• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALIRAN TATA BAHASA Pengantar Linguistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ALIRAN TATA BAHASA Pengantar Linguistik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ALIRAN TATA BAHASA

~ Pengantar Linguistik~

Dosen Pembimbing:

Karlina Helmanita, M.Hum

Semester 3-B

Kelompok 4:

Salma Hafiz

(11140240000032)

A. Aliran Tradisional

JURUSAN TARJAMAH (BAHASA ARAB)

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Asal usul bahasa merupakan aspek bahasa yang paling banyak dipertentangkan. Sehingga pada tahun 1866 Masyarakat Linguistik Perancis melarang mendiskusikan asal bahasa karena itu hanya spekulasi yang tiada artinya. Para peminat studi bahasa tentu harus hangat tanggap kepada asal usul bahasa ini, meskipun sulit untuk ditelusuri secara ilmiah. Asal-usul bahasa sendiri dalam linguistik dikenal dengan teori tradisional.1

Teori ini merupakan teori yang berdasarkan pada pola pemikiran secara filosofis yang bermula dari Plato dan Aristoteles.2

Para filsuf-filsuf Yunani memperdebatkan apakah bahasa dipengaruhi oleh “alam” atau “konvensi”. Pertentangan antara “alam” dan “konvensi” ini biasa dalam spekulasi filsafat Yunani. Apabila suatu lembaga tertentu dikatakan “alamiah”, itu berarti bahwa lembaga itu berasal dari asas-asas yang abadi dan tidak berubah di luar manusia sendiri; sedangkan “konvensional” adalah hasil dari kebiasaan dan tradisi yakni persetujuan yang tidak terucapkan, atau ”perjanjian sosial”, antara angota-anggota masyarakat “perjanjian” yang dapat dibatalkan oleh manusia, karena itu adalah hasil perbuatan manusia sendiri.3

Pada akhir abad ke-2 SM, Dyonisius Thrax, ahli bahasa terkemuka saat itu merupakan orang pertama yang berhasil membuat aturan tata bahasa secara sistematis serta menambahkan kelas kata adverbia, partisipel, pronomina, dan preposisi terhadap kelas kata.4

Di sisi lain, perkembangan linguistik tradisional juga terjadi di dunia Arab setelah turunnya al-Quran. Mulai dari situlah orang Arab mulai serius mengkaji bahasa Arab.5 Pada aliran linguistik Arab tradisional ini, ada tiga

hal penting yang dapat diambil yakni sebagai berikut.6

1. Para ahli bahasa Arab telah lama melakukan kajian kebahasaan, mulai dari fonetik, sintaksis, morfologi, dan leksikografi

1 A. Czaedar Alwasilaz, Linguistik Suatu Pengantar (Bandung: Percetakan Angkasa, 1993), zal. 1.

2 Soeparno, Dasar-Dasar Linguistik Umum (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2002), zal. 44.

3 Jozn Lyons, Pengantar Teori Linguistik (Jakarta: Gramedia, 1995), zal. 6.

4 Mocz. Syarif Hidayatullaz, Cakrawala Linguistik Arab (Tangerang Selatan: Alkitabaz, 2012), zal. 13.

(3)

2. Kajian kebahasaan tersebut umumnya masih bersifat deskriptif

3. Para ahli bahasa belum melakukan analisis kontrastif yang memperbandingkan bahasa Arab dengan bahasa lainnya.

Adapun ciri-ciri dari aliran tradisional tersebut adalah sebagai berikut. 7

1. Bertolak dari Pola Pikir Secara Filosofis

Kriteria pembagian jenis kata yang dipergunakan tidak lagi semata-mata filosofis, akan tetapi sudah mengarah sedikit ke pemikiran linguistik.

2. Tidak Membedakan Bahasa dengan Tulisan

Teori ini mencampurkan pengertian bahasa (arti sebenarnya) dengan tulisan (perwujudan bahasa dengan media huruf). Ini dikarenakan kebiasaan orang-orang Romawi yang mendewa-dewakan bahasa tulis, dan juga karena terpacu oleh pesatnya teknologi Guttenberg (penemu mesin tulis/mesin cetak)

3. Senang Bermain dengan Definisi

Ciri ini merupakan pengaruh dari cara berfikir secara dedukatif. Semua istilah diberi definisi terlebih dahulu dan untuk selanjutnya diberi contoh, yang kadang-kadang hanya ala kadarnya. Teori ini tidak pernah menyajikan kenyataan-kenyataan bahasa yang kemudian dianalisis dan disimpulkan. Yang paling utama adalah memahami istilah dengan menghafal definisi yang dirumuskan secara filosofis. 4. Pemakaian Bahasa Berkiblat pada Pola/Kaidah

Ketaatan pada pola ini diwarisi sejak para ahli tata bahasa tradisional mengambil alih pola-pola bahasa Latin untuk diterapkan pada bahasa mereka sendiri. Kaidah bahasa yang telah mereka susun dalam bentuk buku tata bahasa harus benar-benar ditaati oleh pemakai bahasa. Setiap pelanggaran kaidah dinyatakan sebagai bahasa yang salah atau tercela. 5. Level-level Gramatik Belum Ditata Secara Rapi

Level tataran terendah menurut teori ini adalah huruf. Level di atas huruf adalah kata, sedangkan level yang tertinggi adalah kallimat. Menurut teori ini, huruf didefinisikan sebagai unsur bahasa terkecil, kata didefinisikan sebagai kumpulan dari huruf yang menagandung

(4)

arti, sedangkan kalimat didefinisikan sebagai kumpulan kata yang mengandung pengertian lengkap.

6. Tata Bahasa Didominasi oleh Jenis Kata (part of speech)

Ciri ini merupakan ciri yang paling menonjol di antara ciri-ciri yang lain. Hal ini dapat dimengerti karena masalah penjenisan kata merupakan aspek linguistik yang paling tua dalam sejarah kajian linguistik. Sejak Plato menemukan dua macam jenis kata yakni onoma/ kata benda dan rhema/ kata sifat atau kerja yang kemudian Aristoteles mengukuhkan menjadi tiga jenis kata yakni dengan menambah

syndesmos tidak pernah mengalami perubahan bentuk oleh perbedaan apa pun. Pemberian fungsi jenis kata dalam kalimat dibahasakan dalam istilah (1) nomina, (2) pronomina, (3) artikel, (4) verba, (5) adverbia, (6) preposisi, (7) partisipium, dan (8) konjugasi.

B. TEORI/ALIRAN STRUKTURAL

Teori ini berlandaskan pola pemikiran secara behaviorisik. Paham behavioristik beranggapan bahwa jiwa seseorang dan hakikat sesuatu hanya bisa dideteksi lewat tingkah laku dan perwujudan lahiriahnya yang tampak. Sejalan dengan itu, aliran struktural mengamati bahasa dan hakikatnya dalam perwujudannya yang konkret sebagai bentuk ujaran.

Aliran struktural lahir pada awal abad XX atau tepatnya pada tahun 1916. Tahun tersebut sangat monumental karena pada tahun inilah terbit buku berjudul “Course de Linguistique Generale” karya Ferdinand De Seassure yang berisi teori-teori struktural yang juga sebagai pokok-pokok pikiran linguistik modern. Inilah mengapa De Seassure dijuluki ‘Bapak Strukturalisme’ dan sekaligus ‘Bapak Linguistik Modern’.8

Terlepas dari dunia Barat, ternyata di dunia Arab justru yang lebih dulu menerapkan linguistik dengan pendekatan modern. Ini karena di dunia Arab, Jorji Zaidan dengan karyanya falsafah lughawiyyah wa al-alfa:zh al-‘arabiyyah, telah mengangkat karakter, fungsi, dan metode pengajaran bahasa.9

Adapun ciri-ciri aliran struktural tersebut adalah sebagai berikut.

8 Ibid., zal. 47.

(5)

1. Berlandasakan pada Paham Behavioristik

Proses bahasa merupakan suatu proses rangsang-tanggap (stimulus-respon). Setiap manusia berujar pada dasarnya merupakan respons dari sutau stimulus. Stimulus ada kalanya berupa ujaran, ada kalanya berupa isyarat dengan gerakan anggota badan, dan ada kalanya berupa situasi.

2. Bahasa Berupa Ujaran

Ciri ini menunjukkan bahwa hanya yang berupa ujaran sajalah yang merupakan bahasa. Bentuk-bentuk perwujudan yang selain ujaran tidak dapat digolongkan bahasa dalam arti sebenarnya, termasuk juga tulisan.

3. Bahasa Berupa Sistem Tanda (signnifie dan significant)

Pada hakikatnya bahasa adalah tanda. Sistem tanda tersebut bersifat arbitrer dan konvensional. Sistem tanda dalam bahasa terdapat dua sisi, sisi pertama berupa signifie tertanda) sedangkan sisi lain berupa

significant (penanda). Adapun yang dimaksud dengan arbitrer adalah sifat dari tanda tersebut adalah semena-mena. Namun demikian, semena-menaan itu dibatasi oleh suatu konvensi atau kesepakan antar pemakai.

4. Bahasa Merupakan Faktor Kebiasaan (habit)

Ciri ini dipertentangan oleh teori transformasi yang beranggapan bahwa bahasa bukan faktor kebiasaan melainkan berupa faktor warisan (innate). Aliran struktural berkeyakinan bahwa teorinya benar dan dapat memberikan bukti yang meyakinkan.

Berkaitan dengan konsep habit ini, kaum strukturalis memnerapkan metode di dalam pembelajaran bahasa yang kemudian terkenal dengan metode drill and practice, yakni suatu bentuk metode yang menerapkan pemberian latihan yang terus menerus dan berulang-ulang sehingga akhirnya membentuk suatu kabiasaan. Sayangnya bentuk latihan semacam ini sangat menjemukkan.

5. Kegramatikalan Berdasarkan Keumuman

(6)

sajalah yang dinilai sebagai bentuk yang gramatikal. Bentuk-bentuk yang secara kaidah sebenarnya betul akan tetapi belum biasa dipakai atau belum umum, maka bentuk tersebut terpakasa dnyatakan sebagai bentuk yang tidak gramatikal. Dengan demikian standar yang dipakai untuk menetapkan kegramatikalan suatu bahasa adalah standar keumuman, bukan standar kaidah atau norma. Contoh: kata bupati + ke-an seharusnya menurut kaidah menjadi kebupatian sama halnya dengan kata menteri + ke-an menjadi kementerian. Akan tetapi bentuk kata kebupatian tidak dianggap gramatikal karena tidak umum.

6. Level-level Gramatikal Ditegakkan Secara Rapi

Level-level gramatikal mulai ditegakkan dari level terendah berupa fonem sampai level tertinggi yang berupa kalimat. Secara berturut-turut level atau tataran gramatikal tersebut adalah morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat. Tataran di atas kalimat belum terjangkau oleh aliran ini.

7. Tekanan Analisis pada Bidang Morfologi

Aliran strukturalisme lebih menekankan analisis morfologi. Hal ini tidak berarti bahwa bidang yang lain diabaikan begitu saja.

8. Bahasa Merupakan Deretan Sintakmatik da Paradigmatik a. Deretan Sintakmatik

Deretan ini adalah deretan unsur secara horisontal yang terjadi dalam segala tataran. Fonem-fonem segmental secara sintakmatik membentuk struktur yang lebih besar berupa silabel dan morfem. Prosedur semacam ini dinamakan fonotaktik. Morfem-morfem secara sintakmatik membentuk struktur yang lebih besar, yakni kata, kata-kata menjadi farasa, frasa-frasa menjadi klausa, klausa-klausa menjadi kalimat. Tiga prosede yang disebut terkakhir yang dinamakan prosede sintaksis.

b. Deretan Paradigmatik

(7)

ضيرم بلك Seekor anjing sakit

Kegunaan derertan pardigmatik ini adalah untuk mencari atau menentukan unsur-unsur bahasa. Pad deretan paradigmatik di atas kita bisa menentukan bahwa unsur bahasa-bahasa ‘kalbun’ berarti anjing. Deretan paradigmatik ini juga berlaku pada semua tataran. 9. Analisis Bahasa Secara Deskripsif

Menurut aliran struktural analisis bahasa harus didasarkan atas kenyataan yang ada. Data bahasa yang dianalisis hanyalah data yang ada pada saa penelitian dilakukan. Semboyan mereka: describe the facts, all the facts, and nothing but the facts.

10. Analisis Struktur Bahasa Berdasarkan Unsur Langsung

Yang dimaksud dengan unsur langsung adalah unsur yang setingkat lebih rendah atau lebih bawah dari struktur tersebut. Unsur langsung ini biasa juga disebut dengan istilah immidiate constituents disingkat Ics atau “unsur bawahan terdekat”. Disingkat UBT.

Dalam teori struktural ada beberapa model analisis unsur langsung, antara lain model Nida, model Hockett, model Nelson, dan model

c. Model Nelson : {(a) [(beautiful) (girls)]} d. Model Wells :

C. Teori/Aliran Transformasional

girl beautiful

(8)

Transformasi berarti hubungan-hubungan yang lebih dalam.10

Aliran yang dipelopori oleh N. Chomsky ini merupakan reaksi dari paham strukturalisme. Konsep strukturalisme yang paling ditentang ialah konsep bahwa bahasa sebagai faktor kebiasaan (habit). Setiap tata bahasa dari suatu bahasa, menurut Chomsky, adalah merupakan teori bahasa itu sendiri; dan tata bahasa itu harus memenuhi dua syarat, yaitu11:

Pertama, kalimat yang dihasilkan tata bahasa itu harus daoat diterima oleh pemakai bahasa tersebut, sebagai kalimat yang wajar dan tidak dibuat-buat.

Kedua, tata bahasa tersebut harus berbentuk sedemikian rupa, sehingga satuan atau istilah yang digunakan tidak berdasarkan pada gejala bahasa tertentu saja, dan semua ini harus sejajar dengan teori linguistik tertentu.

Adapun ciri-ciri aliran transformasional adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan Paham Mentalistik

Aliran ini beranggapan bahwa proses berbahasa bukan sekedar proses rangsang tanggap semata-mata, akan tetapi justru menonjol sebagai proses kejiwaan. Proses berbahasa bukan sekedar proses fisik yang berupa bunyi sebagai hasil sumber getar yang diterima oleh alat keturunan). Apabila kaum struktural dapat memberikan bukti bahwa bahasa merupakan habit, maka kaum transformasi pun dapat menunjukkan bahwa bahasa bukan habit. Dalam kasus ini, Chomsky dapat membuktikan melalui rekan ahli bedahnnya bahwa struktur otak

10 Jozn Lyons, op.cit., zal. 244.

(9)

simpanse dengan manusia persis kecuali satu simpul syaraf bicara yang ada pada manusia tidak dimiliki pada simpanse meskipun ada simpanse yang kecerdasan otaknya mendekati manusia, meskipun simpanse itu harus dilatih seribu kali dalam sehari. inilah mengapa sebab tidaknya berbicara itu bukan faktor latihan atau kebiasaan akan tetapi faktor warisan atau innate.

3. Bahasa Terdiri atas Lapis Dalam dan Lapis Permukaan

Teori transformasi memisahakan bahasa atas dua lapis, yakni deep structure (struktur dalam/ lapis batin) dan surface structure (Struktur luar, struktur lahiriah). Lapis batin adalah tempat terjadinya proses berbahasa yang sesungguhnya/ secara mentalistik, dan lapis permukaan adalah wujud lahiriah yang ditransformasikan dari laips batin. Aku tresno marang kowe, Aku cinta padamu, I love you, Wo ai ni merupakan empat struktur permukaan yang ditransformasikan dari satu struktur dalam yang sama.

4. Bahasa Terdiri atas Unsur Competent dan Performance

Linguis competent atau kemampuan linguistik adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seorang penurut tentang bahasanya, termasuk juga disini kemampuan seseorang untuk menguasai kaidah-kaidah yang berlaku bagi bahasanya. Linguistic performance atau performansi linguis adalah keteranpilan seseorang dalam menggunakan bahasa. 5. Analisis Bahasa Bertolak dari Kalimat

Kaum transformasional beranggapan bahwa kalimat merupakan tataran gramatik yang tinggi. Dari kalimat analisisnya turun ke frasa dan kemudian dari frasa turun ke kata karena teori ini tidak mengkaji eksistensi klausa.

6. Bahasa Bersifat Kreatif

Ciri ini meruapakn reaksi atas anggapan kaum struktural yang fanatik terhadap standar keumuman. Bagi kaum transformasioanal masalah umum atau tidak umum bukan persoalan, yang penting kaidah.

(10)

Kalimat inti adalah kalimat yang belum dikenai kaidah transformasi, sedangkan kalimat transformasi adalah kalimat yang dikenai kaidah transformasi.

KALIMAT INTI KAIDAH

TRANSFORMASI

KALIMAT

TRANSFORMASI (a) Lengkap Pelepasan/delisi Kalimat elips/ minor (b) Simpel Penggabungan Kalimat kompleks (c) Aktif Pemasifan Kalimat pasif

(d) Statemen Tanya/ perintah Kalimat tanya/perintah (e) Positif Pengingkaran Kalimat ingkar

(f) runtut pembalikan Kalimat inversi

8. Analisis Diwujudkan dalam Bentuk Rumus dan Diagram Pohon a. Diagram pohon

S

NP1 VP

N V NP2

N Det

Hunter Menangkap Penyelundup Itu

b. Rumus

S  NP +VP NP1  N NP2  N + Det VP  V+ NP2

N  Hunter, penyelundup V  Menangkap

Det  Itu

9. Gramatikal Bersifat Generatif

(11)

membangkitkan kalimat-kalimat. Dengan satu kaidah (atau dengan sedikit kaidah) kita dapat menghasilkan yang tak terhingga banyaknya. Teori transformasi ini pada garis besarnya terdiri atas dua generasi. Generasi pertama biasa disebut dengan “Syintactic Structure”(1957),

sedangkan generasi kedua biasa disebut “Aspect of the Theory of Syntac”(1965). Perbedaan prinsip kedua generasi ini adalah pada generasi pertama komponen semantik belum diintegerasikan, sedangkan pada generasi kedua komponen semantik sudah diinteregasi bersama dengan komponen sintaksis dan fonologi.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

(12)

Lyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hidayatullah. Moch. Syarif. 2012. Cakrawala Linguistik Arab. Tangerang Selatan: Alkitabah.

Referensi

Dokumen terkait

komunitas PS4ID dengan respon yang berbeda karena konsep storytelling yang digunakan dalam iklan tersebut, hal ini tentu saja akan menggiring opini para anggota komunitas PS4ID

6. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan penelitian, agar orang dapat memahami dengan mudah adalah …... a. Menggunakan bahasa yang komunikatif, baik

Tujuannya selain ingin mendapat keuntungan dan tambahan uang saku, usaha ini diharapkan dapat meringankan beban orang tua kita sehingga tidak perlu membiayai uang

Nilai p value yang diperoleh melalui uji Wilcoxon Signed Ranks Test adalah (p value = 0,000) dimana p value < α (0,05), maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan

Proses yang dilakukan dalam meningkatkan keterampilan membuat keranjang lidi melalui penggunaan pendekatan keterampilan proses bagi anak tunarungu kelas IV SLB

cara pembayaran utangnya dengan kreditur sebelum mengajukan permohonan (pailit atau dinyarakan pailit). Adapun tujuan penundaan kewajiban pembayaran utang adalah untuk membantu

(Hoedi,Wahyudi.2018. Pada era revolusi industri 4.0 ini mengakibatkan berubahnya cara manusia berpikir, hidup dan berhubungan dengan yang lain. Hal paling fundamental

Dengan kata lain, ia dapat diamati dari bagaimana wartawan menyusun peristiwa ke dalam bentuk umum berita, cara wartawan mengisahkan peristiwa, kalimat yang