DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
:
PENDAHULUAN
1
A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI
1
B. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI DAN ISU
6
STRATEGIS YANG DIHADAPI
C. SISTEMATIKA
9
BAB II
:
PERENCANAAN KERJA
10
A. PERENCANAAN KINERJA
10
B. PERJANJIAN KINERJA
12
BAB III
:
AKUNTABILITAS KINERJA
13
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
13
B. REALISASI ANGGARAN
33
C. SUMBER DAYA LAINNYA
34
BAB IV
:
PENUTUP
39
DAFTAR GAMBAR
1
GAMBAR 1
Struktur Organisasi Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Rujukan
3
2
GAMBAR 2
Peta Strategis Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Tahun 2015-2019
6
3
GAMBAR 3
Grafik Realisasi & Target Persentase Kab/Kota Dengan
Kesiapan Akses Layanan Rujukan Tahun 2015-2019
15
4
GAMBAR 4
Grafik Realisasi dan Target Jumlah RS Rujukan Nasional
Dengan RS Rujukan Regional Yang Menerapkan Integrase
Data Rekam Medis
20
5
GAMBAR 5
Grafik Realisasi Dan Terget Presentase RS Regional Sebagai
Pengampu Pelayanan Telemedicine
23
6
GAMBAR 6
Grafik Terget Dan Realisasi Jumlah RS Pratama Yang
Dibangun (Kumulatif) Tahun 2015-2016
26
7
GAMBAR 7
National Command Center 119
30
DAFTAR TABEL
1.
TABEL 1
Pertumbuhan RS Dalam Dua Tahun Terakhir
6
2.
TABEL 2
Sasaran Program Direktorat Pelayanan Kesehatan
10
Rujukan Tahun 2015-2019 sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan
Kesehatan RI No 1144/MENKES/PER/VIII/2010
3.
TABEL 3
Sasaran Program Direktorat Pelayanan Kesehatan
11
Rujukan Tahun 2015-2019 sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015
4.
TABEL 4
Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program,
12
Indikator Kinerja dan Target Tahun 2015 Direktorat
Pelayanan Kesehatan Rujukan
5.
TABEL 5
Capaian Indikator Kinerja Direktorat Pelayanan
14
Kesehatan Rujukan Tahun 2016
6.
TABEL 6
Data Kab/Kota dengan Kesiapan Akses Layanan
16
Rujukan
7.
TABEL 7
Rumah Sakit Yang Menerapkan Integrasi Data Rekam
19
Medis
8.
TABEL 8
Fasyankes Pengampu dan Diampu Telemedicine
22
Tahun 2015
9.
TABEL 9
Fasyankes Pengampu dan Diampu Telemedicine
23
Tahun 2015
10. TABEL 10
Kab/Kota Lokasi Pembangunan RS Pratama TA 2015
25
11. TABEL 11
Kab/Kota Lokasi Pembangunan RS Pratama TA 2015
26
12. TABEL 12
Realisasi Anggaran Direktorat Pelayanan Kesehatan
33
Rujukan Tahun 2017
13. TABEL 13
Sumber Daya Manusia Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan persubdirektorat tahun 2016
35
Sumber Daya Manusia Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan persubdirektorat tahun 2016
14. TABEL 14
Tabel
Jumlah
Pegawai
Berdasarkan
Status
35
Kepegawaian Pada Dit. Yankes Rujukan Tahun 2016
15. TABEL 15
Jumlah PNS Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Dit.
35
Yankes Rujukan Tahun 20165
16 TABEL 16
Jumlah PNS Berdasarkan Jenis Pendidikan Pada Dit.
36
Yankes Rujukan Tahun 2016
17. TABEL 17
Tabel Jumlah PNS Berdasarkan Golongan Pada
Direktorat pelayanan Kesehatan Rujukan Tahun 2016
36
18. TABEL 18
Laporan Posisi Barang Milik Negara Di Neraca Per
Tanggal 31 Desember 2016
37
BAB I
PENDAHULUAN
A.
PENJELASAN UMUM ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 64 tahun 2015 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan
supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan
rujukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pelayanan medik dan keperawatan,
penunjang, gawat darurat terpadu, dan pengelolaan rujukan dan pemantauan
rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan;
2. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan medik dan keperawatan,
penunjang, gawat darurat terpadu, dan pengelolaan rujukan dan pemantauan
rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan;
3. penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelayanan
medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, dan pengelolaan
rujukan dan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan;
4. penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan medik
dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, dan pengelolaan rujukan
dan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan;
5. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan medik dan
keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, dan pengelolaan rujukan dan
pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan; dan
6. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan terdiri atas:
1. Subdirektorat Pelayanan Medik dan Keperawatan;
2. Subdirektorat Pelayanan Penunjang;
3. Subdirektorat Pelayanan Gawat Darurat Terpadu;
4. Subdirektorat Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan Rumah Sakit;
5. Subdirektorat Rumah Sakit Pendidikan;
6. Subbagian Tata Usaha; dan
Tugas dan fungsi dari masing-masing Sub Direktorat sebagai berikut :
1. Subdirektorat Pelayanan Medik dan Keperawatan
Subdirektorat
Pelayanan
Medik
dan
Keperawatan
mempunyai
tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi di bidang pelayanan medik dan keperawatan.
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Pelayanan Medik dan Keperawatan
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang rawat jalan dan gawat
darurat dan rawat inap, intensif, dan bedah;
b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang rawat jalan dan gawat
darurat dan rawat inap, intensif, dan bedah;
c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
rawat jalan dan gawat darurat dan rawat inap, intensif, dan bedah;
d. penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang rawat jalan dan
gawat darurat dan rawat inap, intensif, dan bedah.
Subdirektorat Pelayanan Medik dan Keperawatan terdiri atas:
a. Seksi Rawat Jalan dan Gawat Darurat mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
di bidang rawat jalan dan gawat darurat.
b. Seksi Rawat Inap, Intensif, dan Bedah mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
di bidang rawat inap, intensif, dan bedah.
2. Subdirektorat Pelayanan Penunjang
Subdirektorat Pelayanan Penunjang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan
penunjang.
Subdirektorat Pelayanan Penunjang menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pelayanan penunjang medik
dan non medik;
b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan penunjang
c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pelayanan penunjang medik dan non medik; dan
d. penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan
penunjang medik dan non medik.
Subdirektorat Pelayanan Penunjang terdiri atas:
a. Seksi Pelayanan Penunjang Medik mempunyai tugas melakukan penyiapan
bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pelayanan penunjang medik.
b. Seksi Pelayanan Penunjang Non Medik mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
di bidang pelayanan penunjang non medik.
3. Subdirektorat Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
Subdirektorat
Pelayanan
Gawat
Darurat
Terpadu
mempunyai
tugas
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi di bidang pelayanan gawat darurat terpadu.
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pelayanan gawat darurat
terpadu pra rumah sakit dan antar rumah sakit;
b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan gawat darurat
terpadu pra rumah sakit dan antar rumah sakit;
c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pelayanan gawat darurat terpadu pra rumah sakit dan antar rumah sakit; dan
d. penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan gawat
darurat terpadu.
Subdirektorat Pelayanan Gawat Darurat Terpadu terdiri atas:
a. Seksi Pra Rumah Sakit mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
b. Seksi Antar Rumah Sakit mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pelayanan gawat darurat terpadu antar rumah sakit.
4. Subdirektorat Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan Rumah Sakit
Subdirektorat Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan Rumah Sakit mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pengelolaan rujukan dan pemantauan rumah sakit.
Dalam melaksanakan tugas, Subdirektorat Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan
Rumah Sakit menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan pelayanan
rujukan dan pemantauan dan evaluasi rumah sakit;
b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan pelayanan
rujukan dan pemantauan dan evaluasi rumah sakit;
c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengelolaan pelayanan rujukan dan pemantauan dan evaluasi rumah sakit;
d. penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengelolaan
pelayanan rujukan dan pemantauan dan evaluasi rumah sakit; dan
e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengelolaan pelayanan
rujukan dan pemantauan dan evaluasi rumah sakit.
Subdirektorat Pengelolaan Rujukan dan Pemantauan Rumah Sakit terdiri atas:
a. Seksi Pengelolaan Pelayanan Rujukan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
di bidang pengelolaan pelayanan rujukan.
b. Seksi Pemantauan dan Evaluasi Rumah Sakit mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemantauan dan
evaluasi rumah sakit.
5. Subdirektorat Rumah Sakit Pendidikan
Subdirektorat Rumah Sakit Pendidikan mempunyai tugas melaksanakan
prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rumah sakit pendidikan.
Dalam
melaksanakan
tugas,
Subdirektorat
Rumah
Sakit
Pendidikan
menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang jejaring rumah sakit
pendidikan dan pemantauan dan evaluasi rumah sakit pendidikan;
b. penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang jejaring rumah sakit
pendidikan dan pemantauan dan evaluasi rumah sakit pendidikan;
c. penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan di bidang jejaring
rumah sakit pendidikan dan pemantauan dan evaluasi rumah sakit pendidikan;
d. penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi di bidang jejaring rumah sakit
pendidikan dan pemantauan dan evaluasi rumah sakit pendidikan; dan
e. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang jejaring rumah sakit
pendidikan dan pemantauan dan evaluasi rumah sakit pendidikan.
Subdirektorat Rumah Sakit Pendidikan terdiri atas:
a. Seksi Jejaring Rumah Sakit Pendidikan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi
di bidang jejaring rumah sakit pendidikan.
b. Seksi Pemantauan dan Evaluasi Rumah Sakit Pendidikan mempunyai tugas
melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pemantauan dan evaluasi rumah sakit pendidikan.
6. Sub Bagian Tata Usaha
Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha dan
rumah tangga Direktorat.
B. ASPEK STARTEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI
Pertambahan Rumah Sakit di Indonesia dalam 1 tahun (tahun 2015 sampai dengan
tahun 2016) sebanyak 133 RS, atau mengalami pertumbuhan sebesar 5,3 %.
Tabel 1. Jumlah Rumah Sakit Tahun 2015 dan 2016
REKAP RS 2015 2016
Kategori Kepemilikan RS
Pemerintah 803 85 888 824 86 915
Swasta Non
Profit 539 167 706 542 160 702
RS Privat 610 286 896 696 310 1006
TOTAL 1,952 538 2.490 2.067 556 2.623
Sumber : RS Online Tahun 2015 dan Tahun 2016
Sedangkan untuk jumlah Tempat Tidur (TT) di RS sampai saat ini sebanyak 319.559
yang terdiri dari TT Kelas VVIP sebanyak 5.625, TT Kelas VIP sebanyak 25.752, TT
Kelas I sebanyak 39.623, TT Kelas II sebanyak 55.820, TT Kelas III sebanyak 119.060,
TT Ruang ICU sebanyak 6.876, TT Ruang PICU sebanyak 1.392, TT Ruang NICU
sebanyak 3.262, TT Ruang ICCU sebanyak 1.163, TT Ruang HCU sebanyak 3.966, TT
Ruang IGD sebanyak 13.391, TT Ruang Perinatologi sebanyak 20.556, TT Ruang
Operasi sebanyak 5.906, TT Ruang Bersalin sebanyak 10.959. dan TT Ruang Isolasi
sebanyak 6.255. Jika dilihat dari komposisinya, jumlah TT Kelas III merupakan
komposisi paling besar yaitu 37,3% dari total TT di RS
.
Adapun tantangan strategis yang dihadapi oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan dalam meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang tertuang di
dalam Rencana Aksi Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
1. Perlunya penguatan pelayanan kesehatan rujukan
2. Perlunya penetapan sistem regionalisasi rujukan di seluruh provinsi
3. Perlunya penetapan dan pembangunan sistem rujukan nasional
4. Tidak meratanya jumlah, jenis dan kompetensi SDM Kesehatan
5. Kapasitas manajemen rumah sakit yang tidak merata, dan belum berbasiskan
sistem manajemen kinerja
6. Belum tersedianya sarana prasarana dan alkes pada RS Rujukan yang sesuai
7. Belum terintegrasinya data dan sistem informasi di pusat, daerah dan rumah sakit.
8. Kebijakan pemerintah daerah yang belum tersinkronisasi dengan kebijakan
pemerintah pusat.
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan mempunyai tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan upaya
kesehatan rujukan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat
Pelayanan
Kesehatan Rujukan menetapkan visi:
Untuk mewujudkan visinya, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan menjalankan misi
sebagai berikut:
1. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan
rujukan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan
2. Menyelenggarakan tata kelola yang baik.
Sasaran strategis menggambarkan rincian dan penjabaran pencapaian Visi Direktorat
Pelayanan Kesehatan Rujukan Tahun 2019, yang diperoleh dari tantangan strategis
dan analisis SWOT. Sasaran strategis Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tahun 2015-2019 adalah:
1. Terwujudnya regionalisasi sistem rujukan yang terstruktur dan berjenjang
2. Terwujudnya sistem manajemen kinerja fasyankes rujukan se Indonesia
3. Terwujudnya media sosialisasi pelayanan kesehatan
4. Terwujudnya advokasi kepada Pemda dan K/L terkait
5. Terwujudnya kemitraan berjejaring
6. Terwujudnya Optimalisasi Peran UPT sebagai lembaga pembina
7. Terwujudnya organisasi dan mutu kelembagaan yang ekselen
8. Terbangunnya informasi berbasis data dan pengalaman
9.
Terwujudnya sistem perencanaan karyawan dan karir yang
efektif
Dalam rangka pencapaian visi 2019, Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan telah
menetapkan suatu peta strategi yang menggambarkan hipotesis jalinan sebab akibat
dari 17 sasaran strategis (yang menggambarkan arah dan prioritas strategis
Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan yang diperlukan guna memampukannya
dalam mencapai target kinerja yang berkelanjutan di masa yang akan datang).
“
AKSES PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN YANG TERJANGKAU DAN
Peta strategi pencapaian visi tersebut disusun dengan memperhatikan peta strategi
pada Renstra Kementerian Kesehatan 2015 - 2019 dan Rencana Aksi Program (RKP)
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.
Gambar 2. Peta Strategis Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tahun 2015 - 2019
Peta strategi disusun untuk mencapai visi Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tahun 2019 menciptakan Akses pelayanan kesehatan rujukan yang terjangkau dan
berkualitas bagi masyarakat. Visi tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk 1 (satu)
tujuan strategis (
outcome
), yaitu tersedianya fasyankes rujukan berkualitas yang dapat
dijangkau oleh masyarakat.
Tersedianya fasyankes rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh masyarakat
dapat dicapai dengan memastikan proses-proses strategis berikut dikerjakan secara
excellent
yakni: mewujudkan Regionalisasi Sistem Rujukan yang Terstruktur dan
Berjenjang, mewujudkan Sistem Manajemen Kinerja Fasyankes Rujukan se
Kepada Pemda dan K/L terkait, mewujudkan Kemitraan Berjenjang, mewujudkan Peran
UPT Sebagai lembaga pembina.
Sasaran strategis terkait upaya strategis yang harus dilakukan secara excellent dalam
meningkatkan mutu kelembagaan organisasi Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
adalah:
1. Terwujudnya Organisasi dan Mutu Kelembagaan Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan yang Excellent,
2. Terbangunnya
Informasi
Berbasis
Data
dan
Pengalaman
(
Knowledge
management
),
3. Terwujudnya Sistem Perencanaan Karyawan dan Karir yang Efektif.
Agar sasaran-sasaran strategis terkait perspektif upaya strategis dapat dicapai secara
berkelanjutan, maka sasaran strategis terkait dengan perspektif sumber daya harus
diwujudkan
:
1.
Sumber daya manusia yang kompeten dan berbudaya kinerja,
2.
Dukungan regulasi pelayanan kesehatan rujukan,
3.
Sarana prasarana alat obat dan perbekalan yang memadai,
4.
Dana pada bidang pelayanan kesehatan rujukan.
C. SISTEMATIKA
Sistematika penulisan laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan terdiri dari:
Bab I
Pendahuluan
A. Penjelasan Umum Organisasi
B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi Organisasi
C. Sistematika
Bab II
Perencanaan Kinerja
A. Perencanaan Kinerja
B. Perjanjian Kinerja
Bab III
Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi
B. Realisasi Anggaran
C. Sumber Daya Lainnya
Bab IV
Penutup
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A.
PERENCANAAN KINERJA
Berdasarkan dokumen Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 yang
telah
ditetapkan
dengan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015, sasaran kegiatan Pembinaan Upaya Kesehatan rujukan
adalah tersedianya fasyankes rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
Indikator kinerja yang ingin dicapai selama kurun waktu 5 tahun sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 untuk
mencapai sasaran program yang menjadi tugas dan tanggung jawab dari
masing-masing Direktorat mengalami perubahan dengan adanya perubahan Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
Indikator Kinerja yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat Pelayanan
Kesehatan Rujukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 64 tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Sasaran Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tahun 2015-2019 berdasarkan tugas pokok dan fungsi
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1144/MENKES/PER/VIII/2010
No
Sasaran
Program
Indikator
Target
2015
2016
2017
2018
2019
1
Tersedianya
125
125
125
125
125
Jumlah dokumen
tentang kebutuhan
kapal RS di daerah
kepulauan
Perubahan Indikator Kinerja yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat
Pelayanan Kesehatan Rujukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 64 tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Sasaran Program Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tahun 2015-2019 berdasarkan tugas pokok dan fungsi
sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 64 tahun 2015
No
Sasaran
Program
Indikator
Target
2015
2016
2017
2018
2019
1
Tersedianya
kapal RS di daerah
kepulauan
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan dokumen
pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan dan
bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya
yang dimiliki. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan menyusun perjanjian kinerja
tahun 2015 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun
2015-2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Direktorat Pelayanan Kesehatan
Rujukan untuk mencapainya dalam tahun 2016.
Perjanjian Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan tahun 2016 dapat dilihat
pada tabel 4 dibawah ini:
Tabel 4. Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan
Target Tahun 2016 Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Sasaran
Program
Indikator kinerja
Target 2016
Tersedianya
Fasyankes
rujukan
berkualitas yang
dapat dijangkau
oleh masyarakat
1
Persentase kabupaten/kota dengan
kesiapan akses layanan rujukan
70%
2
Jumlah RS Rujukan Nasional dengan
RS Rujukan Regional yang menerapkan
integrasi data rekam medis
15 RS
3
Persentase RS Regional sebagai
pengampu pelayanan telemedicine
6 %
4
Jumlah RS pratama yang dibangun
(kumulatif)
34 RS
5
Jumlah dokumen tentang kebutuhan
kapal RS di daerah kepulauan
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Untuk mengetahui capaian kinerja organisasi dilakukan pengukuran kinerja
dengan membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau
target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja
diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang
berhasil dilakukan oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan dalam kurun waktu
Januari sampai dengan Desember 2016.
Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan dari Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015–2019. Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah
dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada
setiap indikator sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian
masing-masing indikator. Informasi Capaian dari masing-masing-masing-masing indikator berdasarkan
pengukuran kinerja tersebut ditindaklanjuti dalam perencanaan program/kegiatan di
masa yang akan datang agar setiap program/ kegiatan yang direncanakan dapat dicapai
secara optimal, selain itu
informasi mengenai masing-masing indikator
juga
dimaksudkan untuk mengetahui kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan pada
tahun 2016, antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak-pihak internal dan
eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Indikator Kinerja Utama (IKU) dan
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK).
Indikator Kinerja Kegiatan yang ditetapkan sebagai indikator yang akan dicapai
dalam Penetapan Kinerja (TAPJA) Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan merupakan
indikator kinerja terukur dalam kurun waktu 1 (satu) tahun.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja diketahui capaian kinerja tahun 2016 per
indikator sesuai dengan TAPJA Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan adalah
Persentase kabupaten/kota dengan kesiapan akses layanan rujukan
Tabel 5. Pencapaian Indikator Kinerja Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tahun 2015 dan 2016
SASARAN
2
Jumlah RS Rujukan
Nasional dengan
4
Jumlah RS pratama
yang dibangun
kapal RS di daerah
kepulauan
1 Dok
1 Dok
1 Dok
1 Dok
1 Dok
Uraian dari capaian masing-masing indikator kinerja Renstra Direktorat Pelayanan
Kesehatan Rujukan Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1.
a.
Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b.
Definisi Operasional
Definisi operasional yang dimaksud dengan Kab/Kota dengan kesiapan akses
layanan rujukan adalah Kab/Kota yang memiliki:
1) Rasio TT di RS dan Klinik Utama dibanding penduduk 1:1000
c.
Cara Perhitungan
Formula perhitungan indikator ini adalah jumlah Kab/Kota dengan kesiapan
akses layanan rujukan dibagi total kab/kota pada tahun tersebut dikali 100 %.
d.
Pencapaian Kinerja
Target pencapaian kinerja tahun 2016 untuk indikator jumlah Kab/Kota dengan
kesiapan akses layanan rujukan adalah 70% Kabupaten/Kota dengan kesiapan
akses rujukan atau sebanyak 348 Kab/Kota dari jumlah Kab/Kota sebanyak 497
(jumlah Kab/Kota sebanyak 497 target total yang ditetapkan dalam RPJMN).
Pencapaian indikator ini pada tahun 2016 ada sebanyak 266 Kab/Kota dengan
kesiapan akses layanan rujukan. Jika dibandingkan dengan keseluruhan jumlah
Kab/Kota 497, maka pencapaian indikator ini sebanyak 54 %, sehingga indikator
ini belum mencapai target.
Jika dibandingkan dengan target sampai tahun 2019 sebanyak 95% Kab/Kota
dengan kesiapan akses layanan rujukan, maka masih terdapat 205 Kab/Kota
yang harus dilakukan pembinaan agar memiliki kesiapan akses layanan rujukan
pada akhir tahun 2019 atau realisasi baru mnecapai 56,8%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Grafik berikut ini:
Capai tahun 2016 sebesar 54% tidak mengalami kenaikan jika dibandingkan
dengan capain tahun 2015
0%10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2015 2016 2017 2018 2019
54% 60% 54% 70%
80%
90% 95%
Gambar 3. Grafik Realisasi dan Target
Persentase Kab/Kota dengan Kesiapan
Akses Layanan Rujukan Tahun 2015 - 2016
Realisasi
Tabel 6. Data Kab/Kota dengan Kesiapan Akses Layanan Rujukan
1 Fakfak 41 Minahasa Tenggara 81 Kota Pare-pare
2 Kaimana 42 Bolaang Mongondow Selatan 82 Kota Palopo 3 Teluk Wondama 43 Kota Manado 83 Banggai Kepulauan
4 Teluk Bintuni 44 Kota Bitung 84 Banggai
5 Sorong Selatan 45 Kota Tomohon 85 Morowali
6 Sorong 46 Kota Kotamobagu 86 Poso
7 Raja Ampat 47 Kepulauan Mentawai 87 Buol
8 Tambrauw 48 Sijunjung 88 Parigi Moutong
9 Kota Sorong 49 Tanah Datar 89 Tojo Una-Una
10 Majene 50 Padang Pariaman 90 Kota Palu
11 Mamasa 51 Pasaman 91 Pelalawan
12 Mamuju 52 Kota Padang 92 Rokan Hulu
13 Nias 53 Kota Solok 93 Bengkalis
14 Tapanuli Selatan 54 Kota Sawah Lunto 94 Kota Pekanbaru 15 Tapanuli Utara 55 Kota Padang Panjang 95 Kota Dumai
16 Labuhan Batu 56 Kota Bukittinggi 96 Merauke
17 Asahan 57 Kota Payakumbuh 97 Jayawijaya
18 Karo 58 Kota Pariaman 98 Jayapura
19 Deli Serdang 59 WAKATOBI 99 Biak Numfor
20 Pakpak Bharat 60 BUTON UTARA 100 Mimika
21 Serdang Bedagai 61 KONAWE UTARA 101 Boven Digoel
22 Kota Sibolga 62 Kolaka Timur 102 Asmat
23 Kota Pematang Siantar 63 KONAWE KEPULAUAN 103 Pegunungan Bintang 24 Kota Tebing Tinggi 64 Kota KENDARI 104 Sarmi
25 Kota Medan 65 Kepulauan Selayar 105 Keerom
26 Kota Binjai 66 Bulukumba 106 Waropen
27 Kota Padang Sidempuan 67 Bantaeng 107 Supiori
28 Kota Gunungsitoli 68 Jeneponto 108 Mamberamo Raya 29 Ogan Komering Ulu 69 Takalar 109 Kota Jayapura
30 Kota Palembang 70 Sinjai 110 Sumba Barat
31 Kota Prabumulih 71 Bone 111 Sumba Timur
32 Kota Pagar Alam 72 Maros 112 Kupang
33 Kota Lubuk Linggau 73 Pangkajene Kepulauan 113 Timor Tengah Utara 34 Bolaang Mongondow 74 Sidenreng Rappang 114 Belu
35 Minahasa 75 Pinrang 115 Alor
36 Kepulauan Sangihe 76 Enrekang 116 Lembata
37 Kepulauan Talaud 77 Luwu 117 Flores Timur
38 Minahasa Selatan 78 Tana Toraja 118 Sikka
39 Bolaang Mongondow Utara 79 Luwu Timur 119 Ende 40 Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 80 Kota Makassar 120 Ngada
121 Manggarai
161 Lampung Barat
201 Kota Kediri
241 Kota Yogyakarta
122 Sumba Tengah
162 Kota Bandar Lampung
202 Kota Blitar
242 BENGKULU SELATAN
123 Kota Kupang
163 Kota Metro
203 Kota Malang
243 BENGKULU UTARA
124 Dompu
164 Bangka
204 Kota Probolinggo 244 MUKO-MUKO
125 Bima
165 Belitung
205 Kota Pasuruan
245 KOTA BENGKULU
126 Sumbawa Barat
166 Bangka Barat
206 Kota Mojokerto
246 KOTA CILEGON
127 Kota Mataram
167 Belitung Timur
207 Kota Madiun
247 KOTA TANGGERANG SELATAN
128 Kota Bima
168 Kota Pangkal Pinang
208 Kota Surabaya
248 Kota Tangerang
129 Simeulue
169 Paser
209 Kota Batu
249 JEMBRANA
130 Aceh Selatan
170 Kutai Barat
210 Banyumas
250 TABANAN
131 Aceh Tenggara
171 Kutai Timur
211 Purworejo
251 KLUNGKUNG
132 Aceh Tengah
172 Berau
212 Klaten
252 BANGLI
133 Aceh Barat
173 Malinau
213 Sragen
253 BULELENG
134 Aceh Besar
174 Nunukan
214 Kudus
254 KOTA DENPASAR
135 Pidie
175 Penajam Paser Utara
215 Kota Magelang
255 Kepulauan Seribu
136 Bireuen
176 Kota Balikpapan
216 Kota Surakarta
256 Jakarta Selatan
137 Aceh Barat Daya
177 Kota Samarinda
217 Kota Salatiga
257 Jakarta Timur
138 Gayo Lues
178 Kota Tarakan
218 Kota Semarang
258 Kota Jakarta Pusat
139 Aceh Tamiang
179 Kota Bontang
219 Kota Pekalongan
259 Jakarta Barat
140 Nagan Raya
180 Kotawaringin Barat
220 Kota Tegal
260 Jakarta Utara
141 Aceh Jaya
181 Barito Selatan
221 Purwakarta
261 Banjar
142 Bener Meriah
182 Barito Utara
222 Karawang
262 Barito Kuala
143 Kota Banda Aceh
183 Lamandau
223 Bekasi
263 Hulu Sungai Selatan
144 Kota Sabang
184 Katingan
224 Kota Bogor
264 Hulu Sungai Utara
145 Kota Langsa
185 Murung Raya
225 Kota Sukabumi
265 Balangan
146 Kota Lhokseumawe
186 Kota Palangka Raya
226 Kota Bandung
266 Kota Banjarmasin
147 Kota Subulussalam
187 Bengkayang
227 Kota Cirebon
267 Kota Banjar baru
148 Halmahera Barat
188 Ketapang
228 Kota Bekasi
149 Halmahera Tengah
189 Melawi
229 Kota Cimahi
150 Kepulauan Sula
190 Kota Pontianak
230 Batang Hari
151 Halmahera Utara
191 Kota Singkawang
231 Bungo
152 Halmahera Timur
192 Ponorogo
232 Kota Jambi
153 Kota Ternate
193 Trenggalek
233 Boalemo
154 Maluku Tenggara Barat
194 Tulungagung
234 Gorontalo
155 Maluku Tengah
195 Malang
235 Pohuwato
156 Kepulauan Aru
196 Situbondo
236 Gorontalo Utara
157 Seram Bagian Timur
197 Sidoarjo
237 Kota Gorontalo
158 Maluku Barat Daya
198 Mojokerto
238 Kulon Progo
159 Kota Ambon
199 Jombang
239 Bantul
160 Kota Tual
200 Gresik
240 Sleman
No
Kab/ Kota
Kab/ Kota
No
Kab/ Kota
No
Kab/ Kota
e.
Permasalahan
Jika dibandingkan dengan target sebanyak 70%, seharusnya ada 348 Kab/Kota
dengan kesiapan akses layanan rujukan. Namun saat ini pencapaiannya baru
54%, dikarenakan terdapat beberapa kendala sebagai berikut:
1) Upaya pencapaian indikator melalui kegiatan yang dibiayai oleh Dana Alokasi
Khusus (DAK) yang tidak dapat dikontrol sepenuhnya oleh Kementerian
Kesehatan.
2) Dana DAK masih sedikit yang mengambil bangunan dan TT kelas III
dikarenakan digunakan untuk pengembangan pelayanan unggulan di
masing-masing RS.
3) Kurangnya pengawasan terhadap realisasi penggunaan anggaran DAK.
4) Belum terpenuhinya standar pelayanan, SDM, sarana prasarana dan
manajemen
f.
Usul Pemecahan masalah
1) Guna mengatasi kendala, maka perlu dibentuk Tim terpadu antara tim
Kemkes, Bappenas dan Kemenkeu saat musrembang daerah dan nasional
guna melakukan pengawasan terhadap realisasi penggunaan anggaran.
2) Koordinasi dengan Roren terkait pemanfaatan DAK TA 2016 untuk
pemenuhan kebutuhan TT
3) Upaya pemenuhan standarisasi RS Rujukan melalui peningkatan standar
pelayanan, SDM, sarana prasarana dan manajemen RS.
4) Menyusun pedoman penguatan pengampuan RS Rujukan Nasional dan
Regional
5) Monev RS Rujukan
6) Penguatan layanan kesehatan rujukan di RS Rujukan dilakukan melalui
Pencapaian akreditasi melalui DAK non fisik dan Dekon serta Pemenuhan
infrastruktur dan alkes melalui dana DAK fisik
7) Pemenuhan SDM kesehatan dengan melakukan kerjasama Pemda dan
PPSDM
g.
Realisasi Anggaran
Alokasi
Anggaran
untuk
melaksanakan
indikator
ini
sebesar
Rp49.346.429.000,-
dengan
realisasi
sampai
dengan
sebesar
Rp45.108.374.423 atau 91,4%. Anggaran digunakan untuk memperkuat
Jumlah RS Rujukan Nasional dengan RS Rujukan Regional yang menerapkan
integrasi data rekam medis
untuk persiapan akreditasi, peningkatan kemampuan SDM melalui
workshop-workshop, dan monev.
2.
a.
Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b.
Definisi Operasional
Definisi operasional indikator ini adalah tersedianya 60 RS Rujukan Nasional
dengan RS Regional yang menerapkan integrasi data rekam medis.
c.
Cara Perhitungan
Jumlah RS Rujukan Nasional, Rujukan Provinsi dan RS Rujukan Regional yang
menjadi pengampu integrasi data rekam medis
d.
Pencapaian Kinerja
Pada tahun 2016 telah berhasil dilakukan integrasi rekam medis pada 7 RS atau
sebesar 46,7% dari target yaitu 15 RS
Tabel 7 : Rumah Sakit yang menerapkan integrasi data rekam medis
No
Nama Rumah Sakit
Keterangan
1
RSUP Wahidin Sudirohusodo
RS Rujukan Nasional
2
RSUD Labuan Baji
RS Rujukan Regional
3
RSUD Kota Makassar
RS Rujukan Regional
4
RSUD A Makassau pare Pare
RS Rujukan Regional
5
RSUD Sariwegading
RS Rujukan Regional
6
RSUD tenriawaru Bone
RS Rujukan Regional
7
RSUD Sulthan Daeng Radja
RS Rujukan Regional
Jika dibandingkan dengan target tahun 2019 untuk indikator jumlah rumah sakit
rujukan nasional dengan rs rujukan regional yang menerapkan integrasi data
rekam medis yaitu 60 RS, maka masih terdapat 45 RS yang harus dilakukan
Dalam RPJM Tahun 2015-2018 untuk indikator jumlah rumah sakit rujukan
nasional dengan rs rujukan regional yang menerapkan integrasi data rekam
medis belum ditetapkan target
e.
Permasalahan
Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam upaya pemenuhan capaian
indikator tersebut, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Belum adanya pedoman integrasi rekam medis
2) Masih lemahnya teknologi informasi di RS
3) Telah ada SIRS di RS yang tidak dapat diintegrasikan Karena terkait dengan
sourccat dan hak cipta dari masing-masing system yang telah terpasang.
f.
Usul Pemecahan Masalah
Terdapat beberapa upaya yang telah dilakukan guna mengatasi kendala dalam
pencapaian indikator, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Menyusun pedoman dan road map integrase data rekam medisMenyusun
pedoman dan road map integrase data rekam medis
2) Berkoordinasi dengan Bagian PI terkait proses input variable rekam medik
elektronik pada SIM GOS
010 20 30 40 50 60
2015 2016 2017 2018 2019
7 15
30
45
60
Gambar 4. Grafik Realisasi dan Target
Jumlah RS Rujukan Nasional dengan RS Rujukan
Regional yang menerapkan integrasi data rekam medis
Realisasi
Persentase RS Regional sebagai pengampu pelayanan telemedicine
g.
Realisasi Anggaran
Alokasi Anggaran untuk melaksanakan indikator ini sebesar Rp211.820.000
dengan realisasi sebesar Rp190.920.000,- atau sebesar 90,1% angaran
tersebut diagunakan untuk penyusunan pedoman dan pertemuan koordinasi
integrasi rekam medis
3.
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi Operasional dari indikator Persentase RS Regional sebagai pengampu
pelayanan telemedicine adalah :
1) Terselenggaranya salah satu jenis pelayanan telemedicine oleh RS
Pengampu dengan fasyankes yang diampu
2) Telemedicine adalah pelayanan kesehatan jarak jau melalui pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi dalam rangka konsultasi diagnostik dan
tatalaksana perawatan pasien antara faskes pengampu dan yang diampu.
Pelayanan telemedicine yang dapat dikembangkan yaitu radiologi,
tele-kardiologi, radio-komunikasi medik (tele-conference), vidio-conference
(VCom), tele-radiotherapy, tele-konsultasi.
c. Cara Perhitungan
RS rujukan Regional yang memberikan pelayanan (sebagai pengampu)
telemedicine dibagi jumlah seluruh RS Rujukan Regional) x 100%
Jumlah RS Rujukan Regional sebanyak 110 RS
d. Pencapaian Kinerja
Pelayanan telemedicine adalah pelayanan dengan menggunakan transmisi dari
informasi medis seperti teks, citra, biosinyal, video, suara serta keahlian medis
dan perawatan dari satu lokasi ke lokasi lainnya melalui hubungan
telekomunikasi. Telemedicine meliputi laboratorium, kardiologi,
dokter spesialis berbasis kompetensi di Indonesia
Capaian indicator Presentase RS Regional sebagai pengampu pelayanan
telemedicine tahun 2016 yaitu sebanyak 6 Rumah Sakit Pegampu atau sebesar
100 % dari target yaitu 6% dari jumlah rumah sakit rujukan regional atau
sebanyak 6 RS. Jumlah fasyankes yang diampu pada tahun 2016 sebanyak 19
fasyankes.
Tabel 8 Fasyankes Pengampu dan Diampu TelemedicineTahun 2016
No RS Pengampu No Fasyankes Diampu TeleKon sultasi
1 RS Zaenoel Abidin
(Rujukan Provinsi) 1 RSUD Sabang 1 1
2 RSIA Banda Aceh 1 1
3 Puskesmas Sukajaya
Kota Sabang
1
2 RSUD Abdul Azis
Singkawang 4 RSUD Pemangkat 1 1
5 Puskesmas Seulakau 1
1
3 RSUD Syamsudin
Sukabumi 6 RSUD Pelabuhan Ratu 1
1
4 RS. Universitas
Hasanuddin 7 RSUD Sinjai 1
8 Puskesmas Balangnipa 1
1
1
9 Puskesmas Kampala 1
1
1
10 Puskesmas Lappadata 1
1
1
11 Puskesmas Panaikang 1
1
1
12 Puskesmas Pulau
Sembilan 1
1
1
5 RSUD Djasamen
Saragih 13 RSUD Simalungun 1 1
14 RSUD Tarutung 1 1
6 RSUD Johanes
Kupang, NTT 15 RS Labuan Bajo 1 1
16 RSUD Mboi 1 1
17 RSUD Malaka 1 1
18 Puskesmas Ruteng
(Wangko) 1
1
19 Puskesmas Langke
Majok Ruteng 1
1
Jika dibandingkan dengan target tahun 2019, maka masih terdapat 29 Rumah
Sakit yang menjadi target dan harus dilakukan pembinaan atau realisasi baru
Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yaitu sebesar 3,6% maka
capaian tahun 2016 sebesar 6,3% mengalami kenaikan sebesar 2,7% sehingga
secara secara kesuluruhan jumlah RS yang telah menjadi pengampu
telemedicine sebanyak 10 RS
Tabel 9: Fasyankes Pengampu dan Diampu Telemedicine Tahun 2015
No RS Pengampu No Fasyankes Diampu Teleradiologi
Telemedicine berbasis
vicon
1 RSUP dr. M.
Djamil, Padang 1 RSUD Pariaman, Sumbar 1 2 RSUD dr. M. Zein Painan,
Sumbar 1
3 RSUD Pasaman Barat,
Sumbar 1
4 RSUD Lubuk Sikaping,
Sumbar 1
5 RSUD Kepulauan Meranti,
Riau 1
2 RSUP M. Hoesin,
Palembang 6
RSUD Kotaagung,
Lampung 1
7 RSUD Hasannudin Damrah,
Bengkulu 1
8 RSUD Curup Rejang
Lebong, Bengkulu 1
3
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar
9 RSUD Harapan Insan
Sendawa, Kaltim 1
4 RS PON, Jakarta 10 RSUD Besemah Pagar
Alam, Sumsel 1
11 RS Stroke Bukittinggi,
Sumbar 1
2015 2016 2017 2018 2019
3.6% 3% 6.3%6%
12%
20%
32%
Gambar 5. Grafik Realisasi dan Target
Presentase RS Regional sebagai pengampu pelayanan
telemedicine
Realisasi
Jumlah RS Pratama yang Dibangun (Kumulatif)
e. Permasalahan
Walaupun target pada indikator ini sudah terpenuhi, namun masih terdapat
kendala dalam pencapaiannya. Kendala tersebut yaitu :
1) Belum selesainya regulasi pedoman tentang telemedicine
2) Pelaksanaan telemedicine di RS yang telah diberikan alat belum berjalan
dengan baik dikarenakan permasalahan signal terkait data internet
3) Belum adanya regulasi tentang tarif pembiayaan telemedicine
f.
Usul Pemecahan Masalah
Upaya pemecahan masalah dalam rangka pencapaian indikator di atas yaitu
dengan :
1) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait untuk mempercepat
penyelesaian pedoman telemedicine
2) Mendorong adanya perjanjian kerjasama fasyankes pengampu dan yang
diampu terkait tarif pembacaan telemedicine
3) Mendorong pemanfaatan dan penggunaan pelayanan telemedicine
4) Berkoordinasi dengan Pusdatin dan Provider telekomonikasi untuk
peningkatan kemampuan signal data internet
g. Realisasi Anggaran
Alokasi Anggaran untuk melaksanakan indikator ini sebesar Rp8.845.616.000
dengan realisasi sebesar Rp7.515.094.809,- atau 85,0%. Anggaran digunakan
untuk penyusunan pola tarif, penyusunan pedoman, sosialisasi pengembangan
jejaring, dan pengadaan perangkat telemedicine.
4.
a. Sasaran Strategis
Tersedianya Fasyankes Rujukan berkualitas yang dapat dijangkau oleh
masyarakat.
b. Definisi Operasional
Definisi operasional dari Jumlah RS Pratama yang dibangun adalah tersedianya
c. Cara Perhitungan
Jumlah RS Pratama yang telah selesai dibangun pada tahun berjalan.
d. Pencapaian Kinerja
Pencapaian indikator jumlah RS Pratama yang dibangun (kumulatif) pada tahun
2015 adalah 92% atau 22 RS dari 24 RS yang ditargetkan dalam di RPJMN.
Tahun 2016 pencapaian indikator jumlah RS Pratama yang dibangun (kumulatif)
adalah 79,4% atau sebanyak 27 RS dari 34 RS yang ditargetkan di RPJMN.
Daftar nama RS Pratama yang dibangun beserta status pembangunannya dapat
dilihat pada Tabel Daftar RS Pada Proses Pembangunan RS Pratama Tahun
2016.
Tabel 10 : Progres pembangunan RS Pratama Tahun 2016
NO
PROVINSI
KABUPATEN / KOTA
REALISASI FISIK
A. DANA ALOKASI KHUSUS APBN
1
Papua
Tolikara
100%
2
Papua
Yalimo
Dokumen perencana
3
Sumatera Selatan
Ogan Komering Ilir
100%
B. DANA ALOKASI KHUSUS APBN PERUBAHAN
1
Sumatera Barat
Kepulauan Mentawai
Dokumen perencana
2
Kalimantan Barat
Bengkayang
Dokumen perencana
3
Kalimantan Barat
Kapuas Hulu
Dokumen perencana
4
Sulawesi Utara
Tomohon
Dokumen perencana
5
Sulawesi Selatan
Pangkajene dan
Kepulauan
100% (Finising)
6
Sulawesi Selatan
Pinrang
100%
7
Sulawesi Tenggara
Konawe Kepulauan
100 %
8
Nusa Tenggara Barat
Dompu
Dokumen perencana
9
Nusa Tenggara Timur
Ende
Dokumen perencana
Target sampai dengan tahun 2019, terdapat 64 rumah sakit pratama yang
dibangun. Jika dibandingkan antara pencapaian tahun 2016, maka masih
terdapat 37 RS Pratama lagi yang harus dibangun.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik berikut ini:
Jika dibandingkan dengan capai tahun 2015 sebesar 22 RS maka capaian tahun
2016 sebesar 27 RS mengalami kenaikan 5 RS.
Daftar nama RS Pratama yang dibangun tahun 2015 tabel berikut :
Tabel 11 :
Kab/Kota Pembangunan RS Pratama Tahun 2015
NO
KABUPATEN
PROPINSI
1
Sarmi
Papua
2
Merauke
Papua
3
Manokwari
Papua Barat
4
Alor
NTT
5
Sumba Timur
NTT
6
Manggarai Barat
NTT
7
Lombok Barat
NTB
8
Tojo Una – Una
Sulawesi Tengah
9
Donggala
Sulawesi Tengah
10
Mesuji
Lampung
11
Pesisir Selatan
Sumatera Barat
0 10 20 30 40 50 60 70
2015 2016 2017 2018 2019
22 24 27
34
44
54
64