• Tidak ada hasil yang ditemukan

189525134 Proposal Debbie Cynthia Erdy 2411 006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "189525134 Proposal Debbie Cynthia Erdy 2411 006"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

SCRIPT PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA

DI KELAS VIII MTsN MATUR

Proposal Penelitian

Disusun oleh:

Debbie Cynthia Erdy

NIM.2411.006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI 2013 M/ 1434 H

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan kita,

baik kehidupan individu, kelompok, bangsa maupun negara. Pendidikan pada

dasarnya merupakan suatu upaya dalam memberikan pengetahuan, ilmu baru,

keahlian dan keterampilan tertentu kepada individu-individu guna

mengembangkan bakat serta kepribadian individu tersebut. Pendidikan

bertugas mengembangkan sikap dan prilaku manusiawi dalam kehidupan

masyarakat, sehingga relevan manusia yang berpendidikan dengan kehidupan

kesehariannya.

Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak ilmu

pengetahuan yang ia peroleh yang dapat diamalkan dalam kehidupan

kesehariannya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat At-taubah ayat

122.

Artinya : “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”1

Berdasarkan surat At-taubah ayat 122 di atas tersurat bahwa ilmu

pengetahuan mempunyai peranan penting dalam kehidupan, ilmu pengetahuan

yang wajib diperdalam terutama adalah ilmu pengetahuan tentang agama.

Akan tetapi agama adalah sebuah sistem hidup yang mencakup seluruh aspek

(3)

dan mencerdaskan kehidupan manusia. Jadi, setiap ilmu pengetahuan yang

berguna dan tidak bertentangan dengan norma-norma agama wajib untuk

untuk dipelajari.

Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional juga menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2 Menurut Ki Hajar

Dewantara dalam buku Darul Ilmi, pendidikan berarti daya upaya untuk

memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran

(intelek) agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan

anak-anak selaras dengan dunianya.3

Pendidikan merupakan suatu sarana yang mampu menciptakan sumber

daya menusia secara kritis, mandiri, menyeluruh dan berkualitas. Pemerintah

telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan,

seperti perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana sekolah, kualifikasi

guru, perbaikan kurikulum dan peningkatan standar kelulusan bagi setiap

siswa yang akan menamatkan pendidikannya disetiap jenjang pendidikan.

Perbaikan mutu pendidikan bertujuan untuk meningkatkan persentase

kelulusan peserta didik dan hasil belajar, salah satu hasil belajar yang perlu

ditingkatkan yaitu hasil belajar matematika, karena matematika merupakan 2Dinas Pendidikan Nasional uu no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Bandung:Fokus Media,2003),hal.3

(4)

salah satu mata pelajaran yang menjadi penentu kelulusan peserta didik

dijenjang pendidikan.

Pembelajaran matematika bertujuan untuk meningkatkan penalaran dan

daya fikir yang rasional, efektif, logis dalam menghadapi suatu masalah.4

Penguasaan akan ilmu matematika dapat mempersiapkan siswa dalam

menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika

merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang menuntut siswa untuk

dapat mandiri dalam pembelajaran. Matematika adalah bahasa simbol,

matematika adalah ilmu yang abstrak, matematika adalah ilmu tentang

bilangan dan ruang.5 Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan,

maka matematika sangat diperlukan baik dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

sehingga matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan.

Pada jenjang pendidikan SMP/MTs pembelajaran matematika

memberikan penekanan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa.

Memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika,

baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari

ilmu pengetahuan lainnya. Siswa memiliki pengetahuan matematika di

SMP/MTs sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah atas. Penulis memilih MTsN Matur sebagai tempat penelitian karena lokasi

MTsN Matur dekat dengan tempat tinggal penulis. Penulis memilih kelas

VIII sebagai sampel penelitian karena di kelas VIII terdapat berbagai

permasalahan dalam proses pembelajaran yang memungkinkan dilakukan

4Erman Suherman. Strategi Pembelajaran, Matematika Kontemporer, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2004), hal.57

(5)

eksperimen, sedangkan kelas IX telah selesai melaksanakan proses

pembelajaran dan kelas VII masih pada tahap penyesuaian diri dengan

lingkungan dan teman-temanya. Dari hasil, menjelaskan bahwa matematika

merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat sulit. Belajar matematika

mengharuskan siswa manghafal rumus yang diberikan guru. Siswa kurang

memahami konsep dari materi yang mereka pelajari dan siswa kurang aktif

dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga aktivitas siswa rendah. Tanggapan siswa terhadap apa yang sudah dijelaskan guru masih

kurang. Selain itu, siswa kurang kreatif dalam menganalisa soal latihan yang

diberikan guru, menurut siswa contoh soal yang diberikan guru

mudah-mudah, sedangkan soal-soal untuk latihan sulit-sulit. Jika soal yang diberikan

tidak mirip dengan contoh soal sebelumnya akhirnya siswa cendrung tidak

bisa menyelesaikannya sendiri, maka pada akhirnya guru dan siswa

bersama-sama mengerjakan soal tersebut.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti melihat bahwa proses

pembelajaran masih terpusat pada guru, guru belum melibatkan siswa dalam

menemukan konsep yang dipelajari. Guru lebih mendominasi proses

pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa sangat kurang. Siswa yang

kelihatannya aktif hanyalah siswa yang pintar saja, sedangkan siswa yang lain

hanya diam mendengarkan pengarahan guru dan setelah itu mencatat

penjelasan guru tersebut.

Permasalahan lain yang terlihat adalah disaat guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya hanya satu atau dua orang saja yang

mau bertanya. Sebagian siswa menyatakan bahwa mereka lebih suka

(6)

pada guru. Saat siswa diminta oleh guru untuk berdiskusi mengerjakan

latihan, hanya beberapa siswa yang mau mengerjakan, sedangkan

teman-teman yang lain lebih senang menyalin hasil diskusi atau hasil latihan

temannya.

Menurut guru mata pelajaran matematika kelas VIII MTsN Matur yaitu

Ibu Juni Erna melalui hasil wawancara, menjelaskan bahwa kendala yang

dihadapi siswa saat belajar adalah kurangnya minat siswa dalam belajar

matematika, terutama dalam mengerjakan latihan-latihan. Siswa lebih suka

bermain dan tidak serius ketika pembelajaran matematika berlangsung. Siswa

mengangap bahwa belajar itu adalah suatu beban. Ini menyebabkan siswa

kurang memahami materi pelajaran dan juga soal-soal yang diberikan oleh

guru. Dari ibu Juni Erna didapat data bahwa persentase ketuntasan hasil

belajar siswa masih banyak dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM).

Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Nilai Ujian Mid Semester II pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VIII MTsN Matur

KK M

Kelas Jumlah Siswa

Tuntas Tidak tuntas

Persentase Ketuntasan Tuntas % Tidak Tuntas %

70 VIIIVIII12 2828 109 1819 35.7132.14 64.2867.85

VIII3 30 13 17 43.33 56.66

Sumber : Guru Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII MTsN Matur

Proses pembelajaran yang tidak optimal tersebut dapat diatasi dengan

banyak cara seperti, menggunakan berbagai model pembelajaran, metode

pembelajaran, strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran dan media

(7)

meningkatkan mutu pendidikan, terutama untuk meningkatkan aktivitas dan

hasil belajar matematika siswa. Model yang diperkirakan dapat mengatasi

masalah di atas adalah dengan menggunakan model pembelajaran

Cooperative Script.

Model pembelajaran Cooperative Script adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja berpasangan dan mengikhtisarkan secara lisan

bagian-bagian dari materi yang dipelajari.6 Siswa bersama dengan pasangannya

memecahkan masalah secara bersama-sama dan membuat ringkasannya.

Dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Script siswa diberi peran sebagai pembicara dan pendengar, pembicara membacakan ringkasannya

selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya,

Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok yang

kurang lengkap dan membantu mengingat dan menghafal ide-ide pokok

dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.7

Pada model pembelajaran Cooperative Script masalah yang dipecahkan bersama akan disimpulkan bersama. Peran guru sebagai fasilitator yang

mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu, guru

mengontrol siswa selama pembelajaran berlangsung dan guru memberikan

pengarahan jika siswa mengalami kesulitan. Pada interaksi siswa selama

pembelajaran berlangsung terjadi kesepakatan, diskusi, menyampaikan

pendapat dari ide-ide pokok materi, saling mengingatkan dari kesalahan

konsep yang disimpulkan dan membuat kesimpulan bersama.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti proses

pembelajaran dengan model Cooperative Script ini dalam suatu penelitian 6 Taufina Taufik, Mozaik Pembelajaran Inovatif, (Padang : Sukabina Press, 2011), hal.156

(8)

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script pada Mata Pelajaran Matematika DiKelas VIII MTsN Matur.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah sebagai berikut:

1. Siswa kurang memahami konsep dari materi yang mereka pelajari 2. Aktivitas siswa rendah

3. Proses pembelajaran masih terpusat pada guru 4. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika

5. Hasil belajar siswa masih banyak dibawah Kriteria Ketuntasan Minimun

(KKM).

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang cakupannya luas maka berbagai

masalah yang ada dalam latar belakang dibatasi menjadi:

1. Aktivitas belajar matematika siswa di kelas VIII MTsN Matur

2. Hasil belajar matematika siswa di kelas VIII MTsN Matur

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah maka permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas siswa yang mengikuti model pembelajaran

Cooperative Script di kelas VIII MTsN Matur ?

2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model

pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas

VIII MTsN Matur ?

(9)

1. Untuk mengetahui aktivitas siswa yang mengikuti model pembelajaran

Cooperative Script di kelas VIII MTsN Matur.

2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang mengikuti model

pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas

VIII MTsN Matur.

F. Defenisi Operasional

Agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memahami skripsi ini maka

peneliti akan menjelaskan beberapa istilah di bawah ini:

1. Model pembelajaran Cooperative Script adalah model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan

bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

2. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara klasikal dengan metode ekspositori dan pemberian tugas secara

individu dengan pembelajaran yang masih terpusat pada guru.

3. Aktivitas belajar adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa secara individu atau berkelompok untuk menyelesaikan permasalahan matematika

atau untuk menemukan konsep dasar matematika. Aktivitas yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah siswa membuat ringkasan dari materi yang

telah didiskusikan, siswa bertanya sewaktu pelajaran, siswa menjawab

(10)

menggambar bangun ruang dan bangun datar dan siswa menyelesaikan soal

yang diberikan guru.

4. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar pada penelitian ini

ditinjau dari ranah kognitif yang dilihat atau diukur dengan diadakannya

tes hasil belajar.

G. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

a. Penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti tentang model

pembelajaran Cooperative Script.

b. Peneliti mampu mengidentifikasi kelemahan penyebab rendahnya

aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII MTsN Matur.

2. Bagi Guru

a. Dapat membantu tugas guru dalam meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa selama proses pembelajaran secara efektif dan efisien.

b. Dapat memberikan masukan bagi guru, yaitu cara untuk meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar matematika siswa.

c. Mempermudah guru melaksanakan proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

(11)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Belajar dan Pembelajaran Matematika

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.8

Belajar juga didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif

permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh

obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta

mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.9 Belajar juga diartikan

sebagai perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan

8 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Rineka Cipta, 2003)hal. 2

(12)

misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain

sebagainya.10

Jadi, belajar akan membawa suatu perubahan pada individu yang

belajar dan perubahan itu menyangkut segala aspek organisme dan tingkah

laku. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik yang

menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai - nilai.

Adapun ciri – ciri tingkah laku yang dimiliki oleh orang yang telah belajar adalah:

1. Perubahan terjadi secara sadar

Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan berkelanjutan

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan maupun proses belajar berikutnya.

3. Perubahan bersifat menetap

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

4. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan positif

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. Perubahan-perubahan positif itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh

5. Perubahan terjadi secara terarah dan bertujuan

(13)

Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

6. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan aspek tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. 11

Dalam proses pendidikan di sekolah belajar merupakan kegiatan yang

paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan

tergantung pada bagaimana proses yang dialami siswa sebagai peserta didik.

Dalam belajar siswa memerlukan bimbingan dari orang yang lebih

berpengalaman, untuk itu diperlukan guru sebagai orang yang mengajar.

Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan

satu sama lain. Belajar menunjukkan apa yang harus dilakukan seseorang

sebagai subjek yang menerima pelajaran. Sedangkan mengajar menunjukkan

apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar, mengajar juga diartikan

sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkann

terjadinya proses belajar. Dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat

diperolah siswa, yaitu objek lansung dan objek tidak lansung.12 Objek lansung

berupa fakta, konsep, keterampilan dan aturan, sedangkan objek tidak lansung

berupa kemampuan menyalidiki dan memecahkan masalah, belajar mandiri,

bersikap positif terhadap matematika, dan tahu bagaimana semestinya

belajar.13

11Slameto, Belajar dan Faktor…hal.3

12Erman Suherman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika, (Bandung: JICA University Pendidikan Indonesia, 2001),hal. 35

(14)

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa pada saat belajar

siswa akan menemukan bagaimana semestinya belajar, memiliki kemampuan

menyelidiki ,belajar sendiri dan memecahkan masalah. Selain itu siswa

memperoleh berbagai macam fakta, aturan, konsep, serta keterampilan.

Kemampuan tersebut menuntut siswa untuk belajar aktif, karena keaktifan

siswa dipengaruhi oleh usaha guru dalam membelajarkan siswa.

Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk belajar secara aktif. Salah satu usaha guru dalam melakukan

proses belajar mengajar berkenaan dengan kesiapan siswa menghadapi bahan

belajar, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, mengoptimalkan

media dan sumber belajar dan memaksimalkan peran sebagai guru.

Keterpaduan proses belajar siswa dengan proses pembelajaran guru dapat

dioptimalkan, sehingga interaksi dalam pembelajaran tidak datang begitu saja

dan tidak dapat tumbuh tanpa pengaturan dan perencanaan yang seksama.

Pengaturan sangat diperlukan terutama dalam menentukan komponen dan

variabel yang harus ada dalam proses pembelajaran tersebut sehingga

memungkinkan terselenggaranya pembelajaran yang efektif.14

Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta

belajar dengan pengajar/instruktur dan atau sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu.15 Pembelajaran

adalah upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program

14Nana Sudjana, Dasar –dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), hal. 29

(15)

belajar tumbuh dan berkembang secara optimal16. Pembelajaran matematika

merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian

maupun dalam penalaran suatu pengertian – pengertian tertentu.17

Pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang untuk

menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan kegiatan belajar

matematika dan proses tersebut tidak berpusat pada guru.

Tujuan pembelajaran matematika menurut garis-garis besar program pengajaran (GBPP) matemetika adalah:

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan dan didunia yang selalu berkembang melalui latihan, bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, cermat, jujur, efektif dan efisien

b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.18

Berdasarkan pernyataan diatas tujuan pembelajaran matematika lebih

menitikberatkan pada kesiapan siswa, baik dalam menghadapi perkembangan

ilmu pengetahuan, maupun pengembangan pola pikir siswa sehingga siswa

terampil dalam menerapkan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam mempelajari ilmu lain yang berhubungan dengan matematika.

Dalam penelitian ini diharapkan proses pembelajaran matematika dapat

berjalan lancar. Proses belajar siswa dapat maksimal apabila keterpaduan

belajar mengajar antara guru dan siswa terlaksana terutama dalam

menerapkan model pembelajaran Cooperative Script.

B. Model Pembelajaran Cooperative Script

16 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran ..., hal. 8

17 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran…,hal . 55

(16)

Cooperative Script berasal dari dua kata yaitu Cooperative artinya bekerjasama dan Script artinya naskah tulisan. Cooperative Script adalah Suatu cara bekerja sama dalam membuat naskah tulisan dengan berpasangan.

Model pembelajaran Cooperative Script yaitu model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan

bagian-bagian dari materi yang dipelajari.19 Pembelajaran Cooperative Script adalah

pembelajaran yang menggambarkan interaksi siswa seperti ilustrasi

kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam

keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas.20

Model pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana/materi pelajaran kepada

siswa, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk memahaminya

sejenak dan memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru

kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk

menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam meteri yang ada

secara bergantian sesama pasangan masing-masing.21

Jadi, model pembelajaran Cooperative Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian wacana atau materi pelajaran

kepada siswa yang kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk

membaca, memahami dan membuat ringkasan/kesimpulan.

19Taufina Taufik, Mozaik Pembelajaran Inovatif, (Padang : Sukabina Press, 2011), hal.156

(17)

Dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Script siswa dibagi berpasangan, pada saat pembelajaran siswa diberi peran sebagai pembicara

dan pendengar, kemudian mereka melaksanakan peran yang ditentukan guna

mencapai pembelajaran yang efektif.22 Pembagian siswa secara berpasangan

ditentukan oleh peneliti dan bantuan dari guru matematika berdasarkan

rata-rata kemampuan siswa, yaitu setiap pasangan siswa terdiri dari satu siswa

yang mempunyai kemampuan akademik lebih dibanding pasangannya.

Langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran

Cooperative Script:

1. Guru membagi siswa untuk berpasangan

2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar

4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat dan menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya.

5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti di atas

6. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru

7. Penutup.23

Berdasarkan langkah di atas, penulis menyimpulkan

langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Script

dalam penelitian ini adalah:

22Taufina Taufik, Mozaik, …, hal 156

(18)

1. Guru meminta siswa untuk duduk dengan pasangannya masing-masing

2. Guru menyampaikan materi pelajaran kepada siswa untuk dibuat

ringkasan/penyelesaiannya

3. Guru membimbing siswa yang sedang berdiskusi, dan mengarahkan

siswa jika ada kesalahan dalam diskusi

4. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai

pembicara dan yang berperan sebagai pendengar

5. Guru mengingatkan tugas pembicara, yaitu pembicara menjelaskan hasil

ringkasannya, dengan menambahkan informasi lain yang mereka punya

6. Guru mengingatkan tugas pendengar, yaitu pendengar menyimak,

mengoreksi dan menambahkan penjelasan yang kurang dari pembicara

7. Bertukar peran, yang semula jadi pembicara ditukar menjadi pendengar

dan sebaliknya

8. Diskusi kelas yang dipimpin oleh guru

9. Guru memberikan ulasan dan penekanan konsep dari materi yang telah

dipelajari

10. Guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah di pelajari

Manfaat dari penerapan model pembelajaran Cooperative Script

diantaranya :

1. Meningkatkan keefektifan pelaksanaan pembelajaran. Dalam hal ini bahwa materi yang terlalu luas cakupannya dapat dibagikan kepada siswa untuk mempelajarinya melalui kegiatan diskusi, membuat rangkuman, menganalisis materi baik yang berupa konsep maupun aplikasinya.

(19)

3. Melatih keterampilan berfikir siswa. Melalui kegiatan yang dirancang pada Cooperative Script siswa akan dituntut untuk dapat menyelesaikan semua kegiatan dengan upaya efektif agar dapat menyelesaikan semua kegiatan dengan waktu yang telah disediakan.24

Kelebihan model pembelajaran Cooperative Script:

1. Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.

2. Setiap siswa mendapat peran dalam diskusi, setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya.

3. Melatih siswa mengevaluasi hasil diskusi untuk diselesaikan bersama25.

Kekurangan model pembelajaran Cooperative Script:

1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu 2. Membutuhkan waktu yang relatif lama26.

C. Pembelajaran Konvensional

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia konvensional artinya berdasarkan

kebiasaan. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang

dilakukan secara klasikal yang terpusat pada guru, dimana hampir semua

kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru.27

Pembelajaran yang dimaksudkan dalam pembelajaran ini adalah model

pembelajaran yang biasa dilaksanakan disekolah dengan metode ekspositori.

Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi

pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam

24http://eprints.uny.ac.id/1938/1/Skripsi_Khayyizatul_Muniroh.pdf, (download 7 Februari 2013)

25Taufina Taufik, Mozaik …, hal 157

26 Taufina Taufik, Mozaik …hal. 157

(20)

bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan.28 Siswa mengikuti

pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode

ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada

tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.

Pada pembelajaran dengan metode ekspositori kegiatan siswa tidak

hanya mendengarkan, membuat catatan, atau memperhatikan saja, tetapi

mengerjakan soal-soal latihan, mungkin dalam kegiatan ini siswa saling

bertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang

siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saat kegiatan siswa mengerjakan

latihan, kegiatan guru memeriksa pekerjaan siswa secara individual dan

menjelaskan kembali secara individual. Apabila dipandang masih banyak

pekerjaan siswa belum sempurna, kegiatan tersebut diikuti penjelasan secara

klasikal.29

Dari beberapa pendapat di atas, bahwa metode ekspositori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah mengobinasikan metode ceramah,

tanya jawab dan pemberian tugas. Pemberian tugas diberikan guru berupa

soal-soal (pekerjaan rumah) yang dikerjakan secara individual atau kelompok.

Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah luas dan jumlah pengetahuan,

keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa. Pada umumnya alat evaluasi

hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah dibakukan atau tes buatan

guru.30

28Erman Suherman, Strategi Pembelajaran…171

29Erman Suherman, Strategi Pembelajaran …171

(21)

Menurut Nasution ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:

1. Tujuan tidak dirumuskan secara spesifik ke dalam kelakuan yang dapat diukur

2. Bahan pelajaran diberikan kepada kelompok atau kelas secara keseluruhan tanpa memperhatikan siswa secara individu

3. Bahan pelajaran umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media lain menurut pertimbangan guru

4. Berorientasi pada kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan belajar. 5. Siswa kebanyakan bersifat pasif mendengar uraian guru

6. Semua siswa harus belajar menurut kecepatan guru

7. Penguatan umumnya diberikan setelah dilakukan ujian atau ujian 8. Keberhasilan belajar umumnya dinilai guru secara subjektif

9. Pengajar umumnya sebagai penyebar atau penyalur informasi utama. 10. Siswa biasanya mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai

bahan yang dipelajari dan berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah nilai rapor yang diisikan.31

Kelemahan dari pembelajaran konvensional antara lain:

1. Keberhasilan belajar siswa sangat tergantung pada keterampilan dan kemampuan guru semata

2. Kecepatan siswa dalam belajar disamakan dengan guru

3. Metode mangajar yang aktual (selalu digunakan) belum sepenuhnya sesuai untuk mengajarkan keterampilan dan sikap yang diinginkan 4. Dalam kegiatan pendidikan dan latihan aktivitas belajar sangat

tergantung pada jadwal waktu yang kaku, karna kurangnya perhatian terhadap kondisi tersebut

5. Dalam sistim pembelajaran guru cendrung bersifat memberi/menyerahkan pengetehuan dan membatasi jangkauan siswa sehingga siswa terbatas memilih topik yang disukai dan relavan dengan keterampilan yang dipelajarinya.32

Kelebihan dari pembelajaran konvensional :

1. Umumnya lembaga pendidikan yang menerapkan pembelajaran konvensional posinya cukup mantap, karena dipengarui oleh siswa, guru dan staf administrasi yang sudah biasa melakukannya

2. Memudahkan lembaga pendidikan dalam mengefisienkan akomodasi dan sumber-sumber peralatan, jadwal yang efektif dan semua bahan belajar tercakup

31Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:Bumi aksara, 2000), hal.

(22)

3. Guru dapat membuat situasi belajar yang berbeda untuk semua siswa.33

D. Komparasi Antara Model Pembelajaran Cooperative Script dengan Pembelajaran Konvensional

Berdasarkan kajian teori sebelumnya perbandingan antara model

pembelajaran Cooperative Script dengan pembelajaran konvensional terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Perbandingan Model Pembelajaran Cooperative Script dengan Pembelajaran Konvensional

Siswa pasif dalam pembelajaran

2. Siswa lebih fokus untuk berdiskusi dan mengerjakan tugas yang diberikan

Siswa menjadi tidak fokus apabila mereka telah bosan untuk mendengar penjelasan dari guru.

3. Siswa dituntut untuk

menemukan, menggali,

berdiskusi, tentang materi yang dipelajari dengan bimbingan guru.

Siswa dituntut untuk mendengar dan mencatat sendiri penjelasan dari guru

4. Keberhasilan siswa dinilai secara objektif

dalam pembelajaran yaitu penbicara dan pendengar.

yang belajar harus aktif, tanpa adanya aktivitas maka proses belajar tidak

(23)

mungkin terjadi34. aktivitas merupakan hal yang paling penting dalam belajar

matematika. Aktivitas belajar matematika yang di maksud adalah seluruh

kegiatan yang dilakukan siswa secara individu atau berkelompok untuk

menyelesaikan permasalahan matematika atau untuk menemukan konsep

dasar matematika.

Paul B Diedrich mengelompokan macam-macam kegiatan peserta didik yang meliputi kegiatan jasmani dan aktivitas jiwa :

a. Visual activities (aktifitas melihat), seperti: membaca, percobaan, memperhatikan gambar demonstrasi

b. Oral activities (aktifitas membaca), seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara dan diskusi

c. Listening activities (aktifitas mendengar), seperti: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik dan pidato

d. Writing activities (aktifitas menulis), seperti : menulis cerita, karangan, laporan, angket, dan menyalin

e. Drawing activities (aktifitas menggambar), seperti: membuat peta, grafik dan diagram

f. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak

g. Mental activities (aktifitas mental), seperti :menanggapi , mengingat, memecahkan soal, menganalisa dan mengambil keputusan

h. Emotional activities (aktifitas emosional), seperti : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bergairah, berani, tenang dan gugup.35

34 Sardiman.A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar, (jakarta: PT Raja Algesindo),hal.96

(24)

Setelah disesuaikan dengan model pembelajaran Cooperative Script

aktivitas yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seperti yang terlihat

pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Aktivitas yang akan diamati

N o

Indikator aktivitas Aktivitas yang akan diamati

1 Writing activities Siswa membuat ringkasan dari materi yang telah didiskusikan

2 Oral activities Siswa bertanya sewaktu pelajaran Siswa menjawab pertanyaan

Siswa mengeluarkan pendapat saat berdiskusi kelompok

3 Drawing

activities Siswa menggambar bangun ruang dan bangundatar 4 Mental activities Siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru

Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik

aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif

dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia

tidak hanya duduk dan mendengarkan. Aktivitas psikis adalah jika daya

jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka

pengajaran.

F. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah siswa menerima pengalaman belajarnya.36 Hasil belajar adalah suatu

perubahan pada individu yang belajar, dengan kata lain bila seseorang telah

(25)

belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.

Perubahan yang didapat setelah pembelajaran adalah perubahan

pengetahuan, pengalaman, keterampilan, nilai dan sikap. Hasil belajar

merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat

keberhasilan siswa dalam memahami suatu mata pelajaran. Tujuan penilaian

hasil belajar adalah untuk dapat mengetahui siswa mana yang berhak

melanjutkan pelajaran karena sudah berhasil menguasai materi dan siswa

mana yang belum berhasil menguasai materi. Penilaian juga bertujuan untuk

mengetahui apakah model pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau

belum dan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa atas materi yang telah

diberikan.37

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan keterampilan, sikap yang diperoleh siswa setelah ia menerima

perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan

pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni

faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa . Dari pendapat ini

faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa adalah perubahan

kemampuan yang dimilikinya, seperti yang dikemukakan oleh Clark

menyatakan bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh

kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga

(26)

faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa

kualitas pembelajaran.38

Menurut Bloom dalam Sudjana menjelaskan tiga tingkat kemampuan yang dapat dikuasai oleh siswa, antara lain:39

1. Kemampuan Kognitif adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek intelektual. Kawasan ini terdiri dari Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Sintesis dan evaluasi.

2. Kemampuan Afektif adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek emosional. Kawasan ini meliputi kemampuan menerima, sambutan, penghargaan, pengorganisasian, karakteristik nilai.

3. Kemampuan psikomotor adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek keterampilan. Kawasan ini meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing dan kreatifitas.

Hasil belajar pada hakekatnya adalah kemampuan perubahan tingkah

laku yang mencakup tiga kemampuan diatas, namun pada penelitian ini

penulis hanya melihat hasil belajar melalui kemampuan kognitif siswa. Hasil

belajar dapat dilihat dengan mengadakan test hasil belajar.

G. Penelitian Relevan

Penelitian Khayyizatul Muniroh (2010) dengan judul implementasi

pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Cooperative Script

sebagai usaha untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas VIII MTs Wahid

Hasyim Sleman. Penelitian ini diterapkan pada pokok bahasan aljabar.

Penelitian ini memfokuskan pada kreativitas siswa dalam pembelajaran

matematika yang memberikan kesimpulan bahwa tingginya kreativitas siswa

dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script pada pokok bahasan aljabar dan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran

38Nana Sudjana, Penilaian Hasil…hal.39

(27)

Cooperative Script lebih baik daripada hasil belajar siswa yang tidak mengikuti model pembelajaran Cooperative Script.

H. Kerangka Konseptual

Model Pembelajaran yang digunakan oleh guru selama ini kurang

bervariasi dan monoton. Ini menyebabkan pembelajaran hanya berpusat pada

guru sehingga siswa pasif dalam belajar dan bahkan siswa mempunyai

keterbatasan dalam mengembangkan ide-ide dan siswa cenderung menghafal

materi pelajaran. Untuk itu, perlu suatu model pembelajaran yang dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satu model yang dapat

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran

Cooperative Script. Hasil belajar yang diperoleh siswa yang mengikuti model pembelajaran Cooperative Script dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Proses Pembelajaran

Kelas Eksperimen Model Pembelajaran

Cooperative Script

(28)

Dideskripsikan Dibandingkan

Gambar 2.1 Skema kerangka konseptual

I. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori di atas maka yang

menjadi hipotesis adalah: “Hasil belajar matematika siswa yang mengikuti

model pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas VIII

MTsN Matur”.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kajian teori yang diuraikan pada bab I

dan bab II, maka jenis penelitian yang penulis gunakan ini tergolong kepada

penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang adanya

Hasil Belajar HasilBelajar

(29)

perlakuan atau treatmen yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.40 Penelitian

eksperimen yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Penelitian

pra-eksperimen adalah penelitian yang mengandung beberapa ciri pra-eksperimental

dalam jumlah yang kecil.41

Rancangan penelitian yang digunakan adalah The Static Group Comparison Design. Berdasarkan jenis penelitian di atas, penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu, kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas

eksperimen merupakan kelas yang mengikuti model pembelajaran

Cooperative Script, dan kelas kontrol merupakan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional. Adapun rancangan dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Rancangan penelitian The Static Group Comparison Design:42

Kelas Treatment Posttest

Eksperimen X1 O

Kontrol X2 O

Keterangan:

X1 = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen, yaitu model

pembelajaran Cooperative Script

40 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, ( Bandung: Alfa Beta, 2009) hal. 107

41 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada : 2004) hal.99

(30)

X2 = Perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol, yaitu pembelajaran

konvensional.

O = Tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diakhir penelitian

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan memberi

informasi yang berguna bagi penelitian.43 Populasi dalam penelitian ini

adalah, seluruh siswa kelas VIII MTsN Matur yang terdiri dari 3 kelas.

Untuk lebih jelasnya sebaran populasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas VIII MTsN Matur

No Kelas Jumlah

1 VIII1 28

2 VIII2 28

3 VIII3 30

Jumlah 86

(Sumber: Tata Usaha MTsN Matur)

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi, segala karakteristik populasi

tercermin dalam sampel yang di ambil.Sampel penelitian adalah sebagian

dari populasi yang memiliki sifat dan karakter yang sama sehingga

betul-betul mewakili populasinya44.

43Sumadi suryabrata, MetodologiPenelitian...hal.84

(31)

Agar sampel dapat mewakili dan menggambarkan sifat serta

karakteristik dari populasi, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Mengumpulkan nilai ujian Mid matematika semester II kelas VIII

MTsN Matur.

b. Melakukan Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal

atau tidak, sehingga langkah selanjutnya tidak menyimpang dari

kebenaran.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 = Populasi berdistribusi normal

H1 = Populasi berdistribusi tidak normal

Untuk melihat populasi berdistribusi normal, digunakan uji Liliefort dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Data x1, x2, x3, …, xn yang diperoleh disusun dari data yang terkecil

sampai yang terbesar.

2) Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus

sebagai berikut: zi=Xi− ´X S

Keterangan: s = Simpangan Baku ´

x = Skor rata-rata xi= Skor dari tiap soal

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian hitung peluang F (zi) = P (z ≤ zi)

4) Menghitung jumlah proposi skor baku yang lebih baku atau sama zi yang dinyatakan dengan s (zi) dengan menggunakan rumus:

S

(

zi

)

=

Banyaknya z1, z2, … , znyang ≤ zi n

5) Menghitung selisih F(zi) – S(zi), kemudian ditentukan nilai mutlaknya.

(32)

diberi simbol L0. L0 = maks

|

F

(

zi

)

S

(

zi

)

|

7) Kemudian bandingkan L0 dengan nilai kritis yang diperoleh dari

daftar nilai kritis untuk uji Lilifors pada taraf α = 0.05. Kriterianya adalah terima H0 jika L0 ≤ Ltabel dan tolak H0 jika L0 ¿ Ltabel.

Dari hasil analisis data pada taraf nyata α = 0.05 diperoleh L0

masing-masing kelas populasi seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3 Hasil Uji Normalitas Kelas Populasi

No Kelas L0 Ltabel Keterangan

1 VIII1 0.115 1.161 Data populasi berdistribusi normal

2 VIII2 0.136 1.161 Data populasi berdistribusi normal

3 VIII3 0.122 1.161 Data populasi berdistribusi normal

c. Melakukan Uji Homogenitas Variansi

Uji homogenitas tujuannya adalah untuk mengetahui apakah

populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak.

Uji homogenitas dilakukan dengan uji Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:45

a. Membuat hipotesis, yaitu:

H0 : populasi mempunyai variansi homogen

H1 : populasi mempunyai variansi tidak homogen

b. Menghitung variansi masing-masing kelompok

c. Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan

d. Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:

ni (¿−1) B=(logS2

)

¿

e. Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:

X2 = (ln 10) {B

(

n

i−1

)

logSi 2

} f. Membandingkan Xh itung

2

dengan Xtabel 2

dengan kriteria bila Xh itung2 < Xtabel2 untuk taraf α maka terima H0 artinya populasi

homogen.46

45Sudjana,Metode … , hal. 261

(33)

Setelah dilakukan perhitungan dengan Uji Barlett diperoleh

hipotesis H0 diterima dalam taraf α = 0.05 dengan kesimpulan bahwa

populasi mempunyai variansi homogen.

Langkah-langkah untuk melihat kesamaan rata-rata populasi yaitu: 1) Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan

H0:μ1=μ2=μ3

H1 : sekurang-kurangnya dua rata-rata yang tidak sama

2) Tentukan taraf nyatanya (α)

3) Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus:

f>fα

[

k−1,Nk

]

4) Tentukan perhitungan melalui tabel:

Tabel 3.5 Data hasil belajar siswa kelas populasi

Populasi

Jumlah Kuadrat Total (JKT) =

i=1

Jumlah kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKK

Masukkan data hasil perhitungan ke dalam tabel berikut:

(34)

Sumber

diterima artinya populasi memiliki kesamaan rata-rata.

Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh populasi berdistribusi

normal, homogen serta memiliki kesamaan rata-rata, maka

pengambilan sampel dapat dilakukan secara acak. Pengambilan sampel

yang peneliti lakukan adalah dengan cara menulis nama kelas di kertas

dan menggulungnya. Kemudian peneliti mengundi gulungan kertas

dan mengambil dua gulungan secara acak. Kertas yang pertama

terambil adalah kelas VIII1 kelas ini peneliti jadikan sebagai kelas

eksperimen sedangkan untuk pengambilan kedua terambil kelas VIII2

dan kelas ini peneliti jadikan sebagai kelas kontrol.

(35)

Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu

variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang

dimungkinkan berpengaruh terhadap variabel lain, sedangkan variabel

terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

1) Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan yang diberikan

kepada kelas eksperimen dengan model pembelajaran Cooperative Script dan perlakuan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

2) Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika

siswa yang mengikuti model pembelajaran Cooperative Script dan hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional

2. Data

a. Jenis data

1) Data primer yaitu data tentang hasil belajar matematika siswa yang

diperoleh setelah mengikuti model pembelajaran Cooperative Script.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

(36)

1) Sumber data primer adalah seluruh siswa kelas VIII

MTsN Matur.

2) Sumber data sekunder adalah guru bidang studi

matematika MTsN Matur.

D. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

1) Tahap Persiapan

a. Menetapkan tempat dan jadwal penelitian. Penelitian ini

dilakukan di MTsN Matur dan dilaksanakan selama lima

kali pertemuan .

b. Mengumpulkan data nilai ujian Mid matematika kelas

VIII.

c. Merancang perangkat pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP)..

d. Membuat kisi-kisi soal uji coba.

e. Menyusun soal uji coba berdasarkan kisi- kisi yang telah dibuat.

f. Membuat kunci jawaban soal uji coba.

g. Mempersiapkan lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa.

2) Tahap Pelaksanaan

Jumlah pertemuan selama penelitian adalah lima kali pertemuan

termasuk tes akhir. Pada kelas eksperimen peneliti melaksanakan

pembelajaran matematika dengan model pembelajaran Cooperative Script,

(37)

matematika dengan pembelajaran konvensional. Langkah-langkah

pembelajaran pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.7 Langkah-Langkah Pembelajaran pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Kegiatan awal (15 menit)

a. Guru membuka pelajaran dengan salam dan doa

f. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Cooperative Script, dimana pembagian siswa secara berpasangan dilakukan diluar jam pelajaran

Kegiatan awal (15 menit)

a. Guru mengabsen siswa dan mengkondisikan kelas.

b.Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

a. Guru membagikan materi pelajaran kepada siswa untuk dibuat ringkasan/penyelesaiannya b. Siswa berdiskusi dengan

pasangannya.

c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan yang berperan sebagai pendengar

d. Pembicara menjelaskan hasil

ringkasannya, dengan

menambahkan informasi lain yang mereka punya

e. Pendengar menyimak,

mengoreksi dan menambahkan penjelasan yang kurang dari

c. Guru memberikan beberapa buah contoh soal untuk dikerjakan secara bersama-sama

d.Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya e. Guru memberikan soal-soal

(38)

mengarahkan siswa jika jika ada kesalahan dalam diskusi

g. Bertukar peran, yang semula jadi pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya

h. Diskusi kelas

i. Siswa bembahas contoh soal yang berkaitan dengan materi yang

b. Guru menunjuk beberapa perwakilan siswa untuk menuliskan jawaban mereka di papan tulis

Konfirmasi (25 menit)

a. Guru bersama siswa memeriksa jawaban dari soal latihan tersebut b. Guru memberikan kebenaran

terhadap jawaban siswa jika terdapat kesalahan

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya d. Guru memberikan ulasan dan

penekanan konsep dari materi yang telah dipelajari

e. Guru memberikan aplus kepada siswa yang berpartisipasi selama pembelajaran

Elaborasi (40 menit)

a. Siswa mengerjakan soal latihan secara individu

b. Guru menunjuk beberapa perwakilan siswa untuk menuliskan jawaban merekadi papan tulis

Konfirmasi (25 menit)

a. Guru bersama siswa memeriksa jawaban dari soal latihan tersebut b. Guru memberikan kebenaran

terhadap jawaban siswa jika terdapat kesalahan

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya d. Guru memberikan ulasan dan

a. Guru dan siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari b. Guru memberikan tugas

(39)

3) Tahap Penyelesaian

Pada tahap ini peneliti akan memberikan tes akhir untuk melihat hasil

belajar siswa, tes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, kemudian

dilakukan analisis untuk menguji hipotesis. E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen untuk melihat

aktivitas dan hasil belajar siswa.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk melihat aktivitas siswa selama

diterapkannya model pembelajaran Cooperative Script. Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8 Aktivitas yang Akan Diamati

N o

Indikator aktivitas Aktivitas yang akan diamati

1 Writing activities Siswa membuat ringkasan dari materi yang telah didiskusikan

2 Oral activities Siswa bertanya sewaktu pelajaran Siswa menjawab pertanyaan

Siswa mengeluarkan pendapat saat berdiskusi kelompok

3 Drawing activities

Siswa menggambar bangun ruang dan bangun datar

4 Mental activities Siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru

2. Tes Hasil Belajar

Untuk memperoleh data, maka kedua kelas sampel diberikan tes.

Bentuk soal yang digunakan dalam tes adalah berupa soal essay, tes hasil

belajar dikembangkan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

(40)

2. Membuat kisi-kisi soal

3. Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat.

4. Membuat kunci jawaban

5. Melakukan validasi tes

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang

hendak diukur.47 Validasi tes yang akan digunakan adalah validitas isi

(content validity), yaitu validitas tes yang mempersoalkan apakah isi butir tes yang diujikan itu mencerminkan isi kurikulum yang seharusnya diukur

atau tidak.48

Sebelum tes diberikan pada kelas sampel, terlebih dahulu diuji

cobakan pada pada kelas selain kelas sampel yaitu kelas VIII3 MTsN

Matur. Pengujian ini dimaksudkan agar tes yang akan diberikan

mempunyai kualitas tes yang baik.

6. Analisis soal tes

Analisis soal tes bertujuan untuk mengadakan identifikasi

soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal-soal yang jelek. Dengan analisis soal-soal

dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk

untuk mengandakan sebuah perbaikan.49 Agar soal-soal yang

digunakan dapat memenuhi kriteria sebagai alat ukur yang baik, maka

diteliti validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran

soal.

47Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Bumi Akasara, 1993),hal. 63

48M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1996), hal.111

(41)

a. Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kevalidan suatu instrument. Instrument dikatakan valid jika mampu

mengukur apa yang diinginkan melalui data dan variabel yang

rxy = Korelasi Product Moment

N = Jumlah peserta tes

Ʃ X = Jumlah skor item

Ʃ Y = Jumlah skor total

Ʃ

X2

= Jumlah kuadrat skor item

Ʃ Y2

= Jumlah kuadrat skor total

XY

Ʃ = Jumlah perkalian skor item dan skor total

Untuk menafsirkan koefisien korelasi dapat menggunakan kriteria sebagai berikut:

1) Jika 0.80≤rxy1.00 maka korelasi sangat tinggi 2) Jika 0.60≤rxy<0.80 maka korelasi tinggi 3) Jika 0.40≤rxy<0.6 0 maka korelasi sedang 4) Jika 0.20≤rxy<0.4 0 maka korelasi rendah

5) Jika 0.00≤rxy<0.2 0 maka korelasi sangat rendah51

Setelah didapatkan rxy , kemudian dibandingkan dengan harga kritik nilai r product moment. Distribusi untuk α = 0.05 dan N = 30, kaidah keputusannya adalah :

Jika rxy > rtabel berarti soal valid.

Jika rxy < rtabel berarti soal tidak valid.52

50Suharsimi Arikunto,Dasar-dasar , …hal.79

51Pratiknyo Prawironegoro, Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi Matematika, (Jakarta: C.V Fortuna, 1985), hal.9

(42)

Tabel 3.9 Hasil Analisis Validitas Soal Uji Coba Tes

No. Soal rxy rtabel Keputusan Kriteria Validitas

1 0.84 0.361 Valid Sangat Tinggi

2 0.70 0.361 Valid Tinggi

3 0.63 0.361 Valid Tinggi

4 0.87 0.361 Valid Sangat Tinggi

5 0.86 0.361 Valid Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel 3.9 di atas dapat disimpulkan bahwa soal

nomor 2 dan 3 memiliki kriteria validitas tinggi dan soal nomor 1,

4 dan 5 memiliki kriteria sangat tinggi.

b. Reliabilitas soal tes

Reliabilitas berhubungan dengan tingkat kepercayaan, dimana

suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang

tinggi apabila dapat memberikan hasil yang tetap. Untuk melihat

reliabilitas tes bentuk uraian dipakai rumus alpha.53

r11=

(

n

r11 = Reliabilitas yang dicari/reliabilitas tes secara keseluruhan

σi2 = Jumlah variansi skor tiap-tiap item

σt2 = Variansi total

n = Banyaknya butir soal N = Banyaknya siswa

Nilai r11 yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan

harga kritik pada tabel rtabel. Jika r11 > rtabel berarti reliabel dan jika r11

< rtabel berarti tidak reliabel, dengan kriteria:

(43)

1. Jika 0.90 ¿ r 11 < 1.00 maka reliabilitas tinggi sekali

2. Jika 0.70 ¿ r 11 < 0.90 maka reliabilitas tinggi

3. Jika 0.40 ¿ r 11 < 0.70 maka reliabilitas sedang

4. Jika 0.20 ¿ r 11 < 0.40 maka reliabilitas rendah

5. Jika 0.00 ¿ r 11 < 0.20 maka reliabilitas sangat rendah

sekali

Setelah dilakukan perhitungan reliabilitas soal uji coba tes

diperoleh r11= 0.84 kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel

Product Moment dengan N = 30 dan α = 0.05 maka diperoleh rtabel =

0.361. Karena r11 lebih besar dari rtabel , dapat disimpulkan bahwa

soal tes uji coba yang dianalisis dengan rumus alpha adalah reliabel

dengan kriteria tinggi.

c. Tingkat kesukaran soal

Tingkat kesukaran soal adalah suatu bilangan

yang menunjukkan sulit mudahnya suatu soal.Soal

yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan

tidak terlalu sulit. Untuk menghitung tingkat

kesukaran soaldapat digunakan langkah-langkah

berikut54:

1) Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus:

Ratarata=Jumlah skor peserta didik tiap soal Jumlah peserta didik

2) Meghitung tingkat kesukaran dengan rumus: Tingkat kesukaran= ratarata

skor maksimum tiap soal

3) Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut:

(44)

0.00 – 0.30 = sukar 0.31 – 0.70 = sedang 0.71 – 1.00 = mudah

Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel

3.10 Hasil Perhitungan Tingkat KesukaranSoal Uji Coba

No. Soal Tingkat

Kesukaran Kriteria

1 0.55 Sedang

2 0.70 Sedang

3 0.68 Sedang

4 0.38 Sedang

5 0.54 Sedang

d. Daya pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal

dapat digunakan langkah-langkah berikut55:

a) Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.

b) Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil.

c) Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta didik banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27%

d) Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas maupun kelompok bawah).

1. Menghitung daya pembeda soal dengan rumus:

DP=X KA´ − ´X KB SkorMaks

Keterangan :

(45)

DP = daya pembeda ´

X KA = rata- rata kelompok atas ´

X KB = rata-rata kelompok bawah 2. Kriteria pemilihan soal

Membandingkan daya pembeda dengan kriteria sebagai berikut:

0.40 ke atas = sangat baik 0.30 – 0.39 = baik

0.20 – 0.29 = cukup, soal perlu diperbaiki 0.19 ke bawah = soal kurang baik, soal harus

dibuang56

Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel

Perhitungan daya pembeda soal uji coba dapat dilihat pada

lampiran XXII halaman 157.

Tabel 3.12 Hasil Analisis Soal Uji Coba

N

o Validitas keputusan Kriteria Reliabilitas Kriteria TK Kriteria DP Kriteria Keputusan

1 0.86 Valid SangatTinggi

0.84 Tinggi

055 Sedang 0.41 Sangat

Baik Digunakan 2 0.85 Valid SangatTinggi 0.70 Sedang 0.46 SangatBaik Digunakan

3 0.61 Valid Tinggi 0.68 Sedang 0.34 Baik Digunakan

4 0.81 Valid SangatTinggi 0.38 Sedang 0.34 Baik Digunakan

5 0.84 Valid SangatTinggi 0.54 Sedang 0.62 SangatBaik Digunakan

Berdasarkan perhitungan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya

pembeda maka dapat disimpulkan bahwa semua soal digunakan tanpa diperbaiki.

(46)

F. Teknik Analisis Data 1. Lembar Observasi

Lembar observasi dari aktivitas belajar siswa dianalisis dengan menggunakan rumus persentase, yaitu:

P = NF x 100%

Keterangan:

P = Persentase aktivitas

F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan N = Jumlah siswa

Kriteria penilaian persentase aktivitas (P) belajar siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut57:

Tabel 3.13 Kriteria Penilaian Persentase Aktivitas (P) Belajar Siswa

Persentase aktivitas belajar Kriteria Penilaian 1% ≤ P ≤ 25%

26% ≤ P ≤ 50% 51% ≤ P ≤ 75% 76% ≤ P ≤ 100%

Sedikit sekali Sedikit Banyak Banyak sekali

2. Tes Hasil Belajar

Tes akhir hasil belajar dilaksanakan pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Setelah itu diadakan pengujian hipotesis secara statistik yaitu uji-t.

Untuk melakukan uji-t maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan

uji homogenitas variansi kedua kelompok data sebagai berikut:

(47)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil belajar

berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji lilliefors.

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0 = Data hasil belajar berdistribusi normal

H1 = Data hasil belajar berdistribusi tidak normal

Untuk melihat data hasil belajar berdistribusi normal, digunakan uji Lilliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Data x1, x2, x3, …, xn diperoleh dan disusun dari data yang

terkecil samapi yang terbesar.

2) Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

zi=Xi− ´X S

Dimana: s = Simpangan Baku ´

x = Skor rata-rata xi = Skor dari tiap soal

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian hitung peluang F (zi) = P (z ≤ zi)

4) Menghitung jumlah proposi skor baku yang lebih baku ata sama zi yang dinyatakan dengan S(zi) dengan menggunakan rumus:

S

(

zi

)

=Banyaknya z1, z2, … , znyang ≤ zi n

5) Menghitung selisih F (zi) – S(zi), kemudian ditentukan nilai

mutlaknya.

6) Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu diberi simbol L0. L0 = maks

|

F

(

zi

)

S

(

zi

)

|

7) Bandingkan nilai L0 yang diperoleh dengan nilai L0 yang ada

pada tabel, pada taraf alfha 0,05 Kriterianya :

jika L0 ≤ Ltabel maka H0 diterima.

Jika L0 > Ltabel maka H0 ditolak. 58

(48)

Dari hasil analisis data pada taraf nyata α = 0.05 diperoleh L0

masing-masing data hasil belajar seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3.14 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar

No Kelas L0 Ltabel Keterangan

1 VIII1 0.085 1.161 Data hasil belajar berdistribusi normal

2 VIII2 0.093 1.161 Data hasil belajar berdistribusi normal

b. Uji Homogenitas Variansi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah data hasil belajar

mempunyai variansi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas

dilakukan dengan uji barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat hipotesis, yaitu:

b. Menghitung variansi masing-masing kelompok

c. Menghitung variansi gabungan dari populasi menggunakan

d. Menghitung harga satuan Barlett dengan rumus:

ni (¿−1) B=(logS2

)

¿

e. Menghitung harga satuan Chi-kuadrat (X2) dengan rumus:

X2 = (ln 10) {B

(

n

hitung= 0.19. Jika α = 0.05, dari daftar Chi-kuadrat dengan dk = 1

(49)

didapat X0.95(1)

hipotesis H0 diterima dalam taraf α = 0.05 dengan kesimpulan bahwa

data hasil belajar mempunyai variansi homogen.

Uji Hipotesis

Dimana µ1 adalah rata-rata kelas eksperimen dan µ2 adalah

rata-rata kelas kontrol. Data hasil belajar siswa berdistribusi normal dan

data hasil belajar berasal dari variansi yang homogen, maka

X1 = Nilai rata-rata kelas eksperimen

´

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan Model Pembelajaran Cooperative Script denganPembelajaran Konvensional
Tabel 2.2 Aktivitas yang akan diamati
Gambar 2.1 Skema kerangka konseptual
Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas VIII MTsN Matur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Based on significant testing result and path coefficient conversion, it can determine which variables belong to driving force, then rank it based on the table Table

Belum lagi tiba- tiba mereka memotong tayangan acara favorit saya disiaran nasional lalu menggantinya dengan siaran lokal mereka dengan tayangan yg selalu diputar

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data tentang aktvitas Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Nurul Iman dalam membina ahklak beragama remaja usia 13-21

Peserta didik membuat kontrak belajar yang disertai dengan laporan pendahuluan (LP) pada hari 1 praktek ruangan untuk ibu nifas , persalinan dan gangguan reproduksi..

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN UMUM DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah citra merek, nilai pelanggan, dan kualitas persepsian memilikipengaruh

Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus (Tarwoto &amp; Wartonah, 2004)..

Peubah yang diamati yaitu bentuk fisik (warna, bau, tekstur), pH, suhu dan unsur hara (nitrogen, karbon, phospor, kalium dan C/N Rasio). Kesimpulan penelitian adalah penambahan