commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian tentang kepuasan kerja sampai saat ini masih menjadi topik
yang menarik, karena memberikan beberapa manfaat baik bagi organisasi,
karyawan maupun masyarakat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh As’ad
(1998), bahwa kepuasan kerja karyawan merupakan masalah yang sangat penting,
karena ada bukti yang kuat kepuasan kerja memberikan manfaat yang besar bagi
kepentingan individu, industri/instansi, dan masyarakat. Bagi industri swasta
maupun instansi publik, penelitian mengenai kepuasan kerja dilakukan dalam
rangka usaha meningkatkan produksi dan efisiensi melalui perbaikan sikap dan
perilaku karyawan. Menyadari sedemikian pentingnya fungsi karyawan dalam
organisasi, maka organisasi perlu memberikan perhatian terhadap kepuasan kerja
karyawannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Card, dkk. (2011) tentang pengaruh gaji
terhadap kepuasan kerja di Universitas California (UC) dengan responden
karyawan yang bekerja di Universitas California, mengindikasikan bahwa
karyawan yang mendapatkan gaji di bawah upah minimum rata-rata (UMR)
mengalami kepuasan kerja yang rendah, sedangkan karyawan yang mendapatkan
gaji di atas UMR mengalami kepuasan kerja lebih tinggi daripada karyawan
dibawah UMR, sehingga karyawan yang memiliki gaji di bawah UMR lebih
commit to user
di atas UMR lebih memilih untuk menetap pada pekerjaan tersebut. Hal ini
menjadi contoh bahwa karyawan yang tidak mendapatkan kepuasan kerja
ditempat kerjanya lebih memilih untuk mencari pekerjaan baru. Fenomena yang
telah dipaparkan tersebut menunjukkan tentang pentingnya pemenuhan kepuasan
kerja karyawan oleh perusahaan.
Menurut Nitisemitto (1992), kepuasan kerja merupakan suatu cara
pandang seseorang tentang pekerjaannya. Sedangkan menurut Rivai (2011),
kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual. Setiap
individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan dirasakan
sesuai dengan keinginan individu, maka making tinggi kepuasannya terhadap
kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang
menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas
atau tidak puas dalam bekerja.
Kepuasan kerja dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Menurut Mullin
(dalam Wijono, 2010), faktor yang melatarbelakangi kepuasan kerja yaitu faktor
pribadi, faktor sosial, faktor budaya, faktor organisasi, dan faktor lingkungan.
Faktor pribadi yaitu, kepribadian, pendidikan, inteligensi dan kemampuan, usia,
status perkawinan, dan orientasi kerja. Faktor sosial yaitu, hubungan dengan rekan
kerja, kelompok kerja dan norma-norma, kesempatan untuk berinteraksi, dan
organisasi informal. Faktor budaya yaitu, sikap-sikap yang mendasari,
kepercayaan, dan nilai-nilai. Faktor organisasi yaitu, sifat dan ukuran, struktur
commit to user
sifat pekerjaan, teknologi dan organisasi kerja, supervisor dan gaya
kepemimpinan, sistem manajemen, dan kondisi-kondisi kerja. Faktor lingkungan
yaitu, ekonomi, sosial, teknik, dan pengaruh-pengaruh pemerintah.
Salah satu faktor yang disebutkan oleh Mullin (dalam Wijono, 2010)
adalah faktor budaya. Budaya kerja merupakan sistem nilai, persepsi, perilaku,
dan keyakinan yang dianut oleh tiap individu karyawan dan kelompok karyawan
tentang makna kerja dan refleksinya dalam kegiatan mencapai tujuan organisasi
dan individual. Dalam perusahaan maka tujuannya tercermin dalam nuansa
mencapai profit yang maksimum. Sementara dari sisi individu adalah mencapai
kinerja maksimum untuk meraih kepuasan yang maksimum (Mangkuprawira,
2007). Masalah hubungan antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja telah
diteliti sebelumnya oleh Koesmono (2005), yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara budaya organisasi dengan kepuasan kerja. Hasil
studi yang dilakukan oleh Srivastava (2008) menyatakan, bahwa karyawan yang
merasa lingkungan kerja mereka memadai menunjukkan nilai yang relatif lebih
tinggi dalam menilai kepuasan kerja, kinerja, dan efektivitas organisasi yang
memadai.
Selain faktor budaya, faktor lain yang melatarbelakangi kepuasan kerja
disebutkan oleh Mullin (dalam Wijono, 2010) adalah faktor organisasi. Salah satu
faktor organisasi adalah disiplin kerja yang ditetapkan diperusahaan tempat
karyawan bekerja. Organisasi/perusahaan juga berperan dalam mengelola
karyawan agar mematuhi segala peraturan dan norma yang telah ditetapkan oleh
commit to user
merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi
memenuhi tuntutan berbagai ketentuan standar yang harus dipenuhi (Siagian,
1996). Dengan kata lain, disiplin memerlukan suatu bentuk pelatihan sebagai
usaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan, sikap, dan perilaku karyawan
sehingga karyawan secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan
karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya. Disiplin merupakan
suatu keadaan tertib karena orang-orang yang tergabung dalam organisasi tunduk
dan taat pada peraturan yang ada serta melaksanakan dengan senang hati
(Nitisemito, 1992). Dalam kaitannya dengan pekerjaan, pengertian disiplin kerja
adalah suatu sikap dan tingkah laku yang menunjukkan ketaatan karyawan
terhadap peraturan organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Muhaimin (2004) menyatakan, bahwa
terdapat hubungan yang positif antara kepuasan kerja dengan disiplin kerja.
Peningkatan disiplin kerja akan meningkatkan kepuasan kerja. Menyadari
pentingnya disiplin kerja, maka disiplin kerja perlu ditumbuhkembangkan.
Sebagai aturan/norma yang ditetapkan oleh suatu lembaga memiliki peran yang
sangat penting dalam menciptakan kedisiplinan agar para karyawan dapat
mematuhi dan melaksanakan peraturan tersebut. Aturan/norma itu biasanya
diikuti sanksi yang diberikan bila terjadi pelanggaran. Sanksi tersebut bisa berupa
teguran baik lisan/tertulis, skorsing, penurunan pangkat bahkan sampai pemutusan
hubungan kerja. Hal ini bergantung pada seberapa besar pelanggaran yang
dilakukan oleh karyawan. Ini dimaksudkan agar karyawan bekerja dengan disiplin
commit to user
Uraian di atas menjelaskan bahwa kepuasan kerja karyawan merupakan
masalah yang penting. Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh
peneliti pada karyawan Bagian Umum Pemerintah Kota Tegal terdapat
permasalahan kepuasan kerja, budaya kerja, serta disiplin kerja yang dirasakan
oleh beberapa karyawan. Kebutuhan yang sangat bervariasi dari hal yang paling
pokok seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan, dan pendidikan perlu
mendapatkan skala prioritas utama dalam pemenuhannya. Selain itu, pemenuhan
kebutuhan karyawan akan pelayanan dan penghargaan dari pemerintah atas
prestasi kerja yang dihasilkannya dapat menjadi motivasi kerja mereka. Karyawan
dihadapkan pada berbagai tuntutan pemenuhan kebutuhan dari dalam diri dan
lingkungan sehingga mengarahkan karyawan pada kondisi sulit. Apabila
karyawan tidak terpenuhi kepuasan kerjanya, maka kecenderungan untuk terjadi
konflik dengan perusahaan/manajemen. Adapun disiplin kerja yang dilakukan
oleh karyawan yang sesuai dengan peraturan perusahaan dimungkinkan dapat
membantu pemenuhan kepuasan kerja karyawan. Karyawan yang mampu
menerapkan budaya kerja dan menjalankan disiplin kerja diharapkan dapat
memperoleh pemenuhan kebutuhan sehingga mendapatkan kepuasan kerja.
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah karyawan
Bagian Umum Pemerintah Kota Tegal. Menurut UU No.43 tahun 1999 pengertian
pegawai pemerintah atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah, setiap warga negara
Republik Indonesia yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam
peraturan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas
commit to user
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Pegawai negeri tidak hanya
menjalankan fungsi pemerintahan, tetapi juga harus mampu menggerakkan dan
memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak. Usaha pemerintah
untuk mendayagunakan pegawai negeri terus-menerus dilakukan, seperti
pengaturan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan jabatan PNS yang
bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian, kemampuan, dan
ketrampilan, serta memupuk kegairahan kerja. Hal tersebut sesuai dengan UU
No.43 tahun 1999, yang menyebutkan bahwa pembinaan pegawai negeri sipil
dilakukan dengan sebaik-baiknya, atas dasar sistem prestasi kerja dan sistem karir
yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja. Sehubungan dengan hal tersebut
peneliti ingin mengetahui hubungan antara budaya kerja dan disiplin kerja dengan
kepuasan kerja pada karyawan Bagian Umum Pemerintah Kota Tegal.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan antara budaya kerja dan disiplin kerja dengan kepuasan
kerja pada karyawan Bagian Umum Pemerintah Kota Tegal?
2. Apakah ada hubungan antara budaya kerja dengan kepuasan kerja pada
karyawan Bagian Umum Pemerintah Kota Tegal?
3. Apakah ada hubungan antara disiplin kerja dengan kepuasan kerja pada
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara budaya kerja dan disiplin kerja dengan
kepuasan kerja pada karyawan Bagian Umum Pemerintah Kota Tegal.
2. Untuk mengetahui hubungan antara budaya kerja dengan kepuasan kerja pada
karyawan Bagian Umum Pemerintah Kota Tegal.
3. Untuk mengetahui hubungan antara disiplin kerja dan kepuasan kerja pada
karyawan Bagian Umum Pemerintah Kota Tegal.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretik
Dapat memberikan sumbangan informasi mengenai budaya kerja, disiplin
kerja, dan kepuasan kerja dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya
psikologi industri.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitiaan ini adalah:
a. Dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh karyawan, khususnya karyawan
Bagian Umum Pemerintah Kota Tegal dalam memberikan informasi
terkait peranan budaya kerja dan disiplin kerja guna memenuhi kepuasan
kerja.
b. Dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh organisasi, khususnya
commit to user
meningkatkan disiplin kerja pada karyawan melalui pemberian dukungan
dan motivasi kepada karyawan dalam bekerja.
c. Dapat memberikan pengetahuan mengenai hubungan antara budaya kerja
dan disiplin kerja dengan kepuasan kerja, sehingga dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai budaya