 2899193 1172188 3312160 1952781

45-49 2504145 633336 2763061 1078681 2682868 1394669

50-54 2151962 540297 2452011 946385 2151253 1189968

55-59 1327694 342084 1806850 703226 2203530 105728

60-64 1361861 307536 1691431 615951 2001378 879744

65-69 726841 175931 1040446 380116 1297224 560445

70-74 689251 162333 808456 274694 879174 378169

75+ 675358 161593 814912 289808 783479 358991

TT 7305 2053 1748 462 0 0

Sumber : BPS

3.1.3. Rangkuman

a. Komposisi penduduk diartikan sebagai pengelompokkan penduduk berdasarkan ciri-ciri tertentu, seperti kelompok umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal (region), dan lain-lain.

b. Data komposisi penduduk sangat tinggi nilainya untuk mengetahui “Human Resources”, mengambil “kebijakan” dalam ekonomi dan politik, sebagai “perbandingan” dan sebagainya.

(17)

oleh kelompok manusia produktif (Umur : 15-64 tahun) terhadap orang-orang non-produktif (umur : < 15 tahun dan >=65 tahun).

3.1.4. Tes Formatif 1

1. Komposisi penduduk dari aspek social adalah pengelompokkan penduduk berdasarkan :

a). Tingkat pendidikan, b). jenis Pekerjaan, c). kelompok umur

2. Jika jumlah total penduduk di suatu wilayah 2565404 orang dan 1825344 diantarnya berusia 15-64 tahun, maka :

a). Depedency Ratio = 40,54 b). Depedency Ratio = 71,15 c). Depedency Ratio = 246,64

3. Dengan memperhatikan tabel 2.3 halaman II-3 sebelumnya, maka pada baris ke-4 kolom 8 yaitu angka sex ratio = 112,82 artinya adalah :

a). Setiap 100 laki-laki ; Pada Thun 1995 di perkotaan : terdapat sekitar 113 perempuan

b). Setiap 100 perempuan; Pada Thun 1995 di perkotaan : terdapat sekitar 113 laki-laki

(18)

3.2. Kegiatan Belajar 2 :

Ukuran Dasar Untuk Komponen Demografi

4.2.1 Uraian dan Contoh

Seperti diketahui bahwa komponen demografi terdiri atas : fertilitas (Kelahiran), Mortalitas (Kematian) dan Mobilitas/Migrasi penduduk. Untuk dapat mengungkapkan kondisi tingkat fertilitas atau mortalitas dan mobilitas penduduk suatu wilayah, atau negara perlu dibuatkan konsep kesepakatan yang sama di seluruh dunia, sehingga demografer dapat menghitung dan membandingkan ukuran tersebut antar wilayah suatu negara ataupun antar negara.

Ukuran dasar yang menjadi kesepakatan tersebut adalah :

Komponen Ukuran Kasar Ukuran Spesifik Ukuran Total

Fertilitas CBR, GFR ASFR TFR

Mortalitas CDR, FDR ASDR TMR, IMR

Mobilitas MR, OMR, IMR ASOMR, ASIMR Net-Migration 1). Fertilitas

Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan riil seorang wanita untuk melahirkan , yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Fertilitas, menurut Kingsley Davis & Judith Blake :“ada tiga tahap penting dari proses reproduksi, yaitu tahap hubungan kelamin (intercourse), tahap konsepsi (conseption) dan tahap kehamilan (gestation). Sementara itu H.Leibenstein

mengungkapkan : “bahwa fertilitas ada sehubungan adanya permintaan akan anak, dimana anak dilihat dari 2 segi, yaitu segi kegunaannya (utiliy) dan segi biaya (cost). Kegunaannya ialah memberikan kepuasan, balas jasa ekonomi, atau membantu dalam kegiatan berproduksi dan sumber menghidupi orang tua nantinya, sedangkan dari biaya dilihat dari kesanggupan keluarga membesarkan anak dari kepemilikan anak tersebut”.

Beberapa ukuran dasar fertilitas yang sering digunakan adalah :

(19)

Angka yang diperoleh ini, memberikan gambaran kasar tentang besaran kelahiran dari k-jumlah penduduk suatu wilayah, tanpa memperhatikan variable umur ( kelompok umur) usia reproduktif penduduk. Sehingga ukurannya bersifat kasar, dengan rumusan :

AKK = CBRt = (Bt / Pt) * k . . . (2.5)

Dengan : Bt = banyaknya kelahiran pada tahun tertentu (t)

Pt = jumlah penduduk pada pertengahan tahun, misalnya tahun 2000, sehingga yang dilihat jumlah penduduk pada tanggal 30 Juni 2000 atau 1 Juli 2000.

k = 1000 (artinya perbandingannya dari 1000 penduduk yang ada)

Menurut informasi BPS, di Indonesia pada tahun 1979 tercatat 35 kelahiran per-1000 penduduk sehingga CBR1979 = 35. Angka kelahiran yang tertinggi di dunia dalam periode 1980-1990 adalah negara Kenya, tercacat CBR1980 (Kenya) = 51, sedangkan yang terendah di Republik Federasi Jerman, yaitu CBR1980 (RFJ) = 10.

(b). Angka Kelahiran Umum (AKU) atauGeneral Fertility Rate (GFR)

Angka ini menyatakan banyaknya kelahiran penduduk di suatu wilayah pengamatan, untuk setiap 1000 wanita reproduktif (umur 15-49, ada juga negara yang menganut batasan 15-44 tahun, dan 20-44 tahun). Ukuran GFR ini lebih baik dari CBR, karena hanya memasukkan komponen penduduk yang beresiko melahirkan atau “exposes to risk” (wanita umur 15-49 tahun). Ukuran AKU atau GFR dihitung dengan rumus

AKU = GFR = ( B / Pf ) * k . . . (2.6)

Dengan : B = banyaknya kelahiran yang terjadi selama 1 tahun

Pf (15-49) = penduduk wanita berumur 15-49 tahun pada pertengahan tahun K = bilangan konstanta pengali atau pembanding = 1000

(c). Angka Kelahiran Menurut Umur Tertentu (AKUT) atau Age Specific Fertility Rate (ASFR)

Yaitu angka kelahiran penduduk yang di survei menurut kelompok umur ibu, karena itu hasilnya lebih baik dari GFR. Angka Kelahiran menurut Umur Tertentu (AKUT) atau Age Specific Fertility Rate (ASFR) ini, memberikan gambaran kelahiran yang terjadi pada kelompok umur ibu tertentu (x), dan dirumuskan dengan :

AKUTx = ASFRx = ( Bx / Pfx ) * k . . . (2.7)

(20)

Bx = jumlah kelahiran dari wanita kelompok umur-x tertentu. Pfx = jumlah wanita pada kelompok umur-x tertentu.

k = 1000 (angka konstanta pengali atau pembanding)

Misalnya : ASFR(20-24) = 42. Hal ini menyatakan bahwa Angka kelahiran wanita umur 20-24 tahun sebesar 42 bayi untuk setiap 1000 wanita umur 20-20-24 tahun.

(d). Angka Kelahiran Total (AKT) atauTotal Fertility Rate (TFR)

Angka fertilitas ini lebih memberikan informasi tentang besarnya kejadian kelahiran penduduk secara total yang secara inplisit mempertimbangkan umur wanita reproduksi. Sehingga dapat diketahui jumlah kelahiran per-wanita yang ada pada waktu tertentu di suatu wilayah dan sekaligus dapat diketahui kemampuan seorang wanita melahirkan. Selama masa reproduksinya.

Total Fertility Rate dihitung dengan rumus :

AKT = TFR = 5* ( ASFRx ) . . . (2.8) x

dengan ; x bergerak dari (5-9) sampai (45-49) dalam tanda 

Pada umumnya Angka Kelahiran Total (AKT) atau TFR di negara-negara yang sedang berkembang sangat tinggi, yaitu masih diatas 5, sedangkan di negara maju sudah di bawah angka 2. Seperti Indonesia, tahun 1971 dinyatakan TFR (1971) = 5,9 per-wanita, dan tahun 1980 ; TFR (1980) = 4,2 per-wanita.

2). Mortalitas

Mortalitas, harus diartikan dengan pengertian baku yang disepakati dunia, sehingga dapat dijadikan referensi ataupun perbandingan. Menurut WHO (World Health Organization) bahwa definisi mati adalah : “Keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang biasa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup”.

Dari arti diatas, maka lahir mati (fetal death) tidak termasuk yang harus dicatat sebagai mati (untuk perhitungan ukuran mortalitas nantinya)

Beberapa ukuran dasar mortalitas yang sering digunakan adalah :

(a). Angka Kematian Kasar (AMK) atau Crude Death Rate ( CDR)

Yaitu jumlah kematian pada tahun tertentu (Dt) dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun (Pt/2) di suatu wilayah pengamatan, dengan pembanding untuk 1000 orang (k).

Rumus :

(21)

Sebagai contoh, angka kematian kasar Indonesia tahun 1978 tercatat 14 per-1000 penduduk.tahun 1980 sebesar 15, tahun 1985 sebesar 12, tahun 1990 sebesar 9, dan tahun 1995 sebesar 8 per-1000 penduduk. CDR Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan Malaysia, tetapi sudah mendekati angka rata-rata dunia, seperti tertera dalam data World Population Datasheet of the Population Reference Bureau, berikut

Tabel 2.7 CDR Indonesia dan Malaysia serta Asia & Dunia

Negara 1980 1985 1990 1995 1998

Indonesia 15 12 9 8 8

Malaysia 6 7 5 5 5

Asia Teng. 13 10 8 8 8

A s i a 11 10 9 8 8

Dunia 11 11 10 9 9

(b). Angka Kematian Menurut Umur (AMUT) atau Age Specific Death Rate (ASDR)

Angka Kematian Umur Tertentu (AMUT) atau Age Specific Death Rate (ASDR) ini, memberikan gambaran jumlah kematian yang terjadi pada kelompok umur tertentu (x), per-1000 penduduk dalam kelompok umur tersebut. Dihitung dengan rumusannya sebagai berikut :

AMUTx = ASDRx = ( Dx / Px ) * k . . . (2.10)

Dengan : x = Kelompok umur 5 tahunan, yaitu :

(x = 0-4, 5-9, 10-14, 15-19, 20-24, 25-29, 30-34, 35-39, 40-44, 45-49, 50-54, 55-59, 60-64m 65-69, 70-74, 75+)

Dx = jumlah kematian penduduk pada kelompok umur-x tertentu. Px = jumlah penduduk pada kelompok umur-x tertentu.

k = 1000 (angka konstanta pengali atau pembanding)

Jika suatu negara dihitung ASDR20-24 = 5,4 ; hal berarti terdapat 5 sampai 6 orang yang meninggal per-1000 penduduk pada usia 20-24 tahun. Atau tepatnya terdapat 54 orang meninggal per-10.000 penduduk usia 20-24 tahun.

(c). Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR)

(22)

AKB

t

= IMR

t

= ( D

bx

/ F

t

) * k

. . . (2.11)

Dengan : t = Tahun pengamatan tertentu

Dbt = jumlah kematian bayi berumur dibawah 1 tahun selama tahun-t. Ft = jumlah kelahiran (fertilitas) selama tahun-t.

k = 1000 (angka konstanta pengali atau pembanding)

Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, tetapi berkecenderungan menurun selaras dengan baiknya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Data BPS dan pembanding data World Population, dapat dijadikan referensi informasi, yaitu :

Tabel 2.8 IMR Indonesia dan Pembandingnya

Negara 1980 1985 1990 1995 1998

Indonesia 91 87 89 64 66

Malaysia 44 29 30 12 10

Asia Teng. 96 79 70 53 55

A s i a 103 91 74 62 57

Dunia 97 81 73 62 58

3). Migrasi

a). Definisi Migrasi :

Migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang relatif permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Dalam buku Dasar-dasar Demografi (Rozy Munir, LD-UI ; 1981, hal.116) disebutkan bahwa migrasi merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas adminsitratif dalam suatu negara. Sehingga ada daerah asal dan daerah tujuan. Orang yang melakukan mobilitas tersebut dinyatakan sebagai migran. Definisi migran ini dikaitkan dengan tempat tinggal dan waktu. Berikut ini akan dikemukakan beberapa konsepsi tentang migrasi, yang dikutip dari tulisan Alatas (1995), yaitu :

Migrasi sebagai bentuk mobilitas geografi (geographic mobility) atau mobilitas keruangan (spatial mobility) dari suatu unit geografi ke unit geografi lainnya, yang menyangkut suatu perubahan tempat kediaman secara permanen dari tempat asal ke tempat tujuan (PBB ; 1958)

(23)

Migrasi adalah suatu bentuk dari mobilitas geografi/keruangan yang menyangkut perubahan tempat kediaman secara permanen antar unit-unit geografi tertentu (Shryock dan Siegel ; 1971)

Migrasi adalah perubahan tempat tinggal yang permanen atau semipermanen tidak ada batasan mengenai jarak yang ditempuh, apakah perubahan tempat tinggal itu dilakukan secara sukarela atau terpaksa, dan apakah perubahan tempat tinggal itu antar negara atau masih dalam suatu negara (Lee ; 1966)

Kecenderungan perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain, seperti urbanisasi menurut beberapa teori (Lee, Todaro) ada kaitannya dengan pertumbuhan pembangunan bidang ekonomi. Mereka secara jelas mengungkapkan bahwa faktor ekonomi memang memberi kontribusi besar dalam mempengaruhi orang untuk bermigrasi.

Dengan demikian setiap wilayah akan mengalami perpindahan penduduk, ada yang masuk dan ada yang keluar dari wilayahnya. Tercatat DKI Jakarta memiliki mobilitas yang tinggi, dugaan Ananta (1995) daerah tersebut telah mengalami transisi mobilitas tingkat kempat yaitu tahap transisi akhir (late transitional society) dan siap memasuki masyarakat mulai maju (early advanced society).

Tjiptoherijanto (1998) menyatakan bahwa mobilitas penduduk merupakan kejadian yang mudah dijelaskan dan tampak nyata dalam kehidupan sehari-hari, namun pada prakteknya sangat sulit untuk mengukur dan menentukan ukuran bagi mobilitas penduduk itu sendiri. Hal ini disebabkan karena hubungan antara mobilitas (migrasi dan urbanisasi) dengan proses pembangunan yang terjadi dalam suatu negara/daerah saling kait mengkait. Jumlah migrasi semasa hidup ke daerah perkotaan di Indonesia pada tahun 1990 mencapai 8,5 juta orang atau 57,69 persen dari seluruh migran semasa hidup (14,8 juta). Sedangkan migran risen pada tahun yang sama adalah sebesar 3,2 juta atau sekitar 60,64 persen.

Migran semasa hidup (life time migrant) dalam pengertian BPS adalah penduduk yang pada saat sensus, tempat tinggalnya berbeda dengan tempat lahirnya dan migran risen (Recent migrant) adalah seseorang dimana propinsi tempat sekarang berbeda dengan propinsi tempat tinggal 5 tahun yang lalu.

b). Ukuran-ukuran Migrasi

(1). Angka Mobilitas

Rasio banyaknya penduduk yang pindah secara local (mover) dalam jangka waktu tertentu (M) dengan banyaknya penduduk (P), per-1000 penduduk (k), dirumuskan :

M = (m / P) * k . . . (2.12)

(2). Angka Migrasi Masuk

(24)

Mi = (mi / P) * k . . . (2.13)

Selisih banyak migran masuk dan keluar per-1000 orang penduduk dalam 1-tahun

Mn = {(mi - mo) / P } * k . . . (2.15)

Kasus Fertilitas : Data berikut menunjukkan jumlah penduduk wanita dan kelahiran per-kelompok umur wanita, yaitu :

Umur Pf Kelahiran Umur Pf Kelahiran

Hitunglah : a). ASFRx

b). TFR 15-19 375642 22763 35-39 198762 22438

20-24 311367 63226 40-44 143505 8342 25-29 278540 68540 45-49 76342 921

Tentukan ukuran migrasi data diatas !!

(25)

a. Ukuran komponen demografi, yaitu yang terkait dengan kejadian vital kelahiran, kematian dan migrasi adalah menghitung dan sekaligus mengungkapkan variabe-variabel demografi suatu wilayah atau negara dalam meninjau perubahan kependudukan, baik dari tingkat kelahiran, tingkat kematian dan mobilitas penduduk. b. Migrasinya sekelompok orang dari rural region ke urban region disebut dengan

Urbanisasi

c. Kejadian Migrasi sangat terkait dengan persoalan ekonomi (Lee : 1966), umumnya daerah yang ekonominya baik ditunjukkan dengan pendapatan per-kapita diatas rata-rata nasional maka daerah tersebut menjadi sasaran migran. Kecenderungan mobilitas (migrasi dan urbanisasi) penduduk yang tergantung pada kemajuan sosial-ekonomi daerah/negara mengikuti alur atau transisi mobilitas Zelinsky, yaitu melalui lima (5) tahap mobilitas seperti dicantumkan pada Tabel berikut :

Tabel Transisi Mobilitas Zelinsky (1971) Tahap Transisi Mobilitas Fenomena Mobilitas 1. The Premodern Trad-itional

Society

Sangat rendahnya arus perpindahan penduduk

Mobilitas penduduk umumnya terjadi karena adanya

pemanfaatan lahan pertanian, perdagangan, peperangan.

2. The Early Transitio-nal Society Pergerakan penduduk dari desa ke kota dalam

jumlah yang besar

Adanya kecenderungan penduduk berpindah ke luar

negeri

Adanya kecenderungan mendatangkan migran

(tenaga ahli) dari luar negeri

Berkembangnya jenis mobilitas sirkuler

3. The Late Transitional

Society Terjadi penurunan pergerakan penduduk dari daerahperdesaan keperkotaan

Berkurangnya pergerakan penduduk menuju daerah

(26)

sama

Kecenderungan migrasi masuk tenaga kerja yang

kurang berkualitas dari daerah belum berkembang

Meningkatnya arus migrasi internasional ataupun

migrasi sirkuler tenaga kerja terdidik

Adanya migrasi penduduk dengan tujuan ekonomi,

kenyamanan atau bahkan pelesiran

5. A Future

advanced Society Makin menurunnya migrasi permanen dan mening-katnya migrasi sirkuler karena makin baiknya sistem komunikasi

Pendatang, umumnya berasal dari daerah perkotaan

lain ataupun pinggiran kota-kota lainnya

Munculnya bentuk-bentuk baru dari migrasi sirkuler Serta munculnya berbagai kebijaksanaan politik yg

mengatur migrasi internal maupun internasional

Sumber : Tjiptoherijanto (1998)

4.2.4. Tes Formatif 1

1. Angka kematian kasar tercatat 16,4 per 1000 penduduk, dimana jumlah penduduk pertengahan tahun yang dicatat adalah 2.567.120, maka jumlah kematian tahun tercatat adalah :

a). 42.101 b). 24.101 c). 63.884

2. Jika banyak migran masuk suatu milayah sebesar 25.312 orang, dimana jumlah penduduk pertengahan tahun di wilyah tersebut 543.763 orang, maka angka migrasi masuk sebesar :

a). 9,77 b). 7,99 c). 21,48

3. Jika out-migration diketahui 3,77 dan in-migration adalah 4,12 maka net-migration dari suatu wilayah yang berpenduduk pertengahan tahun pengamatan 654.250 adalah :

a). 0,35 % b). 0,53 % c). 3,50 %

4.2.5. Referensi

1. Alatas, Secha. 1995. Studi Migrasi Penduduk Indonesia, dalam buku Migrasi dan Distribusi Penduduk di Indonesia. Jakarta - Penerbit : Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN

2. Moh. Yasin, Rozy Munir, Dkk, 1981. Dasar-dasar Demografi, Lembaga Demografi UI Jakarta.

(27)

3. Tjiptoherijanto, Prijono. 1998. Mobilitas Sebagai Tantangan Kependudukan Masa depan ; Pidato Pengukuhan Guru besar FE-Universitas Indonesia, Jakarta.

Gambar

Gambar 1.1  Siklus Analisis demografi Ananta
Gambar 1.2 Pertumbuhan Penduduk Dunia
Tabel 2.4  Data Jumlah Penduduk Perdesaan (Rural) Menurut Umur, 1980
Tabel 2.5.  Jumlah Penduduk Laki-laki Menurut Kelompok Umur di IndonesiaBerdasarkan hasil Sensus 1980 dan 1990 serta Supas 1995
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menduga parameter demografi monyet ekor panjang ( Macaca fascicularis ) yang terdiri dari ukuran populasi, angka kelahiran,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan tingkat kesulitan soal pemecahan masalah Matematika ditinjau dari komponen-komponen soal: jenis bilangan,

Komponen angket yang diserahkan kepada ahli desain berupa ukuran bahan ajar, desain sampul buku ajar, ilustrasi sampul buku ajar, desain isi buku, tipografi sampul dan