8.1. Pengembangan Permukiman
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman,
permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkunganhunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yangmempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyaipenunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembanganpermukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan.Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri
daripengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitaspermukiman kumuh,
sedangkan untuk pengembangan kawasanperdesaan terdiri dari pengembangan kawasan
permukiman perdesaan,kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
8.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanatperaturan
perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwapemenuhan kebutuhan hunian
yang dilengkapi dengan prasaranadan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus
meningkat,sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpapermukiman
kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan danKawasan Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraanperumahan dan kawasan
permukiman juga mencakuppenyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan
kawasanpermukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), sertapencegahan
dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuhdan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susunumum, rumah susun
khusus, dan rumah susun negara merupakantanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang PercepatanPenanggulangan
Kemiskinan.
Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait denganpenanggulangan kemiskinan yang
ASPEK TEKNIS PER SEKTOR
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pekerjaan Umumdan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukimankumuh di kawasan
perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi danTata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum maka DirektoratPengembangan Permukiman mempunyai
tugas di bidang perumusandan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan
teknik,sertastandardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman.
Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembanganpermukiman di perkotaan
dan perdesaan;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangankawasan
permukiman baru di perkotaan dan pengembangankawasan perdesaan potensial;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatankualitas permukiman
kumuh termasuk peremajaan kawasan danpembangunan rumah susun sederhana;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatankualitas permukiman
di kawasan tertinggal, terpencil, daerahperbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk
penanggulanganbencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, sertapembinaan kelembagaan dan
peran serta masyarakat di bidangpengembangan permukiman;
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
8.1.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan
a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
1) Isu strategis nasional yang berpengaruh terhadappengembangan permukiman saat
ini adalah:
Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan sertamitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.
Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya
kawasan kumuh.
Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnyakapasitas kelembagaan dan kualitas
sumber daya manusia sertaperangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi
standarpelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan danpermukiman.
2) IsuStrategis Kota Pasuruanyang berpengaruh terhadappengembangan permukiman
saat ini adalah:
8.1. Tabel Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Kota Pasuruan
N o
Isu Strategis Keterangan
1
Infrastruktur pendukung sarana prasarana dasar perumahan belum optimal
Prasarana dasar perumahan
belummemadaikarenapengembanganpermukimantidakdiikutiden ganpembangunaninfrastruktur yang baik.
2 Adanya permukiman yang berdiri di atas daerah sempadan sungai
KurangnyaPengawasandaripemerintahdanrendahnyakesadaranm asyarakatmenjadipenyebabterbesar.
3 Tingkat pelayanan air bersih oleh PDAM yang belum optimal
tingginyatingkatkebocoran,
keterbatasanjaringanpipasertatingkatpendapatanmasyarakat yang masihrendahmenyebabkantingkatpelayanan air bersihtidak optimal.
4 Pengelolaansampahbelumdilaksanakan secaraefektifdanefisien
Rendahnyakesadaranmasyarakatmenjadipenyebabterbesarbelum optimalnyaupayapengelolaansampah.
5 Menurunnyakondisiprasaranadrainase Kesadaranmasyarakat yang rendah,
b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 padatingkat nasional
kawasan kumuh di perkotaanyang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit
Rusunawaterbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaanpotensial yang
terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencanadi perdesaan yang terbangun
infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasandan pulau kecil di perdesaan yang terbangun
infrastrukturnya, 237 desadengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya,
dan15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Secara umum kondisi permukiman di Kota pasuruan terdiri dari keadaan sedang, cukup dan
buruk. Keadaan sedang dapat terlihat di permukiman kampung dan sebagian permukiman
nelayan serta permukiman yang dikelola oleh developer. Sedangkan keadaan permukiman
cukup dan buruk dapat terlihat pada permukiman di sekitar rel kereta api, sebagian
permukiman kampung dan permukiman nelayan.Perumahan tersebar secara intensif di sekitar
kawasan pusat dan tersebar secara linear di sepanjang jalan-jalan arteri, kolektor dan jalan
lokal di Kota Pasuruan. Daerah perumahan di sekitar pelabuhan didominasi oleh pemukiman
nelayan dan kampung-kampung padat.
Permukiman-permukiman di Kota Pasuruan tumbuh dan berkembang di sekitar
daerah-daerah :
Jalan Hang Tuah dan sekitarnya (permukiman nelayan).
Antara jalan Irian Jaya, jalan Kalimantan, sungai Gembong, dan jalan raya (permukiman kampung).
Jalan Sukarno-Hatta, jalan Raden Patah, jalan Gajah Mada, dan jalan Hasanudin (permukiman kota dengan permukiman kampung bagian tengah).
Jalan Balai Kota, jalan Pahlawan, jalan Hayam Wuruk, jalan Sunan Ampel, dan jalan WR. Supratman (permukiman kota dengan permukiman kampung di bagian tengah). Sepanjang sungai Gembong, jalan Imam Bonjol, jalan Letjend. Suprapto, jalan Yos
Sudarso dan jalan MT. Haryono (permukiman kota dengan permukiman kampung di
bagian tengah).
Sepanjang jalan Urip Sumoharjo, jalan Gatot Subroto, jalan Slamet Riyadi, jalan Panglima Sudirman, jalan Wahidin Sudiro Husodo, jalan Pattimura, jalan Patiunus,
jalan KH. Ahmad Dahlan, dan jalan-jalan lokal lainnya di seluruh Kota Pasuruan
(permukiman kota).
Sebagianbesarbangunan di Kota Pasuruanberkondisicukupbaik, dimanatembok/
tegeldanberatapgenteng.Meskidemikiandijumpai pula beberapabangunan yang
memilikikondisiburuk.Perlukiranyadilakukanupaya-upayaperbaikankondisirumahpenduduk
yang
tergolongburukkarenarumahmerupakansalahsatukebutuhandasarmanusiaselainsandangdanp
angan.Perbaikan yang
perlumendapatperhatianadalahterhadapsistemsirkulasidanventilasiudaradansinarmatahari.
Kondisilingkungan yang adamenunjukkanhanyasebagianwilayah Kota Pasuruan yang
memilikikondisibaik, sedangwilayahlainnyatergolongmemilikikondisilingkungan yang
sedanghinggaburuk.Aspek yang
diidentifikasidanperlumendapatperhatiandalampenanganankondisilingkungan di Kota
Pasuruaninimeliputisistempembuangansampah, pembuangan air
sisakegiatanrumahtanggadankegiatankomersialsertapembuangan air hujan.
Tipelingkunganperumahan yang terdapat di Kota Pasuruanadalahsebagaiberikut :
1. Tipelingkunganperumahancampuran
Tipelingkunganperumahancampuranadalahperumahan yang
selaindigunakansebagairumahjugadigunakanuntukkegiatan-kegiatan lain seperti : Kegiatanperdagangan (peracangan).
Kegiatanjasa (penjahit, salon kecantikan/ potongrambut, dan lain-lain). Kegiatanindustrirumahtanggadan lain-lainnya.
Bentukperumahaninijelastakterencana,
berkembangsecaraalamidantimbulsebagaitantangankegiatanekonomikarenaadanyapote
nsilokasi.Tipelingkunganperumahaninibiasamuncul di pusatperkotaan,
bercampurdenganbangunan-bangunankhususnyaperdagangan yang
memberikantarikankuat,
sehinggamampumerubahlingkungannyamenjadilingkunganperdagangan.
2. Tipe lingkungan perumahan kampung perkotaan
Di Kota Pasuruan yang
mencerminkantipelingkunganinihanyasebagiankecildariseluruhwilayahkota yang ada.
Lingkunganmacaminidapatdijumpai di bagianpusatkotayakni di sepanjangjalanutama
Kota Pasuruan.
Perkembangan Kota Pasuruanberpengaruhkedaerah-daerah/
kawasan-kawasanperumahan di sekitarnya (dalamwilayahfungsionalkota).
Namunkarenasecarahistoriswilayahinimerupakanwilayahpertanianmakabentuk-bentuklingkunganperumahannya pun masihterpengaruholeharsitekturagraris yang
dicirikanolehruang-ruangterbuka,
pendopodenganhalamanluasatautanpapagarpermanen.Lingkunganperumahan semi
urban jugamasihdapatdijumpai di daerahluarpusatkota.
Tabel 8.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
No Perda/Pergub/Perwa/Perbub/Peraturan Lainnya Amanat Kebijakan Daerah Jenis Produk Pengaturan No./Tahun Perihal
Tabel 8.3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten/Kota X Tahun Y
No Lokasi Kawasan
Kumuh Luas Kawasan
Jumlah Rumah Permanen
Jumlah Rumah Semi Permanen
Jumlah Penduduk Blandongan,
Kepel
8.1.3. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
8.1.4. Program-program Sektor Pengembangan Permukiman
8.1.5. Usulan Program dan Kegiatan
Ditinjau dari kondisi sistem permukiman dan infrastruktur serta permasalahan yang terjadi di
Kota Pasuruan, maka diusulkan program-program sebagai berikut :
1. Pembangunan jalan dan jembatan, program ini dimaksudkan untuk mendukung sarana
serta untuk meningkatkan aksesibilitas Kota Pasuruan dengan pembangunan Jalan
Lingkar Utara (JLU).
2. Peningkatan drainase dan trotoar jalan, program ini dimaksudkan untuk mendukung
serta memperbaiki sarana dan prasarana lingkungan perumahan yang sudah ada
terutama permukiman kumuh dan tidak layak huni.
3. Pembangunan Rusunawa, program ini dimaksudkan untuk mengakomidasi kebutuhan
rumah terutama bagi penduduk yang tinggal di kawasan kumuh dan tidak layak huni.
8.2. PenataanBangunandanLingkungan
8.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yangdiperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatanruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan
binaan, baik diperkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunangedung dan
lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang
dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan KawasanPermukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukimanmemberikan amanat
bahwa penyelenggaraan penyelenggaraanperumahan dan kawasan permukiman adalah
kegiatan perencanaan,pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di
dalamnyapengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan,serta peran
masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan
pembangunan kavelingtanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan
dalampenggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencanarinci tata ruang
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harusdiselenggarakan
secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai denganfungsinya, serta dipenuhinya
persyaratan administratif dan teknisbangunan gedung.
Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemeganghak atas tanah;
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
Persyaratanteknisbangunangedungmelingkupipersyaratantatabangunandanpersyaratank
eandalanbangunan. Persyaratantatabangunanditentukanpada RTBL yang
ditetapkanolehPemda, mencakupperuntukandanintensitasbangunangedung,
arsitekturbangunangedung, danpengendaliandampaklingkungan.Sedangkan,
persyaratankeandalanbangunangedungmencakupkeselamatan, kesehatan, keamanan,
dankemudahan. UU No. 28 tahun 2002
jugamengamatkanbahwadalampenyelenggaraanbangunangedung yang
meliputikegiatanpembangunan, pemanfaatan, pelestariandanpembongkaran,
jugadiperlukanperanmasyarakatdanpembinaanolehpemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun2002 tentang
Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36Tahun 2005 tentang
peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP inimembahas ketentuan fungsi bangunan
gedung, persyaratan bangunangedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran
masyarakat, danpembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalamperaturan
ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untukmenyusun Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagaiacuan rancang bangun serta alat
pengendalian pengembanganbangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman UmumRencana Tata Bangunan
dan Lingkungan
Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan danpelaksanaan dokumen RTBL,
maka telah ditetapkan Permen PU No.06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan danLingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL
disusunpada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputikawasan
baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasandilestarikan, kawasan rawan
bencana, serta kawasan gabungan darijenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL
yang disusun kemudianditetapkan melalui peraturan Walikota/Bupati.
5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar PelayananMinimal bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimalbidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenisdan mutu pelayanan dasar Bidang
berhak diperolehsetiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkanindikator
pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkunganKementerian PU beserta
sektor-sektornya.
Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL
Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentangOrganisasi dan Tata
Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakanbahwa Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan mempunyaitugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal
CiptaKarya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunanproduk
pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi dibidang penataan bangunan dan
lingkungan termasuk pembinaanpengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa DirektoratPenataan Bangunan dan
Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraanpenataan bangunan dan
lingkungan termasuk gedung dan rumahnegara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaanpengelolaan
bangunan gedung dan rumah negara termasukfasilitasi bangunan gedung istana
kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitaspenyelenggaraan penataan
bangunan dan lingkungan danpengembangan keswadayaan masyarakat dalam
penataanlingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasikawasan dan bangunan
bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau,serta penanggulangan bencana alam dan
kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, sertapembinaan kelembagaan
penyelenggaraan penataan bangunandan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.
Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatanpada sektor PBL,
yaitukegiatan penataan lingkungan permukiman,kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung
dan rumah negara dankegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baiksehingga terjadi
peningkatan kualitas permukiman dan lingkunganmeliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkunganpemukiman kumuh dan nelayan;
Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkunganpemukiman tradisional. b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataanbangunan dan lingkungan; Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dangedung;
Pengembangan sistem informasi bangunan gedung danarsitektur; Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
8.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, danTantangan
A. Isu Strategis
a. IsuStrategisNasional
Isu strategis tingkat nasional untukbidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut:
1) Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di
perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi
lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam
g. penataan bangunan dan lingkungan.
2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung(keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan);
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan
gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal
dan mengacu pada isu lingkungan/berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e.
Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaangedung dan rumahNegara.
3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 jutaorang atau sekitar
11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerahdalam
penanggulangan kemiskinan.
b. IsuStrategisKota Pasuruan
Isu strategis Kota Pasuruan untukbidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut:
Tabel 8.13 IsuStrategissektor PBL di KotaPasuruan
No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL di Kota Pasuruan
1 Gedung dan Rumah Negara
a.
Tabel 8.14 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan
No.
& Tahun Tentang
Tabel 8.15 Penataan Lingkungan Permukiman
Kawasan Tradisional/
Bersejarah RTH Pemenuhan SPM
Penanganan
Tabel 8.16 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Fungsi Khusus :
...unit 3 Fungsi Hunian :
...unit Fungsi
Keagamaan : ...unit
Fungsi Usaha :
...unit Fungsi Sosial
Budaya :
...unit
Fungsi Khusus :
...unit
Tabel 8.17 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
No. Kecamatan Kegiatan PNPM Perkotaan (P2KP)
Kegiatan Pemberdayaan
lainnya
C. Permasalahan dan Tantangan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapapermasalahan dan
Tabel 8.18 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan
No. Aspek PBL Permasalahan yang dihadapi
Tantangan Pengembangan
Alternatif Solusi
I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Aspek Teknis 1
5 Aspek Lingkungan Permukiman
1
2
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis 1
5 Aspek Lingkungan Permukiman
1
2
III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Aspek Teknis 1
5 Aspek Lingkungan Permukiman
1