• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertemuan Ke 6 PPH 21 PER 31 DAN 57 TAHUN 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pertemuan Ke 6 PPH 21 PER 31 DAN 57 TAHUN 2009"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21

(2)

Dasar Hukum

1. UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008

2. Peraturan Dirjen Pajak Nomor 32/PJ/2009

3. Peraturan Dirjen Pajak Nomor 31/PJ/2009

4. Peraturan Dirjen Pajak Nomor 31/PJ/2009

(3)

PPh Ps 21/26 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan

berupa gaji, honor / honorarium, upah, tunjangan dan

pembayaran lain yang diterima atau diperoleh WP Orang

Pribadi Subjek Pajak DN/LN sehubungan dengan pekerjaan,

jabatan, jasa dan kegiatan.

(4)

1. PENYELENGGARA KEGIATAN :

Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan sebagai

penyelenggara kegiatan tertentu yang melakukan pembayaran imbalan

dengan nama dan dalam bentuk apapun kepada orang pribadi

sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan tersebut.

2. PEGAWAI :

orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai

tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian

atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk

melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu

dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode

tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan

pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam

jabatan negeri atau badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah

(5)

1. PEGAWAI TETAP :

pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah

tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota

dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola

kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja

berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai

yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam pekerjaan tersebut.

2. PEGAWAI TIDAK TETAP :

pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang

bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil

pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang

diminta oleh pemberi kerjaatau badan usaha milik negara atau badan

usaha milik daerah

(6)

PEMAHAMAN PPh PASAL 21

Pemberi Jasa

(Dalam Segala Bidang)

WP BADAN dengan

bantuan karyawan

WPOP sendiri

(7)

PEMAHAMAN PPh PASAL 26

Orang Pribadi dengan

Status WP Luar Negeri

Bersifat Final

Penghasilan Yang Diterima/Diperoleh

Dari Pekerjaan, Jasa, Kegiatan

Dipotong PPh Pasal 26

Dengan Tarif 20% (atau sesuai P3B)

Dari Penghasilan Bruto

Bersifat Tidak Final

Jika berubah Status

(8)

PEMOTONG PPh PASAL 21/26

(TERMASUK KEDUBES RI DI LUAR NEGERI)

PEMOTONG

DANA PENSIUN, BADAN PENYELENGGARA JASOSTEK, DAN BADAN LAIN YG MEMBAYAR UAMG PENSIUN, THT & JHT

PENYELENGGARA KEGIATAN

YAYASAN, LEMBAGA, KEPANITIAAN, ASOSIASI,

PERKUMPULAN, ORGANISASI MASSA, ORSOSPOL DAN ORGANISASI LAIN

(9)

TIDAK TERMASUK PEMOTONG PPh PASAL 21/26

KANTOR PERWAKILAN NEGARA ASING

ORGANISASI INTERNATIONAL

PEMBERI KERJA OP YANG TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA

(10)

Penerima Penghasilan Yang Dipotong

PPh Pasal 21/26

Penerima Penghasilan

Pegawai Tetap,Termasuk Komisaris/Dewan

Pengawas Yang Merangkap Sebagai Pegawai Tetap

(11)

Penerima Penghasilan Yang Dipotong

PPh Pasal 21/26

Penerima Penghasilan

Bukan Pegawai :

1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris dan aktuaris )

2. Pemain musik, MC, penyanyi, pelawak, bintang film, sinetron, iklan sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;

3. olahragawan;

4. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;

5. pengarang, peneliti, dan penerjemah;

6. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitian;

(12)

Penerima Penghasilan Yang Dipotong

PPh Pasal 21/26

Penerima Penghasilan

Bukan Pegawai :

8. pengawas atau pengelola proyek;

9. pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara;

10.petugas penjaja barang dagangan; 11.petugas dinas luar asuransi;

12.distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya;

Peserta Kegiatan :

1. peserta perlombaan dalam segala bidang;

2. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja; 3. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara

kegiatan tertentu;

(13)

Tidak Termasuk Penerima Penghasilan

Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

Bukan Penerima Penghasilan

Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh

penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbale balik;

(14)

Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

Penghasilan

penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;

imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;

penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, THT atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;

penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;

(15)

Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk

apapun yang diberikan oleh:

bukan Wajib pajak

WP yang dikenakan PPh berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit)

WP yang dikenakan PPh yang bersifat final; atau

Catatan :

1.Penghitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 atas penghasilan berupa penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya didasarkan pada harga pasar atas barang yang diberikan atau nilai wajar atas pemberian kenikmatan yang diberikan

2. Dalam hal penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) diterima atau diperoleh dalam mata uang asing, penghitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26

(16)

Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26

Penghasilan

Pembayaran manfaat / santunan asuransi dari Perush Asuransi

Kesehatan,Kecelakaan, Jiwa, Dwiguna dan Bea siswa

Natura dan Kenikmatan dari WP atau Pemerintah

Kecuali diatur dalam Pasal 5 (2)

Iuran Pensiun pada Dana Pensiun dan Iuran JHT/THT

yang dibayar oleh pemberi kerja

Zakat yang diterima oleh Orang Pribadi yang berhak dari Badan/

Lembaga Amil Zakat yang dibentuk/ disahkan oleh Pemerintah

Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (3) huruf l Undang-Undang Pajak Penghasilan (PMK-246/PMK.03/2008).

(17)

SKEMA PENERIMA PENGHASILAN

Penerima

Penghasilan

Pegawai Tetap

Pegegawai Tidak Tetap

Pegawai

Bukan

Pegawai

Berkesinambungan

Tidak Berkesinambungan

Peserta Kegiatan

(18)

DASAR PENGENAAN DAN PEMOTONGAN PPH PASAL 21/26

Penghasilan Kena Pajak Bagi : 1. pegawai tetap;

2. penerima pensiun berkala;

3. pegawai tidak tetap yang penghasilannya di bayar sec.bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yg diterima selama 1 (satu) bulan kalender telah

melebihi jumlah Rp

2.025.000,-4. bukan pegawai yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan.

*) Berkesinambungan : yang dibayar atau terutang lebih dari 1 kali dalam 1 thn

jumlah penghasilan yang melebihi Rp 150.000,00 sehari, yang berlaku bagi

pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah

borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan

kalender belum melebihi Rp 2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah);

50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi bukan pegawai yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan.

(19)

1. Biaya Jabatan (Maks. 5% x Ph Bruto atau Rp 500.000,-/bln) atau Biaya Pensiun

(Maks. 5% x Ph Bruto atau Rp 200.000). Diberikan hanya kepada Pegawai Tetap.

2. Iuran Pensiun /JHT/THT yang dibayar sendiri oleh pegawai kepada Dana

Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Dapat diberikan kepada Pegawai Tetap

dan Pegawai Tidak Tetap.

* Berlaku 1 Januari 2013

1. Biaya Jabatan (Maks. 5% x Ph Bruto atau Rp 500.000,-/bln) atau Biaya Pensiun

(Maks. 5% x Ph Bruto atau Rp 200.000). Diberikan hanya kepada Pegawai Tetap.

2. Iuran Pensiun /JHT/THT yang dibayar sendiri oleh pegawai kepada Dana

Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

3. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Dapat diberikan kepada Pegawai Tetap

dan Pegawai Tidak Tetap.

* Berlaku 1 Januari 2013

PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN

Status

PTKP

Untuk Diri WP Orang Pribadi

24.300.000/th atau 2.025.000/bln

Tambahan Untuk WP Yang Kawin

2.025.000/ th atau 168.750/bln

Tambahan Untuk Setiap Anggota

Keluarga Sedarah dan Semenda

Dalam Garis Lurus Serta Anak

Angkat

(20)

Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000

No.

Lapisan Penghasilan

Tarif

1.

S.d. Rp 50.000.000,-

5%

2.

Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000

15%

3.

Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp 500.000.000,-

25%

4.

Di atas Rp500.000.000,-

30%

No.

Lapisan Penghasilan

Tarif

1.

S.d Rp 25.000.000,-

5%

2.

Di atas Rp25.000.000,- s.d. Rp 50.000.000,-

10%

3.

Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 100.000.000

15%

4.

Di atas Rp100.000.000,- s.d.Rp200.000.000,-

25%

5.

Di atas Rp200.000.000,-

35%

TARIF

(21)

PERHITUNGAN PPh PASAL 21 PEGAWAI TETAP

PENGHASILAN BRUTO

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

(dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh)

Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh

Dikurangi:

-Biaya Jabatan 5% dari pengh bruto max Rp 500.000/bln

-Iuran terikat dengan penghasilan tetap

(22)

PPh Pasal 21:

Pegawai Tetap & Penerima Pensiun Berkala

Penghasilan Bruto

Pegawai Tetap Penerima Pensiun Gaji, Tunjangan, Premi Asuransi

Dibayar Pemberi Kerja Uang Pensiun Berkala

Dikurangi Dengan

1. Biaya Jabatan, 5% dari pengh. Bruto maks. Rp6.000.000 per tahun atau Rp500.000 per bulan

2. Iuran pensiun, THT/JHT yang dibayar sendiri

Dikurangi Dengan

Biaya Pensiun, 5% dari pengh. Bruto maks. Rp2.400.000 per tahun atau Rp200.000 perbulan

PENGHASILAN NETO (SETAHUN/DISETAHUNKAN)

Dikurangi: PTKP

(23)

Iuran Pensiun Vs Premi Asuransi

Uraian

Iuran Pensiun

Premi asuransi

Dibayar Sendiri

Pengurang

Bukan Pengurang

Dibayar Pemberi

Kerja

Bukan Objek PPh

Objek PPh

Pembayaran/

Penggantian Bagi

Penerima

Objek PPh

Bukan Objek PPh

(24)

24

PTKP

Keterangan

PTKP LAMA

Mulai 1-1-2009

Mulai 1-1-2013

PTKP BARU

SETAHUN

(Rp) SEBULAN(Rp) SETAHUN(Rp) SEBULAN(Rp)

WP

15.840.0

00,-

1.320.00

0,-

24.300.0

00,-

2.025.00

0,-WP KAWIN

1.320.00

0,-

110.000,- 2.025.00

0,-

168.750,

-ISTERI

BEKERJA

15.840.0

00,-

1.320.00

0,-

24.300.0

00,-

2.025.00

0,-TANGGUNGA

N

(Max 3

orang)

1.320.00

0,-

110.000,- 2.025.00

0,-

168.750,

-PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN PADA AWAL TAHUN KALENDER

ATAU

(25)

Pegawai Tetap (1)

Ketentuan Penghitungan PPh Ps 21 :

PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap masa pajak,

kecuali masa pajak

terakhir

, tarif diterapkan atas perkiraan penghasilan yang akan diperoleh

selama 1 (satu) tahun

Pegawai tetap yang kewajiban pajak subjektif terhitung sejak awal tahun

kalender dan mulai bekerja setelah bulan januari, termasuk pegawai yang

sebelumnya bekerja pada pemberi kerja lain, banyaknya bulan yang

menjadi faktor pengali atau faktor pembagi adalah jumlah bulan tersisa

dalam tahun kalender sejak yang bersangkutan mulai bekerja

Pegawai tetap yang berhenti bekerja sebelum bulan Desember dan jumlah

(26)

Pegawai

Tetap (2)

Penghitungan PPh Pasal 21 Masa Terakhir

PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk

masa pajak terakhir

adalah selisih antara PPh yang terutang atas seluruh

penghasilan kena pajak selama 1 (satu) tahun pajak atau

bagian tahun pajak dengan PPh Pasal 21 yang telah dipotong

pada masa-masa sebelumnya dalam tahun pajak ybs.

Pegawai Asing

Dalam hal pegawai tetap kewajiban pajak subjektifnya hanya

meliputi bagian tahun pajak, perhitungan PPh Pasal 21 yang

terutang untuk bagian tahun pajak tersebut dihitung

berdasarkan penghasilan kena pajak yang disetahunkan,

(27)

Pegawai Tetap (3)

Tarif PPh Pasal 21 bagi yang tidak Mempunyai NPWP

Bagi Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh

Pasal 21 yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib

Pajak, dikenakan pemotongan PPh Pasal 21

(28)

PERHITUNGAN PPh PASAL 21 PENERIMA PENSIUNAN BERKALA

PENGHASILAN BRUTO

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

(dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh)

Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh

Dikurangi:

-Biaya Pensiun 5% dari pengh bruto max Rp 200.000/bln

(29)

PERHITUNGAN PPh PASAL 21 PEGAWAI TIDAK TETAP

PENGHASILAN BRUTO (YANG DIBAYARKAN BULANAN ATAU JUMLAH KUMULATIF 1 BULAN TELAH MELEBIHI Rp 1.320.000

Dikurangi PTKP

Penghasilan Kena Pajak

(dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh)

(30)

Penghitungan PPh Pasal 21 - #3

Upah Harian, Satuan, Borongan dll

Upah Sehari

Tidak lebih dari 150.000

Dikurangi 150.000

Dikurangi PTKP harian sebenarnya

Lebih dari 150.000

Dipotong PPh 5%

Tidak Dipotong PPh

Pada saat telah melebihi 2.025.000 dalam 1 bulan

(31)

Pegawai Tidak Tetap

Rata-rata penghasilan sehari adalah rata-rata upah mingguan, upah

satuan atau upah borongan untuk setiap hari kerja yang digunakan.

Dalam hal pegawai tidak tetap telah memperoleh penghasilan kumulatif

dalam 1 (satu) bulan kalender yang melebihi PTKP sebulan untuk diri

Wajib Pajak sendiri (Rp 1.320.000,-) maka jumlah yang dapat

dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar PTKP yang

sebenarnya.

PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP untuk jumlah hari kerja

yang sebenarnya.

PTKP sehari sebagai dasar untuk menetapkan PTKP yang sebenarnya

adalah sebesar PTKP dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) hari.

Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender

telah melebihi Rp 6.000.000, PPh Pasal 21 dihitung berdasarkan Pasal

17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah

(32)

PERHITUNGAN PPh PASAL 21 BUKAN PEGAWAI

YANG MENERIMA IMBALAN BERSIFAT KESINAMBUNGAN

50% X PENGHASILAN BRUTO

Dikurangi PTKP Bulanan

Penghasilan Kena Pajak

(dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh)

Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh

(33)

PERHITUNGAN PPh PASAL 21 BUKAN PEGAWAI

YG MENERIMA IMBALAN YG TIDAK BERKESINAMBUNGAN

50% X PENGHASILAN BRUTO

Penghasilan Kena Pajak

(dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh)

(34)

Tenaga Ahli (1) - Pengertian

»Tenaga ahli : bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

»Pekerjaan bebas adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.

»Dalam hal tenaga ahli tersebut tidak melakukan pekerjaan

bebas, misalnya bekerja sebagai pegawai di institusi/ perusahaan tertentu, meskipun profesinya sebagai tenaga ahli, namun dalam menghitung PPh pasal 21 yang terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan pekerjaannya

(35)

Peserta Kegiatan (1) – Pengertian

Definisi Peserta Kegiatan

Adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu

termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya

(workshop), pendidikan, pelatihan magang, pertunjukan,

(36)

Peserta Kegiatan (2) – Objek

Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21

Imbalan kepada peserta kegiatan antara lain berupa :

uang saku;

uang representasi;

uang rapat;

honorarium;

hadiah atau penghasrgaan denagn nama dan dalam

bentuk apapun; dan

(37)

Peserta Kegiatan (3) – Pemotong

Pemotong PPh Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 adalah penyelenggara

kegiatan, termasuk didalamnya :

badan pemerintah;

organisasi yang bersifat nasional dan internasional;

perkumpulan;

orang pribadi; serta

lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan yang

(38)

Peserta Kegiatan (4) – Tarif

Tarif PPh Pasal 21

Tarif yang dikenakan atas Imbalan kepada

Peserta kegiatan adalah :

Tarif berdasarkan Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh

(39)

Karyawan PHK

Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan

Pensiun dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan

Hari Tua yg dibayarkan sekaligus

>0 s/d 50.000.000,-

Tidak Kena Pajak

>50 juta s/d 100 juta

5%

>100 juta s/d 500 juta

15%

>500 juta

25%

(40)

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisa perhitungan data, didapat bahwa aktivitas proses yang paling menentukan mutu CPO yang akan digunakan sebagai bahan baku minyak goreng adalah proses sortasi

Tipe Think Pair Share Lebih Efektif dibandingkan Pembelajaran Konvensional terhadap Hasil Belajar 99. Besar efektivitas Pembelajaran Matematika

a. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada murid. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. Mendorong murid

Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (Lembaran Negara

Untuk studi parameter antara bentuk las sudut C dengan letak pusat sesaat, dapat ditarik kesimpulan bahwa ukuran las sudut C yang semakin besar akan menyebabkan letak pusat

Berdasarkan uji signifikansi dan pengaruh atribut mengenai karakteristik komite audit yang terdiri dari audit committee size, audit committee composition, frequency of meeting dan

Penelitian ini merupakan pengembangan model faktor yang berpengaruh terhadap kecurangan akuntansi melalui penggabungan beberapa variabel dari beberapa studi, yaitu

Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk mempengaruhi laku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi