• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN TENTANG SUMBER DAN KARAKTERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGETAHUAN TENTANG SUMBER DAN KARAKTERI"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN TENTANG SUMBER DAN KARAKTERISTIK ISLAM Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Metodelogi Studi Islam Dosen Pengampu: Siti Fatimatus Zahro, M.Pd.I.

Disusun oleh : Kelompok 4

- Ref’ah imaniah (11711078) - Khafifah indah sari (11711097)

- Hasan (11711095) - Ahmad sarwani (11711102)

Kelas 1 C

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa dihanturkan kehadiran Allah SWA. Atas limpahan

rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah Metodologi Studi

Islam dengan pokok pembahasan “PENGETAHUAN TENTANG SUMBER DAN

KARAKTERISTIK ISLAM”. Selawat serta salam kepada junjungan kita nabi

Muhammad SAW sebagai nabi besar penghantar ilmu pengetahuan bagi seluruh

umat manusia.

Ucapan terimakasih kepada dosen pengampun yang telah memberikan

kesempatan dan dukungan sehingga kami mampu berdiskusi dan saling

bersilahturahmi. Rekan-rekan satu kelompok dan mahasiswa yang selalu bekerja

sama dan memberi dukungan. Sebagai bentuk kecitaan terhadap bangsa dan

negara untuk terus berupaya memajukan pendidikan bangsa dalam mengisi

kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sangat disadari bahwa terdapat kekurangan baik segi penulisan,

pemahaman serta keterbatasan literatur sehingga diharapkan kriti serta saran

sebagai bahan evaluasi bagi penulis dan perbaikan untuk masa datang.

Harapan kami kelompok 4 semoga makalah ini dapat bermanfaat dan

dapat diterima unttuk dijadikan bahan pembelajaran.

Pontianak, 11 September 2017 Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH ...

KATA PENGANTAR ...1

DAFTAR ISI ...2

BAB 1 PENDAHULUAN ...3

a. Latar belakang ...3

b. Rumusan masalah ...3

BAB 2 PEMBAHASAN ...4

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Islam merupakan agama yang benar-benar bersumber dari Allah

SWT, yang tidak ada keraguan sedikit pun mengenai keberadaannya.Islam

lahir sebagai agama yang menyempurnakan agama-agama terdahulu yang

sudah banyak dikotori oleh campur tangan pemeluknya sendiri.

Dengan fenomena diatas penyusun ingin mengankat permaslahan

ini dengan mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul “Sumber

dan Karakteristik Islam”.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Apa sumber ajaran islam primer dan skunder ?

b. Sebutkan sifat dasar ajaran islam ?

c. Apa karakter islam : Antara normativitas dan historitas ?

d. Sebutkan moralitas islam : ibadah, pendidikan, ilmu dan sosial ?

(5)

BAB 2 PEMBAHASAN

PENGETAHUAN TENTANG SUMBER DAN KARAKTERISTIK ISLAM

1. PENGERTTIAN SUMBER AJARAN ISLAM

Dari segi kebahasaan islam berasal dari bahasa arab yaitu kata salimah

yang berarti selamat, sentosa, dan damai. Diubah menjadi bentuk aslama yang

berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.

Adapun pengertian islam dari segi istilah, menurut Harun Nasution islam

menurut istilah adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada

masyarakat manusia melalui nabi Muhammad Saw. Menurut Maulana

Muhammad Ali islam adalah agama perdamain dan dua ajaran pokoknya yaitu

keesaan Allah dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia menjadi bukti nyata,

bahwa agama islam selaras benar dengan namanya. Dengan demikian secara

istilah islam adalah nama bagi suatu agama yang berasal dari Allah Swt.

Misi ajarannya islam adalah agama sepanjang sejarah manusia. Agama

dari seluruh nabi dan rasul yang pernah diutus oleh Allah Swt.

a. Sumber Ajaran Islam : Primer dan Sekunder 1. Sumber Ajaran Islam Primer

a) Al-qur’an

Dari segi bahasa maupun istilah. Asy-syafi’i mengatakan bahwa alquran ari

(6)

berasal dari kata qarain jamak dari kata qarinah yang berarti kaitan.

Selanjutnya, Al-Asy’ari dan para pengikutnya mengatakan bahwa lafal al-quran

diambil dari akar qarn yang berarti menggabungkan sesuatu atas yang lain.

Pengertian-pengertian tersebut dapat ditampung oleh sifat dan karakteristik

al-quran itu sendiri, yang antara lain ayat-ayat nya saling berkaitan satu sama lain.

Adapun dari segi istilah al-quran dikemukakan pendapat :

- Manna’ al-qaththan, secara singkat mengutip pendapat para ulama pada umumnya ynag menyatakan bahwa al-quran adalah firman Allah Swt.

Yang diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Dan dinilai ibadah bagi

yang membacanya. Pendapat tersebut sesuai dengan Al- Zarqani

menurutnya al-quran adalah lafal yang diturunkan kepada nabi

Muhammad Saw. Mulai dari awal surah al-fatihah sampai dengan akhir

surah al-nas. Lebih lengkapnya dikemukakan oleh Abd-Alwahhab

Al-Khallaf. Menurtnya al-quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada

hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullah melalui jibril dengan

menggunaka lafal bahsaa arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi

hujjah bagi rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi

undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi

sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan

membacanya.

Dari beberapa kutipan tersebut kita dapat mengetahui bahwa al-quran adalah

(7)

melalui Jibril, pembawanya nabi Muhammad Saw. Susunannya dimulai dari

surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah al-nas, bagi yang membacanya bernilai

ibadah, fungsinya antara lain menjadi hujjah atau bukti yang kuat atas kerasulan

nabi Muhammad Saw.

Sebagai sumber ajaran islam yang utama Alquran diyakini berasal dari Allah

dan mutlak benar. Keberadaan alquran sangat dibutuhkan manusia dikalangan

Mu’tazilah dijumpai pendapat bahwa Allah wajib menurunkan alquran bagi

manusia karna manusia dengan segala daya yang dimilikinya tidak dapat

memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya. Bagi Mu’tazilah al-quran

berfungsi sebagai konfirmasi, yakni memperkuat pendapat-pendapat akal pikiran,

dan sebagi informasi terhadap hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh akal.

Selanjutnya al-quran juga berfungsi sebagai hakim atau wasit yang mengatur

jalannya kehidupan manusia agar berjalalan lurus. Al-quran lebih lanjut

memerankan fungsi sebagi pengontrol dan pengoreksi terhadap perjalanan hidup

manusia di masal lalu.

b) Al-Sunnah

Kedudukan Al sunnah sebagai sumbar ajaran islam selain didasarkan

pada keterangan ayat-ayat Al qur an dan hadits juga didasarkan kepada pendapat

para sahabat. Yakni seluruh sahabat sepakat untuk menetapkan tentang wajib

mengikuti hadits baik pada masa rasulullah masih hidup maupu setelah beliau

(8)

Menurut bahasa Al sunnah artinya jalan hidup yang dibiasakan

terkadang jalan tersebut ada yang baik dan adapula yang buruk. Pengertian

al-sunnah seperi ini sejalan dengan makna hadis nabi yang artinya: barang siapa

yang membuat sunnah (kebiasaan) yang terpuji maka pahala bagi yang membuat

sunnah itu dan pahala bagi orsng yang mengerjakannya, dan barang siapa yang

membuat sunnah yang buruk, maka dosa bagi yang membuatnya dan dosa bagi

yang mengerjakannya. Selain kata Al sunnah kita juga pernah mendengar kataAl

hadits, Al khabar, Al atsar. Sebagian ulama lainnya kata-kata tersebut dibedakan

artinya. Menurutnya Al sunnah diartikan sebagai sesuatu yang dibiasakan oleh

Nabi Muhammad SAW, Sehingga sesuatu itu lebih baik dikerjakan oleh Nabi

Muhammad SAW, dari pada ditinggalkan. Sementara itu Hadits adalah sesuatu

yang disandarkan pada Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya Khabar adalah

ucapan, perbuatan, dan ketetapan yang berasal dari sahabat; dan Atsar adalah

ucapan, perbuatan, dan ketetapan yang berasal dari para tabi’in.

Sementara itu jumhurul ulama atau kebanyakan para ulama ahli hadis

mengartikan Al-Sunnah, Al-Hadis, Al-Khabar, Al-Atsar yaitu segala sesuatau

yang disandarkan kepada nabi Muhammad Saw. Baik dalam bentuk ucapan,

perbuatan, maupun ketetapan. Pengertian ini didasarkan kepada pandangan

mereka terhadap nabi sebagai suri teladan yang baik. Sementara itu ulama ushul

mengartikan bahwa al-sunna adalah sesuatu yang berasal dari nabi Muhammad

dalam bentuk ucapan, perbuatan, dan persetujuan yang berkaitan dengan hukum.

(9)

Sebagai pembuat hukum. Sementara itu ulama fiqih mengartikan

Al-sunnah sebagai sala satu dari bentuk hukum syara’ yang apabila dikerjakan

mendapat pahala dan apabila diinggalkan tidak disiksa.

Sebagai sumber ajaran islam kedua, Al-Sunnah memiliki fungsi yang

pada intinnya sejalan dengan al-qur’an. Keberadaan al-sunnah tidak dapat

dilepaskan dari adanya sebagian ayat al-qur’an :

 Yang bersifat global (garis besar) yang memerlukan perincian

 Yang bersifat umum ( menyeluruh) yang mneghendaki pengecualian

 Yang bersifat mutlak (tanpa batas) yang menghendaki pembatasan

 Syarat al-qur’an yang mengandung makna lebih dari satu (musytarak)

yang menghendaki makna yang akan dipakai dari dua makna tersebut :

misalnya jika secara khusus tidak dijumpai suatu hal yang keteranganya

tidak terdapat didalam al-qur’an yang selanjutnya diserahkan pada

hadis nabi. Selain itu ada pula yang sudah dijelaskan dalam al-qur’an ,

tetapi hadis datang memberikan keterangan, sehingga masalah tersebut

menjadi kuat.

Dalam kaitan ini, hadis berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat

al-qur’an yang berfungsi global, sebagai pengecualian terhadap isyarat al-al-qur’an

yang bersifat umum, sebagai pembatas terhadap ayat al-qur’an yang bersifat

mutlak, dan sebagai pemberi informasi terhadap suatu kasus yang tidak dijumpai

(10)

2. Sumber Ajaran Islam Sekunder

a) Ijtihad

Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan

pikiran atau bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti

mencurahkan segala kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i dari

dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist. Hasil dari ijtihad merupakan sumber

hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila ada

suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran maupun hadist,

maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap

mengacu pada Alquran dan hadist.

Menurut Mahmud Syaltut, Ijtihad atau al-Ra’yu mencakup 2 pengertian,

yaitu :

 Penggunaan pikiran untuk menentukan suatu hukum yang tidak

ditentukan secara eksplisit oleh al-Qur’an dan as-Sunnah.

 Penggunaan pikiran dalam mengartikan, menafsirkan dan mengambil

kesimpulan dari suatu ayat atau Hadits.

- Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu : 1. Ijma’, yaitu menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat.

Sedangkan menurut istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi

(11)

perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah fatwa, yaitu

keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti

seluruh umat.

2. Qiyas,yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan

menyamakannya. Dengan kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu

upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan perkara lain yang

mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama. Contohnya adalah

pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’

kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau

menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.

3. Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas

lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat

diterima untuk mencegah kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan

hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan. Contohnya,

menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya

belum ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan

rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan

system pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim kemudian.

4. Mushalat Murshalah, yaitu menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan

(12)

terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan ayat-ayat Al Quran.

Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.

5. Sududz Dzariah, yaitu menurut bahasa berarti menutup jalan,

sedangkan menurut istilah adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah

menjadi makruh atau haram demi kepentingan umat. Contohnya adalah adanya

larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk, padahal minum

seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan

sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.

6. Istishab, yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan

telah ditetapkan di masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum

tersebut. Contohnya, seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau

belum. Di saat seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan

sebelum berwudhu sehingga ia harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah

bila tidak berwudhu.

7. Urf, yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik

berupa perkataan maupun perbuatan. Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si

pembeli menyerahkan uang sebagai pembayaran atas barang yang telah

diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga telah dimaklumi bersama

(13)

- Kedudukan Ijtihad

Berbeda dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, Ijtihad sebagai sumber hukum

Islam yang ketiga terikat dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Yang ditetapkan oleh Ijtihad tidak melahirkan keputusan yang absolut, sebab

Ijtihad merupakan aktivitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk

pikiran manusia yang relatif, maka keputusan Ijtihad pun relatif.

2. Keputusan yang diterapkan oleh Ijtihad mungkin berlaku bagi seseorang,

tetapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat, tetapi tidak

berlaku pada masa / tempat yang lain.

3. Keputusan Ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan

as-Sunnah.

4. Berijtihad mempertimbangkan faktor motivasi, kemaslahatan umum,

kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa ajaran Islam.

5. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan Ibadah Makhdah.

- Hukum Ijtihad

Pertama, bagi seorang muslim yang memenuhi kriteria mujtahid yang

dimintai fatwa hukum atas suatu peristiwa yang terjadi dan ia khawatir peristiwa

itu akan hilang begitu saja tanpa kepastian hukumnya, atau ia sendiri mengalami

peristiwa yang tidak jelas hukumnya dalam nas, maka hukum ijtihad menjadi

(14)

Kedua, bagi seorang muslim yang memenuhi kriteria mujtahid yang

dimintai fatwa hukum atas suatu peristiwa yang terjadi, tetapi ia

mengkhawatirkan peristiwa itu lenyap dan selain dia masih ada mujtahid

lainnya, maka hukum ijtihad menjadi wajib kifayah.

Ketiga, hukum berijtihad menjadi sunat jika dilakukan atas

persoalan-persoalan yang tidak atau belum terjadi.

Keempat, hukum ijtihad menjadi haram dilakukan atas

peristiwa-peristiwa yang sudah jelas hukumnya secara qathi’, baik dalam al-Qur’an

maupun al-Sunnah; atau ijtihad atas peristiwa yang hukumnya telah ditetapkan

secara ijmak. (Wahbah al-Zuhaili, 1978: 498-9 dan Muhaimin, dkk., 1994: 189)

b. Sifat Dasar Ajaran Islam

Islam adalah sebuah agama yang di turunkan Allah kepada Nabi

Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul terakhir untuk menjadi petunjuk

atau pedoman hidup bagi seluruh manusia sampai akhir zaman. Islam adalah

agama yang mengajarkan kepada pemeluk-Nya untuk menyebarkan benih

perdamaian, keamanan, dan keselamatan, untuk diri sendiri, sesama manusia,

dan kepada lingkungan sekitarnya, atau biasa di sebut rohmatan lil’alamin.

a. Kesederhanaan, rasionalitas, dan praktis

Islam tidak memiliki mitologis, ajarannya cukup sederhana dan dapat

dipahami. Didalamnya tidak pernah ada tempat bagi keberhalaan dan keyainan

(15)

logika dan penalaran. Islam merangsang pemeluknya mempergunakan

akal serta mendorong pemakaian intelek.

b. Kesatuan antara materi dan rohani

Islam mendorong manusia untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan.

Islam tidak memisahkan secara yang material dengan yang moral, yang duniawi

dengan yang ukhrawi, dan mengajak manusia agar selalu mencurahkan tenaga

untuk mengkonstruksikan kehidupan atas dasar moral yang sehat. dengan

demikian dapat disimpulkan, bahwa Islam menyuruh untuk memadukan antara

kehidupan moral dan materi. Sehingga keduanya saling selaras dan memberi

kemanfa’atan, bukan dengan kehidupan asketisme (kepertapaan) maupun dengan

ideologi materialistik yang dapat mengabaikan sisi moral dan spiritual kehidupan.

c. Sebuah cara hidup yang lengkap

Islam mempunyai cara hidup yang lengkap yang melingkupi seluruh

aspek eksistensi kehidupan manusia. Islam memberikan tuntunan bagi seluruh

aspek kehidupan baik pribadi dam sosial, material dan moral, ekonomi dan

politik,, legal dan kultural, serta nasional dan internasional. Al-Qur’an mengajak

manusia agar memeluk Islam tanpa keraguan dan mengikuti tuntunan Ilahi dalam

segala aspek kehidupan.

d. Keseimbangan antara pribadi dan masyarakat

Islam menciptakan keserasian dan keseimbangan antara individualisme

(16)

e. Universalitas dan Humanisme

Islam bersifat menyeluruh dan sangat menjunjung tinggi kemanusiaan,

Islam menghendaki perdamaian dan persatuan Umat. Kehidupan aqidah yang

dijalani sendiri akan menimbulkan pemikiran yang bersifat parsial sehingga tidak

akan pernah mencerminkan suatu kehidupan yang menyeluruh atau universal.

Ke-Universalan akan membuat lengkap dan sempurna suatu sistem yang mencakup

aqidah dan organisasi kehidupan dan akan memberikan ketenangan pada fitrah

manusia, karena ia menghadapi fitrah tersebut dengan tabi’’at yang padu tidak

terpecah belah eksistensinya. dengan demikian ke-Universlan akan memberikan

kelengkapan dan kesempurnaan serta keterpaduan dalam menjalankan hukum

Islam.

c. Karakteristik Islam : Antara Normativitas dan Historisitas

Istilah “karakteristik ajaran Islam” terdiri dari dua kata: karakteristik

dan ajaran Islam. Karakteristik adalah sesuatu yang mempunyai karakter atau

sifatnya yang khas.[17] Islam adalah agama yang diajarkan Nabi Muhammad

saw., yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an dan diturunkan di dunia ini

melalui wahyu Allah SWT.[18] Dari pengertian dua kata tersebut, karakteristik

ajaran Islam dapat diartikan sebagai suatu ciri khas dari ajaran yang diajarkan

Nabi Muhammad yang mempelajari tentang berbagai ilmu pengetahuan dan

(17)

termasuk ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan,

lingkungan hidup, dan disiplin ilmu, yang kesemuanya itu berpedoman kepada

Al-Qur’an dan Hadits. Dari sini dapat dilihat bahwa Islam memiliki karakteristik

yang universal sehingga mampu menjangkau lapisan masyarakat yang berlainan

dan beragam model dan bentuknya. Dan dengan itulah Islam memberikan banyak

solusi dalam berbagai bidang kehidupan disepanjang zaman. Dan inilah yang

merupakan karakteristik dari ajaran Islam yang hakiki.

1. Normativitas

Kata normatif berasal dari bahasa Inggris norm yang berarti norma ajaran,

acuan, ketentuan tentang masalah yang baik dan buruk yang boleh

dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.[1] Pada aspek normativitas, studi

Islam agaknya masih banyak terbebeni oleh misi keagamaan yang bersifat

memihak sehingga kadar muatan analisis, kritis, metodologis, historis,

empiris terutama dalam menelaah teks-teks atau naskah keagamaan produk

sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan, kecuali dalam lingkungan

peneliti tertentu yang masih sangat terbatas.

2. Historisitas

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadaminta mengatakan

sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa

(18)

terlihat menekankan kepada materi peristiwanya tanpa mengaitka dengan

aspek lainnya. Sedangkan dalam pengartian yang lebih komprehensif suatu

peristiwa sejarah perlu juga di lihat siapa yang melakukan peristiwa

tersebut, dimana, kapan, dan mengapa peristiwa tersebut terjadi.

Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud

dengan sejarah Islam adalah peristiwa atau kejadian yang sungguh-sungguh

terjadi yang sluruhnya berkaitan dengan ajaran Islam diantara cakupannya

itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan

dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan

penyebaran agama Islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang

di capai umat Islam dalam berbagai bidang,seperti dalam bidang pengetauan

agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik, pemerintahan,

peperangan, pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya.

d. Moralitas Islam: ibadah, pendidikan, ilmu dan sosial 1. Dalam Bidang Ibadah

Secara harfiah ibadah berarti bakti manusia kepada Allah Swt. Karna

didorong dan dibangkitkan oleh akidah tauhid. Majelis Tarjih Muhammadiyah

mendefinisikan ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan

mentaati segala perintahnya, menjauhi segala larangannya, dan mengamalkan

(19)

umum adalah segala amalan yang diizinkan Allah, sedangkan yang khusus ialah

apa yang telah ditetapkan Allah akan perincian-perinciannya, tingkat, dan

cara-caranya yang tertentu.

Hal demikian menurut Ahmad Amin, dilakukan sebagai arti dan pengisian

dan makna islam yaitu berserah diri, patuh, dan tunduk guna mendapatkan

kedamaian dan keselamatan. Itulah yang selanjutnya membawa manusia menjadi

hamba yang saleh, sebagaimana dinyatakan tuhan : hamba Allah yang saleh

adalah yang berlaku rendah hati (tidak sombong dan tidak angkuh), jika mereka

diejek oleh orang bodoh mereka selalau berkata selamat dan damai. (Qs. 25:63).

Ketenangan jiwa, rendah hati, menyandarkan diri kepada amal saleh dan ibadah,

dan tidak kepada nasab keturunan, semua itu adalah gejala kedamaian dan

keamanan sebagai pengalaman dari ibadah.

Visi islam tentang ibadah adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajaran

islam itu sendiri yang sejalan dengan tugas penciptaan manusia, sebagai mahluk

yang hanya diperintahkan agar beribadah kepadanya.

2. Bidang pendidikan

Islam memandang bahwa pendidikan adalah hak bagi setiap orang

(education for all), laki-laki atau perempuan, dan berlangsung sepanjang hayat

(long life education). Dalam bidang pendidikan islam memiliki rumusan yang

jelas dalam bidang tujuan, kurikulum, guru, metode, sarana dan lain sebagainya

(20)

kandungan surah Al-alaq. Didalam alquran dapat dijumpai berbagai metode

pendidikan seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi,

penugasan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita, hukuman, nasehat, dan

sebagainya. Berbagai metode tersebut dapat digunakan sesuai materi yang

diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak membosankan anak

didik.

3. Bidang Ilmu Dan Kebudayaan

Moralitas islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan dapat

dilihat dari 5 ayat pertama surah Al-Alaq yang diturunkan tuhan kepada nabi

Muhammad Saw. Pada ayat tersebut terdapat kata Iqra’ yang diulang sebanyak 2

kali. Kata tersebut menurut A. Baiquni, selain berarti membaca dalam arti biasa,

juga berarti menelaah, mengobservasi, membandingkan, mangukur,

mendeskripsikan, menganalisis, dan penyumpulan secar induktif.

Pentingnya ilmu hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu

sama nilainya dengan jihad dijalan Allah. Islam menempuh cara demikian, karna

dengan ilmu pengetahuan tersebut seseorang dapat meningkatkan kualitas dirinya

untuk meraih berbagai kesempatan dan peluang

4. Bidang Sosial

Menurut penelitian yang dilakukan Jalaluddin Rahmat, islam ternyata

(21)

Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tampat mengabdi

kepada Allah. Muamalah jauh lebih luas dari pada ibadah dalam arti khusus). Jika

kita menjalankan ritual ibadah tidak diterima Allah bila pelakunya melanggar

norma-norma muamalah.

e . Islam dan Wacana Pembaharuan a. Pengertian pembaharuan islam

Disebagian umat islam teradisional hingga saat ini tampat ada perasaan

seperti belum mau menerima apa yang dimaksud dengan pembaruan islam,

disebabkan karna salah persepsi dalam memahami arti pembaruan islam. Mereka

memandang bahwa pembaruan islam adalah membuang ajaran islam yang lama

diganti dengan ajaran islam baru, padahal ajaran islam yang lama itu berdasarkan

ijtihad para ulama besar yang dalam ilmunya, taat beribadah dan unggual

kepribadiannya, sedangkan ulama yang ada sekarang dipandang kurang

mendalami ilmu agamanya, kurang taat dalam ibadahnya, dan kurang baik budi

pekertinya.

Ada pula yang memahami pembaruan islam dengan mengubah al-quran

dan hadis, memahami al-quran dan hadis menurut selera orang yang

memahaminya, atau mencocok-cocokkan makna alquran dan hadis dengan makna

yang dimaui oleh orang yang menafsirkannya, sehingga alquran dan hadis

menjadi semacam stempel yang melegetimasi segala perbuatan yang dilakukan

(22)

Pembaruan islam sebenarnya bukan sebagaimana yang dipersepsikan

oleh sementara kaum tradisioanal diatas. Pembaruan islam adalah upaya-upaya

untuk menyesuaikan paham keagamaan islam dengan perkembangan baru yang

ditimbulkan kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi moderen. Dengan

demikian pembaruan dalam islam bukan berarti mengubah, mengurangi, atau

menambah, teks alquran maupun teks alhadis, melaiankan hanya mengubah atau

menyesuaikan paham atas keduanya sesuai dengan perkembangan zaman. Selain

itu pembaruan dalam islam dapat pula berarti mengubah keadaan umat agar

mengikuti ajaran yang terdapat didalam al-quran dan al-sunnah.

Dalam beberapa pemikiran pembaruan tersebut, terlihat bahwa yang

dimaksud dengan pembaruan dalam islam, bukan mengubah quran dan

al-hadis, tetapi justru kembali kepada al-quran dan al-al-hadis, sebagai sumber ajaran

islam yang pertama.

b. Masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan umat islam

a. Problem Teologis

Terdapat banyak problem yang menghinggapi pada kehidupan umat

beragama. problem teologis misalnya yang merupakan turunan dari

ideologi. Keyakinan penganut setiap agama yang ada, sehingga tidak jarang

membuahkan truth claim sebagai pemilik mutlak kebenaran tuhan, sehingga

agama diluar agama yang dianut tidak lebih dari agama palsu/ bahkan

(23)

Problem teologis ini seakan - akan mendapatkan legitimasi dari kitab suci

yang dipahami secara rigit – tekstual, sehingga pemahaman atas teks suci

keagamaan tidak memasukkan dimensi sosial historis yang menjadi bagian

dari basis munculnya teks suci tiap-tiap agama terutama yang menyangkut

pada agama ibrahim. Dan tiga agama ibrahim ini akhirnya tidak pernah

lepas dari pertentangan dan bahkan perebutan wilayah dakwah- misi unntuk

memperluas penganut jama’ah di tengah masyarakat.

b. Problem Kultural

Selain problem teologis, problem cultural juga menjadi bagian dari rumitnya

kehidupan umat beragama yang harus direspons oleh islam. Misalnya

perpindahan agama, jika kita memiliki pemahaman yang tidak stereotype

tentang agama-agama. Sebenarnya perpindahan agama dapatlah dipandang

sebagai sebuah proses social yang wajar, tatkala perpindahan agama

dilakukan dengan cara sadar, tanpa paksaan, sebab dalam agama yang baru

diyakini dapat memberikan”keberkahan” dan keselamatan, perlindugan,

secara memadai atas kehidupan yang dialaminya. Perpindahan agama

karena itu, bukan merupakan persoalan teologis yang menghawatirka, sebab

kepenganutan agama dalam tradisi masyarakat kita, lebih dekat dengan

factor keturunan dan lingkungan. Bila bapak- nenek moyang kita dan

(24)

demikian pula jika beragama Kristen dan seterusnya, kita juga akan

beragama Kristen. Pendek kata, proses internalisasi keagamaan lebih banyak

dipengaruhi karna factor keturunan dan komunitasnya, bahkan teologis

apalagi politik.

c. Problem Struktural

Selain problem teologis dan problem cultural, ada juga problem structural.

misalnya, problem dominannya keterlibatan negara dalam urusan agama,

yakni adanya kompilasi hukum islam yang mengatur tentang kehidupan

umat beragama, tidak saja umat islam. Sebab dalam kompilasi hukum islam

mengatur pula tentang boleh tidaknya perkawinan antar- agama, hak

perwalian, hak pewaisan, dan hak pengadopsian anak.

Sebagai umat beragama yang berada dalam sebuah Negara, akhirnya

berada dalam dua simpang. Disatu pihak harus menaati peraturan-peraturan yang

dibutuh Negara, tapi di pihak lain harus menaati kaidah dari keyakinan agama

masing- masing. Di situlah kemudian ada ambiguitas dari para penganut agama

yang beragam ini. Para penganut agama tidak jarang menganut pandangan standar

ganda dalam beragama; memandang agama orang lain sebagai agama yang

memiliki kebenaran, tetapi kebenaran tersebut lebih rendah dari kebenaran agama

yang dianutnya. Pandangan agama seperti itu bukan pandangan yang pluralis tapi

bisa disebut lazy tolerance.

(25)

Oleh sebab, itu cara pandang standar ganda harus dirombak dengan

cara pandang pluralis, yang menempatkan kesetaraan dalam kebenaran agama.

Sehingga menumbuhkan adanya mutual trust antar umat beragama sebab, mutual

trust akan menghasilkan demokratisasi dalam kehidupan umat beragama yang

pluralistik.

BAB 3 PENUTUP a. Kesimpulan

a) Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Allah kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW, dimana agama Islam

sendiri memiliki pedoman pokok atau sumber ajaran yang berupa kitab suci

yang bernama Al-qur’an. Kemudian apabila dalam al-qur’an masih belum

terperinci maka Sunnah/Al-hadits sebagai pedoman yang kedua. selanjutnya

di dalam Islam juga dikenal adanya Ra’yu atau akal pikiran (ijtihad) yang

digunakan sebagai sumber pendukung untuk mendapatkan hukum bila di

dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ditemui.

b) Karakteristik ajaran Islam merupakan suatu ciri khas dari ajaran yang diajarkan Nabi Muhammad yang mempelajari tentang berbagai ilmu

pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama,

(26)

kesehatan, pekerjaan, lingkungan hidup, dan disiplin ilmu, yang kesemuanya itu

berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits. Jadi, Islam memiliki karakteristik

yang universal sehingga mampu menjangkau lapisan masyarakat yang

berlainan dan beragam model dan bentuknya.

c) Moralitas Islam bertujuan membuat manusia patut menduduki jabatannya, yakni membuatnya menjadi khalifah di bumi. Manusia yang demikian itu

adalah ideal. Dalam hadits Nabi Muhammad, perintah-perintah moral sangat

komprehensip meliputi nilai-nilai individual, sosial, fisikal, dan spiritual

(ibadah) agar manusia bisa hidup bahagia di dunia ini dan di alam baka.

d) Wacana pembaharuan Islam yang muncul sekarang ini datang karena di dalam tubuh islam merasa banyaknya persoalan-persoalan umat yang muncul, yang

berbeda dan hampir tidak ditemukan pada masa Rosulullah. Maka

bermunculan Organisasi-organisasi Islam yang saling mengkalim bahwa

mereka dapat mengatasi dan menjawab permasalahan-permasalahan umat

yang ada. Akan tetapi akan lebih baik cara pandang standar harus dirombak

dengan cara pandang pluralis, yang menempatkan kesetaraan dalam

kebenaran agama. Sehingga menumbuhkan adanya mutual trust antar umat

beragama sebab, mutual trust akan menghasilkan demokratisasi dalam

kehidupan umat beragama yang pluralistik, apalagi untuk sesama pemeluk

(27)

Demikian makalah ini kami sampaikan, namun kami sadar makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif

dan inovatif sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin, 1998, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), Cet. 5, hlm. 80

Abuddin Nata, Op. Cit., hlm. 82

Drs. M. Yatimin Abdullah, M. A, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta: Hamzah, 2006), Cet. 1, hlm. 23

Hameed, Hakim Abdul., Aspek-aspek Pokok Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), hlm. 72

Dikutip M. Hamidullah dalam Itroduction to Islami, hlm: 84. Op. Cit, hlm. 81-86

Referensi

Dokumen terkait

kurangnya kelengkapan sarana dan prasrana yang dimiliki SMA 17 Pagelaran dikarenakan minimnya dana yang dimiliki sekolah untuk memenuhi standar kelengkapan sarana

Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap 10 remaja putri dengan hasil 7 (70%) remaja putri tidak mengerti tentang dampak pernikahan dini dan 3 (30%) remaja putri

M’2012 Hitam Ful Ors V. pjk bln 7 bs krdt dp ringan. Tebet Timur Dalam II No. Akses UI No.. Kondisi Istimewa/ Full Ori. Tebet Timur Dalam II No. 16 Jakarta Barat. Sgt Bgs BU.

Sedangkan penggunaan pihak penyedia jasa di luar negeri untuk kegiatan TI lainnya seperti pengembangan program dan aplikasi yang digunakan Bank serta pemeliharaan

Dari hasil pengukuran bahwa besar nilai packet loss sebanding dengan besarnya background traffic yang digunakan, karena semakin padat trafik dari pengirim ke penerima

pekerja/buruh terhindar dari bahaya kecelakaan yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Perlindungan sosial dan perlindungan ekonomis

Mutasi salah arti Mutasi salah arti (missense mutation) (missense mutation) Susunan Susunan kromosom kromosom Jumlah Jumlah kromosom kromosom Delesi Delesi Duplikasi Duplikasi

Ordonansi Pengangkutan Udara No. 100), yang menyatakan: “…Apabila luka tersebut mengakibatkan kematian, maka suami atau isteri dari yang meninggal dunia, anak-anaknya, atau