• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan pendahuluan cedera kepala paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan pendahuluan cedera kepala paru"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN CEDERA KEPALA

A. KONSEP DASAR MEDIS 1. PENGERTIAN

Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2007: 3).

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001)

Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

2. ETIOLOGI

Cidera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas ( Mansjoer, 2000:3). Penyebab cidera kepala antara lain: kecelakaan lalu lintas, perkelahian, terjatuh, dan cidera olah raga. Cidera kepala terbuka sering disebabkan oleh peluru atau pisau (Corkrin, 2001:175).

a. Cedera Kepala Primer yaitu cedera yang terjadi akibat langsung dari trauma: 1) Kulit : Vulnus, laserasi, hematoma subkutan, hematoma subdural. 2) Tulang : Fraktur lineal, fraktur bersih kranial, fraktur infresi (tertutup &

terbuka).

3) Otak : Cedera kepala primer, robekan dural, contusio (ringan, sedang, berat), difusi laserasi.

b. Cedera Kepala Sekunder yaitu cedera yang disebabkan karena komplikasi : 1) Oedema otak

(2)

5) Syok

3. MANIFESTASI KLINIK a. Berdasarkan anatomis

1) Gegar otak (comutio selebri)

a) Disfungsi neurologis sementara dapat pulih dengan atau tanpa kehilangan kesadaran

b) Pingsan kurang dari 10 menit atau mungkin hanya beberapa detik/menit

c) Sakit kepala, tidak mampu konsentrasi, vertigo, mungkin muntah d) Kadang amnesia retrogard

2) Edema Cerebri

a) Pingsan lebih dari 10 menit

b) Tidak ada kerusakan jaringan otak c) Nyeri kepala, vertigo, muntah 3) Memar Otak (kontusio Cerebri)

a) Pecahnya pembuluh darah kapiler, tanda dan gejalanya bervariasi tergantung lokasi dan derajad

b) Ptechie dan rusaknya jaringan saraf disertai perdarahan c) Peningkatan tekanan intracranial (TIK)

d) Penekanan batang otak e) Penurunan kesadaran f) Edema jaringan otak g) Defisit neurologis h) Herniasi

4) Laserasi

a) Hematoma Epidural

(3)

 kacau mental → koma

 gerakan bertujuan → tubuh dekortikasi atau deseverbrasi  pupil isokhor → anisokhor

b) Hematoma subdural

 Akumulasi darah di bawah lapisan duramater diatas arachnoid, biasanya karena aselerasi, deselerasi, pada lansia, alkoholik.  Perdarahan besar menimbulkan gejala-gejala seperti perdarahan

epidural

 Defisit neurologis dapat timbul berminggu-minggu sampai dengan berbulan-bulan

 Gejala biasanya 24-48 jam post trauma (akut)  perluasan massa lesi

 peningkatan TIK

 sakit kepala, lethargi, kacau mental, kejang  disfasia

c) Perdarahan Subarachnoid  Nyeri kepala hebat  Kaku kuduk

b. Berdasarkan nilai GCS (Glasgow Coma Scale) 1) Cidera kepala Ringan (CKR)

a) GCS 13-15

b) Kehilangan kesadaran/amnesia <30 menit c) Tidak ada fraktur tengkorak

d) Tidak ada kontusio celebral, hematoma 2) Cidera Kepala Sedang (CKS)

a) GCS 9-12

b) Kehilangan kesadaran dan atau amnesia >30 menit tetapi kurang dari 24 jam

c) Dapat mengalami fraktur tengkorak 3) Cidera Kepala Berat (CKB)

a) GCS 3-8

b) Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia > 24 jam

(4)

4. PATOFISIOLOGI

Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya. Tanpa perlindungan ini, otak yang lembut (yang membuat kita seperti adanya) akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan. Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu trauma kepala.. Lesi pada kepala dapat terjadi pada jaringan luar dan dalam rongga kepala. Lesi jaringan luar terjadi pada kulit kepala dan lesi bagian dalam terjadi pada tengkorak, pembuluh darah tengkorak maupun otak itu sendiri.

Terjadinya benturan pada kepala dapat terjadi pada 3 jenis keadaan, yaitu : a. Kepala diam dibentur oleh benda yang bergerak,

b. Kepala yang bergerak membentur benda yang diam dan,

c. Kepala yang tidak dapat bergerak karena bersandar pada benda yang lain dibentur oleh benda yang bergerak (kepala tergencet).

Terjadinya lesi pada jaringan otak dan selaput otak pada cedera kepala diterangkan oleh beberapa hipotesis yaitu getaran otak, deformasi tengkorak, pergeseran otak dan rotasi otak.

(5)

mendadak sangat berbahaya bagi pembuluh darah otak karena terjadi penekanan, sehingga daerah yang memperoleh suplai darah dari pembuluh tersebut dapat terjadi kematian sel-sel otak. Begitu juga bila terjadi pergerakan kepala ke depan.

5. PATHWAY Terlampir

6. KOMPLIKASI

Kemunduran pada kondisi pasien mungkin karena perluasan hematoma intrakranial, edema serebral progresif, dan herniasi otak

a. Edema serebral dan herniasi

Edema serebral adalah penyebab paling umum peningkatan TIK pada pasien yang mendapat cedera kepala, puncak pembengkakan yang terjadi kira kira 72 jam setelah cedera. TIK meningkat karena ketidakmampuan tengkorak untuk membesar meskipun peningkatan volume oleh pembengkakan otak diakibatkan trauma..

b. Defisit neurologik dan psikologik

Pasien cedera kepala dapat mengalami paralysis saraf fokal seperti anosmia (tidak dapat mencium bau bauan) atau abnormalitas gerakan mata, dan defisit neurologik seperti afasia, defek memori, dan kejang post traumatic atau epilepsy.

c. Komplikasi lain secara traumatic :

1) Infeksi sitemik (pneumonia, ISK, sepsis)

2) Infeksi bedah neurologi (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventikulitis, abses otak)

3) Osifikasi heterotropik (nyeri tulang pada sendi sendi) d. Komplikasi lain:

(6)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan Laboratorium

Tidak ada pemeriksaan laboratorium khusus, tetapi untuk memonitoring kadar O2 dan CO2 dalam tubuh di lakukan pemeriksaan AGD adalah salah satu test diagnostic untuk menentukan status respirasi..

b. CT-scan : mengidentifikasi adanya hemoragik dan menentukan pergeseran jaringan otak.

c. Foto Rontgen : Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur) perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang.

d. MRI : sama dengan CT-scan dengan/ tanpa kontras.

e. Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral, perdarahan.

f. Pemeriksaan pungsi lumbal: mengetahui kemungkinan perdarahan subarahnoid

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN

Umum a. Airway

1) Pertahankan kepatenan jalan nafas

2) Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis

3) Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut b. Breathing

1) Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman

2) Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi oksigen c. Circulation

1) Kaji keadaan perfusi jaringan perifes (akral, nadi capillary rafill, sianosis pada kuku, bibir)

2) Monitor tingkat kesadaran, GCS, periksa pupil, ukuran, reflek terhadap cahaya

(7)

Khusus

a. Konservatif : Dengan pemberian manitol/gliserin, furosemid, pemberian steroid

b. Operatif : Tindakan kraniotomi, pemasangan drain, shuting prosedur

c. Monitoring tekanan intrakranial : yang ditandai dengan sakit kepala hebat, muntah proyektil dan papil edema

d. Pemberian diet/nutrisi e. Rehabilitasi, fisioterapi Prioritas Keperawatan

a. Memaksimalkan perfusi/fungsi serebral b. Mencegah/meminimalkan komplikasi

c. Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum trauma d. Meningkatkan koping individu dan keluarga

e. Memberikan informasi Kebutuhan sehari-hari :

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.

Tanda : Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadreplegia, ataksia cara berjalan tak tegap, masalah dalam keseimbangan, cedera (tauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastic

b. Sirkulasi

Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi, disritmia

c. Integritas Ego

Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)

Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan inpulsif

d. Eliminasi

Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi e. Makanan/Cairan

Gejala : Mual, muntah, dan mengalami perubahan selera

(8)

f. Neurosensori

Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian. Vertigo, sinkope, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstermitas. Perubahan dalam penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia.

g. Gangguan pengecapan dan juga penciuman.

Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental (orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah laku dan memori).

Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti.

Kehilangan pengindraan, spt: pengecapan, penciuman dan pendengaran. Wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak seimbang, reflek tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia, hemiparese, quadreplegia, postur (dekortikasi, deserebrasi), kejang. Sangat sensitive terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh, kesulitan dalam menentukan posisi tubuh h. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih.

i. Pernafasan

Tanda : Perubahan pola nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi). Napas berbunyi, stridor, tersedak. Ronkhi, mengi positif (kemungkinan karena respirasi)

j. Keamanan

Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.

k. Kulit: laserasi, abrasi, perubahan warna, spt “raccoon eye”, tanda battle disekitar telinga (merupakan tanda adanya trauma). Adanya aliran cairan (drainase) dari telinga/hidung (CSS).

(9)

Tanda : Afasia motorik dan sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang ulang, disartris, anomia.

n. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Penggunaan alcohol/obat lain

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan (spesifik serebral) b.d aliran arteri dan atau vena terputus,

b. Nyeri akut b.d dengan agen injuri fisik, c. Defisit self care b.d de-ngan kelelahan, nyeri

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Status sirkulasi

2. Perfusi jaringan 3. Monitor intake dan output 4. Pasang restrain, jika perlu 5. Monitor suhu dan angka leukosit 6. Kaji adanya kaku kuduk

7. Kelola pemberian antibiotik

8. Berikan posisi dengan kepala elevasi 30-40O dengan leher dalam posisi netral

9. Minimalkan stimulus dari lingkungan 10. Beri jarak antar tindakan

keperawatan untuk meminimalkan peningkatan TIK

11. Kelola obat obat untuk mempertahankan TIK dalam batas spesifik

Monitoring Neurologis (2620)

1. Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil

2. Monitor tingkat kesadaran klien 3. Monitor tanda-tanda vital

(10)

· Klien menunjukkan

6. Hindari aktivitas jika TIK meningkat 7. Observasi kondisi fisik klien

Terapi Oksigen (3320)

1. Bersihkan jalan nafas dari secret 2. Pertahankan jalan nafas tetap efektif 3. Berikan oksigen sesuai instruksi 4. Monitor aliran oksigen, kanul

oksigen, dan humidifier

5. Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen 6. Observasi tanda-tanda hipoventilasi 7. Monitor respon klien terhadap

pemberian oksigen

8. 8Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktivitas dan tidur

2 Nyeri akut b.d

1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri.

2. Observasi respon ketidaknyamanan secara verbal dan non verbal.

3. Pastikan klien menerima perawatan

6. Monitoring perubahan nyeri baik aktual maupun potensial.

7. Sediakan lingkungan yang nyaman. 8. Kurangi faktor-faktor yang dapat

menambah ungkapan nyeri.

9. Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi sebelum atau sesudah nyeri berlangsung.

(11)

2. Menunjukkan tingkat

3. Monitor tanda, gejala dan efek samping obat.

4. Monitor interaksi obat.

5. Ajarkan pada klien / keluarga cara mengatasi efek samping pengobatan. 6. Jelaskan manfaat pengobatan yg dapat

mempengaruhi gaya hidup klien.

Pengelolaan analgetik (2210)

1. Periksa perintah medis tentang obat, dosis & frekuensi obat analgetik.

2. Periksa riwayat alergi klien.

3. Pilih obat berdasarkan tipe dan

10. Berikan obat dengan prinsip 5 benar 11. Dokumentasikan respon dari analgetik

dan efek yang tidak diinginkan 3 Defisit self care b.dNOC:

(12)

de-ngan kelelahan,

2. Libatkan klien dan dampingi

3. Berikan bantuan selama klien masih mampu mengerjakan sendiri

NIC: ADL Berpakaian Aktifitas:

1. Informasikan pada klien dalam memilih pakaian selama perawatan

2. Sediakan pakaian di tempat yang mudah dijangkau

3. Bantu berpakaian yang sesuai 4. Jaga privcy klien

5. Berikan pakaian pribadi yg digemari dan sesuai

NIC: ADL Makan

1. Anjurkan duduk dan berdo’a bersama teman

2. Dampingi saat makan

3. Bantu jika klien belum mampu dan beri contoh

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius

Brunner & Suddart . 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Carolyn M. Hudak. 2001. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC

Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan dan Masalah Kolaborasi. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Corwin, E.J. 2002. Handbook of Pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC

Diagnosa NANDA (NIC & NOC) Disertai Dengan Dischange Planning. 2007-2008. Jakarta: EGC

Price, S.A. & Wilson, L.M. 2002. Pathophysiology : Clinical Concept of Disease Processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC

Sandra M. Nettina. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan, Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical – Surgical Nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC

Suyono, S, et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

LAPORAN PENDAHULUAN CEDERA KEPALA

(14)

Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase Keperawatan Gawat Darurat

Di susun oleh:

WA ODE SRI ASNANIAR J.230 123 024

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat saat tertentu atau khususnya saat client akan terhubung (assosiate) atau ketika akan memutuskan diri (deauthentication) dari sebuah jaringan wireless, maka

pertumbuhan dan produksi adalah pada air tanah kapasitas lapang.terdapat interaksi sangat nyata antara varietas dan kadar air tanah terhadap tinggi tanaman umur 45

يكيكفتلا كأ يسنرفلا يئاسنلا م بيدلأا دقنللاا يئاسنلا م بيدلأا دقنللاا Anglo-Amerika اراغيناياج بٌايرانوس لأر Soenarjati Djajanegara ول دقنلا

$emakin lama seseorang menderita penyakit ini, semakin besar kemungkinannya akan mengalami neuropati yang umumnya secara klinis tertampak dalam &amp; tahun pertama setelah diagnosis

 j aringan komputer, digunakan suatu model arsit ektur sist em t erdist ri busi yang berbentuk :..

Tidak hanya gebyok, saya mendapatkan banyak mendengar cerita dari &#34;arga mengenai cerita kali 1engek, maupun cerita tokoh!tokoh yang kini makamnya berada di

Pada halaman ini dapat dilihat lebih mendetail terkait rencana setiap mitra kl, terdapat fitur untuk export ke format excel dan cetak, untuk melihat data lebih detail