SINOPSIS
PRAKTEK KERJA LAPANG
Pembenihan Rajungan (Portunus pelagicus) di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Kabupaten Takalar
NAMA : YUNI MAHARANI
STAMBUK : L 221 12 269
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
Latar Belakang
Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu komoditas laut yang
mempunyai nilai ekonomis penting. Akan tetapi penangkapan rajungan di alam
yang semakin intensif dan kurang terkendali mengakibatkan populasi alami
rajungan mengalami penurunan terutama di perairan Indonesia. Oleh sebab itu
budidaya rajungan merupakan alternatif yang dapat dilakukan salah satunya untuk
memenuhi kebutuhan pasar baik tingkat lokal maupun ekspor (Djunaedi, 2009).
Kendala utama yang dihadapi dalam budidaya rajungan yaitu ketersediaan
benih. Selama ini kebutuhan benih masih dipenuhi melalui hasil tangkapan di
alam yang jumlahnya terbatas dan tergantung pada musim. Berdasarkan
pertimbangan kontinyuitas produksi pada budidaya, maka perlu dilakukan upaya
untuk menghasilkan benih rajungan secara terkontrol. Sementara itu panti-panti
pembenihan atau hatchery belum mampu memenuhi kebutuhan benih. Hal ini
disebabkan tingginya kematian larva rajungan yang terjadi terutama pada stadia
zoea hingga megalopa. Beberapa hasil penelitian rajungan menunjukkan sintasan
rajungan masih rendah. Effendy dkk, (2005), memperoleh sintasan 20% dari
populasi yang dipelihara. Astuti (2008), memperoleh sintasan 19% dari populasi
yang dipelihara pada stadia zoea sampai megalopa. Pada penelitian lain yang
dilakukan oleh Mustisar dkk. (2013), sintasan yang dihasilkan 12.16% dengan
perlakuan pemberian pakan berupa Branchionus plicatilis yang dikayakan
terlebih dahulu dengan bakteri probiotik L. calseii.
BalaiPerikananBudidaya Air Payau (BPBAP) Takalar, Desa Mappakalompo, Kec.
Galesong, Kab.Takalar , Sulawesi Selatan.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini, yakni mempelajari dan menambah
keterampilan tentang teknik budidaya rajungan (Portunus pelagicus) secara
langsung serta membandingkan antara teori yang didapatkan di bangku kuliah dan
pengaplikasian dilapangan.
Kegunaan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang ini, yakni untuk menambah
wawasan, keterampilan dan bahan informasi tentang teknik budidaya rajungan
(Portunus pelagicus).
Rencana Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini akan dilaksanakan pada bulan Juni
sampai Agustus 2015 di Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Desa
Boddia, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
Adapun rencana kegiatan yang akan dilakukan yaitupersiapan
tambakbudidaya, persiapan bak induk, persiapan bak larva, persiapan air media
pemeliharaan, penanganan induk, pengelolaan kualitas air, pengelolan pakan,
dengan membersihkan dinding dan dasar bak dengan cara disemprot agar lumut
atau kotoran yang melengket dapat hilang, kemudian dibilas dengan
menggunakan deterjen sebagai pembersih lumut dan karang yang menempel pada
bak pemeliharaan digosok dengan kain kasa setelah itu dibilas dengan air laut dan
diberi kaporit. Digunakan juga formalin selama 24 jam hingga merata keseluruh
bagian bak, hal ini dilakukan untuk mencegah hewan kecil (mikroorganisme)
pembawa penyakit. Setelah itu dibilas lagi dengan menggunakan air tawar sampai
merata dan dibiarkan mengering selama 1 hari. Selanjutnya substrat (pasir laut)
yang akan digunakan untuk induk rajungan sebagai tempat membenamkan
dirinya, terlebih dahulu dicuci kemudian dikeringkan. Adapun ketebalan substrat
di dalam bak pemeliharaan berkisar antara 10-15 cm.
b. Persiapan Bak Larva
Larva rajungan dipelihara dalam bak berbentuk kerucut berwarna hitam
bervolume 250 L dan ada juga dipelihara pada berbagai bentuk bak (salah satunya
bentuk segi empat) apabila larva lebih banyak dan bak pemeliharaan terbatas,
tetapi yang lebih sesuai untuk pemeliharaan larva rajungan adalah bentuk bak
kerucut yang ditempatkan dalam ruangan yang memiliki intensitas cahaya dan
suhu yang cukup. Bak pemeliharaan ini dilengkapi dengan aerasi, dimana
fungsinya untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam air dan menciptakan
sirkulasi air dalam media pemeliharaan.
c. Persiapan Air Media Pemeliharaan
Persiapan air untuk larva dilakukan dengan memasukkan air laut kedalam
bak penampungan kemudian dipersiapkan saringan air (filter bag) yang tebal agar
dengan kapas dimasukkan kedalam saringan yang telah diikat menggunakan karet
ban, kemudian dijalankan pompa untuk mengalirkan air kebak penampungan.
Aerasi dipasang dengan kuat setelah mencapai batas maksimum pompa segera
dimatikan, kemudian diberi kaporit sebanyak 75 ppm, dan setelah bau kaporitnya
hilang diberikan thiosulfat untuk menetralisir pengaruh kaporit selama 6 jam
2. Penanganan Induk a. Pemeliharaan Induk
Tujuan dari Pemeliharaan induk Rajungan adalah untuk memproduksi
larva rajungan dengan kualitas telur yang bagus. Bak pemeliharaan induk
rajungan dilengkapi sekat berbentuk persegi yang bertujuan untuk mengurangi
kanibalisme induk dan untuk memanipulasi lingkungan. Dalam pemeliharaan
induk rajungan juga dilakukan pemberian subtrat Pasir koral dengan ketinggian
pasir dalam bak 10-15 cm.
b. Penanganan Induk Matang Telur
Tujuan dalam penanganan induk yang matang telur adalah untuk
menghasilkan telur yang berkualitas dengan harapan laju daya tetas telur yang
cukup tinggi. Pertama-tama induk betina yang matang telur ditempatkan dalam
bak beton dan diberi sekat berukuran 50 x 50 x 50 cm dan diberi substrat pasir
dengan kedalaman antara 10-15 cm setelah itu diberi aerasi dan induk siap
ditebar. Dalam setiap sekat ditebar induk betina sebanyak satu ekor.Pakan yang
digunakan berupa cumi-cumi dengan pemberian pakan setiap 2 kali sehari.
c. Penetasan Telur
Tujuan dari penetasan telur adalah untuk menetaskan telur dari induk
Penetasan telur ini pada prinsipnya tidak banyak berbeda dengan cara menetaskan
telur udang, karena keduanya berasal dari Crustacea. Wadah penetasan telur
rajungan yang digunakan adalah fiber berkapasitas 250 L dengan 1 ekor
induk/wadahyang dilengkapi aerasi sebagai pelengkapnya. Air yang digunakan
sebelumnyaditreatment dengan menggunakan kaporit 15 ppm yang diberi aerasi.
Selama ± 6 jam atau sampai hilang kandungan klorinnya kemudian diberi
thiosulfat sebanyak 5 ppm. Selanjutnya dilakukan penyinaran lampu ultra violet
yang bertujuan untuk mematikan bakteri atau kuman yang terdapat didalam air.
Kemudian air disaring dengan kapas (filter bag) dengan salinitas 30 ppt atau lebih
tergantung pada salinitas air laut yang digunakan.
d. Penanganan Larva
Tujuan dalam kegiatan ini adalah untuk memelihara larva agar tingkat
kelansungan hidupnya tinggi sampai pada stadia crablet.
1. Penanganan Stadia Zoea
Langkah awal yang dilakukan dalam pemeliharaan larva rajungan yaitu
menyiapkan bak dengan melengkapi sistem aerasi, dan mengisi air laut yang
terlebih dahulu ditretmen. Perkembangan stadia zoea dikontrol setiap hari dengan
melihat perubahan bentuk dari zoea. Pengamatan perkembangan zoea ini penting
dilakukan karena berhubungan dengan jenis dan dosis pakan yang akan diberikan
untuk menentukan tingkat kelangsungan hidup larva kepiting rajungan
(P.pelagicus).
2. Penanganan Stadia Megalopa
Pada stadia megalopa, sebelum menebar kedalam bak pemeliharaan,
pertumbuhan. Dilakukan pemasangan shelter dari bahan plastik berbentuk jaring
yang berlubang-lubang secara merata dipasang keseluruh permukaan bak.
Pemasangan shelter dilakukan dengan cara berbaris atau bersusun sejajar yang
didahului shelter berwarna biru kemudian diatasnya dipasangkan shelter hitam.
Dimana shelter disini berguna sebagai tempat persembunyian larva dari sikap
saling mencapit dan kanibalisme.
3. Penanganan Stadia Crablet
Setelah diamati dan sudah memasuki stadia crab, pelindung (shelter)
segera diangkat satu persatu menggunakan kayu dengan sangat hati-hati agar crab
yang menempel pada waring tidak strees dan bahkan menyebabkan kematian.
Shelter dikibas pelan-pelan agar crablet tidak terlempar jauh dan menempel
ditembok. Pakan yang diberikan stadia crab dapat berupa biomass artemia, udang
rebon, jambret. Pakan diberikan pagi dan sore hari disesuaikan dengan kebutuhan
crab
e. Pengelolaan Kualitas Air
Tujuan pengelolaan kualitas air adalah untuk menjaga kualitas air tetap
terjaga agar larva yang dipelihara bebas dari penyakit dan tingkat unsur logam
yang dapat membahayakan kehidupan larva.Selama pemeliharaan kualitas air
harus dijaga supaya tetap baik. Pergantian air dilakukan setiap hari sekitar 50 –
100% secara periodik dalam waktu 15 hari sekali.
f. Pengelolaan Pakan
Tujuan dalam pengelolaan pakan adalah sebagai nutrisi untuk menunjang
pertumbuhan dan kehidupan larva. Pertama-tama pada stadia zoea-1 pakan yang
zoea-2 sampai pada zoea-4 pakan alami yang diberikan berupa rotifera dan
Artemia salina, serta pada fase megalopa cukup diberi artemia yang diperkaya
dengan multivitamin dan pada fase crab diberi flake, jamret, dan udang rebon.
Pakan alami yang diberikan selama stadia zoea adalah rotifera
(Brachionus plicatilis), Artemia salina dan pakan buatan. Pakan buatan diberikan
sebagai penunjang untuk melengkapi nutrisi yang dibutuhkan larva rajungan
ataupun sebagai pengganti pakan alami.
g. Pengendalian Penyakit
Tujuan pengendalian penyakit yaitu untuk menekan tingkat mortalitas dan
meningkatkan sintasan larva rajungan. Pada wadah induk dilakukan pergantian air
secara rutin. Hal ini di lakukan untuk mengurangi penumpukan bahan-bahan
organik yang ada dan menjaga kestabilan oksigen maka perlu dilakukan
pergantian air setiap pagi hari. Selain itu, pada stadia zoea untuk mencegah
penyakit dalam pemeliharaan larva harus dilakukan pergantian air dan penyiponan
sisa-sisa pakan yang mengendap didasar bak, oleh sebab itu perlu dilakukan setiap
hari.
h. Panen dan Pasca Panen
Tujuan dari pemanenan adalah untuk mengetahui hasil dan tingkat
kelansungan hidup dari kegiatan produksi pembenihan rajungan.Tahap akhir dari
pemeliharaan benih rajungan adalah panen. Adapun persyaratan benih rajungan
yang siap panen adalah sebagai berikut:
Stadia min crab 5
Benih rajungan berumur 18 hari
Karapas tidak berwarna putih pucat
Pemanenan dilakukan dengan cara mengurangi seluruh air media
pemeliharaan dengan menggunakan saringan. Pipa pengeluaran pada bak
pemeliharaan diberi saringan untuk menampung benih rajungan. Pengumpulan
benih dilakukan dengan menggunakan scoop net dan ditampung dalam ember
DAFTAR PUSTAKA
Djunaedi, A. 2009. Kelulushidupan dan Pertumbuhan Crablet Rajungan (Portunus pelagicus) pada Budidaya dengan Substrat yang Berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro. Semarang