33
BAB III
HASIL PENILITIAN :
SURUHAN
DAN MESIAS DALAM
PERSPEKTIF ORANG DAYAK PESAGUAN DI DUSUN
PENGANCING
3.1. Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan tentang Suruhan dan Mesias dalam perspektif Orang
Dayak Pesaguan di Pengancing. Pertanyaan wawancara dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu tentang Adat Dayak Pesaguan (Suruhan), Kekristenan (Mesias) dan
bagaimana pendapat orang Dayak Pesaguan tentang Suruhan dan Mesias jika
dipadankan.
3.2. Dayak Pesaguan di Pengancing
Dayak Pesaguan adalah sub-suku Dayak di Kalimantan Barat yang tinggal di
sekitar Sungai Pesaguan. Berdasarkan letak geografis, maka orang Dayak Pesaguan
dibedakan melalui tempat tinggalnya yaitu Pesaguan Hulu, Pesaguan Tengah dan
Pesaguan Hilir. Sedangkan orang Dayak Pesaguan yang tinggal agak jauh dari sungai
Pesaguan dibedakan menjadi Pesaguan Kiri dan Pesaguan Kanan.
Orang Pengancing tinggal di sepanjang sungai Pesaguan, dan kalau dibedakan
berdasarkan tempat tinggalnya maka Dayak Pesaguan di Pengancing adalah Pesaguan
Hilir. Namun walaupun demikian, orang Dayak Pesaguan di Pengancing sebenarnya
adalah orang-orang Batu Tajam. Batu Tajam adalah kelompok masyarakat Dayak
Pesaguan yang masuk dalam Pesaguan Kiri. Batu Tajam akhirnya tersebar sampai di
Pengancing. Alasan yang paling banyak mendasari perpindahan Batu Tajam ke
Pengancing adalah pencarian lahan yang dekat dengan sumber air (Sungai Pesaguan)
34
Selain itu konflik perebutan Demong Adat juga menjadi salah satu alasan Batu Tajam
tersebar sampai di Pengancing. Bahasa yang digunakan oleh orang Dayak Pesaguan di
Pengancing adalah bahasa Batu Tajam. Bahasa Batu Tajam juga digunakan di
beberapa daerah lain seperti di Pembangunan, Temposohan dan Kembahang.1
Orang Batu Tajam adalah hasil penyebaran dari hulu Lemandau, Kampung
Ketingan – Kalimantan Tengah. Penyebaran itu dipimpin oleh Patih Buang bersama dengan keenam saudaranya yaitu Patih Burung, Patih Bubut, Patih Buku’, Patih Ruas, Patih Kariyak dan Patih Saboi. Mereka bertujuh menginjakkan kaki mereka di
Kabupaten Ketapang dan mulai melakukan penyebaran ke Sunga Kendawangan, Batu
Keling, Sarang Membulu’ dan ke Belatuk. Patih Saboi dan Patih Buang melakukan
penyebaran di Bukit Mangkul di muara Sungai Kendawangan. Lalu setelah itu mereka
berdua pindah ke Padang Sembilan. Patih Saboit dan Patih Buang kemudian pindah
kembali ke Selobohan. Di Selobohan dua Patih ini tidak menemukan kenyamanan
karena terganggu dan terancam dengan kehadiran Lanun (bajak laut atau perompak).
Akhirnya Patih Saboit dan Patih Buang pindah lagi ke Bukit Dehiang yaitu daerah
antara Kampung Mahawa dan Batu Tajam. Patih Saboi menjadi Demong di Mahawa
sedangkan Patih Buang tetap tinggal di Bukit Dehiang. Lambat laun kedua saudara ini
terlibat pertengkaran masalah wilayah adat ketemenggungan. Untuk menyelesaikan
pertengkaran itu maka dilakukanlah upacara adat dengan hasil pembagian wilayah.
Patih Saboi mendapatkan wilayah Mahawa. Patih Buang mendapatkan bagian Bukit
Dehiang. Patih Buang mendirikan sebuah kampung di Bukit Dehiang itu yang diberi
nama Kampung Kebongan Gontal. Namun saat itu Kampung Kebongan Gontal
1
35
termasuk dalam wilayah adat Demong Jelayan, maka masyarakat yang tinggal di
Kampung Gontal diminta untuk mendirikan kampung sendiri. Dan akhirnya terjadilah
apa yang sekarang disebut sebagai Batu Tajam.
3.2.1. Letak Geografis
Dusun Pengancing merupakan wilayah administratif dari Desa Segar Wangi
yang juga termasuk dalam wilayah Adminstratif Kecamatan Tumbang Titi. Dusun
Pengancing terletak di wilayah pinggiran aliran sungai Pesaguan. Dusun Pengancing
diapit oleh dua dusun yaitu Dusun Kembahang dan Dusun Mambuk. Jarak tempuh
dari Kecamatan Tumbang Titi sekitar 30-40 menit dengan jarak + 10 Km. Dusun
Pengancing terbagi menjadi 4 wilayah Rukun Tetangga (RT). Pemimpin administratif
tertinggi adalah Kepala Dusun.2
3.2.2. Mata Pencaharian, Pendidikan dan Agama
Data Kependudukan tahun 2009 menyatakan bahwa Dusun Pengancing dihuni
oleh 130 KK. Penghuni Dusun Pengancing didominasi oleh suku Dayak Pesaguan.
Pendidikan orang Dayak Pesaguan di Pengancing beragam mulai dari SD, SMP dan
SMA. Jika dilihat rata-ratanya, maka pendidikan orang Dayak Pesaguan di
Pengancing paling banyak adalah SD dan setelahnya adalah SMP. Mata pencaharian
orang Dayak Pesaguan di Pengancing pada awalnya adalah berladang dan petani
karet. Namun seiring masuknya perusahaan kelapa sawit di sekitar wilayah Dusun
Pengancing, maka sekarang mata pencaharian yang dominan adalah buruh harian di
perusahaan kelapa sawit. Petani karet masih ditekuni sebagai mata pencaharian,
namun tidak semuanya karena pengaruh cuaca dan beberapa lahan karet juga telah
dijual kepada perusahaan kelapa sawit.
2
36
Agama Kristen Protestan dan Katolik menjadi agama yang paling banyak
dipeluk oleh orang Dayak Pesaguan. Jumlah pemeluk agama Kristen Prostestan lebih
banyak dibandingkan Katolik. Pemeluk agama lainnya adalah agama Islam yang tidak
lebih dari 10 jiwa.3
3.3. Suruhan dalam Perspektif Orang Dayak Pesaguan di Pengancing
Suruhan dalam perspektif Orang Dayak Pesaguan di Pengancing adalah
utusan, pembawa pesan, dan penengah. Sebagai seorang utusan itu Suruhan bertugas
menyampaikan pesan dari satu pihak ke pihak lain. Suruhan itu selalu berkaitan
dengan pernikahan dan hukum adat.4 Dalam hal pernikahan, Suruhan menjadi orang
yang membawa pesan dari pihak perempuan kepada Demong Adat (Petinggi Adat).5
Suruhan akan menyampaikan maksud pernikahan kepada Demong Adat serta
menyatakan kesanggupan pihak perempuan (dan pihak laki-laki) dalam memenuhi
kesanggupan pembayaran adat6. Suruhan juga menjadi pengantara antara pihak
perempuan dan pihak laki-laki. Suruhan menjadi pembawa pesan bagi kedua belah
pihak agar perkawinan dapat dijalankan dan pembayaran adat bisa dibayarkan
bersama.7
3
http://pospelkesimmanuelpengancing.blogspot.co.id/ diakses pada tanggal 06 Desember 2017.
4
Wawancara dengan Bapak Martinus. Usia 49 tahun, pendidikan SD, 10 November 2017. 5
Wawancara dengan Ibu Rosalia. Usia 55 tahun, pendidikan SD, 08 November 2017. 6
Pembayaran adat biasanya berupa Tajau (guci yang terbuat dari keramik), kain batik, mangkok, piring, parang, perhiasan (anting, gelang, kalung). Pembayaran adat tergantung dari dua belah pihak yang menikah dan ditentukan oleh Demong Adat. Jika dua belah pihak yang menikah masuk dalam kategori sumbang (pernikahan masih berkaitan keluarga; misalnya keponakan menikah dengan paman atau bibiknya) maka pembayaran adatnya berbeda dengan pernikahan yang tidak
sumbang (tidak berkaitan keluarga). 7
37
Dalam hal hukum adat, Suruhan menjadi orang yang ditugaskan dalam
menelusuri kebenaran.8 Suruhan akan menyampaikan kesalahan pada orang yang
dianggap bersalah. Kalau orang tersebut tidak merasa bersalah, maka pembelaannya
juga disampaikan lewat Suruhan. Suruhan menjadi utusan kedua belah pihak yang
berkonflik guna menghindari kontak fisik.9 Namun, Suruhan sekarang tidak lagi
dibutuhkan karena bisa langsung berkomunikasi lewat telepon genggam. Suruhan
tidak lagi dibutuhkan bagi orang Dayak Pesaguan yang tidak terlalu kuat berpegang
pada Adat, dan tetap dibutuhkan bagi yang masih berpegang pada Adat.
Dalam menjalankan tugasnya orang Dayak Pesaguan mengatakan Suruhan
menggunakan kekerasan. Kekerasan yang dimaksud di sini adalah kekerasan dalam
hal sikap. Suruhan akan berkeras menyampaikan pesan dari kedua belah pihak. Salah
satu contonya adalah ketika Suruhan menyampaikan pesan dari Demong Adat
mengenai pembayaran Adat dan prosesi Adat, maka Suruhan akan berkeras agar
pembayaran Adat dan prosesi Adat harus terbayar dan berjalan dengan semestinya.
Tidak semua orang bisa menjadi Suruhan. Seseorang yang bisa menjadi
Suruhan adalah orang yang memiliki pengetahuan tentang peribahasa daerah dan soal
adat istiadat. Suruhan tidak bisa anak-anak karena belum memiliki pengetahuan
tentang adat istiadat.10 Ketua RT bisa menjadi kandidat kuat untuk menjadi Suruhan
karena posisi Ketua RT yang dipandang tinggi dalam masyarakat. Bahkan Suruhan
juga bisa berasal dari tua-tua adat karena dianggap telah memahami soal adat istiadat.
8
Wawancara dengan Bapak Ajun. Usia 25 tahun, pendidikan SMP, 10 November 2017. 9
Wawancara dengan Bapak J. Komender. Usia 74 tahun, pendidikan SD, 11 November 2017. 10
38
Suruhan dalam hal konflik, dipilih dari pihak netral.11 Kehadiran Suruhan tidak harus
selalu ada dalam kegiatan / gawai. Ketidak-harusan kehadiran Suruhan dalam setiap
kegiatan karena Suruhan selalu identik dengan pernikahan dan hukum adat (konflik).
Suruhan diperlukan kehadirannya karena Suruhan selalu menyampaikan pesan dan
kegiatan yang berjalan itu selalu berkaitan dengan dua belah pihak. Suruhan dinilai
baik karena ia dipandang bisa menjadi penengah, bisa menyelesaikan masalah,
berperan penting dalam kesuksesan acara dan memiliki sikap penolong. Keberagaman
nilai baik dalam Suruhan ini terjadi atas pengamatan dan pengalaman masing-masing
orang Dayak Pesaguan di Pengancing dalam melihat Suruhan.
Suruhan berdasarkan orang Dayak Pesaguan di Pengancing adalah perkawilan
antara dua belah pihak. Suruhan menjadi utusan yang menyampaikan pesan dari satu
pihak kepada pihak lain. Suruhan tidak melakukan kekerasan secara fisik namun lebih
kepada sikap demi terlaksananya Adat. Seseorang yang dapat diminta atau ditunjuk
menjadi Suruhan ketika ia memiliki pengetahuan tentang adat, mampu
menyampaikan pesan dengan baik dan bersikap adil. Kehadiran Suruhan diperlukan
ketika ada dua belah pihak yang terlibat dalam sebuah kegiatan / gawai. Dan Suruhan
dipandang baik karena ia selalu berusaha untuk mendamaikan dua belah pihak dan
menjadi penolong dalam suatu acara.
3.4. Mesias dalam Perspektif Orang Dayak Pesaguan di Pengancing
Orang Dayak Pesaguan di Pengancing memahami Mesias adalah seseorang
yang diurapi, Mesias itu adalah Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat, Allah ,Gembala.
Namun ada juga yang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui apa itu Mesias.
Mereka mengatakan bahwa Mesias tidak menggunakan kekerasan dalam
11
39
pelayanannya. Namun ada juga yang mengatakan bahwa Mesias menggunakan
kekerasan. Mesias menggunakan kekerasan ketika mengusir para pedagang di Bait
Allah.12 Mesias juga menggunakan kekerasan dalam artian sikap keras untuk tetap
percaya kepada Allah.13 Tidak semua orang bisa menjadi Mesias. Mesias tetap
adalah Allah dan Yesus Kristus dan tidak bisa tergantikan. Tidak semua orang bisa
digelari Mesias, namun semua orang bisa meneladani sikap Mesias.14 Mesias itu baik
karena ia adalah penuh kasih. Hal ini berkaitan dengan pertanyaan kedua dalam
bagian Mesias. Kebaikan Mesias juga dilihat dari pelayanannya yang menyelamatkan
dan kesetiaan dalam pelayanan. Mesias menjadi sesuatu yang baik karena
pengajarannya yang berisi kebaikan dan kebenaran.
Jadi menurut bagi orang Dayak Pesaguan Mesias itu adalah Allah yang
menjelma dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Mesias menjadi Juruselamat dengan
menolong umat manusia. Mesias juga menjadi Gembala yang mengajarkan
kebenaran. Mesias itu juga berarti seseorang yang diurapi. Ketika memahami
pelayanan Mesias, Mesias tidak menggunakan kekerasan secara fisik tapi mengajak
umat untuk bersikap keras dalam mengimani Allah. Bagi orang Dayak Pesaguan di
Pengancing, Mesias hanya bisa terjadi pada semua orang sejauh sikapnya bukan
sebagai sebutan. Tidak semua orang bisa disebut sebagai Mesias, tapi semua orang
bisa mencontoh sikap baik dari Mesias. Mesias itu menjadi sesuatu yang baik karena
memiliki kemampuan dalam menyelamatkan, mengajarkan kebaikan serta kebenaran,
penuh kasih dan kesetiaan dalam pelayanan.
12
Wawancara dengan Ibu Yohana Wita. Umur 46 tahun, pendidikan SMA, 09 November 2017.
13
Wawancara dengan Ibu Lusiana Ema. Umur 40 tahun, pendidikan SMP, 09 November 2017.
14
40
Orang Dayak Pesaguan di Pengancing hanyalah mengenal Mesias berdasarkan
pemahaman pandangan Kristen di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Mereka belum mengenal konsep Mesias nirkekerasan. Orang Dayak Pesaguan di
Pengancing mungkin tidak mengenal jika dilihat dari katanya, tapi mereka telah
menunjukkan bahwa setidaknya mereka punya pemahaman awal tentang Mesias
nirkekerasan. Mereka telah mengerti bahwa Mesias tidaklah membawa pesan
kekerasan namun lebih kepada pesan perdamaian dan pemeliharaan keutuhan
hubungan antar personal. Hal itu terlihat dari jawaban mereka yang menggunakan
istilah pembawa damai seperti Juruselamat dan Gembala.
3.5. Suruhan dan Mesias dalam Perpektif Orang Dayak Pesaguan di Pengancing
Mesias tidak bisa disetarakan dengan Suruhan. Ketidaksetaraan itu
dikarenakan Mesias adalah Allah dan Suruhan adalah manusia. Allah tidak bisa
disamakan dengan manusia. Mesias dan Suruhan sangat berbeda karena Suruhan
mengurusi Adat dan Mesias mengurusi hal religius.15 Namun Mesias bisa menjadi
setara dengan Suruhan karena sama-sama wakil dalam dunia ini yang menjadi
pengabdi masyarakat16 dengan mengajarkan kebaikan dan menciptakan kedamaian.17
Mesias dan Suruhan berusaha untuk mendamaikan agar tidak ada perselisihan. Mesias
dan Suruhan juga bisa menjadi setara karena hukum adat juga sama seperti hukum
agama.18 Jadi menurut hasil wawancara ini, Mesias dan Suruhan bisa disetarakan
dalam rangka fungsi pendamaian dan keberadaan diri mereka sebagai wakil salah satu
pihak.
15
Wawancara dengan Bapak Erwanto Katam. Umur 39 tahun, pendidikan SMA, 09 November 2017.
16
Wawancara dengan Bapak Natalius. Umur 37 tahun, pendidikan SMP, 08 November 2017. 17
Wawancara dengan Bapak Stepanus. Umur 42 tahun, pendidikan SMA, 11 November 2017. 18
41
Bagaimana orang Dayak dapat memisahkan tentang hal yang berhubungan
dengan dunia dan ilahi? Orang Dayak dikenal tidak terlalu mementingkan masalah
ketuhanan. Artinya adalah konsep ilahi tidaklah dipandang hanya sebagai satu sosok
ilahi saja. Namun konsep ilahi dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari mereka.
Berbagai kejadian di sekitar mereka dianggap sebagai cara sang ilahi berkomunikasi
dengan mereka.19 Kehidupan rohani mereka tidaklah menjadi kaku karena seluruh
kehidupan mereka adalah kehidupan yang saling berkaitan. Orang Dayak mampu
mengkomunikasikan antara dunia ilahi dengan dunia sekarang, keduanya memang
berbeda namun tidak terpisah.
Pemahaman keberagamaan orang Dayak ini ketika dihubungkan dalam
pemahaman Suruhan dan Mesias nirkekerasan menjadi janggal. Pemahaman
keberagamaan itu berarti orang Dayak tidak membedakan antara dunia ilahi dan dunia
manusia. Namun beberapa jawaban responden dalam topik yang dibahas ini adalah
adanya pembedaan. Pembedaan ini tentunya tidak datang dari pemahaman orang
Dayak itu sendiri. Pembedaan antara dunia ilahi dan dunia manusia datang dari
pemahaman kekristenan yang menenekankan kemenangan Kristus atas budaya. Jika
hal ini berasal dari pemahaman kekeristenan atas budaya, maka menjadi sangat wajar
karena saat itu penginjil pertama di Pengancing adalah penginjil yang beraliran injili.
Pembedaan antara budaya dan agama menjadi hal yang terbawa dan akhirnya
mendarah daging di benak orang Dayak Pesaguan di Pengancing. Jadi ketika
dihadapkan pada konsep Mesias (agama) dan Suruhan (budaya) keduanya tidak dapat
disepadanankan. Kalaupun orang Dayak Pesaguan di Pengancing bisa menganggap
19
42
Mesias nirkekerasan dan Suruhan sepadan, setidaknya itu datang dari sisi lain yaitu
fungsi tugas bukan hakikatnya.
3.6. Analisa Data
Dari hasil wawancara terlihat bahwa orang Dayak Pesaguan di Pengancing
lebih fasih dalam menjelaskan konsep Suruhan yang adalah konsep budaya
dibandingkan dengan konsep Mesias yang adalah konsep religius. Kefasihan mereka
dalam menjelaskan konsep Suruhan dalam budaya karena Suruhan adalah hal yang
sering mereka lihat dan alami kejadiannya. Suruhan menjadi sebuah konsep yang
akrab dengan kehidupan orang Dayak Pesaguan di Pengancing. Kefasihan dalam
menerangkan konsep Suruhan juga ditopang dalam semangat kecintaan terhadap adat.
Peribahasa daerah mengatakan hidup dikandung adat mati dikandung tanah.
Peribahasa itu berarti bahwa setiap orang Dayak Pesaguan di Pengancing perlu
mengetahui tentang adat istiadat yang berlaku di daerah mereka. Dan orang Dayak
Pesaguan di Pengancing dipanggil untuk patuh dan melakukan adat istiadat yang ada.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa Suruhan memiliki peranan penting
dalam hal perkawinan dan hukum adat. Suruhan memposisikan dirinya di tengah dua
belah pihak yang memiliki kepentingan. Keberadaan Suruhan yang netral dan selalu
dibutuhkan menandakan bahwa orang Dayak Pesaguan di Pengancing menghindari
kontak langsung. Oleh karenanya kehadiran Suruhan menjadi sangat penting untuk
menghindari suatu perselisihan yang bisa berujung pada perkelahian. Jika dilihat dari
sejarah terbentuknya kampung Batu Tajam dan Mahawa, juga terlihat bahwa sebisa
mungkin orang Dayak Pesaguan menghindari yang namanya perselihan antara dua
43
Jika dilihat dari sudut Mesias nirkekerasan, Suruhan juga melakukan hal yang
sama yaitu mendamaikan antara dua belah pihak. Suruhan memang bukan hanya
sekedar pesan saja, tapi ia juga bisa menjadi penasihat yang baik bagi kedua belah
pihak. Suruhan dapat memberikan masukan atau pertimbangan yang dapat dipakai
oleh kedua belah pihak. Mesias nirkekerasan memang tidak memberikan masukan
kepada dua belah pihak Yahudi yang berbeda pandangan. Mesias nirkekerasan
menjadi pengambil keputusan yang terbaik untuk kedua belah pihak, sehingga
akhirnya nirkekerasan yang ditempuhnya. Suruhan menjadi mediator agar hubungan
antar individu tetap terjaga.
Suruhan dalam setiap akhir tugasnya selalu diberikan barang sebagai bentuk
ucapan terima kasih dari kedua belah pihak yang menggunakannya. Namun Suruhan
juga tidak bisa menganggap tugasnya sebagai pembawa pesan atau penengah adalah
pekerjaan yang mudah dan berorientasi pada ‘imbalan’. Suruhan harus memahami
bahwa tugasnya adalah menjadi penengah agar kemauan dari dua belah pihak
terpenuhi sehingga acara perkawinan dapat berjalan dengan baik ataupun konflik
dapat didamaikan agar hubungan kembali harmonis.
Menurut Mesias nirkekerasan bahwa hubungan yang kembali harmonis tanpa
adanya konflik atau kekerasan adalah bukti bahwa setiap orang berada dalam kasih
Allah. Kasih Allah terwujud dalam keseharian yang diwarnai keselerasan bukan
konflik atau kekerasan. Suruhan tetap menjaga agar setiap orang tidak memalingkan
dirinya dari kasih Allah. Suruhan tetap menjaga agar kasih Allah itu tetap berada
dalam kehidupan keseharian orang Dayak Pesaguan di Pengancing.
Suruhan bukan hanya mengakomodir dua belah pihak yang terlibat, namun ia
44
Suruhan harus mengetahui tentang adat istiadat Dayak Pesaguan di Pengancing.
Suruhan bukan hanya menjadi penengah tapi ia juga menjadi penasihat dalam hal adat
istiadat. Kehadiran Suruhan menjadi penting bukan hanya karena berkaitan dengan
kegiatan dua pihak tapi berkaitan dengan keseluruhan orang Dayak Pesaguan di
Pengancing. Kesuksesan dalam mengatur acara oleh Suruhan akan membawa
kepuasan bagi dua belah pihak dan kesukacitaan bagi seluruh orang yang terlibat
dalam acara tersebut.
Jika dilihat berdasarkan definisi Mesias, harus diakui Suruhan bukanlah
seorang pemimpin. Ia tidak memiliki pengikut. Ia tidak membentuk gerakannya
sendiri. Suruhan bertindak berdasarkan ketentuan-ketentuan adat yang ada. Oleh
karenanya syarat utama dalam menjadi Suruhan adalah mengetahui tentang adat
istiadat. Namun ketika menjalankan tugasnya, Suruhan dianggap sebagai pemimpin
dalam artian ia menjadi pihak yang paling dihormati saat itu. Ketika seorang
pemimpin yang piawai dalam hal politik, maka Suruhan bisa masuk di dalamnya.
Suruhan bernegosiasi agar tujuan dapat dicapai bersama sesuai dengan kepentingan
masing-masing pihak.
Beberapa responden sulit untuk mengartikan konsep Mesias. Karena
ketidak-tahuan mereka akan Mesias. Hal itu dikarenakan karena beberapa responden jarang
hadir dalam ibadah, sehingga istilah Mesias jarang didengar. Beberapa responden lain
dapat mengartikan konsep Mesias karena sering mendengarnya dalam ibadah.
Walaupun ada beberapa responden sering mendengar dalam ibadah, tapi tetap tidak
mampu mengartikan konsep Mesias. Hal ini menunjukkan bahwa istilah Mesias
adalah istilah yang asing bagi orang Dayak Pesaguan di Pengancing. Istilah Mesias
45
dapat menjadi titik masuk bagi penjelasan Mesias nirkekerasan untuk dapat
dipadanankan dengan Suruhan.
Ketika konsep Suruhan dan Mesias hendak dipadanankan, maka ada beberapa
responden yang menolaknya dan beberapa yang menerimanya. Penolakan responden
didasari perbedaan ranah penjelasan. Responden menolak karena berpikir bahwa adat
dan agama tidak bisa bersatu. Adat dan agama bisa berjalan beriringan namun tidak
pernah dapat melebur. Responden yang menerima berpikir bahwa adat dan agama
bisa bersatu selama bertujuan untuk kebaikan hidup umat. Jadi adat dan agama
mampu melebur menjadi kesatuan hanya dalam tahapan etis bukan dogma. Kesatuan
etis hal ini berhubungan dengan Mesias nirkekerasan. Sebagaimana dibahas dalam
bab sebelumnya, Mesias nirkekerasan menjadi sebuah tahapan etis bukan dogmatis.
Suruhan hadir untuk bertindak dalam tindakan nyata sebagai bentuk tanggung
jawabnya dalam menjaga keutuhan masyarakat.
3.7. Penutup
Suruhan dan Mesias nirkekerasan menjadi dua konsep yang berbeda bagi
orang Dayak Pesaguan di Pengancing. Suruhan adalah konsep di bidang kebudayaan
dan Mesias nirkekerasan adalah konsep di bidang keagamaan. Namun benarkah dua
konsep itu tidak dapat dipadanankan? Apakah ia harus menjadi dua konsep yang
membawa kebingungan bagi orang Dayak Pesaguan di Pengancing, ketika ia harus
berdiri di antara budaya dan agama? Ketika Suruhan dan Mesias nirkekerasan dilihat
secara bersamaan ternyata mereka memiliki kesamaan di antaranya berdiri di antara
dua belah pihak dan berusaha agar tidak terjadi kekerasan di antara sesama. Hal ini
berarti sebenarnya dua konsep ini dapat dipadanankan dalam pikiran orang Dayak
Pesaguan di Pengancing. Perpadanan inilah yang akan dibahas lebih jauh dalam bab