• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KOMBINASI VITAMIN C DAN E TERHADAP KADAR FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) PADA TIKUS YANG TERPAPAR MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KOMBINASI VITAMIN C DAN E TERHADAP KADAR FOLLICLE STIMULATING HORMONE (FSH) PADA TIKUS YANG TERPAPAR MONOSODIUM GLUTAMATE (MSG)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KOMBINASI VITAMIN C DAN E TERHADAP KADAR

FOLLICLE STIMULATING HORMONE

(FSH) PADA TIKUS YANG

TERPAPAR

MONOSODIUM GLUTAMATE

(MSG)

Wiwin Rohmawati *)

*) Prodi D Iii Kebidanan Stikes Muhammadiyah Klaten Korespondensi : asyamwiwin@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Turunan dari asam amino glutamate yang berbentuk glutamate salah satunya adalah Monosodium gluatamat (MSG). Mengkonsumsi MSG yang berlebihan dapat menyebabkan nekrosis padaneuron hipotalamusdan

nukleus arkuata hipotalamus, kemandulan pada jantan dan betina, berkurangnya berat hipofisis anterior, adrenal, tiroid, uterus, ovarium, dan testis, kerusakan fungsi reproduksi.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kombinasi vitamin C dan E terhadap kadarFollicle Stimulating Hormone (FSH) pada tikus yang terpaparmonosodium glutamate(MSG).

Metode: Penelitian ini terdiri dari lima kelompok perlakuan yaitu K(-) kontrol negatif, K(+) dipapar MSG (140 mg/ 200 gBB), P1 mendapat MSG 140 mg/200gBB+vitamin C 0,2 mg/gBB+vitamin E 0,04IU/gBB; P2 mendapat MSG 140 mg/200gBB+vitamin C 0,4 mg/gBB+vitamin E 0,04IU/gBB dan P3 mendapat MSG 140 mg/200gBB+vitamin C 0,8 mg/gBB+vitamin E 0,04IU/gBB. Pengukuran FSH dengan menggunakan Elisa.

Hasil: penelitian menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan antara K(+) dengan perlakuan (p value>0,05). Kombinasi dosis vitamin C dan vitamin E yang dapat memberikan efek pada kadar FSH adalah pada kelompok perlakuan P3 (MSG 140 mg/200gBB+vitamin C 0,8 mg/gBB+vitamin E 0,04IU/gBB).

Kesimpulan: Pada penelitian ini adalah bahwa kombinasi dosis Vitamin C dan E meningkatkan FSH melalui perbaikan stress oksidatif.

(2)

PENDAHULUAN

Penelitian ini dilatar belakangi oleh berbagai penelitian tentang pengaruh mengkonsumsi

monosodium glutamat (MSG) secara berlebihan, dapat memberikan pengaruh buruk pada

tubuh.Setelah bertahun-tahun digunakan, muncul efek yang tidak menyenangkan dari MSG,

yaitu berupa rasa kebas dan jantung berdebar-debar, mual, sakit kepala yang kemudian dikenal

dengan “Chinese restaurant syndrome” (Sand, 2005). Tetapi pada beberapa penelitian hewan

coba membuktikan bahwa MSG tidak memberikan pengaruh buruk sehingga Food and Drugs

Administration menyatakan bahwa MSG masih aman jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu.

Berdasarkan latar belakang seperti diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh

kombinasi vitamin C dan E terhadap kadarfollicle stimulating hormone (FSH) pada tikus yang

terpapar monosodium glutamate(MSG), penelitian ini diharapkan akan bermanfaat baik secara

teoritis maupun praktis.

Stress oksidatif adalah suatu keadaan dimana tingkat kelompok ROS yang toksik melebihi

pertahanan antioksidan dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas yang

akan bereaksi dengan lemak, protein, dan asam nukleat seluler sehingga terjadi kerusakan total

dan disfungsi organ tertentu (Syahrizal, 2008). Pada studi lain ditunjukkan produksi ROS

berhubungan dengan glutamateexitotocity pada mitokondria. Infertilitas timbul akibat keadaan

stress oksidatif yang disebabkan MSG, ditandai dengan pembentukan radikal bebas (Kalsum

dkk, 2010).

Teori yang melandasi penelitian ini diantaranya, MSG menyebabkan ablasi arcuate nuclei

danventromedial nucleidi hipotalamus. Kedua area ini mengatur asupan makanan (food intake),

perilaku seks (sex behaviour) dan fungsi reproduksi (reproductive function). Fungsi reproduksi,

dimana terjadi gangguan hipothalamus-hipofisis-gonad-axis (Camihort, 2005).Hiperplasia dan

(3)

Luteinizing Hormon (LH) dan Follicle Stimulating Hormon (FSH) ke dalam darah. Dengan

berkurangnya kadar LH dan FSH di dalam darah, (Camihort, 2005; Maidawilis, 2010); (Wakidi,

2012) maka yang sampai ke target organ juga tidak mencukupi untuk mendukung gonad

berkembang (hypogonad) dan menjalankan fungsinya. Gambaran morfometrik sel-sel hipofisis

anterior mencit betina yang diberi MSG, dengan pemeriksaan secara imunohistokimia terlihat

adanya perubahan ukuran sel, densitas dan volume sel dari LH gonadotopes, corticotropes,

thyrotropes pada mencit jantan yang disuntik MSG. Sedangkan FSH gonadotrope terjadi juga

perubahan dari ketiga komponen, walaupun secara statistik tidak bermakna (Camihort, 2005).

Ketidakseimbangan sistem reproduksi yang ditimbulkan dapat berupa gangguan atau

supresi ovulasi.Gangguan reproduksi yang terjadi dapat berupa gangguan menstruasi yang

meliputi keterlambatan menarche, fase luteal yang singkat dan tidak adekuat, bahkan terjadinya

infertil yang reversibel (Agarwal, 2012).

Sukandar (2006) efek radikal bebas dalam tubuh akan dinetralisir oleh antioksidan yang

dibentuk oleh tubuh sendiri dan suplemen dari luar melalui makan, minuman, dan obat-obatan

seperti vitamin C, vitamin E dan lain -lain. MSG sebagai neurotoxic menyebabkan perubahan

penurunan astrocitdi korteks serebral pada tikus albino dan suplemen vitamin C terbukti dapat

melindungi perubahan tersebut (Farombi, 2006).

Wakidi (2012), antioksidan vitamin C, E dan kombinasinya dapat menunjukkan efek

protektif terhadap mutu sperma mencit yang dipajan MSG. Hal ini disebabkan karena vitamin C

dan vitamin E sebagai antioksidan dapat menghentikan reaksi berantai radikal bebas. Kombinasi

vitamin C dan vitamin E bermanfaat pada sistem reproduksi pada pria yaitu dapat memulihkan

berat dan volume testis, diameter tubulus seminiferus dan jumlah sel spermatogenesis pada

mencit yang dipajankan MSG.

Efek modulasi dari antioksidan vitamin C (Vit C), vitamin E (Vit E) terhadap kerusakan

oksidatif yang disebabkan MSG dalam hati, ginjal dan otak tikus sudah diteliti. Efek antioksidan

pada kemungkinan genotoxicity MSG diteliti dalam sumsum tulang tikus.MSG secara

(4)

pembentukan dalam hati, ginjal dan otak tikus. Simultan Vit C, Vit E pada tikus MSG secara

signifikan mengurangi peningkatan di MDA yang diinduksi oleh MSG. Vit E mengurangi

peroksidasi lipid dalam hati diikuti oleh Vit C, sementara Vit C menunjukkan kemampuan lebih

besar untuk melindungi otak dari kerusakan membran dari pada VIT E (Farombi, 2006). Tujuan

dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pencegahan kombinasi vitamin C dan E penurunan

kadar FSH pada tikus betina (rattus norvegicus) yang terpaparMSG.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Laboratorium ilmu Fisiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Waktu pelaksanaan penelitian direncanakan mulai dari

Oktober sampai dengan November 2013, dimana rincian waktunya adalah : selama 1 minggu aklitimasi

dan 6 minggu untuk waktu perlakuan, selanjutnya waktu yang tersisa digunakan untuk penganalisaan

data. Penelitan ini dilakukan secara eksperimental laboratorik dengan dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) menggunakan post test dengan kelompok kontrol (Randomized Post Test Only

Control Group Design. Penelitian ini menggunakan sampel berupa 25 tikus putih (rattus

norvegicus) galur wistar, sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.Jumlah sampel hewan coba

untuk tiap perlakuan adalah 5 ekor tikus, selain itu untuk mengantisipasi apabila ada tikus yang

mati saat masa adaptasi dan perlakuan maka setiap kelompok ditambah 1 ekor tikus sebagai

cadangan sehingga jumlah tiap kelompok menjadi 6 ekor. Ekperimen ini terdiri dari lima

kelompok perlakuan antara lain: I. (K-) tanpa paparan MSG dan Kombinasi Vitamin C dan

Vitamin E, II. K (+) dipapar MSG (140 mg/ 200 g BB) tanpa kombinasi Vitamin C dan

Vitamin E, III. P 1 dipapar MSG (140 mg/ 200 g BB) diberi kombinasi Vitamin C dosis 0,2

mg/gr BB dan Vitamin E 0,04 iu/ gr BB, IV. P2 dipapar MSG (140 mg/ 200 g BB) diberi

(5)

g BB) diberi Vitamin C dosis 0,8 mg/gr BB dan Vitamin E 0,04 iu/ gr BB. Pemberian MSG

secara sonde.Masing – masing kelompok diulang 5 kali.

Pemberian MSG diperoleh dari Sigma Aldrich Ptc Ltd. Singapura, dilarutkan dengan

aquades. Pemberian Vitamin C secara sonde yang sudah dilarutkan dengan aquades.Pemberian

Vitamin E dilarutkan dengan minyak wijen, semua pemaparan selama 42 hari.Pengukuran FSH

dilakukan dengan mengambil Pipet 50µl standar, sampel dan QC kedalam Mikro

Plate.Menambahkan 100 µl Enzyme Conjugateuntuk tiap Mikro Plate, kemudianshakerselama

2-5 menit. Inkubasi pada suhu 370C selama 2 jam, kemudian membuang larutan yang ada di

Mikro Plate tadi kemudian cuci dengan washing Solution dengan volume 300 µl dan shaker

selama 3 menit, ulangi pencucian selama 5 kali, setelah selesai balikkan, tekan kuat dengan

kertas penyerap untuk mengeringkan dengan tissue. Tambahkan 100 µl larutan TBM substrate ke

setiap Mikro Plate sesuai dengan urutan.Inkubasi tabung selama 20 menit pada suhu ruang tutup

dengan kaca film lalu dibungkus dengan aluminium poil. Menghentikan reaksi dengan

menambahkan 50 µl Stop Solution kedalam tiap Mikro Plate dengan lembut, campuran digoyang

selama 5 detik. Kemudian masukkan Mikro Plate kedala ELISA Spektrophotometer untuk

melihat kadar FSH. Analisis data menggunakan uji Anova dengan SPSS versi 17 serta

dilanjutkan dengan uji korelasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisa pada variabel kadar FSH didapatkan koefisien Saphiro-Wilk

masing-masing sebesar 0,975 dengan signifikansi sebesar 0,784.Jika nilai signifikansi

dibandingkan dengan α = 0,05, maka dapat dipastikan bahwa nilai signifikansi lebih besar

daripada α = 0,05. Sehingga, dari pengujian ini dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas telah

terpenuhi.Pengujian asumsi homogenitas ragam dilakukan dengan menggunakan uji Levene.

Asumsi homogenitas ragam dikatakan terpenuhi jika nilai signifikansi hasil penghitungan lebih

besar daripada α = 0,05.

Proses pengujian pengaruh kombinasi vitamin C dan E terhadap kadar FSH dilakukan

dengan one wayAnova. Sebagaimana telah dijelaskan dalam metode penelitian, perlakuan yang

diberikan meliputi kontrol negatif, kontrol positif, P 1, P 2, dan P 3. Secara deskriptif, rata-rata

(6)

Tabel 1.Tabel Rerata Kadar FSH Tiap Kelompok

Kelompok ẋ ± SD

p-value

Kontrol (-) 34.7 ± 6.19bc

0,003

Kontrol (+) 22.92 ± 5.2a

P 1 28.36 ± 2.79ab

P 2 32.54 ± 4.22bc

P 3 36.08 ± 5.61c

Keterangan: Pada rata-rata ±sd jika memuat huruf yang berbeda berarti

ada perbedaan yang bermakna (p<0.05) dan jika memuat huruf yang sama

berarti tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0.05).

Gambar 1. Perbandingan Rata-Rata FSH

Pembahasan

Analisa Data

Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan analisis statistik SPSS versi 17.0 for windows.

Data hasil penelitian berupa kadar FSH serum tikus, dianalisis dengan menggunakan metode

One Way Anova yang dilanjutkan dengan analisis Post-Hoc LSD. One Way Anova digunakan

untuk mengetahui adanya perbedaan yang bermakna antar kelompok data, sedangkan analisis

LSD digunakan untuk mengetahui pada kelompok mana perbedaan bermakna tersebut terjadi.

Sebelum menganalisa data kadar FSH dengan One Way Anova, dilakukan pengujian

(7)

penggunaan Anova. Uji homogenitas data adalah untuk menguji apakah varian data memiliki

pola yang sama atau tidak. Hasil ujihomogenitaskadar FSH menunjukkan bahwa nilai p = 0,715.

Karena nilai p > 0,05, maka variasi data yang diperoleh sudah homogen sehingga syarat uji

Anova terpenuhi. Uji normalitas data menunjukkan bahwa distribusi hasil penelitian adalah

normal sehingga syarat uji Anova juga terpenuhi.

Analisis data dilanjutkan dengan menggunakan uji One way Anova hasil yang didapat

secara umum terdapat perbedaan yang bermakna yang terjadi antar kelompok tikus yang

diteliti.Kemudian dilanjutkan dengan uji Post hoc Multiple Comparasion dengan metode

LSD.Dari hasilpost hoc testdengan menggunakan LSD 5%, pada perbandingan kontrol negatif

dengan kontrol positif, didapatkan nilai sig < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pemaparan MSG

pada tikus berdampak pada penurunan kadar FSH. Jika kontrol negatif dibandingkan dengan

perlakuan pemberian vitamin C dan E beberapa level dosis, didapatkan nilai sig > 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian kombinasi vitamin C dan E mampu mencegah penurunan kadar

FSH.

Perbandingan antara kontrol positif dengan perlakuan P 1 (vitamin C dosis 0,2 mg/gr BB

dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) menunjukkan nilai sig > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

terdapat perbedaan rata-rata kadar FSH yang signifikan antara kelompok kontrol dengan

kelompok P 1. Atau dengan kata lain, pemberian dosis pada P 1 (vitamin C dosis 0,2 mg/gr BB

dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) belum mampu meningkatkan kadar FSH secara signifikan.

Sedangkan pada perbandingan antara kontrol positif dengan P 2 (vitamin C dosis 0,4 mg/gr BB

dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) dan P 3 (vitamin C dosis 0,8 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr

BB), didapatkan nilai sig < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

rata-rata kadar FSH antara kelompok kontrol positif dengan perlakuan P 2 dan P 3. Atau dengan

kata lain, perlakuan P 2 (vitamin C dosis 0,4 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) dan P 3

(vitamin C dosis 0,8 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) mampu mencegah penurunan kadar

FSH secara signifikan.

Perbandingan antara perlakuan P 2 (vitamin C dosis 0,4 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr

BB) dengan P 3 (vitamin C dosis 0,8 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB) menunjukkan nilai

sig > 0,05. Hal ini mengandung pengertian bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

(8)

didapatkan bahwa perlakuan terbaik yang mampu mencegah penurunan kadar FSH secara

optimal adalah perlakuan P 3 (vitamin C dosis 0,8 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB)

karena memiliki rata-rata kadar FSH yang paling tinggi, namun tidak berbeda nyata dengan

perlakuan dosis 2 (vitamin C dosis 0,4 mg/gr BB dan vitamin E 0,04 iu/gr BB).

Pada hasil pengujian pengaruh pemberian kombinasi vitamin C dan E terhadap kadar

FSH, koefisien regresi pada persamaan regresi sebesar 0,992. Hal ini menunjukkan bahwa

peningkatan pemberian kombinasi vitamin C dan E sebesar 0,1mg/gr, mampu meningkatkan

kadar FSH sebesar 0,0992. Nilai R-Square sebesar 39,4% menunjukkan bahwa pemberian

vitamin C dan E berpengaruh terhadap peningkatan kadar FSH sebesar 39,4%. Sedangkan

sisanya sebesar 60,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

FSH mempunyai fungsi utama untuk merangsang pertumbuhan folikel pada ovarium,

tetapi tidak menyebabkan ovulasi. FSH dibentuk oleh sel-sel basophil dari lobus anterior

hipofisa, dimana pembentukan FSH ini akan berkurang pada pembentukan esterogen dalam

jumlah cukup, suatu keadaan yang dapat dikatakan sebagai umpan balik negatif. FSH diperlukan

untuk transisi sekunder folikel preantral untuk masuk stadium antral.Salah satu kerja FSH adalah

menginduksi aromatase di sel granulosa dan juga menginduksi sitokrom P450 reduktase.FSH

menginduksi reseptor LH di sel granulosa folikel provulatori dan pada tahap ahir pematangan,

LH dapat megikuti fungsi FSH (Tanaka, 2004).

Di akhir pematangan dari sel folikel, terjadi kenaikan estrogen yang tiba-tiba sehingga

terjadi penurunan FSH yang drastis diikuti dengan lonjakan LH (LH surge) yang tiba-tiba

pula.LH merangsang enzim pencernaan dari ovum yang matang untuk dapat menembus dinding

folikel, sehingga terjadi ovulasi. Folikel yang ruptureakan berubah menjadi corpus luteum

(9)

Antioksidan endogen yaitu merupakan antioksidan secara alami berada dalam sel

manusia diantaranya adalah superokside dismutase (SOD), katalase (CAT), dan gluthathion

peroksidase (GPx). Antioksidan eksogen adalah antioksidan yang berasal dari luar tubuh, berasal

dari makanan sehari-hari seperti vitamin-vitamin (vitamin C, vitamin E,ß–karoten), dan senyawa

fitokimia (karotenoid, isoflavon, saponin, polifenol). Pertahanan sel terhadap spesies oksigen

reaktif (ROS) melalui mekanisme, reduksi enzimatik, pengeluaran oleh vitamin antioksidan,

perbaikan membran dan DNA yang rusak oleh enzim dan kompartementasi.Enzim scavenger

bersifat antioksidan mengeluarkan atau menyingkirkan superoksida dan hidrogen

peroksida.Vitamin E, vitamin C dan karotenoid, sebagai vitamin antioksidan dapat menghentikan

reaksi berantai radikal bebas. Mekanisme perbaikan DNA dan pengeluaran asam lemak

teroksidasi dari membran, juga dijumpai di sel (Huy,et al, 2008).

Berdasarkan hasil dan kajian pustaka yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis yang

menyatakan bahwa kombinasi vitamin C dan vitamin E dapat mencegah penurunan kadar FSH

telah dibuktikan. Dalam hal ini Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat menangkal

adanya radikal bebas.Namun demikian pada dosis 2 dan 3 tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa

pemberian kombinasi Vitamin C dan Vitamin E dapat mencegah penurunan kadar FSH pada

tikus yang di papar MSG dan pada dosis paling tinggi 0,8 mg/gr bb dan Vitamin E 0,04 mg/gr bb

adalah dosis yang dapat mencegah penurunan kadar FSH.

(10)

Sand, J. 2005.A Short Histrory of MSG good science, bad science and taste cultures.The

Journal of Culture: 34-48.

Syahrizal, D. 2008.Pengaruh Proteksi Vitamin C terhadap Enzim Transaminase dan

Gambaran Histopatologis Hati Mencit yang dipapar Plumbum. Tesis. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

Kalsum, U, Ilyas S dan Hutabean S. 2010.Pengaruh Pemberian Vitamin C dan E Terhadap

Gambaran Histologis Testis Mencit yang Dipajankan Monosodium Glutamate.

Departemen Biologi Fakultas MIPA. Universitas Sumatera Utara.

Camihort G, Dumm CG, Luna G, Ferese C, Jurad S, Moreno G, et al. 2005. Relationship

Between Pituitary and Adipse Tissue After Hypthalmic Denervatin in Female Rat. Cells

Tissue Organs.179(4): 192-201.

Maidawilis. 2010.Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat Terhadap Kadar Follicle

Stimulating Hormon dan Luteinizing Hormon Mencit (Mus Musculus) Betina Strain

Jepang.Tesis. Universitas Andalas, Padang.

Wakidi, Riza F. 2012.Efek Protektif Vitamin C dan E Terhadap Mutu Sperma Mencit Jantan

Dewasa Yang Dipajan Dengan Monosodium Glutamat. Tesis. Medan: Universitas

Sumatera Utara.

Sukandar, E. 2006. Stress Oksidatif Sebagai Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskuler.

Farmacia. 6: 1

Agarwal, A., Mellado, A.A., Premkumar., Shaman, A., Gupta S. 2012. The Effects of

Oxidative Stress on Female Reproductive: a review. Reproductive Biology and

Endocrinology.49(10); 1-31.

(11)

Genotoxicity in the Rat: Modulatory Role of Vitamin C, Vitamin E and Quercetin.Human

& Experimental Toxicology.

Tanaka. Y.O. Tsunoda, H. MD, Kitagawa, Y. 2004. Fungsioning Ovarian Tumors: Direct

and indirect Finding at MR Imaging.Radio Graphics, (24):S147-S166.

Sperrof, L. Fritz M. A. 2005. Female Infertility, In Clinical Gynaecologic Endocrinology and

Infertility. 7thedition. Philadelpia, PA: Lippincott Williams and Wilkinds. 1014-1019.

Huy, Lien Ai Pham, Hua Hue, Chuong Pam. 2008. Free Radicals, Antioxidants in Disease

Referensi

Dokumen terkait

 Tim Neur otrauma otrauma RSU Dr.Soetomo – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya RSU Dr.Soetomo – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya PED!AN

Ada satu hal yang menarik dari yang dilakukan Ron Clark demi menarik perhatian siswa-siswinya. Sudah sering Ron Clark tidak dipedulikan oleh siswa-siswinya. Ron Clark sendiri

Hasil analisis korelasi memperlihatkan bahwa dari 61 variabel yang teridentifikasi pada awal penelitian hanya terdapat 33 variabel yang berpengaruh pada tingkat risiko terhadap

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan motivasi dan hasil belajar siswa MTs Muslimat NU Palangka Raya sebelum

Pendekatan metode function point diusulkan oleh Albrecht yang disebut sebagai matrik function point, matrik ini diperoleh dari keterhubungan dasar antara domain

Dari pemaparan yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar merupakan suatu cara atau teknik yang menetap dibutuhkan untuk mampu

Gambar 6.1 Grafik Perkembangan Pendapatan Daerah dari PAD Kabupaten Sijunjung Tahun

Jika ‘Melayu’ dalam ARRM itu lebih menjurus kepada sifat dan sikap perilaku yang merendahkan diri ‘daripada adab-tertibnya, atau daripada bahasa peraturannya atau daripada