• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kebijakan corporate social responsibility berkelanjutan pada industri otomotif di Indomobil Group

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kebijakan corporate social responsibility berkelanjutan pada industri otomotif di Indomobil Group"

Copied!
457
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN

CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY

BERKELANJUTAN PADA

INDUSTRI OTOMOTIF DI INDOMOBIL GROUP

PARTOGI SAOLOAN SAMOSIR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa disertasi yang berjudul : Analisis Kebijakan Corporate Social Responsibility Berkelanjutan pada Industri Otomotif di Indomobil Group adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi.

Demikian pernyataaan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bogor, 24 Oktober 2010

(3)

ABSTRACT

Partogi Saoloan Samosir, 2010, Analysis of Sustainable Corporate Social Responsibility Policy of Automotive Industry in Indomobil Group. Supervised by: Aida Vitayala S. Hubeis as chairman, Musa Hubeis, and Gunadi Sindhuwinata as members.

The presence of the auto industry as part of a social system should have a positive impact to the surrounding community. The company's efforts to remain sustainable in its operations and provide positive impact to the surrounding community in the form of Corporate Social Responsibility (CSR). The purpose of this study are: to determine the attributes that play a role in sustainable CSR in the auto industry; to determine the sustainability of CSR index, and to identify appropriate sustainable CSR policies in the auto industry.

The research method is to use analysis of Multidimensional Scaling (MDS) to determine the attributes which is the lever of the three-dimensional factors sustainability (economic, social and environment). To know the effect of each attribute of sustainable CSR, and to support the validity of MDS methods used Friedman's test and then using the prospective analysis of scenario analysis to get a key factor, and finally used the Analytical Hierarchy Process (AHP) to get the right CSR policies implemented in the automotive industry. Sustainable CSR policy in the automotive industry for each company are different from each other according to the views of stakeholders (stakeholders) as well as in PT Indomobil Suzuki Motor CSR policy is different from the existing CSR policies on PT. Nissan Motor Indonesia and PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia. But there is a red thread which is the main priority that need attention in the automotive industry which is the creation of business opportunities to the community. Sustainable CSR policy priority in the automotive industry in increasing business opportunities for local communities which is the policy of CSR performance improvement is by taking into account business performance simultaneously. This means that in improving the local economy around is done by considering a competitive advantage that is how the activity increased business opportunities to actually improve the quality of input factors that will be used by the company, activities that can provide a significant influence on the productive system and transparent competition, an activity that can enlarge the market coverage of products sold to get input on the feasibility of product standards and local consumer intelligence, and creation of supporting industries in the location the company operates.

(4)

RINGKASAN

Partogi Saoloan Samosir, 2010, Analisis Kebijakan Corporate Social Responsibility

Berkelanjutan Pada Industri Otomotif Di Indomobil Group. Di bawah Bimbingan Aida Vitayala S. Hubeis sebagai ketua; Musa Hubeis dan Gunadi Sindhuwinata sebagai anggota.

Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan bermasyarakat, karena kehadiran perusahaan dapat berakibat baik, maupun buruk terhadap masyarakat sekitar. Untuk melaksanakan fungsinya, perusahaan tidak dapat lepas dari kebergantungan pada pihak lain (stakeholders) yang dapat secara langsung maupun tidak langsung akan terkena dampak dari aktivitas perusahaan, ataupun pihak lain yang justru memiliki kepentingan ataupun pengaruh terhadap perusahaan. Kerjasama untuk mencapai tujuan dari masing-masing stakeholders menjadi suatu hal penting dari suatu sistem kemasyarakatan, disamping memenuhi kepentingan shareholders

(para pemegang saham). Aktivitas ini dikenal dengan istilah tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Praktek CSR yang baik mempunyai andil dalam: (1) meminimalkan dampak negatif atas risiko aktifitas perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan; (2) meminimalkan biaya operasional perusahaan; (3) meningkatkan kinerja keuangan dan citra perusahaan, dan (4) pencapaian tujuan pembangunan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, termasuk tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals) di Indonesia.

Indomobil adalah group perusahaan otomotif yang mengageni beragam jenis kendaraan dan produknya memenuhi seluruh segmen jenis kendaraan yang berada di Indonesia, serta salah satu group perusahaan otomotif terkemuka di Indonesia yang menguasai 22% pangsa pasar mobil di Indonesia. Sebagai anak perusahaan dari Indomobil Group, PT. SIM sebagai produsen mobil merek Suzuki berlokasi di Kelurahan Jatimulya, Bekasi, sedangkan PT. NMI dan PT. HMMI sebagai produsen mobil merek Nissan dan Hino berlokasi di kawasan industri Kota Bukit Indah Desa Dangdeur, Purwakarta telah melaksanakan aktivitas CSR, baik dari segi kinerja produk maupun terhadap pihak di luar perusahaan. Untuk mencapai kinerja CSR berkelanjutan, diperlukan berbagai perbaikan dalam aktivitas perusahaan. Beberapa hal yang dikemukakan tentang CSR menunjukkan: (1) pelaksanaan CSR masih belum jelas atau terkadang samar dengan aktivitas promosi perusahaan, (2) tidak pernah diidentifikasi tingkat keberlanjutannya, (3) aktivitasnya bersifat parsial dan bidang yang dimasukinya sesuai selera perusahaan, (4) tidak pernah diukur tingkat keberhasilannya, (5) kewajiban memperhatikan masalah sosial dan lingkungan masih dipandang bukan menjadi tanggungjawab korporat, tetapi merupakan tanggungjawab Pemerintah, dan (6) merasa tidak ada keharusan melaksanakan CSR.

(5)

Analisis terhadap status keberlanjutan aktivitas CSR adalah mengkaji kondisi tiga dimensi dalam CSR, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan dengan alat analisis

Multidimensional Scaling (MDS) dengan bantuan kuesioner sebagai alat pengumpul data untuk memperoleh faktor pengungkit keberlanjutan kinerja aktivitas CSR berkelanjutan pada setiap dimensi namun didahului dengan uji Friedman untuk menguji kesahihan MDS, baru kemudian dilanjutkan dengan analisis prospektif untuk menyusun skenario dan yang melibatkan pemangku kepentingan terkait. Teknik perumusan skenario menggunakan pendekatan prospektif dan penetapan prioritas skenario yang melibatkan stakeholders menggunakan metode analytical hierarchy

process (AHP). Pada tahap akhir, dirumuskan rekomendasi dan strategi

pengembangan kebijakan CSR berkelanjutan dalam industri otomotif di Indomobil Group.

Berdasarkan tahapan yang dilalui dalam mendapatkan model kebijakan CSR berkelanjutan yang tepat dilaksanakan oleh industri otomotif, diperoleh beberapa fakta CSR berkelanjutan dalam industri otomotif berikut.

a. Hasil analisis pada PT. SIM menunjukkan bahwa program CSR yang paling penting untuk diperhatikan adalah dimensi ekonomi dan dimensi lingkungan. Faktor pengungkit merupakan atribut yang berperan dalam kebijakan CSR berkelanjutan pada dimensi ekonomi adalah (1) kecenderungan konsumtif, (2) peluang kerja di perusahaan, dan (3) peluang usaha. Untuk dimensi sosial yaitu (1) kerenggangan sosial, (2) disintegrasi sosial dan (3) erosi nilai-nilai sosial. Untuk dimensi lingkungan adalah (1) emisi gas buang mobil baru yang diproduksi, (2) Rehabilitasi lingkungan, dan (3) konservasi lingkungan. Selanjutnya dilakukan analisa prospektif yang menghasilkan faktor kunci, yaitu peluang kerja di perusahaan dan faktor disintegrasi sosial.

b. Pada PT. NMI dan PT. HMMI hasil analisis menunjukkan bahwa program CSR menghasilkan dimensi ekonomi belum berkelanjutan, dimensi sosial tergolong belum berkelanjutan dan lingkungan berkelanjutan. Dimensi yang paling penting untuk diperhatikan adalah dimensi ekonomi dan dimensi sosial. Analisis keberlanjutan pada PT. NMI dan PT.HMMI dalam dimensi lingkungan menghasilkan faktor pengungkit keberlanjutan CSR berkelanjutan seperti (1) aktivitas penghijauan, (2) estetika lingkungan, (3) konservasi lingkungan. Ditinjau dari dimensi Ekonomi faktor pengungkit yang diperoleh meliputi (1) peluang usaha, (2) peningkatan harga, (3) peningkatan jumlah lembaga keuangan dan ekonomi. Dari dimensi sosial meliputi (1) kondisi keamanan, (2) peningkatan kerekatan sosial dan (3) disintegrasi sosial. Untuk memperoleh faktor kunci dilakukan analisis Prospektif yang menghasilkan faktor yang perlu diperhatikan seperti peningkatan harga-harga kebutuhan pokok masyarakat, aktivitas penghijauan dan peningkatan jumlah lembaga ekonomi dan keuangan.

c.Setelah diperoleh faktor pengungkit dan faktor kunci, serta penetapan kemungkinan di masa mendatang dan akhirnya dilakukan pengelompokkan sesuai skenario kebijakan CSR maka dilakukanlah perbandingan berpasangan (pairwise comparison) untuk menentukan prioritas dari setiap aktor, faktor, kriteria dan alternatif yang berfokus pada kebijakan CSR berkelanjutan.

(6)

(skor 0,41). Untuk faktor mencapai pertumbuhan ekonomi, kriteria yang menjadi prioritas utama mendapat perhatian adalah peluang usaha yang timbul bagi masyarakat Kelurahan Jatimulya (skor 0,20). Untuk faktor sosial, kriteria yang menjadi prioritas utama untuk mendapat perhatian adalah kerenggangan sosial dan disintegrasi sosial yang sama-sama memperoleh skor 0,10. Untuk faktor lingkungan kriteria yang menjadi prioritas utama adalah Rehabilitasi Lingkungan (skor 0,17). Alternatif kebijakan yang diperoleh dari pendapat para pakar dan tokoh masyarakat adalah perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan dengan skor 0,56.

Pada PT. NMI dan PT.HMMI level aktor yang menjadi prioritas mendapat perhatian adalah pengusaha (skor 0,42), karena berperan sentral untuk menghasilkan kebijakan CSR berkelanjutan di PT. NMI dan PT. HMMI. Dari level faktor, adalah lingkungan yang menjadi menjadi prioritas utama untuk mendapatkan perhatian (skor 0,58). Level kriteria dari masing-masing faktor yang berada di bawah faktor ekonomi menjadi prioritas utama adalah peluang usaha (skor 0,10). Kriteria di bawah faktor sosial yang menjadi prioritas utama adalah peningkatan kerekatan sosial (skor 0,17). Untuk faktor lingkungan kriteria prioritas utama adalah konservasi lingkungan (skor 0,28). Alternatif kebijakan yang direkomendasikan menjadi prioritas utama adalah perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan (skor 0,67).

Sebagai dasar dari kebijakan CSR berkelanjutan dalam industri otomotif, maka perbaikan kinerja CSR tetap memperhatikan kemajuan usaha secara simultan sebagai dasar dari seluruh aktivitas CSR dalam industri otomotif. Kebijakan umum CSR berkelanjutan dalam industri otomotif adalah sebagai berikut.

a. Masing-masing perusahaan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat berbeda dengan perusahaan lainnya, sehingga mengakibatkan atribut-atribut yang berperan dalam CSR berkelanjutan menjadi berbeda-beda pula.

b. Dari hasil penelitian terdapat satu atribut dari keseluruhan atribut CSR berkelanjutan dari masing-masing perusahaan yang mempunyai kesamaan, yaitu peluang usaha. Dengan demikian, faktor peluang usaha menjadi atribut yang penting untuk menjadi prioritas utama yang diperhatikan dalam industri otomotif.

c. Kebijakan CSR berkelanjutan pada industri otomotif adalah perbaikan kinerja CSR dan kemajuan usaha secara simultan.

Industri otomotif harus memperhatikan penciptaan peluang usaha bagi masyarakat sekitar perusahaan dimana perusahaan berdomisili namun dengan berfokus kepada penciptaan keunggulan kompetitif (competitive advantage) masing-masing perusahaan di lokasi perusahaan, sehingga tujuan dari aktivitas CSR untuk menciptakan keberlanjutan usaha disamping meningkatkan reputasi perusahaan sebagai bagian dari corporate citizenships secara simultan tercapai.

(7)

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

(8)

ANALISIS KEBIJAKAN

CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY

BERKELANJUTAN PADA

INDUSTRI OTOMOTIF DI INDOMOBIL GROUP

PARTOGI SAOLOAN SAMOSIR

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Penguji Luar Ujian Tertutup : 20 September 2010

1. Prof.Dr.Ir Hardinsyah, MS

2. Dr.Ir. Siti Amanah

Penguji Luar Ujian Terbuka : 24 Nopember 2010

1. Prof Dr.H.Bomer Pasaribu, SH,SE,MS

(10)

Judul : Analisis Kebijakan Corporate Social Responsibility Berkelanjutan Pada Industri Otomotif di Indomobil Group

Nama : Partogi Saoloan Samosir

N R P : P062059374

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hj.Aida Vitayala S. Hubeis Ketua

Prof Dr.Ir.H.Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr-Ing Gunadi Sindhuwinata

Anggota Anggota

Diketahui

Plh. Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana IPB Pengelolaan Sumber Daya Alam

dan Lingkungan

Dr.drh. Hasim, DEA Prof Dr.Ir.H.Khairil Anwar Notodipuro,MS

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas perkenanNya dapat diselesaikan disertasi ini yang berjudul ANALISIS KEBIJAKAN CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY BERKELANJUTAN PADA INDUSTRI OTOMOTIF DI

INDOMOBIL GROUP sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Doktor Ilmu Pengetahuan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL), Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof.Dr.Ir.Hj.Aida Vitayala S. Hubeis sebagai ketua komisi pembimbing; Prof. Dr.Ir.H.Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing, DEA dan Dr-Ing Gunadi Sindhuwinata (Presiden Direktur Indomobil Group) masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang telah berkenan membimbing, memberikan masukan kepada penulis, serta memberikan dorongan moril hingga terselesaikannya disertasi ini. Semoga Tuhan membalas segala budi baik yang telah diberikan kepada kami.

Penghargaan serta rasa terima kasih juga disampaikan kepada Prof. Dr.Ir.Hardinsyah MS, sebagai penguji luar komisi pada saat prelim maupun ujian tertutup yang memberikan banyak sekali masukan. Terima kasih kepada Prof.Dr. Bomer Pasaribu, SH,SE,MS yang selain akademisi dan mantan Menteri juga anggota DPR pusat dan Prof.Dr.Ir.Tb.Sjafri Mangkuprawira atas kesediaan dan koreksinya saat menjadi penguji luar komisi pada ujian terbuka. Kritik dan masukan dari beliau-beliau sebagai pakar amat luar biasa pada peningkatan mutu disertasi ini.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada PT. Suzuki Indomobil Motor, PT. Nissan Motor Indonesia, dan PT. Hino Motor Manufacturing Indonesia yang telah memberikan kesempatan meneliti di perusahaannya. Ucapan terimakasih kepada Program Pascasarjana IPB, khususnya Program Studi PSL yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu. Kepada orangtua Dj.H. Samosir (alm) dan Ny.P.boru Napitu, adik-adik, istri tercinta D.F.boru Siallagan dan kedua buah hati Anna M.L. boru Samosir dan David B.S.Samosir, dukungan dan kasih sayang mereka luar biasa. Terima kasih pula kepada semua kolega yaitu Dr.Thamrin, Dr.Nonon S.dan rekan-rekan PSL. Semoga disertasi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan.

Bogor, Desember 2010

(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta, 2 Agustus 1965 sebagai anak pertama dari lima bersaudara, pasangan Dj.Halomoan Samosir (Alm) dan Pintauli boru Napitu. Pendidikan Sarjana ditempuh pada Program Studi Pendidikan Tata Niaga, tamat tahun 1990. Pendidikan Pascasarjana diselesaikan pada tahun 2003 pada Program Studi Marketing Management. Pada tahun 2006 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana IPB.

Penulis mulai bekerja di PT. Suzuki Indomobil Sales sejak tahun 1995 sampai dengan sekarang.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

I. PENDAHULUAN... 1

2.6 Lokasi Pabrik dan dampaknya terhadap masyarakat... 48

2.7 Produk Mobil ... 54

2.8 Persepsi Pemangku Kepentingan ... 59

2.9 Analisis Kebijakan ... 61

2.10 Kebijakan CSR berkelanjutan sebagai kebijakan publik. 63 2.11 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 71

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 75

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 75

3.2 Pendekatan Penelitian ... 75

3,3 Rancangan Penelitian ... 77

3.3.1 Jenis dan Sumber Data ... 77

(14)

4.1.1 Indomobil Group... 95

4.1.2 PT. Suzuki Indomobil Motor... 96

4.1.3 Proses Produksi... ... 99

4.2 Analisa Kawasan PT. SIM... 101

4.2.1 Kondisi Geografis dan Keadaan Wlayah... 101

4.2.2 Keadaan Penduduk... 101

4.2.3 Penggunaan Lahan ... 103

4.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur dan Gender... 104

4.2.5 Data Tingkat Perkembangan ... 105

4.2.6 PT. NMI ... 109

4.2.7 PT. HMMI ... 112

4.2.8 Analisa Kawasan PT. NMI dan PT. HMMI ... 116

4.3 Implementasi CSR ... 123

4.3.1 PT. SIM ... 123

4.3.2 PT. NMI ... 125

4.3.3 PT. HMMI ... 125

4.4 Hasil Penelitian ... 126

4.4.1 Analisis Keberlanjutan ... 126

4.4.2 Uji Friedman ... 150

4.4.3 Analisis Prospektif ... 153

4.4.4 Analisis dengan AHP ... 163

4.4.5 Kebijakan umum CSR berkelanjutan dalam industri otomotif... 169

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 175

Kesimpulan ... 175

Saran ... 177

DAFTAR PUSTAKA ... 179

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kategorisasi CSR... 27

2. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Type Baru Katagori M dan N Berpenggerak Motor Bakar Cetus Api Bebahan bakar Bensin ... 41

3. Tabel ambang batas emisi menurut Standar Euro (gasoline)... 42

4. Skala RDAP ... 47

5. Berbagai kemungkinan intervensi pemerintah dalam kebijakan Publik ... 65

6. Type dari program kebijakan dan instrumen kebijakan... 65

7. Daftar jenis dan jenis sumber data untuk analisa CSR Berkelanjutan dalam industri otomotif ... 77

8. Definisi atribut-atribut yang digunakan untuk menilai Tingkat keberlanjutan kebijakan CSR berkelanjutan dalam Industri otomotif di Indomobil Group... 78

9. Kriteria pembobotan atribut-atribut CSR berkelanjutan dalam industri otomotif di Indomobil Group... 80

10. Matriks analisa prospektif ... 86

11. Skala perbandingan berpasangan ... 89

12. Tabel langkah-langkah penelitian ... 93

13. Realisasi produksi mobil merek Suzuki ... 97

14. Daftar produk suzuki ... 98

15. Batas wilayah kelurahan Jatimulya ... 101

16. Struktur penduduk kelurahan Jatimulya ... 102

17. Pembagian lahan di kelurahan Jatimulya ... 103

18. Jumlah penduduk menurut kelompok umur ... 104

19. Jumlah penduduk berdasarkan gender ... 104

20. Jumlah penduduk sesuai tingkat pendidikan ... 105

21. Wajib belajar 9 tahun dan angka putus sekolah... 105

22. Prasarana pendidikan ... 106

23. Jumlah penduduk pengangguran ... 106

24. Jenis mata pencaharian masyarakat ... 107

25. Kelembagaan ekonomi ... 107

26. Tingkat kesejahteraan masyarakat ... 108

27. Daftar produk PT. NMI (Nissan)... 112

33. Jumlah penduduk menurut kelompok umur ... 117

34. Jumlah Kepala Keluarga (KK) menurut tingkat pendidikan ... 118

35. Jenis mata pencaharian penduduk ... 118

(16)

37. Lembaga pendidikan yang ada ... 120

38. Mutu jalan ... 120

39. Jumlah pengangguran di desa Dangdeur ... 122

40. Tingkat kesejahteraan keluarga ... 122

41. Hasil keberlanjutan CSR keseluruhan pada PT. SIM ... 131

42. Tabel perbedaan MDS dan Monte Carlo pada PT SIM ... 132

43. Hasil keberlanjutan keseluruhan pada PT. NMI dan PT.HMMI.. 146

44. Tabel perbedaan MDS dan Monte Carlo di PT. NMI dan PT. HMMI ... 147

45. Tabel Incompatibe antar keadaan di PT. SIM ... 159

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka pemikiran penelitian... 15

2. Diagram sistem teknologi otomotif... 38

3. Kategorisasi CSR... 43

4. Bagan keterkaitan instrumen antara program kebijakan publik dengan kepentingan perusahaan... 66

5. Tahapan penelitian... 76

6. Proses aplikasi MDS ... 83

7. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam sistem ... 86

8. Mapping hirarki model CSR berkelanjutan dalam industri otomotif ... 90

9. Struktur organisasi PT. SIM ... 97

10. Diagram alur produksi PT. NMI... 111

11. Alur produksi PT. HMMI ... 114

12. Diagram layang (kite diagram) nilai indeks keberlanjutan Program CSR dalam industri otomotif di PT SIM ... 127

13. Hasil indeks keberlanjutan dimensi ekonomi di PT SIM ... 127

14. Hasil MDS dimensi ekonomi di PT SIM ... ... 128

15. Hasil indeks keberlanjutan dimensi sosial PT SIM ... 129

16. Hasil MDS dimensi sosial di PT SIM ... 129

17. Hasil indeks keberlanjutan dimensi lingkungan PT SIM ... 130

18. Hasil MDS dimensi lingkungan PT SIM ... 131

19. Konsentrasi BOD dan COD air sungai Sasak Jarang ... 133

20. Konsentrasi TDS dan TSS air sungan Sasak Jarang ... 134

21. Diagram layang (Kite-Diagram) nilai indeks keberlanjutan Program CSR di PT.NMI dan PT.HMMI ... 141

22. Hasil indeks keberlanjutan dimensi ekonomi di PT. NMI dan PT. HMMI ... 142

23. Hasil Rap-CSR dimensi ekonomi PT. NMI dan PT.HMMI ... 143

24. Hasil indeks keberlanjutan dimensi sosial PT. NMI dan PT. HMMI ... 144

25. Hasil Rap-CSR dimensi sosial PT. NMI dan PT. HMMI ... 144

26. Hasil indeks keberlanjutan dimensi lingkungan PT. NMI dan PT.HMMI ... 145

27. Hasil Rap-CSR dimensi lingkungan PT. NMI dan PT.HMMI 145 28. Hasil analisis prospektif PT.SIM ... 154

29. Hasil analisis prospektif PT. NMI dan PT. HMMI ... 157

30. Hirarki AHP PT.SIM ... 163

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Hasil Uji Emisi gas buang... 189

2. Hasil pengujian kualitas Udara PT. HMMI... 196

- Udara Indoor (kualitas udara dalam ruangan)... 196

- Kualitas Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak... 197

- Udara Ambien... 198

3. Hasil pengujian kualitas Air PT. HMMI... 199

- Kualitas Air Limbah... 199

4. Hasil pengujian kualitas Udara PT. NMI... 201

- Udara Indoor (kualitas udara dalam ruangan)... 201

- Udara Emisi Sumber Bergerak... 202

- Udara Emisi Sumber Tidak Bergerak... 203

5. Hasil Pengujian Kualitas Air Limbah PT. NMI... 204

- Air Limbah... 204

- Udara Ambien... 205

6. Hasil Pengujian Kualitas Air PT. SIM... 206

- Kualitas Air Limbah (Air Limbah Effluent WWT-1)... 206

- Kualitas Air Limbah (Air Limbah Inlet WWTP 4W)... 207

- Kualitas Air Limbah (Air Limbah Outlet Sesudah Proses)... 209

- Kualitas Air Limbah (Air Limbah Outlet WWTP 4W)... 210

- Kualitas Air Limbah (Air Limbah Pinal PH Control WWT-1).... 212

7. Hasil Pengujian Kualitas Kebisingan Ruang Kerja... 213

- Kualitas Udara Kebisingan Ruang Kerja... 213

- Udara Indoor (Kualitas Udara Dalam Ruangan)... 214

8. Hasil Pengujian Kualitas Kebauan Ruang Kerja... 215

- Area Painting... 215

- Area Sandblasting dan Welding... 216

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan sebagai suatu bagian atau entitas dalam sistem kemasyarakatan memiliki peran penting terhadap entitas (komunitas) lainnya dalam masyarakat. Dengan semakin berkembangnya komunitas dengan aktivitasnya yang semakin mengglobal, maka semua bentuk komunitas yang terwakili sebagai bentuk sistem kemasyarakatan akan semakin saling membutuhkan sebagai satu satuan sistem yang fungsional (Rudito dan Femiola, 2007). Perusahaan termasuk dalam hal ini dilingkungan Indomobil Group merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan

(corporate citizenship) maka perusahaan yang baik tidak dapat tutup mata terhadap kejadian-kejadian dalam masyarakat, khususnya di lingkungan dimana lokasi perusahaan berada dan lingkungan yang lebih luas. Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan bermasyarakat, karena kehadiran perusahaan dapat berakibat baik maupun berakibat buruk terhadap masyarakat sekitar sesuai ISO 26000 tentang Social Responsibility (ISO, 2007).

Untuk melaksanakan fungsinya, perusahaan (korporat) tidak dapat lepas dari kebergantungan pada pihak lain (stakeholders/pemangku kepentingan) yang dapat secara langsung maupun tidak langsung akan terkena dampak dari aktivitas perusahaan, ataupun pada pihak lain yang justru memiliki kepentingan ataupun pengaruh terhadap korporat. Dalam hal ini, kerjasama untuk mencapai tujuan dari masing-masing stakeholders menjadi suatu hal yang penting dari suatu sistem kemasyarakatan, disamping memenuhi kepentingan shareholders (para pemegang saham). Aktivitas ini dikenal dengan istilah tanggungjawab sosial perusahaan atau

(20)

kepentingan lainnya, bisa dipastikan dalam waktu dekat, mereka mengalami kerugian secara sosial dan ekonomi, akibat berbagai tekanan dan klaim yang menyudutkan keberadaan perusahaan mereka, bahkan keberlanjutan dan reputasinya (Rudito et al., 2004). CSR kini tidak saja dihubungkan dengan peningkatan kualitas sumberdaya semisal tenaga kerja atau pemberdayaan masyarakat setempat. Masyarakat menganggap peran perusahaan dalam memperbaiki kualitas hidup mereka menunjukkan bahwa perusahaan itu adalah bagian dari kehidupan komunitas mereka. Di negara kita, banyak perusahaan dibangun diareal pemukiman penduduk, tetapi tidak memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat setempat. Sebagian besar dari mereka merasa tidak ada kepentingan dengan masyarakat setempat, jadi tidak ada perlunya kegiatan yang dapat mendekatkan antara keduanya. Akibatnya, kini banyak dari perusahaan itu menghadapi masalah pelik dengan masyarakat setempat karena kurangnya komunikasi, yang menyebabkan hubungan keduanya semakin buruk dari hari ke hari (Kennedy, 2009).

CSR merupakan dampak positif dunia usaha terhadap masyarakat dan lingkungan melalui kegiatan operasinya, produk maupun jasa yang dihasilkannya, maupun melalui interaksinya dengan para pemangku kepentingan seperti karyawan/pekerja, pelanggan, investor, masyarakat, dan pemasok. Artinya bahwa kegiatan CSR memberikan dampak positif atas keberadaannya, baik aspek internal perusahaan seperti karyawan maupun aspek eksternal perusahaan, yaitu konsumen dan masyarakat.

Pelaksanaan CSR sebenarnya telah dilaksanakan oleh perusahaan di lingkungan

Indomobil Group yang pada dasarnya telah melaksanakan aktivitasnya dalam membantu masyarakat baik dalam bentuk charity (amal) dan philanthropy (kontribusi langsung). Mulai dari kegiatan mengirimkan sumbangan kepada korban bencana alam, memberikan bantuan beasiswa, memberikan penyuluhan kesehatan kepada para siswa sekolah, penyuluhan penghematan energi Bahan Bakar Minyak (BBM) bagi pengendara mobil, melakukan inovasi teknologi ramah lingkungan, kegiatan penanaman pohon dilahan kritis dan sebagainya. Kegiatan ini bahkan menjadi trend

(21)

mengklaim telah melakukan CSR dengan berbagai cara dan cenderung di tonjolkan sehingga menjadi sarana promosi perusahaan, agar dikenal sebagai perusahaan yang

socially responsible.

I.1.1 Industri Otomotif

Industri otomotif saat ini berkembang pesat. Otomotif atau dalam bahasa Inggris: Automotive menurut kamus Bahasa Inggris-Indonesia berarti mengenai permobilan (Echols and Sadily, 2002) Banyak industri otomotif baru bermunculan di Indonesia dari sebelumnya hanya dikuasai oleh beberapa merek, seperti Toyota, Honda, Mitsubishi, Suzuki yang berasal dari principal di Jepang, menjadi puluhan merek mobil lain seperti Hyunday, Kia, Renault dan sebagainya dengan principal

dari negara Korea dan Eropa. Perkembangan industri tersebut bertujuan menghasilkan/memproduksi mobil dengan tujuan utama untuk sarana mobilitas masyarakat, kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi. Namun dilain pihak terdapat juga eksternalitas yang muncul seperti kemacetan, polusi udara, pencemaran lingkungan dan sebagainya, termasuk masalah-masalah sosial lainnya. Permasalahan lainnya yang dapat muncul dari industri otomotif adalah dampak dari keberadaan perusahaan dalam suatu wilayah terhadap masyarakat sekitar. Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan bermasyarakat (Rudito et al., 2004).

(22)

hidup dapat mengakibatkan berbagai masalah, baik yang diakibatkan dari proses pembuatan kendaraan maupun dari produk itu sendiri.

Menurut Global Reporting Initiative atau GRI (2004) terdapat sejumlah isu dalam industri otomotif yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan aspek mobilitas, yaitu (1) emisi gas rumah kaca/perubahan iklim (greenhouse gas emissions/climate change), (2) kualitas udara (air quality), (3) kebisingan (noise), (4) aspek keselamatan (safety aspects), (5) kemacetan (congestion), (6) infrastruktur

(infrastructure), (7) akses kepada mobilitas (access to mobility), (8) emerging markets, (9) produk dan jasa (product & services) dan (10) kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar (contribution to local welfare). Dampak negatif dari kehadiran otomotif di jalan raya adalah adanya polusi yang cenderung berakibat buruk kepada kesehatan masyarakat (Vasconcellos, 2001). Disamping itu tentu saja adalah dapat menyebabkan kemacetan dan kerugian akibat pemborosan pemakaian bahan bakar minyak (BBM).

(23)

dari kepuasan pelanggan akibat keterlambatan penyerahan barang ataupun mutu produk yang dapat menurun.

Indomobil Group berkepentingan untuk memelihara agar udara dan kebisingan dalam proses produksi terjaga agar tetap ramah lingkungan, sehingga kerugian yang mungkin terjadi akibat pencemaran udara tersebut dapat dapat dihindari dan seharusnya bahkan memberikan manfaat bagi masyarakat. Dalam aspek produk jelas manfaat yang dihasilkan adalah tentu saja manfaat dari mobil itu sendiri yang dapat menyediakan kebutuhan akan mobilitas pemakainya dan masyarakat penggunanya. Namun kerugian masyarakat yang timbul akibat emisi mobilpun harus sedapat mungkin dikurangi, karena dampaknya dapat merugikan masyarakat, khususnya masalah kesehatan dan kemiskinan.

Keberadaan perusahaan di suatu daerah, akan mendorong bermunculannya kegiatan-kegiatan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya (Rudito et al., 2004). Hal ini merupakan dampak positif yang mungkin timbul sebagaimana yang dialami oleh perusahaan-perusahaan di bawah naungan Indomobil Group, khususnya dalam hal ini di lokasi pabrik yang berada di Kelurahan Jatimulya, Bekasi untuk merek Suzuki dan juga merek Hino dan Nissan yang berada dilokasi kawasan industri Kota Bukit Indah, di wilayah Desa Dangdeur, Purwakarta, Jawa Barat Semakin banyak keterlibatan masyarakat sekitar yang mendukung keberlanjutan operasi perusahaan, tentu semakin baik bagi keberlanjutan perusahaan di tempat tersebut. Eksklusifisme perusahaan terhadap masyarakat sekitar dapat berkibat konflik, maka itu perlu upaya yang tepat dari perusahaan untuk melakukan tindakan tepat dalam hubungannya dengan masyarakat sekitar, agar kehadirannya di daerah tersebut justru menguntungkan masyarakat sekitar.

(24)

Dangdeur di Kabupaten Purwakarta adalah daerah dimana aktivitas persawahan yang dilakukan menerapkan sistem tadah hujan, karena tidak memiliki irigasi. Tingkat pendidikan penduduk yang terbesar adalah setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Lembaga pendidikan yang ada hanya setingkat Sekolah Dasar (SD). Demikian pula kondisi jalan yang ada hanya jalan utama yang melintasi desa beraspal sepanjuang 4,5 km dan sisanya adalah ruas-ruas jalan yang menghubungkan antar pemukiman warga adalah jalan bebatuan dan jalan tanah yang tidak nyaman dan cenderung sulit dilalui bila hujan deras turun. Dari jumlah penduduk terdapat 308 orang yang merupakan angkatan kerja, namun menganggur (Desa Dangdeur, 2009).

Salah satu jenis kendaraan yang termasuk dalam katagori otomotif adalah sepeda motor. Sebagai salah satu isu utama di negara berkembang, keberlanjutan dari sepeda motor menghadapi tiga masalah utama (Vasconcellos, 2001), yaitu rentan terhadap kecelakaan yang tinggi, polusi udara dan transport individualization. Ketiga masalah ini cenderung menimpa para rakyat miskin yang justru menjadikan alat transportasi ini paling efisien menurut Gwilliam (2000), diacu dalam Vasconcellos (2001). Berkaitan dengan kecelakaan, meskipun dilakukan berbagai pendidikan dan psosialhan (diklat) dan enforcement terhadap alat-alat keamanan berkendara, namun karena sifat alaminya, maka sepeda motor tetap rentan terhadap kecelakaan (Vasconcellos, 2001), keputusan yang berkaitan dengan pelarangan sepeda motor tidaklah realistik karena merupakan substitusi akibat tidak efisiennya public transportation (Sindhuwinata, 2008).

I.1.2. Aktivitas CSR dalam Industri Otomotif

Di Indonesia sampai dengan saat ini, pelaksanaan CSR di kalangan swasta terutama untuk perusahaan industri kendaraan bermotor diklaim telah dilaksanakan baik melalui Charity maupun Philanthropy dan model kegiatan lainnya. Charity

adalah memberi bantuan untuk kebutuhan yang sifatnya sesaat sedang

(25)

Abidin, 2003) Namun dinilai kegiatannya masih bersifat parsial atau tidak bersifat

holistik dalam arti meliputi tiga aspek pembangunan berkelanjutan, yaitu ekonomi sosial dan lingkungan. Bidang kegiatan CSR yang dimasuki beragam sesuai dengan keinginan masing-masing yang terkadang tanpa tujuan dan maksud yang jelas. Dalam penentuan besaran nilainya beragam antar sesama perusahaan dalam industri otomotif, yaitu lebih kepada keinginan dan pemahaman terhadap CSR serta diduga kepada orientasi bisnis.

Indomobil Group sebagai produsen mobil berbagai merek, yaitu Suzuki, Nissan, Hino yang merupakan produk berasal dari Jepang, telah melakukan aktivitas CSR (Indomobil Group, 2008) sebagaimana disebutkan di bawah ini : 1. Setiap tahun memberikan beasiswa kepada anak dari karyawan yang berprestasi

di sekolahnya.

2. Memberikan bantuan sarana rambu-rambu lalu lintas (seperti traffic cone) kepada Pihak Kepolisian, bekerjasama dengan pihak dealer (penyalur).

3. Sejak 2008 meluncurkan produk mobil yang di klaim telah memenuhi kualifikasi EURO III seperti pada mobil Suzuki Swift

4. Memperoleh sertifikat ISO 9000 dan ISO14000 5. Menanam pohon di daerah yang gersang

Industri otomotif sebagai pemangku utama dari pembangunan masyarakat perlu

melakukan ”tindakan positif” untuk berperan dalam mengatasi masalah yang timbul

(26)

diperhatikan apa yang menjadi ekspektasi stakeholders terhadap kebijakan CSR dari Indomobil Group, sehingga terdapat titik temu antara kedua belah pihak.

Memang CSR bukanlah solusi satu-satunya dalam mengatasi permasalahan yang timbul seperti kemacetan, polusi udara, kebisingan, kemiskinan dan masalah sosial lainnya karena kondisi tersebut bukan hanya ditimbulkan dari industri kendaraan bermotor, tetapi dilain pihak menganggap kondisi tersebut adalah tanggungjawab Pemerintah juga kurang tepat, karena penyebabnya adalah kompleks dan menyangkut berbagai pihak seperti masyarakat sebagai pelaku atau pengendara mobil, pihak Pemerintah sebagai regulator dan industri otomotif sebagai produsen mobil. Namun karena industri otomotif telah memperoleh manfaat dari keberadaan sumber daya alam (SDA) dan komunitas sekitar industri otomotif atau lebih luas lagi,

maka perlu ada ”imbal balik”. Pikiran untuk melakukan ”imbal balik” ini sebenarnya

merefleksikan dimensi tanggungjawab secara sosial, yaitu perusahaan merasa punya tanggungjawab atas dampak operasi yang ditimbulkannya, baik langsung ataupun tidak langsung terhadap masyarakat (Nursahid, 2006). CSR pada dasarnya menuntut adanya Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik, dimana untuk mencapai hal tersebut diperlukan prasyarat minimal, yaitu adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi, pemberdayaan hukum, efektifitas, efisiensi, dan keadilan (Rudito dan Femiola, 2007)

Dasar hukum yang melandasi pelaksanaan aktivitas CSR di Indonesia untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tertuang dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL) berikut :

a. Sumber dana berasal dari penyisihan laba setelah pajak maksimal 1% (Ps.8(2))

b. Besar dana ditetapkan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk Persero, dan oleh Menteri BUMN untuk Perum (Ps.8(3))

”Kalangan swasta” (private sector) berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT)

(27)

a. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan SDA wajib melaksanakan Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan.

b. Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai

biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan

kepatutan dan kewajaran.

c. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggungjawab Sosial dan Limgkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Dalam bagian penjelasan Undang-Undang ini terdapat penjelasan sebagai berikut : ...Yang dimaksud dengan ”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang

berkaitan dengan SDA” adalah Perseroan yang tidak mengelola dan tidak

memanfaatkan SDA, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan

sumber daya alam.

Dari aturan Undang-Undang Perseroan Terbatas tersebut jelas mewajibkan perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas, termasuk industri otomotif dalam lingkungan Indomobil Group untuk wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR). Industri otomotif baik dari segi proses produksi maupun produk mobil berkaitan dengan SDA. Kewajiban melaksanakan CSR juga diberlakukan bagi perusahaan yang melakukan penanaman modal di Indonesia sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang tertuang dalam Pasal 15, Pasal 17 dan Pasal 34 (Solihin, 2008) berikut :

Pasal 15

Setiap penanam modal berkewajiban :

a. Menerapkan prinsip corporate governance yang baik. b. Melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan.

(28)

d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan penanaman modal.

e. Mematuhi semua ketentuan perundang-undangan.

Dalam penjelasan pasal demi pasal undang-undang ini, dijelaskan bahwa yang

dimaksud “tanggungjawab sosial perusahaan” sebagaimana pada pasal 15 huruf b

adalah tanggungjawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat.

Pasal 17

Penanam modal yang mengusahakan SDA yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur dengan ketentuan perundang-undangan.

Pasal 34

Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa :

(a)Peringatan tertulis.

(b)Pembatasan kegiatan usaha.

(c)Pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal atau (d)Pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

(29)

karena belum ada petujuk pelaksanaan CSR, maka jenis perusahaan mana yang terkena peraturan tersebut masih belum jelas. Demikian pula dampaknya terhadap pelaksanaan CSR di Industri Otomotif diduga belum mengalami perubahan yang nyata antara sebelum dan sesudah diberlakukannya UU PT yang baru tersebut.

Di tingkat global, CSR adalah suatu aktivitas yang secara sukarela “wajib” dilaksanakan perusahaan (korporat). Berbagai perusahaan transnasional

(multinational corporation atau MNC) melaksanakan program CSR diberbagai negara, dimana lokasi MNC tersebut berada seperti Wallmart, The Body Shop dan sebagainya. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah memformulasikan kegiatan CSR dalam suatu kesepakatan global yang disebut Global Compact yang merupakan kumpulan dari berbagai perusahaan besar di dunia yang berkomitmen untuk berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan secara global.

(30)

dengan perjalanan waktu, maka CSR akan menjadi semakin penting bagi perusahaan-perusahaan yang berada di Indonesia.

TNS Indonesia (2006) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa nilai-nilai yang terkait dengan CSR sangatlah penting bagi para konsumen di Indonesia dan kadang-kadang mengubah bentuk perilaku pembelian. Dengan demikian, industri otomotif yang melaksanakan CSR akan memperoleh manfaat yang besar dalam upaya peningkatan penjualan. Studi yang dilakukan oleh TNS Indonesia (2006) juga menunjukkan bahwa produk otomotif yang aman dan ramah lingkungan adalah pendorong yang kuat untuk menciptakan public goodwill di Indonesia yang merupakan benefit utama CSR di Indonesia. Sedangkan melakukan aktivitas CSR lainnya seperti fair pricing, ethical production standards, dan respect for local culture or customs adalah bersifat complimentary (Lindgren, 2006)

I.2. Identifikasi Masalah

Beberapa hal yang dikemukakan dalam latar belakang tentang CSR menunjukkan masalah berikut :

1. Pelaksanaan CSR masih belum jelas atau terkadang samar dengan aktivitas promosi perusahaan.

2. Tidak pernah diidentifikasi tingkat keberlanjutannya. Walaupun berbagai aktivitas CSR telah dilakukan, namun belum pernah diukur tingkat keberlanjutan dari kegiatan CSR tersebut didalam industri otomotif.

(31)

4. Tidak pernah diukur tingkat keberhasilannya.

Pelaksanaan CSR oleh industri otomotif, khususnya di lingkungan Indomobil Group belum pernah diukur tingkat keberhasilan programnya, termasuk dalam aspek lingkungan.

5. Kewajiban memperhatikan masalah sosial dan lingkungan diduga masih dipandang bukan menjadi tanggungjawab korporat, tetapi merupakan tanggungjawab Pemerintah. Pihak industri otomotif, termasuk Indomobil Group, diduga cenderung menganggap bahwa urusan kesejahteraan masyarakat, termasuk aspek kesehatan masyarakat lebih menjadi urusan Pemerintah ketimbang menjadi tanggungjawab industri otomotif.

6. Merasa tidak ada keharusan untuk melaksanakan CSR.

Sesuai dengan konsepnya, CSR diduga disikapi sebagai bersifat voluntary atau sukarela, sehingga tidak ada kewajiban perusahaan untuk melaksanakan CSR.

I.3. Pembatasan Masalah

Perusahaan otomotif yang diteliti aktivitas CSR-nya adalah perusahaan-perusahaan yang berada di lingkungan Indomobil Group dan kegiatan yang diteliti adalah kegiatan CSR terhadap pemangku kepentingan primer pada lingkungan eksternal perusahaan, baik aspek kehadiran perusahaan PT. Suzuki Indomobil Motor (PT. SIM) yang berlokasi di Tambun, Bekasi terhadap masyarakat sekitarnya, yaitu Kelurahan Jatimulya, Bekasi maupun PT. Nissan Indonesia Manufacturing (PT. NMI) dan PT. Hino Motors Manufacturing Indonesia (PT. HMMI) yang berlokasi di kawasan industri Kota Bukit Indah, Purwakarta, Jawa Barat, terhadap masyarakat sekitarnya, yaitu desa Dangdeur dan terhadap aspek produk mobil yang dihasilkan, yaitu baik merek Suzuki yang diproduksi oleh PT. SIM, merek Nissan yang diproduksi PT. NMI dan Hino yang diproduksi oleh PT. HMMI, yaitu dampaknya terhadap lingkungan berupa emisi gas buang.

Dipilihnya Indomobil Group adalah karena merupakan group perusahaan automotif yang mengageni beragam jenis kendaraan dan produknya memenuhi seluruh

(32)

perusahaan otomotif terkemuka di Indonesia yang menguasai 22% pangsa pasar mobil di Indonesia (Indomobil Group, 2008).

I.4. Kerangka Pemikiran Penelitian

(33)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Indomobil Group

Mutu Pembangunan Berkelanjutan

Aspek Mobilitas Kondisi Sosial/

Ekonomi masyarakat

Teknologi Otomotif

Kualitas Lingkungan Karakteristik

Lokasi Pabrik

Dimensi Keberlanjutan

- Ekonomi

- Ekologi/Lingkungan - Sosial

Prioritas CSR berkelanjutan dalam industri otomotif Pengelolaan CSR

berkelanjutan dalam industri otomotif

Model CSR berkelanjutan dalam

industri otomotif Faktor-faktor kunci

pengelolaan CSR berkelanjutan dalam

industri otomotif Optimasi kinerja CSR

berkelanjutan

(34)

penyedia produk tersebut. Namun akibat dari keberadaan industri otomotif dan juga dampak dari produk yang dihasilkannya menimbulkan berbagai masalah, baik dalam aspek mobilitas, mutu lingkungan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, teknologi otomotif dan juga dampak keberadaan lokasi pabrik terhadap masyarakat sekitar, sehingga diperlukan upaya kebijakan CSR berkelanjutan yang sesuai untuk menyelesaikan masalah sebagaimana disebutkan dalam identifikasi masalah, untuk itu dikaji bagaimana seharusnya CSR berkelanjutan sebagai perwujudan dari komitmen industri otomotif untuk berperan dalam pembangunan berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu memenuhi unsur-unsur keberlanjutan (ekonomi, sosial dan lingkungan), dan menjadi model bagi industri otomotif dalam membangun aktivitas CSR.

I.5. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut :

1. Apakah konsep CSR berkelanjutan dalam industri otomotif

2. Sejauhmanakah tingkat keberlanjutan aktivitas CSR dalam industri otomotif pada Indomobil Group dilihat dari indeks keberlanjutan ?

3. Analisis kebijakan CSR berkelanjutan bagaimanakah yang tepat dilaksanakan oleh industri otomotif berdasarkan karakteristiknya ?

I.6. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah :

1. Mengkaji atribut-atribut CSR berkelanjutan yang berperan dalam industri otomotif. 2. Mengidentifikasi atribut CSR berkelanjutan dan menentukan indeks keberlanjutan

(35)

3. Merekomendasikan kebijakan CSR berkelanjutan yang tepat dilaksanakan oleh industri otomotif menurut karakteristiknya

I.7. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian memberi manfaat terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), yaitu :

1. Bagi Regulator (Pemerintah) mampu menghasilkan peraturan-peraturan yang tidak hanya memberikan tekanan, tetapi sekaligus insentif bagi perusahaan otomotif untuk melaksanakan CSR, dan mampu melindungi kepentingan-kepentingan pemangku kepentingan.

2. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan atau sebagai basis penelitian lebih ekstensif, sehingga proses sosialisasi dan implementasi CSR terus diperbaiki dalam industri otomotif.

3. Masalah-masalah yang timbul akibat dari kehadiran industri otomotif terhadap masyarakat disekitarnya dan pemangku kepentingan lainnya dapat tertanggulangi akibat dari pelaksanaan CSR oleh industri otomotif secara efektif.

.

1.8. Novelty (Kebaruan)

Kebijakan CSR dalam industri otomotif saat ini dinilai belum sepenuhnya menerapkan konsep keberlanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh semakin kompleksnya masalah yang timbul berkaitan dengan industri otomotif dan dampak produk yang ditimbulkannya, sehingga diperlukan penelitian tentang model CSR berkelanjutan dalam industri otomotif yang menjawab persepsi dan ekspektasi pemangku kepentingan, sehingga keberadaan industri otomotif dapat diterima dan kehadiran produknya tidak justru mengurangi kesejahteraan dari pemangku kepentingan, termasuk kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya.

Novelty (kebaruan) dari penelitian ini adalah :

(36)
(37)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. CSR dan CSR Berkelanjutan

Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) CSR adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan mutu kehidupan (Rudito et al., 2004). Peningkatan mutu kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati, serta memanfaatkan lingkungan hidup, termasuk perubahan-perubahan yang ada dan sekaligus memelihara. Atau dengan kata lain, CSR merupakan cara korporat mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada masyarakat (Rudito et al., 2004). CSR berarti perusahaan harus bertanggungjawab atas operasinya yang berdampak buruk pada masyarakat, komunitas dan lingkungannya. Namun sebaliknya juga harus memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar. Suatu perusahaan tidak akan dapat bertahan lama apabila dia mengisolasikan dan membatasi dirinya dengan masyarakat sekitarnya (Djajadiningrat dan Famiola, 2004).

Terkait dengan aspek hukum maka terdapat 4 jenis CSR (Fajar, 2010) yaitu : 1. Social responsibility theory, yaitu kewajiban direksi dan manajemen untuk menjaga

keharmonisan kepentingan pemegang saham (shareholders) dan pemangku kepentingan (stakeholders). Dalam teori ini seakan tanggung jawab sosial hanya menjadi kewajiban direksi dan manajemen saja atau menjadi terlalu sempit dari hakekat CSR yang seutuhnya.

(38)

3. Corporate governance theory, menghendaki adanya corporate accountability dari direksi korporasi. Cenderung lebih mengamati hubungan pihak internal korporasi yaitu antara pemilik dan manajemen korporasi.

4. Reflexive law theory, digunakan untuk mengatasi kebuntuan atas pendekatan formal terhadap kewajiban perusahaan dalam sistem hukum. Hukum formal adalah bentuk intervensi negara dalam mengatur persoalan privat melalui bentuk perundang-undangan seperti Undang-Undang Perseoran Terbatas yang didalamnya juga mengatur mengenai tanggungjawab sosial perusahaan. Reflexive law theory adalah teori hukum yang menjelaskan adanya keterbatasan hukum (limit of law) dalam masyarakat yang kompleks untuk mengarahkan perubahan sosial secara efektif.

Mengacu dari definisi CSR tersebut, ternyata pengaturan mengenai CSR tidak cukup hanya dengan ke 3 pendekatan atau jenis pertama karena keterbatasan-keterbatasan dari teori hukum sedangkan ruang lingkup CSR melebihi dari aturan yang berlaku.

Reflexive law theory paling tepat untuk menekan kerumitan dan keberagaman masyarakat melalui peraturan perundang-undangan yang ekstensif. Reflexive law theory bertujuan untuk mengarahkan pola tingkah laku dan mendorong pengaturan sendiri (self regulation). Proses ini adalah regulated autonomy atau membiarkan private actors, seperti korporasi untuk bebas mengatur dirinya sendiri. Masyarakat yang akan memberikan penilaian maupun sanksi (market‟s reward punishment) terhadap aktivitas CSR perusahaan. Disisi lain hukum reflexive mengintervensi proses sosial dengan membuat prosedur acuan untuk perilaku korporasi (code of conduct). Dalam mengontrol perilaku korporasi maka reflexive law theory menghendaki adanya social accounting,

auditing dan reporting, yang disebut social reporting (Fajar, 2010).

Pada dasarnya CSR memiliki berbagai aliran pemikiran yang dibagi menjadi beberapa school of thought yaitu adalah :

1. CSR dibagi menjadi 3 school of thought menurut Achwan (2006) yaitu:

(39)

tak kentara (invisible hands), adalah naluri yang dimiliki setiap perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan adalah pencipta kekayaan (wealth), dalam masyarakat dan patuh kepada rule of law. Semua kegiatan philanthropy-semacam ini pada dasarnya adalah pencurian uang milik pemegang saham yang dilakukan oleh para direktur perusahaan.

b. Corporate voluntarism yang lebih menekankan aspek kebajikan, virtue, dalam mengejar keuntungan perusahaan. Asumsi dari alam pemikiran ini adalah sifat CSR sukarela (voluntary) dan menolak campur tangan negara dalam mengatur CSR di perusahaan, CSR mendorong keuntungan ekonomi perusahaan, lalu keberadaan perusahaan tidak dapat lepas dari masyarakat tempat perusahaan beroperasi.

c. Corporate involuntarism berpendapat bahwa setiap perusahaan memiliki kewajiban menjalankan tanggung jawab sosial. Kewajiban ini harus dituangkan dalam bentuk undang-undang. Para penyokong aliran ini berpendapat bahwa dalam kondisi sekarang ini, ketika multinational corporation (MNC) jauh lebih berpengaruh dibandingkan negara bangsa, self regulation dan voluntarism tidaklah mencukupi. Sehingga perlu campur tangan Pemerintah.

2. Pengelompokan lainnya tentang aliran pemikiran dari CSR juga membagi menjadi 3

school of thought menurut pandangan Michael (2010) yaitu :

a. Neo-liberal school atau markets provide CSR adalah kegiatan CSR dimana pasar menjadi pendorong aktivitas CSR meliputi CSR product market demand atau CSR pada produk yang didorong oleh permintaan pasar, labour market demand atau CSR pada tenaga kerja yang didorong oleh permintaan pasar dan capital market demand atau CSR atas modal yang didorong oleh permintaan pasar modal. Aktivitas ini bersifat sukarela dengan mekanisme kegiatannya mengacu pada

triple bottom line (dampak environmental, social, financial), dan stakeholders board.

b. State led school atau CSR as a public policy adalah kegiatan CSR yang diatur oleh negara. Aktivitas CSR dalam hal ini sifatnya wajib dilaksanakan.

(40)

perusahaan-perusahaan, kerjasama perusahaan dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM).

3. Pemikiran lainnya atas school of thought dari CSR adalah sebagaimana yang dikemukakan Fajar (2010) yaitu :

a. CSR yang bersifat sukarela (voluntary), adalah bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan secara sukarela dengan alasan: tujuan perusahaan mencari keuntungan, CSR merupakan kewajiban moral sesuai pendapat Milton Friedman, diacu dalam Fajar (2010), pelaksanaan CSR bertentangan dengan hak kepemilikan privat, dan tidak sesuai dengan prinsip efisiensi dalam bisnis. Henry Hansmann dan Reinier Kraakman mengatakan bahwa tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mencari keuntungan shareholders. Shareholders oriented

menjadi model standar untuk hukum perusahaan secara universal. Karena sifatnya sukarela dan berada di wilayah etika maka CSR diatur dalam code of conduct

(softlaw) seperti Global Reporting Initiative (GRI) Sustainability Reporting Guidelines, Organisation fot Economic Co-operation and Development (OECD)

Guidelines for Multinational Enterprises, dan lain sebagainya. Namun keberadaan

Corporate Code of Conduct tidak cukup mampu mengikat korporasi (Fajar, 2010).

b. Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR yang bersifar wajib (compulsory). Alasan utama dari CSR yang diwajibkan ini adalah: korporasi harus memperhatikan kepentingan sosial yaitu stakeholders sebagaimana dikemukakan oleh E.Merric Dodd, diacu dalam Fajar (2010) yang melahirkan stakeholders theory. Selanjutnya pendapat ini didukung oleh Henry Hansmann dan Reinier Kraakman yang berpendapat bahwa keberadaan perusahaan adalah untuk melayani kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Terdapat 2 alasan mengapa CSR harus diatur dalam hukum negara karena : 1). Tidak ada kekuatan memaksa dari hukum kebiasaan dan prinsip sukaerela, tanpa diratifikasi dalam peraturan lokal sebuah negara, 2). Prinsip sukarela yang tidak mengikat tidak akan memberikan efek apapun secara jelas dan terukur (Fajar, 2010).

(41)

Kebijakan ini dipelopori oleh Jenkins, diacu dalam Fajar (2010) yang melihat dari fungsi hukum untuk mengatur ketertiban masyarakat. Untuk itu perlu dipahami ranah apa saja yang masuk wilayah hukum dan mana yang tidak, Jenkins mengatakan bahwa wilayah hukum dapat dilihat dari dua rezim yaitu necessity

(kebutuhan) dan possibility (kemungkinan). Necessity adalah rezim yang digunakan untuk mendukung pembangunan manusia (human development). Tanpa kondisi yang aman dan stabil pembangunan manusia tidak bisa dilakukan. Sementara

possibility berfungsi menciptakan kebebasan, kesempatan dan kemajuan yang diperlukan, untuk menciptakan kesempurnaan kebaikan (absolute good). Jika rezim

necessity dan possibility menghendaki aturan hukum maka akan melahirkan tanggung jawab hukum. Kewajiban untuk CSR menjadi perlu ketika korporasi cenderung menghalangi pembangunan manusia dan berpeluang memunculkan eksploitasi, korupsi, kesewenang-wenangan dan ketidakpastian dalam masyarakat (Fajar, 2010).

Dari berbagai school of thought tersebut tampaknya Indonesia menganut konsep

mandatory atau compulsory (wajib) sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang baik Undang-Undang Perseroan Terbatas nomor 4 tahun 2007 maupun Undang-Undang Penanaman Modal nomor 25 tahun 2007. Kewajiban melaksanakan CSR pun diwujudkan dalam Undang-Undang Pengelolaan Lingkungan Hidup nomor 32 tahun 2009 untuk aspek lingkungan, namun hingga kini belum ada peraturan organik yang merupakan turunan dari berbagai undang-undang tersebut yang mengikat secara pasti dalam bentuk peraturan pelaksanaan. Bila dilihat dari pada implementasinya cenderung dilakukan sesuai dengan konsep self regulatory. Karena belum ada aturan pelaksanaan CSR termasuk dalam sektor otomotif, sehingga setiap perusahaan menjalankan CSR sesuai dengan konsepnya sendiri dan sesuai dengan pemahamannya masing-masing terhadap CSR.

(42)

kesejahteraan masyarakat dan lingkungan, termasuk tujuan pembangunan millenium (MDGs) di Indonesia. Lingkup dari CSR menurut Keraf (1998) dikatakan bahwa perusahaan harus bertanggungjawab atas tindakan dan kegiatan bisnisnya yang mempunyai pengaruh pada orang-orang tertentu, masyarakat, serta lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi. Maka, secara negatif itu berarti suatu perusahaan harus menjalankan kegiatan bisnisnya sedemikian rupa, sehingga tidak sampai merugikan fihak-fihak tertentu dalam masyarakat. Secara positif itu berarti suatu perusahaan harus menjalankan kegiatan bisnisnya sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya akan dapat ikut menciptakan suatu masyarakat yang baik dan sejahtera. Bahkan secara positif perusahaan diharapkan ikut melakukan kegiatan tertentu yang tidak semata-mata didasarkan kepada perhitungan keuntungan kontan yang langsung, melainkan demi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya dikatakan bahwa sesungguhnya pada tingkat operasional bukan hanya staf manajemen yang bertanggungjawab sosial dan moral, tetapi juga seluruh karyawan (Keraf, 1998).

Alasan mengapa perusahaan melakukan CSR menurut Lampesis (2005) adalah :

1. Memberikan timbal balik kepada komunitas, masyarakat dan lingkungan yang telah memberikan manfaat dan keuntungan bagi perusahaan.

2. Perusahaan memperoleh keuntungan kompetitif dan keuntungan reputasi dengan mendemonstrasikan perhatian terbaik perusahaan kepada masyarakat luas sebagai bagian integral dalam pembuatan kebijakan.

3. Penelitian Orlizty, Schmidt and Reynes (2003) telah menemukan bahwa terdapat korelasi antara kinerja sosial/lingkungan dengan kinerja finansial.

Pendorong perusahaan untuk melakukan CSR :

1. CSR akan berjalan sebagai check on regulatory failures, artinya apa yang tidak diatur oleh Pemerintah, namun tetap diperlukan untuk dilaksanakan, maka disitulah CSR muncul.

(43)

Manfaat dari pelaksanaan CSR bagi masyarakat (Brew, 2008) adalah : 1. Aktivitas dan peluang ekonomi

2. Penyerapan tenaga kerja

3. Akses terhadap skill dan teknologi 4. Infrastruktur yang meningkat 5. Perlindungan terhadap lingkungan 6. Kesehatan

7. Investasi sosial

Dalam melaksanakan CSR ada tiga kriteria yang harus dipenuhi (Bronchain, 2003), yaitu :

1. They are carried out on a voluntary basis, i.e. going beyond common regulatory and conventional requirements; atau harus bersifat sukarela dan melebihi yang telah dipersyaratkan. Artinya mendemonstrasikan komitmen tanggungjawab sosial dan lingkungan lebih dari sekedar mematuhi hukum atau aturan yang berlaku.

2. There is interaction with the stakeholders, atau terdapat interaksi dengan para

stakeholders. Artinya perlu dicari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholders agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing. Pengertian CSR dikaitkan dengan pemangku kepentingan adalah :

CSR is the capacity of a company to listen to, to take care of, to understand and

to satisfy the legitimate expectations of the different actors who contribute to

their development (Olivera Neto,diacu dalamSanchez, 2008)

(44)

A company‟s balancing of these several priorities must therefore be informed by its stakeholders of importance. The company must define, consult and engage

these stakeholders in its programme that its activity is seen as relevant both to

the business and to its stakeholders, and some companies are of course well

advanced in this process of dialogue (Dawkins and Lewis, 2003).

Perusahaan harus menyeimbangkan berbagai prioritas dalam CSR sesuai dengan kepentingan pemangku kepentingan, sehingga perlu mendefinisikan, konsultasi dan mengaitkan pemangku kepentingan dalam aktivitasnya, agar terdapat relevansi antara bisnis dan pemangku kepentingan.

2. Social and environmental concerns are integrated into the business operations,

atau mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan kepada operasi perusahaan. Tujuan akhir pelaksanaan CSR adalah menempatkan entitas bisnis dalam upaya pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, tanggungjawab sosial itu seharusnya menginternalisasi pada semua bagian kerja pada suatu pekerjaan. CSR harus merupakan keputusan strategik perusahaan sejak awal dari mendesain produk yang ramah lingkungan, hingga pemasaran, dan pengolahan limbah. Selain itu, secara eksternal CSR juga memastikan jangan sampai perusahaan justru mengurangi kesejahteraan masyarakat di lingkungan sekitarnya (Nindita, diacu dalam Tunggal, 2007). Tujuan dari pelaksanaan CSR dalam aspek lingkungan didefinisikan sebagai :

As a result the environmental aspect of CSR is defined as the duty to cover the

environmental implications of the company‟s operations, products and

facilities; eliminate waste and emissions; maximize the efficiency and

productivity of its resources; and minimize practices that might adversely affect

the enjoyment of the country‟s resources by future generations (Mazurkiewicz, 2008).

(45)

yang dapat mempengaruhi keberadaan sumber daya untuk generasi mendatang. Bila di rinci kegiatan tersebut adalah :

1.Adanya fasilitas perusahaan, baik plant, gudang penyimpanan dan segala inventaris perusahaan yang tidak mencemari lingkungan.

2.Adanya produk perusahaan berupa mobil yang ramah lingkungan

3. Adanya efisiensi dan produktivitas dalam penggunaan sumber daya, termasuk bahan baku

4.Aktivitas perusahaan yang tidak mengganggu ketersediaan sumber daya untuk generasi mendatang (berkelanjutan).

Cara pandang perusahaan terhadap CSR amatlah beragam. Ada yang memandang CSR sekedar memenuhi regulasi yang ditetapkan pemerintah, sementara yang lain sudah mulai melihat CSR sebagai cara berpikir baru dalam mengelola bisnis secara keseluruhan. Secara umum, kegiatan CSR berdimensi lingkungan menurut Rewarding Upland Poor for Enviromental

Services (RUPES), diacu dalam Leimona dan Fauzi (2008) dapat

dikategorikan sebagaimana pada Tabel 1. Tabel 1. Kategorisasi CSR

Gambar

Gambar 1.  Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2. Diagram sistem teknologi otomotif (Graedel et al., diacu dalam Ayres and Ayres, 2001)
Tabel 2. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M dan N Berpenggerak Motor Bakar Cetus Api Berbahan Bakar Bensin
Gambar 4. Bagan keterkaitan instrumen antara program kebijakan publik dengan kepentingan perusahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

denganjudul “PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

Grafik 1 Rata-rata Corporate Social Responsibility Disclosure yang dilakukan oleh Industri Perbankan tahun 2010. Grafik 2 Corporate Social Responsibility Disclosure

1) Dilihat dari Aspek permodalan, akibat dari tidak terlalu familiar nya produk permodalan perbankan oleh para industri kecil keripik di Kota Binjai tersebut menyebabkan

Tujuan dari penelitian ini adalah ; 1) Untuk mengetahui perkembangan modal kerja dan laba operasional pada industri otomotif periode 2010- 2014. 2) Untuk mengukur pengaruh

Sedangkan sumber keunggulan bersaing yang tercipta dari penerapan CSR dianggap saja sebagai dampak positif dari penerapan CSR, karena ketika peritel mampu

sedangkan perhatian dari sektor kesehatan, kepemudaan, olahraga, sarana umum, aspek perekonomiam masyarakat lokal masih sangat rendah dan cenderung parsial, dan (3)

Pembangunan berkelanjutan dari tujuan ekonomi dalam penelitian ini dilihat dari peluang usaha yang muncul akibat adanya program penanaman jarak serta peluang kerja yang muncul

Indikator 1, 2, 3, dan 6 berada pada kuadran 1 (Gambar 6), artinya kinerja implementasi aspek hasil berupa “Program CSR perusahaan PTPN V memberikan dampak