i KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Identifikasi Faktor-Faktor Penentu Lokasi Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA Dr. Soetomo Surabaya”. Tugas ini merupakan syarat wajib bagi mahasiswa dalam penyelesaian mata kuliah
Analisa Lokasi dan Keruangan. Laporan ini menjelaskan tentang bagaimana penulis
mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang di prioritaskan dalam penentuan lokasi
SMP dan SMA Dr. Soetomo Surabaya, faktor-faktor penentuan lokasi tersebut
ditinjau dari sudut pandang penglola yayasan sekolah sebagai yang menyediakan
fasilitas tersebut serta wali murid sebagai pihak yang akan menikmati fasilitas
tersebut.
Dalam proses penulisan laporan, penulis turut dibantu oleh dosen
pembimbing mata kuliah. Oleh karena itu penulis berterimakasih kepada seluruh
pihak yang telah terlibat dalam pembuatan laporan. Dengan segala kerendahan hati
penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan laporan masih jauh dari
sempurna. Kritik dan saran sangat diperlukan untuk dijadikan sebagai acuan
tugas-tugas selanjutnya.
Demikianlah laporan penelitian ini disusun, semoga bermanfaat bagi
berbagai pihak dan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Manfaat ... 2
1.4. Sistematika Penulisan ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1. Definisi Fasilitas Pendidikan ... 3
2.2. Teori Penentuan Lokasi ... 3
2.3. Standar Pelayanan Minimal Fasilitas Pendidikan ... 5
2.3.1. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional RI ... 5
2.3.2. Standar dan Ketentuan Mengenai Daerah Layanan Fasilitas Pendidikan Menengah .... 6
2.3.3. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan ... 6
2.4. Faktor Penentu Lokasi Pendidikan ... 10
2.4.1. Faktor Aksesibilitas ... 10
2.4.2. Faktor Lingkungan ... 11
2.4.3. Faktor Kependudukan ... 11
2.4.4. Faktor Kapasitas ... 11
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI ... 12
3.1. Fakta Aksesibilitas ... 13
3.2. Fakta Lingkungan ... 13
3.3. Fakta Kependudukan ... 14
3.4. Fakta Kapasitas... 15
BAB IV ANALISIS ... 16
4.1. Jenis Penelitian ... 16
4.2. Faktor Penelitian ... 16
4.3. Metode Pengumpulan Data ... 17
iii
4.3.2. Survey Sekunder ... 17
4.4. Teknik Analisis Data ... 17
4.5. Hasil Analisa dan Pembahasan ... 18
4.5.1. Sudut Pandang Pengelola Sekolah ... 19
4.5.2. Sudut Pandang Orang Tua Siswa... 21
BAB V KESIMPULAN ... 25
5.1. Kesimpulan ... 25
5.2. Rekomendasi ... 26
LAMPIRAN ... 27
DAFTAR PUSTAKA ... 30
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Tabel 1. Tabel Faktor Penentu Lokasi Fasilitas Pendidikan beserta Sumber ... 4
Tabel 2. Tabel Kebutuhan Saranan Pendidikan dan Pembelajaran ... 7
Tabel 3. Tabel Kebutuhan Luas Lantai dan Lahan Sarana Pendidikan Menuru Tipe Sekolah ... 7
Tabel 4. Tabel Faktor Penentu Lokasi Pendidikan beserta Keterangan ... 16
Gambar 1. Gambar Lokasi SMP dan SMA Dr. Soetomo ... 12
Gambar 2. Kondisi Ruas Jalan Sekolah ... 13
Gambar 3. Gambar Tabel Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menengah ... 15
Gambar 4. Hasil Analisis Faktor Penentu Lokasi Fasilitas Pendidikan ... 19
Gambar 5. Hasil Analisis Faktor Kependudukan ... 19
Gambar 6. Hasil Analisis Faktor Lingkungan ... 20
Gambar 7. Hasil Analisi Faktor Aksesbilitas ... 20
Gambar 8. Hasil Analisis Faktor Kapasitas ... 21
Gambar 9. Hasil Analisis Faktor Penentu Lokasi Fasilitas Pendidikan ... 21
Gambar 10. Hasil Analisis Faktor Lingkungan ... 22
Gambar 11. Hasil Analisis Faktor Aksesbilitas ... 22
Gambar 12. Hasil Analisis Faktor Kependudukan ... 23
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perencanaan lokasi pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk
mencapai keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang melalui pemilihan
alternatif rencana yang rasional, sistematis, mengenai apa yang akan dilakukan,
bagaimana melakukannya, siapa pelaksananya dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan lebih efektif dan efisien
sehingga proses pendidikan itu dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat.
Penetapan fasilitas pendidikan bertujuan untuk memberikan pelayanan fasilitas
/ sarana pendidikan yang optimal bagi masyarakat. Sarana pendidikan adalah
semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar. Dengan adanya
sarana pendidikan diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar,
teratur, efektif dan efisien. Untuk mencapai pelayanan yang optimal, maka faktor
yang perlu ditetapkan meliputi jangkauan pelayanan sekolah, jumlah penduduk yang
diperlukan untuk mendukung adanya fasilitas tersebut (Eko, 1987). Sebelum
diadakan penataan dan pengaturan kebutuhan, diperlukan perencanaan,
pengadaan, dan penyimpanan serta penempatan barang, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan pada penempatan diantaranya adalah mudah dijangkau (ada
kendaraan umum), jauh dari keramaian, jauh dari tempat berbahaya, lingkungan
yang aman dan kondusif.
Lokasi yang menjadi bahan studi adalah lokasi pendidikan SMP dan SMA
Dr.Soetomo, Surabaya. Fasilitas pendidikan tersebut berada di lokasi Kelurahan
Menur Pumpungan Surabaya. Dimana lokasi tersebut merupakan kawasan yang
memiliki karakteristik variable yang kompleks, baik itu aspek lingkungan,
aksesibilitas, kependudukan, pola distribusi. Dasar yang menjadi pertimbangan
pemilihan lokasi pendidikan tersebut adalah perlu adanya evaluasi terkait lokasi
SMP dan SMA Dr.Sutomo baik dari sudut pandang pengelola yayasan fasilitas
pendidikan dan dari sudut pandang masyarakat.
Pasalnya berdasarkan pengamatan kondisi eksisting permasalahan yang
menjadi prioritas di kawasan studi ada pada faktor aksesibilitas, yaitu berupa jalan
yang relatif sempit. Namun demikian masyarakat merasa biasa yang tidak tergangu
2 terhadap variable-variable terkait penentuan lokasi fasilitas pendidikan SMP dan
SMA Dr. Sutomo, Surabaya. Dan diperoleh variable apa yang paling mempengaruhi
penentuan lokasi.
1.2. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah identfikasi faktor-faktor penentu lokasi fasilitas pendidikan yang tepat.
1.3. Manfaat
Untuk mencapai tujuan, sasaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan faktor-faktor penentuan lokasi pendidikan berdasarkan
preferensi
masyarakat
2) Mengidentifikasi kesesuaian antara faktor-faktor penentu lokasi Fasilitas
Pendidikan berdasarkan preferensi masyarakat
3) Mengidentifikasi kesesuaian lokas Fasilitas Pendidikan dengan faktor-faktor
penentuan lokasi perumahan berdasarkan preferensi masyarakat
1.4. Sistematika Penulisan
Adapun penyusunan makalah ini akan dibahas sesuai dengan sistematika
penulisan yang disajikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN : Bab ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan serta sistematika pelaporan dalam penyusunan faktor-faktor
penentuan lokasi fasilitas pendidikan yang ideal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA : Bab ini berisi landasan teori yang digunakan atau dijadikan pedoman dalam melakukan suatu proses analisa. Tinjauan
pustaka pada penelitian ini menyangkut teori dan konsep mengenai penentuan
lokasi fasilitas pendidikan
BAB III METODE STUDI : Bab ini berisi gambaran umum, bagan alur studi, metode pengambilan data, dan metode analisis yang digunakan dalam
melakukan analisis dalam studi ini.
BAB IV PEMBAHASAN : Bab ini akan dijelaskan pembahasan mengenai hasil dari analisis dalam pelitian tentang Penentuan Lokasi Fasilitas Pendidikan di
3 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan merupakan salah satu sarana yang harus terpenuhi dalam
suatu kota maupun wilayah. Suatu fasilitas pendidikan sangat penting dalam dunia
pendidikan karena dapat menunjang penyelenggaaan proses belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Ibrahim Bafadal (2003:
2),sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur mutu
sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Sedangkan pengertian sarana
pendidikan menurut (Tim Penyusun Pedoman Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses
belajar mengajar, baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, agar pencapaian
tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.Jadi
dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikanadalah “semua perangkatan peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah”.
2.2. Teori Penentuan Lokasi
Dalam menentukan suatu lokasi pendidikan, diperlukan variable atau faktor
yang mempengaruhi penentuan lokasi tersebut. Penentuan lokasi pendidikan
berdasarkan pada teori yang telah ada dan di compare dengan standar pelayanan
fasilitas pendidikan.
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang ( spatial order) kegiatan
ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang
potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan
berbagai macam usaha/kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006).
Menurut Tarigan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam penentuan suatu
faktor lokasi adalah aksesibilitas. Tingkat aksesibilitas merupakan tingkat
kemudahan di dalam mencapai dan menuju arah suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain
di sekitarnya (Tarigan, 2006). Menurut Tarigan, tingkat aksesibilitas dipengaruhi oleh
jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur
4 Suatu kawasan atau wilayah dan faktor yang ada di sekitarnya berkaitan
dengan lokasi sekolah yang dapat mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat.
Lokasi pendidikan dapat dikaitkan dengan konsep teori tempat sentral ( central place
theory ) menurut Christaller. Konsep dalam teori ini adalah adanya range dan
threshold Range merupakan jarak yang ditempuh konsumen meuju suatu tempat
untuk mendapatkan pelayanan, edangkan threshold merupakan jumlah penduduk
minimal yang dibutuhkan suatu unit pelayanan sebelum dapat beroperasi secara
menguntungkan (Daldjoeni : 1992 : 104).
Apabila dikaitkan dengan fasilitas pendidikan maka luas jangkauan pelayanan
pendidikan minimal sangat tergantung pada tingkat kepadatan penduduk pada
wilayah. Makin tinggi kepadatan penduduk makin kecil wilayah jangkauan pelayanan
pendidikan begitu juga sebaliknya. Menurut Teori tempat central jenis pelayanan
jasa dapat dikelompokkan kepada :
a. Pelayanan perbaikan (repair work) dan pekerjaan lain dari yang sejenis
b. Distribusi dan pengankutan barang-barang
c. Pelayanan akan administrasi, pendidikan dan informasi
d. Pelayanan keamanan dan kesehatan
Berikut variable yang mempengaruhi penentuan lokasi berdasarkan teori yang
telah dikemukakan oleh ahli.
Tabel 1. Tabel Faktor Penentu Lokasi Fasilitas Pendidikan beserta Sumber
No. Faktor Sub Faktor Sumber
1. Aksesibilitas Jarak lokasi sekolah dengan rumah murid
Waktu capai terhadap lokais sekolah dari rumah murid
Kemudahan mendpatkan sarana transportasi umum
Kondisi prasarana transportias
Tarigan; Charles G.
3. Kependudukan Jumlah penduduk usia sekolah menengah
Claire, 1979 ;
5 Partisipasi penduduk terhadap
pendidikan
4. Kapasitas Luas sekolah
Daya tampung sekolah
Daldjoeni
Sumber: Analisa 2016
2.3. Standar Pelayanan Minimal Fasilitas Pendidikan
Dasar penyediaan sarana pendidikan ini juga mempertimbangkan pendekatan
desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini
dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai
konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar
sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Perencanaan
sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai,
dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar
harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, serta sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan
sarana pendidikan harus memperhatikan standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
2.3.1. Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional RI
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun
2007 yang mencakup sarana dan prasarana untuk SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA. Ketentuan yang diatur dalam standar ini meliputi satuan:
a. Satuan pendidikan
b. Luasan lahan
c. Bangunan gedung
d. Prasarana dan sarana
Penelitian ini hanya akan meninjau mengenai satuan pendidikan yang di
dalamnya diatur mengenai banyaknya rombongan belajar, batas maksimum
6 2.3.2. Standar dan Ketentuan Mengenai Daerah Layanan Fasilitas
Pendidikan Menengah
Dalam standar fasilitas pendidikan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, bahwa kriteria lokasi fasilitas pendidikan untuk Sekolah
Menengah, yaitu:
1. Mudah dicapai dari setiap bagian kecamatan.
2. Dapat dicapai oleh murid selama kurang dari 45 menit berjalan kaki.
3. Jauh dari pusat keramaian (pertokoan, perkantoran, perindustrian).
Selain pedoman Dalam standar fasilitas pendidikan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat pedoman perencanaan gedung sekolah
dari Departemen Pekerjaan Umum yang memiliki ketentuan sebagai berikut:
1. Direncanakan dengan kecenderungan perkembangan kota. 2. Kepadatan dan potensi penduduk (% penduduk usia sekolah)
3. Radius pencapaian ditentukan oleh jarak capai/tempuh, faktor usia,
kemampuan fisik siswa, dan sarana transportasi.
Syarat lokasi bangunan sekolah terhadap lingkungan adalah tercapainya:
kenyamanan, ketenangan, kesehatan, dan keamanan.
2.3.3. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Dokumen yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional ini merupakan Standar Nasional Indonesia berisikan tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan. Salah satunya berisikan tentang standar
perencanaan kebutuhan sarana pendidikan dan pembelajaran yang memuat
7 Tabel 2. Tabel Kebutuhan Saranan Pendidikan dan Pembelajaran
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
Tabel 3. Tabel Kebutuhan Luas Lantai dan Lahan Sarana Pendidikan Menuru Tipe Sekolah
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
8 2.4. Metode AHP (Analytical Hierarcy Process)
2.4.1. Pengertian AHP
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan
oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan
masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki,
menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari
sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana
level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan
seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Secara kualitatif,
metode ini mendefinisikan masalah dan penilaian. Sedangkan secara kuantitatif,
AHP melakukan perbandingan dan penilaian untuk mendapatkan solusi. Kekuatan AHP terletak pada struktur hirarkinya yang memungkinkan seseorang
memasukkan semua faktor penting, nyata dan mengaturnya dari atas ke bawah
mulai dari tingkat yang paling penting ke tingkat yang berisi alternatif, untuk
dipilih mana yang terbaik. Metode AHP juga merupakan suatu teori umum
mengenai pengukuran. AHP digunakan untuk mengurutkan skala rasio dari
beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu.
Metode Saaty (Analisis Hirarki Proses) yang digunakan dalam studi ini
dikarenakan metode ini mempunyai keuntungan antara lain (Saaty, 1993:27):
a. Mekanisme pendekatan, yaitu suatu konsep operasional guna
menyelesaikan studi proyek ini secara terarah dan sesuai dengan kerangka
acuan kerja. Termasuk dalam pola dan konsep operasional tersebut adalah
cara yang digunakan dalam menggali dan menemukan permasalahan yang
ada. Selanjutnya setiap data dan fakta yang masuk dianalisis dengan
metode standar dan berbagai pemanfaatan ilmiah lainnya, serta standar
perencanaan tata ruang yang berlaku. Metode ini adalah suatu cara praktis
untuk menangani secara kualitatif bermacam hubungan fungsional dalam
suatu jaringan yang kompleks.
b. Mempunyai kemampuan memadukan perencanaan ke depan (yang
diproyeksikan) dan perencanaan ke belakang (yang diinginkan) dengan
9 c. Merupakan cara baru untuk menganalisa suatu permasalahan dengan
kemampuan memadukan data yang sudah ada dengan pertimbangan
subyektif tentang faktor-faktor tak wujud, memasukkan pertimbangan beberapa orang dalam memecahkan konfliks, melakukan analisis
sensitivitas dan revisi biaya murah, menggunakan prioritas marginal
maupun prioritas rata-rata untuk membimbing pengalokasian, meningkatkan
kemampuan manajemen untuk melakukan pertimbangan secara eksplisit.
d. Suatu teknik yang melengkapi berbagai teknik lain, prioritas
(meminimaumkan resiko) untuk memilih proyek atau aktivitas.
e. Suatu pengganti tunggal untuk aneka ragam skema untuk memproyeksikan
masa depan dan melindungi terhadap resiko dan ketidakpastian.
2.4.2. Prinsip Dasar dan Aksioma AHP
AHP didasarkan pada 3 prinsip dasar yaitu:
a. Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi
bagian-bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum
sampai khusus. Dalam bentuk yang paling sederhana struktur akan
dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan
alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih
detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain.
b. Perbandingan penilaian/pertimbangan (comparative judgments)
Dengan prinsip ini akan dibangun perbandingan berpasangan dari
semua elemen yang ada dengan tujuan menghasilkan skala
kepentingan relatif dari elemen. Penilaian menghasilkan skala
penilaian yang berupa angka. Perbandingan berpasangan dalam
bentuk matriks jika dikombinasikan akan menghasilkan prioritas.
c. Logical consistency
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek
yang seupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi.
2.4.3. Tahapan AHP
10 2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan
dengan kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin
diurutkan.
3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan
kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing
tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan
berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam
matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak
konsisten pengambil data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang
dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan
menggunakan matlab maupun manual.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini mensintesis pilihan
dan penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai
pencapaian tujuan.
8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR.
2.5. Faktor Penentu Lokasi Pendidikan
2.5.1. Faktor Aksesibilitas
Menurut Black (1981) Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau
kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah
atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Perencanaan fasilitas
pendidikan harus dilandasi dengan mudahnya jangkauan antara tempat tinggal
dengan fasilitas pendidikan tersebut. Oleh karena itu fasilitas pendidikan
didasarkan pada pendekatan kemudahan yang dilengkapi dengan
ketersediaan infrastruktur. Dengan demikian ksesibilitas menjadi daya tarik
suatu lokasi dikarenakan akan memperoleh kemudahan dalan pencapaian.
Faktor aksesibilitas dianalisis berdasarkan wilayah terdekat yang mudah
diakses sesuai peta jaringan jalan berdasarkan batasan jarak atau waktu
11 dalam jurnalnya menyebutkan bahwa tingkat aksesibilitas adalah
meminimumkan waktu tempuh (travel time). Dalam kondisi yang ideal bahwa
suatu aksesibilitas yang baik di suatu lokasi diukur berdasarkan seberapa baik jaringan transportasinya pada lokasi tersebut terhubung dengan pusat-pusat
kegiatan lainnya.
2.5.2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar. Faktor lingkungan disini terdiri dari keamanan dan ketenangan suatu lokasi. Keamanan ditujukan dengan lokasi fasilitas pendidikan yang aman terhadap gangguan dari luar, misal saja preman atau pencuri anak. Ketenangan ditujukan dengan lokasi fasilitas pendidikan yang bersih dari polusi udara maupun kebisingan
2.5.3. Faktor Kependudukan
Fasilitas pendidikan merupakan fasilitas sosial yang diartikan sebagai
aktivitas atau materi yang dapat melayani kebutuhan masyarakat serta
sifatnya memberi kepuasan sosial. Oleh karena itu Fasilitas pendidikan harus
diusahakan keberadaannya untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan
penduduk di lingkungan permukiman agar tercapai kesejahteraan bagi
masyarakat. Penentuan lokasi pendidikan harus berdasarkan jumlah
penduduk berdasarkan usia sekolah agar dalam penentuan lokasi dapat tepat
sasaran.
2.5.4. Faktor Kapasitas
Faktor pola distribusi dimaksudkan untuk menganalisis penyebaran
sekolah dengan melihat kesesuaian terhadap persediaan-permintaan sekolah
sekolah. Analisis terhadap pola distribusi ini dilakukan untuk meminimalisir
kesenjangan antarwilayah untuk rasio jumlah penduduk usia sekolah dengan
jumlah sekolah, ketidakseimbangan antara kapasitas dan kebutuhan, serta
12 BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
Fasilitas Pendidikan SMP dan SMA Dr. Soetomo berlokasi di bagian Timur Kota Surabaya, Kecamatan Sukolilo, Kelurahan Menur Prumpungan. Secara letak,
lokasi fasilitas pendidikan ini berada dalam satu ruas jalan yaitu Jalan Pumpungan
V. Namun berdasarkan literature, lokasi SMP Dr. Soetomo berada di Jalan Manyar
Rejo 1/39 sedangkan SMA Dr. Soetomo berlokasi di Jalan Semolowaru Nomor 9.
SMP dan SMA Dr. Soetomo merupakan fasilitas pendidikan yang dikelola
oleh pihak swasta yaitu Yayasan Cendekia Utama yang juga merupakan pengelola
dari Universitas Dr. Soetomo. SMA Dr. Soetomo didirikan pada tanggal 30 Juli 1978,
sedangkan SMP Dr. Soetomo didirikan tahun 1983. Status dari kedua fasilitas
pendidikan ini terakreditas A.
Lokasi fasilitas pendidikan SMP dan SMA Dr. Soetomo memiliki batas
administrasi wilayah sebagai berikut:
Batas Utara : Jalan Manyar Rejo X
Batas Timur : Jalan Semolowaru
Batas Selatan : Jalan Nginden Semolo
Batas Barat : Jalan Pumpungan V
Gambar 1. Gambar Lokasi SMP dan SMA Dr. Soetomo
13 3.1. Fakta Aksesibilitas
Lokasi fasilitas pendiidkan SMP dan SMA Dr. Soetomo ditinjau dari fakta
aksesibilitas, ruas jalan sekolan memiliki Rumija (Ruas Milik Jalan) kurang lebih 5
meter dengan 2 jalur dan masing-masing jalur terdiri dari 1 lajur tanpa median jalan.
Gambar 2. Kondisi Ruas Jalan Sekolah
Sumber: Survey Primer dan Survey Sekunder
3.2. Fakta Lingkungan
Untuk kondisi lingkungan sekolah, fakta yang didapatkan yaitu berdasarkan
survey primer dengan pengamatan langsung dan wawacara siswa sekolah tersebut.
Berdasarkan pengamatan langsung kondisi lingkungan sekolah tergolong nyaman,
bersih, serta didukung dengan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Namun
dikarenakan lokasi sekolah yang berada dekat dengan ruas jalan menyebabkan
kebisingan. Sedangkan hasil wawancara kepada siswa sekolah, mereka
mengatakan bahwa kondisi lingkungan sekolah mereka bersih, nyaman, aman
karena didukung oleh kelengkapan fasilitas keamanan dari sekolah dan tidak
mengalami kebisingan karena lokasi sekolah yang berada dekat dengan ruas jalan.
14 Gambar 3. Kondisi Lingkungan Lokasi Penelitian
Sumber: Survey Primer
3.3. Fakta Kependudukan
Lokasi fasilitas pendidikan berada di Kelurahan Menur Pumpungan Kecamatan
Sukolilo, dalam aspek kependudukan, fakta yang di identifikasi adalah jumlah
penduduk usia sekolah menengah yaitu usia 10 –17 serta partisipasi penduduk pada pendidikan. Berdasarkan survey sekunder melalui data dengan sumber Kantor
Kecamatan Sukolilo diketahui jumlah penduduk usia sekolah menengah sejumlah
15 Gambar 4. Gambar Tabel Jumlah Penduduk Usia Sekolah Menengah
Sumber: BPS Kota Surabaya
3.4. Fakta Kapasitas
Dalam aspek kapasitas dibahas mengenai luas sekolah dan daya tampung
sekolah dalam bentuk jumlah kelas. Luas fasilitas pendidikan SMP adalah 4500 m2
dan luas SMA 1400 m2. Jumlah kelas untuk tingkat SMP terdiri dari kurang lebih
21-24 kelas dengan masing-masing tingkat 7-8 kelas, dan dengan asumsi tiap kelas
menampung sejumlah 35-40 siswa. Dengan demikian untuk SMP Dr. Soetomo
dapat menampung sekitar 245-320 siswa. Sedangkan untuk SMA jumlah kelas yaitu
16 BAB IV
ANALISIS
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan pada ranking
faktor – faktor yang paling mempengaruhi dalam penentuan penentuan lokasi fasilitas
pendidikan SMP dan SMA Dr. Soetomo Surabaya. Pendekatan ini bertujuan untuk mencapai
sasaran dalam penelitian
4.2. Faktor Penelitian
Tabel 4. Tabel Faktor Penentu Lokasi Pendidikan beserta Keterangan
No. Faktor Sub Faktor Keterangan
1. Aksesibilitas Jarak lokasi sekolah dengan rumah murid
2. Lingkungan Kebersihan Lingkungan didefinisikan
sebagai suatu wilayah yang
3. Kependudukan Jumlah penduduk usia sekolah menengah
4. Kapasitas Luas sekolah Pola distribusi dimaksudkan untuk menganalisis
17 4.3. Metode Pengumpulan Data
Sebelum melakukan analisa terhadap faktor penentu lokasi fasilitas pendidikan SMP dan SMA Dr. Soetomo, dilakukan pengumpulan data dengan metode survey primer dan survey sekunser.
4.3.1. Survey Primer
Survei primer dilakukan untuk mendapatkan data kondisi eksisting lokasi pendidikan. Teknik pengambilan data yang dilakukan adalah :
1) Teknik Observasi Lapangan
Teknik observasi lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung dengan menggunakan alat bantu kamera dan catatan.
Tujuan teknik ini adalah untuk mengetahui dan mendokumentasikan
kondisi eksisting lokasi penelitian.
2) Kuisioner
Survey kuisioner diberikan terhadap stakeholder terkait dalam
penentuan lokasi pendidikan. Dengan kuisioner ini diharapkan mampu
memberikan data sehingga dapat mengetahui faktor yang paling
berpengaruh dalam penentuan lokasi pendidikan yaitu SMP dan SMA
Dr. Soetomo Surabaya. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
terdiri dari unsur sampel penelitian kualitatif yaitu dari orang tua siswa
dan pihak pengelola sekolah.
4.3.2. Survey Sekunder
Survey sekunder dilakukan untuk memperoleh data yang berasal dari
kepustakaan dengan melakukan studi, yaitu :
1) Studi literatur/pustaka, dilakukan melalui studi kepustakaan di buku,
penelitian sebelumnya dan kebijakan atau peraturan yang
berhubungan dengan tema penelitian.
2) Tinjauan media yaitu informasi-informasi yang diperoleh sebagai input
dalam penelitian ini diperoleh dari internet.
4.4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian penentuan lokasi ini adalah
menggunakan teknik analisis data AHP (Analytical Hirarchy Process). AHP adalah
prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai dengan kondisi
evaluasi atribut-atribut kualitatif. Penilaian yang diberikan dalam penggunaan
18 menunjukkan pertimbangan dan nilai-nilai pribadi secara logis (Saaty, 1993:23).
Berikut ini kerangka berfikir dalam evaluasi faktor penentuan lokasi fasilitas
pendidikan SMP dan SMA Dr. Soetomo Surabaya.
Dalam penelitian kali ini analisis AHP digunakan untuk mengetahui nilai bobot
faktor penentuan lokasi fasilitas pendidikan, yang datanya didapatkan dari hasil
wawancara dan pengisian kuisioner oleh pengelola pendidikan dan orang tua siswa.
Kemudian setelah terbentuk grafik tersebut dibuat kuisioner untuk mengetahui
penentuan lokasi tersebut. Kuisioner tersebut disebar ke pengelola pendidikan SMP
dan SMA Dr. Soetomo dan orang tua siswa. Hasil kuisioner dimasukkan ke dalam
software expert choice 11 sehingga bisa menghasilkan data aspek yang memiliki
prioritas lebih tinggi dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan SMP dan SMA Dr.
Soetomo Surabaya.
4.5. Hasil Analisa dan Pembahasan
Penentuan lokasi fasilitas pendidikan studi kasus SMP dan SMA Dr. Soetomo
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor aksesbilitas, lingkungan,
kependudukan, dan kapasitas. Langkah-langkah untuk menganalisa menggunakan
analisa data AHP akan dijelaskan lebih lanjut pada lampiran. Yang perlu
diperhatikan adalah setiap setelah melakukan analisis nilai inconsistensi data adalah
<0,1 yang berarti data yang diperoleh valid.
Kesesuaian Faktor Penentu Lokasi Penelitian berdasarkan Preferensi Pengelodan dan Masyarakat
Analisis Pengumpulan Data
Faktor Penentu Lokasi Pendidikan Tinjauan Pustaka
19 4.5.1. Sudut Pandang Pengelola Sekolah
Gambar 5. Hasil Analisis Faktor Penentu Lokasi Fasilitas Pendidikan Susut Pandang Pengelola
Sumber : Hasil analisis 2016
Berdasarkan gambar diatas terdapat 4 faktor yang mempengaruhi penentuan
lokasi fasilitas pendidikan yaitu lingkungan, kependudukan, aksesbilitas dan
kapasitas. Diperoleh nilai tertinggi yaitu kependudukan dengan nilai 0,484
selanjutnya lingkungan dengan nilai 0,228 , aksesbilitas dengan nilai 0,155 dan yang
terakhir adalah kapasitas dengan nilai 0,134. Data diatas memiliki inconsistensy
sebesar 0,09 artinya data yang diperoleh tersebut sudah valid sehingga dapat
disimpulkan yang menjadi prioritas dari sudut pandang penelola sekolah adalah
faktor kependudukan. Selain menentukan faktor yang utama, penentuan prioritas
juga dilakukan pada masing-masing faktor berdasarkan sub faktor.
Faktor pertama adalah faktor kependudukan dimana hasil dari proses
pengolahan data dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6. Hasil Analisis Faktor Kependudukan Sudut Pandang Pengelola
Sumber : Hasil analisis 2016
Pada faktor kependudukan terdapat beberapa sub faktor diantaranya adalah
jumlah penduduk (usia sekolah). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa sub faktor
jumlah penduduk (usia sekolah) menjadi sub faktor yang memiliki nilai tertinggi yaitu
0,750. Sub faktor kedua adalah sub faktor partisipasi penduduk dengan nilai 0,250.
Dari hasil sub faktor tersebut diperoleh nilai inconsistency sebesar 0, dapat
20 penetuan lokasi fasilitas pendidikan adalah sub faktor jumlah penduduk (usia
sekolah) jika dilihat dari sudut pandang pengelola pendidikan.
Faktor kedua adalah faktor lingkungan berikut ini adalah hasil pengolahan data
dari faktor kependudukan :
Gambar 7. Hasil Analisis Faktor Lingkungan Sudut Pandang Pengelola
Sumber : Hasil analisis 2016
Pada faktor lingkungan terdapat tiga sub faktor yaitu kebersihan, kenyamanan
dan keamanan. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa sub faktor kebersihan
menjadi sub faktor yang memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 0,550. Sub faktor kedua
adalah sub faktor keamanan dengan nilai sebesar 0,240. Ketiga sub faktor
kenyamanan dengan nilai sebesar 0,210. Dari hasil sub faktor tersebut diperoleh
nilai inconsistency sebesar 0,02 dan dapat disimpulkan bahwa dari faktor lingkungan
pengaruh paling besar dalam penetuan lokasi fasilitas pendidikan adalah sub faktor
kebersihan jika dilihat dari sudut pandang pengelola pendidikan.
Faktor ketiga adalah faktor aksesbilitas dimana hasil dari proses pengolahan
data dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 8. Hasil Analisi Faktor Aksesbilitas Sudut Pandang Pengelola
Sumber : Hasil analisis 2016
Pada faktor aksesbilitas terdapat empat sub faktor yaitu jarak lokasi dengan
tempat tinggal, kondisi prasarana, waktu capai dan kemudahan mendapat sarana
transportasi. Dari hasil analisis didapatkan nilai tertinggi yaitu jarak lokasi dengan
tempat tinggal sebesar 0,455. Kedua yaitu waktu capai dengan nilai sebesar 0,206.
21 Keempat yaitu kondisi prasarana dengan nilai sebesar 0,161. Data diatas memiliki
nilai inconsistency sebesar 0,09 data tersebut sudah valid sehingga dapat
disimpulkan bahwa dari faktor aksesbilitas pengaruh paling besar dalam penetuan lokasi fasilitas pendidikan adalah sub faktor jarak lokasi dengan tempat tinggal jika
dilihat dari sudut pandang pengelola pendidikan.
Faktor keempat adalah faktor kapasitas dimana hasil proses pengolahan data
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 9. Hasil Analisis Faktor Kapasitas Sudut Pandang Pengelola
Sumber : Hasil analisis 2016
Pada faktor kapasitas terdapat dua sub faktor yaitu luas sekolah dan daya
tampung sekolah. Dari hasil analisis didapatkan nilai tertinggi yaitu daya tampung
sekolah dengan nilai sebesar 0,750. Kedua luas sekolah dengan nilai sebesar 0,250. Data tersebut memiliki nilai inconsistency sebesar 0 dan dapat disimpulkan bahwa
dari faktor kapasitas pengaruh paling besar dalam penentuan faktor lokasi fasilitas
pendidikan adalah sub faktor daya tampung jika dilihat dari sudut pandang pengelola
pendidikan.
4.5.2. Sudut Pandang Orang Tua Siswa
Gambar 10. Hasil Analisis Faktor Penentu Lokasi Fasilitas Pendidikan Sudut Pandang Orangtua Siswa
Sumber : Hasil analisis 2016
Berdasarkan gambar diatas terdapat 4 faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi fasilitas pendidikan yaitu lingkungan, kependudukan, aksesbilitas dan
kapasitas. Diperoleh nilai tertinggi yaitu lingkungan dengan nilai 0,423 selanjutnya
aksesbilitas dengan nilai 0,216 , kependudukan dengan nilai 0,199 dan yang terakhir
22 0,02 artinya data yang diperoleh tersebut sudah valid dan dapat disimpulkan bahwa
yang menjadi prioritas adalah faktor lingkungan. Selain menentukan faktor yang
utama, penentuan prioritas juga dilakukan pada masing-masing faktor berdasarkan sub faktor.
Faktor pertama adalah faktor lingkungan dimana hasil dari proses pengolahan
data dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 11. Hasil Analisis Faktor Lingkungan Sudut Pandang Orangtua Siswa
Sumber : Hasil analisis 2016
Pada faktor lingkungan terdapat beberapa sub faktor diantaranya adalah
kebersihan, kenyamanan dan keamanan. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa
sub faktor keamanan menjadi sub faktor yang memiliki nilai tertinggi yaitu 0,558. Sub
faktor kedua adalah sub faktor kebersihan dengan nilai 0,320. Ketiga sub faktor
kenyamanan dengan nilai 0,122. Dari hasil sub faktor tersebut diperoleh nilai
inconsistency sebesar 0,02. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari faktor lingkungan
pengaruh paling besar dalam penetu lokasi fasilitas pendidikan adalah sub faktor keamanan jika dilihat dari sudut pandang orang tua siswa.
Faktor kedua adalah faktor aksesbilitas dimana hasil dari proses pengolahan
data dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 12. Hasil Analisis Faktor Aksesbilitas Sudut Pandang Orangtua Siswa
Sumber : Hasil analisis 2016
Pada faktor aksesbilitas terdapat empat sub faktor yaitu jarak lokasi dengan
23 transportasi. Dari hasil analisis didapatkan nilai tertinggi yaitu kondisi prasarana
sebesar 0,471. Kedua yaitu jarak lokasi dengan tempat tinggal dengan nilai sebesar
0,263. Ketiga yaitu waktu capai dengan nilai sebesar 0,163. Keempat yaitu kemudahan mendapat sarana transportasi dengan nilai sebesar 0,102. Data diatas
memiliki nilai inconsistency sebesar 0,09 sehingga disimpulkan bahwa dari faktor
aksesbilitas pengaruh paling besar dalam penetuan lokasi fasilitas pendidikan
adalah sub faktor kondisi prasarana jika dilihat dari sudut pandang orang tua siswa.
Faktor ketiga adalah faktor kependudukan berikut ini adalah hasil pengolahan
data dari faktor kependudukan :
Gambar 13. Hasil Analisis Faktor Kependudukan Sudut Pandang Orangtua Siswa
Sumber : Hasil analisis 2016
Pada faktor kependudukan terdapat dua sub faktor yaitu jumlah penduduk
dan partisipasi penduduk. Dari hasil analisis diperoleh nilai tertinggi yaitu jumlah
penduduk ( usia sekolah ) dengan nilai sebesar 0,750 dan yang kedua adalah
partisipasi penduduk diperoleh nilai sebesar 0,250. Data tersebut memiliki nilai
inconsistency sebesar 0 sehingga dapat disimpulkan bahwa dari faktor
kependudukan pengaruh paling besar dalam penentuan lokasi fasilitas pendidikan
adalah sub faktor jumlah penduduk (usia sekolah) jika dilihat dari sudut pandang
orang tua siswa.
Faktor keempat adalah faktor kapasitas dimana hasil proses pengolahan data
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 14. Hasil Analisis Faktor Kapasitas Sudut Pandang Orangtua Siswa
Sumber : Hasil analisis 2016
Pada faktor kapasitas terdapat dua sub faktor yaitu luas sekolah dan daya
24 sekolah dengan nilai sebesar 0,667. Kedua luas sekolah dengan nilai sebesar 0,333.
Data tersebut memiliki nilai inconsistency sebesar 0. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
faktor kapasitas pengaruh paling besar dalam penetuan lokasi fasilitas pendidikan adalah sub faktor daya tampung jika dilihat dari sudut pandang orang tua siswa.
4.5.3. Sudut Pandang Gabungan
Setelah melihat hasil analisis faktor prioritas dari masing-masing sudut pandang, dilakukan analisa penggabungan sudut pandang dari pihak pengelola dan
orang tua siswa dan diperoleh data sebagai berikut.
Gambar 15. Hasil Analisis Faktor Penentu Lokasi Fasilitas Pendidikan Sudut Pandang Gabungan
Sumber : Hasil analisis 2016
Dari 4 faktor penentu lokasi, diperoleh nilai tertinggi yaitu lingkungan dengan
nilai 0,337 selanjutnya kependudukan dengan nilai 0,322 , aksesbilitas dengan nilai
0,190 dan yang terakhir adalah kapasitas dengan nilai 0,152. Data diatas memiliki
inconsistensy sebesar 0,02 Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
prioritas adalah faktor lingkungan.
Setelah melakukan analisis terhadap faktor dari sudut pandang gabungan,
dilakukan analisa terhadap keseluruhan sub faktor dari sudut pandang gabungan.
25 Dari 11 sub faktor penentu lokasi, diperoleh nilai tertinggi dari faktor
lingkungan yaitu sub faktor kebersihan dengan nilai 0,176 disusul dengan nilai dari
faktor kependudukan yaitu sub faktor jumlah penduduk usia sekolah dengan nilai 0,168. Data diatas memiliki inconsistensy sebesar 0,03. Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas dari kedua sudut pandan adalah faktor
lingkungan dengan sub faktor kebersihan.
BAB V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan teori yang ada, didapatkan faktor-faktor yang menentukan
penempatan lokasi pendidikan. Faktor yang diperhitungkan adalah kependudukan,
kapasitas, lingkungan, dan aksesibilitas. Faktor kependudukan dijabarkan menjadi
subfaktor jumlah penduduk usia sekolah, dan tingkat partisipasi penduduk. Faktor
aksesibilitas terdiri dari subfaktor jarak lokasi dengan tempat tinggal, kemudahan
transportasi, dan watu yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi. Untuk faktor
lingkungan terdiri dari subfaktor kebersihan, kenyamanan, dan keamanan. Yang
terakhir, faktor yang terakhir yaitu faktor kapasitas dijabarkan menjadi subfaktor
daya tampung dari sekolah dan luas sekolah. Faktor yang diproritaskan oleh sudut
pandang Yayasan Cendekia Utama dalam menentukan lokasi pendidikan yang tepat
adalah kependudukan. Pihak yayasan memprioritaskan faktor kependudukan karena
dalam menentukan lokasi yang tepat pihak Yayasan memperhitungkan unsur-unsur
penduduk usia pendidikan dan partisipasi penduduk terhadap pendidikan. Sementar
faktor yang diprioritaskan berdasarakan sudut pandang orang tua siswa adalah
lingkungan. Karena menurut orang tua siswa penempatan suatu sekolah harus
mempertimbangkan lingkungan disekitarnya yang mempengaruhi kenyamanan
proses belajar mengajar. Faktor yang diprioritaskan dari hasil kombinasi kedua sudut
pandang tersebut adalah faktor lingkungan. Sehingga permasalahan aksesibilitas
dalam wilayah studi tidak timbul karena kesalahan penentuan lokasi. Karena
menurut hasil kombinasi faktor yang diprioritaskan, isu aksesibilitas tidak menjadi
26 5.2. Rekomendasi
Memperbaiki sarana dan prasarana transpotasi guna memperkecil dampak
permasalahan yang timbul akibat aksesibilitas. Membuat jalur transportasi umum
lebih dekat dengan lokasi sekolah, agar memperbanyak pilihan moda transportasi
menuju lokasi. Selain itu disarankan untuk memberikan ruang yang lebih jauh antara
kelas dan jalan raya, agar tidak menimbulkam kebisingan. Rekomendasi yang
terakhir yang disarankan adalah membuat asrama bagi siswa-siswa. Karena lokasi tersebut terletak pada kompleks pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi yang
menimbulkan tarikan dan bangkitan. Dengan adanya asrama akan mengurangi
27 LAMPIRAN
KUISIONER
Penentuan Lokasi Fasilitas Pendidikan SMP, dan SMA Dr. Soetomo
Saudara yang kami hormati,
Kami mahasiswa jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota ITS angkatan 2014
sedang mengadakan penelitian terkait Penentuan Lokasi Fasilitas Pendidikan SMP,
dan SMA Dr. Soetomo. Dalam penentuan lokasi tersebut terlebih dahulu dilakukan
perumusan kriteria-kriteria lokasi sehingga lokasi dapat dikatakan layak dan strategis
untuk dikembangkan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, kami mengharapkan
saudara untuk mengisi beberapa pertanyaan yang kami ajukan sesuai dengan
persepsi Saudara terhadap perbandingan tingkat kepentingan antara faktor dan subfaktor yang disajikan di masing-masng pertanyaan.
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
Dalam melakukan pembandingan tingkat kepentingan anara faktor dan
subfaktor ditentukan nilai kepentingan 1 sampai 9. Jawaban pertanyaan dengan
memilih nilai perbandingan yang menurut Saudara tepat dengan arti penilaian
sebagai berikut:
Nilai Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
28 PERTANYAAN I
Pertanyaan I berisikan tentang perbandingan tingkat kepentingan antar faktor dalam
penentuan lokasi fasilitas pendidikan SMP dan SMA Dr. Soetomo
Aksesibilitas 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Lingkungan
Pertanyaan I berisikan tentang perbandingan tingkat kepentingan antar subfaktor
29 lokasi
sekolah Kemudahan mendapatka n sarana transportasi umum
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kondisi prasarana
ASPEK LINGKUNGAN
Kebersihan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kenyamanan Kebersihan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keamanan Kenyamanan 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Keamanan
ASPEK KEKEPENDUDUKANAN Jumlah
penduduk usia sekolah menengah
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Partisipasi penduduk terhadap pendidikan
ASPEK KAPASITAS Luas
Sekolah
30 DAFTAR PUSTAKA
Dearista, ajeng. 2015. implikasi teori lokasi christaller dan losch terhadap
penentuan lokasi kantor resort taman nasional gunung merbabu. Institut teknologi
sepuluh nopember: Perencanaan wilayah dan kota
Nurtata, Arimudin dkk. 2014. penentuan lokasi fasilitas pendidikan studi kasus :
SMA komplek surabaya.Institut teknologi sepuluh nopember: Perencanaan wilayah dan kota
Purnama dewi, selvi. penentuan persebaran lokasi fasilitas penddikan sltp kota
banyuwangi. Institut teknologi sepuluh nopember: Perencanaan wilayah dan kota
http://belajarpsikologi.com/pengertian-sarana-pendidikan/
https://www.scribd.com/doc/44886618/Aksesibilitas-Wilayah
http://surabayakota.bps.go.id
https://syaifullah08.files.wordpress.com/2010/02/pengenalan-analytical-hierarchy-process.pdf
RDR Siahaan.2011. BAB 2 Landasan Teori. Universitas Sumatera Utara