• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP BENTUK PERILAKU SEKS BEBAS DAN CARA MENCEGAHNYA ANALYSIS OF KNOWLEDGE OF TEENS FREE SEX BEHAVIOUR AND HOW PREVENTED

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP BENTUK PERILAKU SEKS BEBAS DAN CARA MENCEGAHNYA ANALYSIS OF KNOWLEDGE OF TEENS FREE SEX BEHAVIOUR AND HOW PREVENTED"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP BENTUK PERILAKU SEKS

BEBAS DAN CARA MENCEGAHNYA

ANALYSIS OF KNOWLEDGE OF TEENS FREE SEX BEHAVIOUR

AND HOW PREVENTED

Rizka Lutfixa Sari dan Nur Hidayah

Prodi DIII KEBIDANAN STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Email: hidayahnurhidayah19@yahoo.com

Abstrak

Perilaku Pergaulan bebas dipengaruhi beberapa faktor antara lain pemahaman keluarga mengenai pergaulan bebas, kondisi keluarga yang tidak stabil, kurangnya kontrol dari orangtua, lingkungan yang tidak baik, salah dalam pemilihan teman, pemahaman remaja mengenai pergaulan bebas, dan teknologi informasi (internet). Salah satu dampak negatifnya adalah seks bebas telah banyak dilakukan oleh remaja dan meningkatnya penyakit menular seksual. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa tingkat pengetahuan remaja tentang bentuk perilaku seks bebas dan cara pencegahannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sampel sebanyak 76 responden, menggunakan kuesioner tertutup sebanyak 30 item. Teknik pengambilan sampel random sampling. Hasil penelitian yaitu tingkat pengetahuan remaja tentang bentuk perilaku seks bebas di kelas X SMA Negeri I Karanganom, dimana 37 responden (48,7%) dengan pengetahuan baik. pengetahuan remaja tentang cara mencegah seks bebas di kelas X SMA Negeri I Karanganom, dimana 50 responden (65,8%) dengan pengetahuan baik. Simpulan dari penelitian didapatkan bahwa sebagian besar remaja memiliki tingkat pengetahuan baik tentang bentuk perilaku seks bebas dan cara pencegahannya.

Kata kunci: Tingkat Pengetahuan, Seks Bebas pada Remaja

Abstract

The behavior of Promiscuity is influenced by several factors, among others are the family’s under standing on promiscuity, family conditions the are unstable of family conditions, the lack of the parent control, the not good environment, the folse of friends the selection, understanding of adolescents about promiscuity, and information technology (internet) , Th One of the negative impacts is promiscuity has been done by teenagers and the rising sexually transmitted diseases. The aim of this study is to analyze the level of adolescent knowledge about the form of free sex and how to prevent it. This research used descriptive method, the sample was 76 respondents, by using questionnaires which covered 30 items. The sampling technique was random sampling. The result of the research is the level of teenagers’s knowledge about the shape of free sex behavior in class X SMA I Karanganom, where 37 respondents (48.7%) had good knowledge. The teens knowledge about how to prevent free sex in class X SMA I Karanganom, consisted of 50 respondents (65.8%) had good knowledge. The conclusions of study was that most teenagers had a good level of knowledge about the form of free sex and knew how to prevente it

(2)

PENDAHULUAN

Remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung terhadap terhadap orang tua ke-arah kemandirian, minat-minat seksual, pere-nungan diri dan perhatian terhadap nilai-nilai es-tetika Perilaku Pergaulan bebas dipengaruhi be-berapa faktor antara lain pemahaman keluarga mengenai pergaulan bebas, kondisi keluarga yang tidak stabil, kurangnya kontrol dari orang-tua, lingkungan yang tidak baik, salah dalam pe-milihan teman, pemahaman remaja mengenai pergaulan bebas, dan teknologi informasi (inter-net). Salah satu dampak negatifnya adalah seks bebas telah banyak dilakukan oleh remaja dan meningkatnya penyakit menular seksual.

Dengan pesatnya perkembangan tekno-logi, ikut berkembang pula perkembangan rema-ja - remarema-ja di Indonesia. Ada yang menjurus ke hal positif dan hal negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah seks bebas. Dikalangan ja, seks bebas telah banyak dilakukan oleh rema-ja (Gunawan, 2011).

Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 me-nunjukan bahwa jumlah penduduk Indonesia sebesar 237,6 juta jiwa, 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri dari Laki-laki seba-nyak 32.164.436 jiwa (50,70 persen) dan perempuan sebanyak 31.279.012 jiwa (49,30 persen). Besarnya jumlah penduduk kelompok remaja ini akan sangat mempengaruhi pertum-buhan penduduk di masa yang akan datang. Penduduk kelompok umur 10-24 tahun perlu mendapat perhatian serius mengingat mereka masih termasuk dalam usia sekolah dan usia kerja, mereka akan memasuki angkatan kerja dan memasuki umur reproduksi. Apabila tidak dipersiapkan dengan baik remaja sangat berisiko terhadap perilaku seksual pranikah (BKKBN, 2011).

Kantor Urusan Agama (KUA) Prambanan Klaten mencatat sebanyak 25% wanita di Prambanan hamil sebelum diikat secara resmi dalam pernikahan. Kasus ini didominasi oleh wanita yang masih berusia muda, cukup banyak di antaranya yang hamil dengan status sebagai pelajar. Rata-rata wanita yang hamil itu ditemukan menjelang kelulusan SMA/SMK. Diduga hal itu terjadi karena derasnya arus informasi yang terbuka tanpa disaring oleh masyarakat dan kemerosotan moral karena lemahnya pengawasan orangtua, pemahaman agama dan hukum (Angriawan, 2013).

Seksual adalah sesuatu yang berkaitan de-ngan alat kelamin atau hal-hal yang berhu-bungan dengan perkara-perkara huberhu-bungan intim antara laki-laki dan perempuan (Dewi, 2012).

Menurut Desmita (2005) pengertian seks bebas adalah segala cara mengekspresikan dan melepaskan dorongan seksual yang berasal dari kematangan organ seksual, seperti berkencan intim, bercumbu, sampai melakukan kontak sek-sual, tetapi perilaku tersebut dinilai tidak sesuai dengan norma karena remaja belum memiliki pengalaman tentang seksual.

Seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang dilakukan diluar hubungan pernikahan (Sarwono, 2003).

Reiss (dalam Duvall & Miller 1985), membagi bentuk perilaku seks pranikah itu men-jadi beberapa kategori, yaitu: (1) Bersentuhan (touching), antara lain berpegangan tangan, berpelukan. (2) Berciuman (kissing), batasan dari perilaku ini adalah mulai dari hanya sekedar kecupan (light kissing), sampai dengan (french kiss) yaitu adanya aktivitas atau gerakan lidah di mulut (deep kissing). (3) Bercumbu (petting), yaitu merupakan bentuk dari berbagai aktivitas fisik secara seksual, antara pria dan perempuan, yang lebih dari sekedar berciuman atau berpe-lukan yang mengarah kepada pembangkit gairah seksual, namun belum sampai berhubungan kelamin. Pada umumnya bentuk aktivitas yang terlibat dalam petting ini, melibatkan perilaku mencium, menyentuh atau meraba, menghisap, dan menjilat pada daerah-daerah pasangan; se-perti mencium payudara pasangan perempuan, atau mencium alat kelamin pasangan pria. (4) Berhubungan kelamin (sexsual intercourse), yaitu adanya kontak antara penis dan vagina, dan terjadi penetrasi penis kedalam vagina.

(3)

menikmati atau memuaskan dorongan seksual. (3) Perilaku homoseksual dijadikan sebagai se-bagai sarana latihan remaja untuk menyalurkan dorongan seksual yang sebenarnya di masa yang akan datang (Dewi, 2012).

Dampak perilaku seks bebas pada remaja yaitu: (1) Kehamilan tidak diinginkan. (2) Aborsi. (3) Penyakit menular seksual (PMS). (Gunawan, 2011).

Dampak Psikologi, dalam pandangan ma-syarakat, remaja putri yang hamil merupakan aib keluarga, mencoreng nama baik keluarga. Peng-hakiman sosial ini tidak jarang membuat remaja putri diliputi perasaan bingung, cemas, malu dan bersalah yang dialami remaja setelah menge-tahui kehamilannya. Selain itu remaja yang ter-bukti hamil terancam dikeluarkan dari sekolah.

Cara mencegah perilaku seks bebas pada remaja yaitu : (1) Adanya kasih sayang, per-hatian dari orang tua dalam hal apapun serta pengawasan yang tidak bersifat mengekang. (2) Pengawasan yang intensif terhadap media ko-munikasi. (3) Menambah kegiatan yang positif di luar sekolah, misalnya kegiatan olahraga.(4) Pembinaan remaja yang berhubungan dengan kesehatan produksi. (5) Perlu adanya sikap tegas dari pemerintah dalam mengambil tindakan ter-hadap pelaku seks bebas.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N I Karang-anom pada bulan Mei 2013. Populasi yang digunakan dalam penelitian seluruh siswa atau siswi kelas X SMA Negeri I Karanganom yang berjumlah 306 orang, dengan jumlah sampel 76 orang responden. Teknik pengambilan sampling dengan Random Sampling. Metode pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling dengan teknik undian. Dengan alat pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus dengan rumus Pearson Product Moment dan Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus Spearman Brown. Analisa data yang digunakan adalah analisis unvariate. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Karakteristik responden berdasarkan umur siswa kelas X SMA Negeri I Karanganom, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Bentuk Perilaku Seks Bebas No Pengetahuan Jumlah Persentase(%)

1 Baik 37 48,7

2 Cukup 30 39,5

3 Kurang 9 11,8

Total 76 100,0

Tabel 1 menunjukkan tingkat pengetahuan remaja tentang bentuk perilaku seks bebas di kelas X SMA Negeri I Karanganom, dimana 37 responden (48,7%) dengan pengetahuan baik.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Cara Mencegah Seks Bebas No Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

1 Baik 50 65,8

2 Cukup 15 19,7

3 Kurang 11 14,5

Total 76 100,0

Tabel 2 menunjukkan tingkat pengetahuan remaja tentang cara mencegah seks bebas di kelas X SMA Negeri I Karanganom, dimana 50 responden (65,8%) dengan pengetahuan baik. Pembahasan

Dalam penelitian ini karakteristik res-ponden berdasarkan pendidikan siswa kelas X SMA Negeri 1 Karanganom, semua responden mempunyai tingkat pendidikan yang sama SMA sebanyak 76 responden (100%). Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pen-didikan dapat mempengaruhi seseorang ter-masuk perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap ber-peran serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

(4)

dengan lawan jenis, onani (kelainan perilaku seks yang biasa dilakukan oleh remaja laki-laki dengan cara mengeluarkan air mani oleh ta-ngan), masturbasi (cara wanita untuk merang-sang dirinya sendiri) serta homoseksual yang merupakan kelainan perilaku seks yang dila-kukan oleh dua individu yang berjenis kelamin sama. Sedangkan menurut Dewi (2012) bentuk perilaku seks bebas pada remaja meliputi mas-turbasi, onani, sentuhan, pegangan tangan sam-pai pada ciuman dan sentuhan-sentuhan seks dan homoseksual.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden tergolong ketegori baik dalam mema-hami tentang bentuk - bentuk perilaku seks bebas. Pemahaman yang baik mengenai bentuk – bentuk perilaku tentang seks bebas dimung-kinkan karena mayoritas responden berusia 16 tahun dan sudah mengenal pacaran. Sehingga tanpa disadari perilaku yang ditunjukkan remaja yang berpacaran seperti bersentuhan, pegangan tangan, pelukan dan ciuman sudah termasuk bagian dari bentuk seks bebas.

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan sebagi-an besar siswa mempunyai pengetahusebagi-an ysebagi-ang baik tentang cara mencegah seks bebas, yaitu sebanyak 50 responden (65,8%). Berdasarkan hasil jawaban dari responden, kebanyakan res-ponden mengetahui cara mencegah perilaku seks bebas yaitu kasih sayang orang tua sangat mem-pengaruhi perilaku remaja, berfikir positif dan mendekatkan diri pada Tuhan, mengikuti ekstra-kulikuler basket di sekolah, mengikuti penyu-luhan tentang bahaya seks bebas dan membatasi media-media yang berbau pornografi. Sedang-kan menurut Sigmund Freud, cara mencegah perilaku seks bebas pada remaja yaitu adanya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun serta pengawasan yang tidak bersifat mengekang sebagai contoh, yaitu orangtua boleh saja membiarkan remaja melakukan apa saja yang masih sewajarnya. Apabila menurut penga-wasan remaja telah melewati batas yang sewa-jarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditang-gungnya. Pengawasan yang intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone yang mengandung unsur pornografi. Penambahan kegiatan yang positif di luar seko-lah, misalnya kegiatan olahraga, dikembangkan model pembinaan remaja yang berhubungan de-ngan kesehatan produksi dan perlunya bim-bingan kepribadian di sekolah, karena sekolah

tempat anak lebih banyak menghabiskan wak-tunya selain di rumah serta sikap tegas dari pemerintah dalam mengambil tindakan terhadap pelaku seks bebas misal penghapusan jaringan internet yang mengandung unsur pornografi.

Selain cara – cara diatas atas upaya yang bisa dilakukan orangtua adalah Perlunya pem-belajaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya. Sebagai orang tua harus menjadi tempat curhat yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.

Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa rema-janya dengan baik dan figur orang dewasa yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Remaja membentuk keta-hanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk mela-kukan hobi. Kemauan orangtua untuk mem-benahi kondisi keluarga sehingga tercipta kelu-arga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja. Hasil ini menunjukkan mayoritas pengetahuan responden tergo-long ketegori baik dalam memahami tentang bentuk perilaku seks bebas dan cara mencegah perilaku seks bebas, dimungkinkan karena banyaknya pilihan ekstrakulikuler sekolah sehingga responden mempunyai kegiatan – kegiatan positif diluar jam sekolah. Hal ini merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya perilaku seks bebas.

SIMPULAN

(5)

hanya berfokus pada remaja tetapi juga peran orang tua, guru dan pemerintah juga harus mendukung dalam rangka menjaga remaja agar tidak terjerumus dalam perilaku seks bebas.

DAFTAR PUSTAKA

Angriawan, Shoqib. 2013. Hamil Diluar Nikah. http://www.solopos.com/2013/02/28/hamil -luar-nikah-duh-kua-prambanan-klaten- catat-25-persen-pengantin-sudah-hamil-420731 diakses 12 Maret 2013 19:06 WIB

BKKBN, 2011. Kajian Profil Penduduk Remaja. http://www.bkkbn.go.id/litbang.pdf di ak-ses pada tanggal 22 februari 2013 jam 23:35 WIB

Dewi, H. 2012. Memahami Perkembangan Fisik Remaja. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Gunawan, A. 2011. Remaja dan

Permasalahan-nya. Yogyakarta: Hanggar Kreator. Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi

Rema-ja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja.

Jakarta: Rajawali Pers.

Septiyaning, Indah. 2013. Tinggi Kasus Remaja Terjerat Seks Bebas dan Narkoba. http://www.solopos.com/2013/02/11/tinggi -kasus-remaja-terjerat-seks-bebas-dan-narkoba-378017 diakses 24 februari 2013 jam 22:10 WIB

Gambar

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Tentang Cara Mencegah Seks Bebas

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pembayaran biaya jaminan persalinan pada pemberi pelayanan kesehatan/fasilitas kesehatan tingkat pertama (Puskesmas dan jaringannya) dibayar dengan pola klaim

Dari penelitian ini, penulis menemukan bahwa menurut perspektif jemaat Khonghucu bahwa ajaran dalam agama mengenai kebajikan perlu diimplementasikan dalam

Hasil olah data dengan korelasi product moment pada 72 siswa dengan bantuan SPSS, menunjukkan bahwa nilai R= 0,894 p-value =0,000 < 0,05 yang artinya bahwa ada

drop atau tidak digunakan. Soal yang valid adalah sebanyak 22 soal dan drop 8 soal dari. total 30 butir soal dengan tingkat

Puji Syukur kepada Tuhan YME atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan thesis yang berjudul “ Analisis Pengaruh Tingkat Pelayanan Frontliner

hanya untuk membelah kayu, ada yang didesain khusus untuk memotong dan ada pula yang difungsikan untuk fungsi 'kombinasi' dalam arti baik untuk membelah maupun untuk memotong.

diperoleh formula V dengan komposisi gliserol 100% sebagai formula optimum yang memenuhi persyaratan sediaan gel, memiliki diameter daya sebar 4,18 cm,

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di setiap Badan Publik wajib melakukan pengujian tentang konsekuensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dengan seksama dan penuh