• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGERTIAN CIRI DAN JENIS AFIKS DAN AFIK (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGERTIAN CIRI DAN JENIS AFIKS DAN AFIK (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN, CIRI, DAN JENIS AFIKS DAN AFIKSASI

PENGERTIAN, CIRI, DAN JENIS AFIKS DAN AFIKSASI

TUGAS KELOMPOK Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Morfologi Bahasa Indonesia Yang dibina oleh Dr. Sumadi M.Pd.

Oleh:

Ardhi Fajar 110211413102 Ayu Novitasari 110211413079 Claudia Bunga Kasih 110211413099 Danang Febrianto 110211413101 Deva Aldynata 110211413073

Offering B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA

(2)

A. PENGERTIAN AFIKS DAN AFIKSASI

Afiks ialah satuan gramatik terikat yang bukan merupakan bentuk dasar, tidak mempunyai makna leksikal, dan hanya mempunyai makna gramatikal, serta dapat dilekatkan pada bentuk asal atau bentuk dasar untuk membentuk bentuk dasar dan atau kata baru. Sebagai contoh, satuan gramatik {meN-}, {di-}, {ter-}, {ke-an}, {se-nya}, {memper-}, {memper-i},

{ber-an} dan sebagainya. Karena satuan-satuan gramatik ini merupakan bentuk terikat dan tidak

mempunyai makna leksikal dan hanya akan mempunyai makna gramatikal setelah digabung dengan satuan gramatik lain.

Afiks adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain akan mengubah makna gramatikalnya (Kridalaksana, 1993). Dasar yang dimaksud pada penjelasan tersebut adalah bentuk apa saja, baik sederhana maupun kompleks yang dapat diberi afiks apapun (Samsuri, 1988).

Afiksasi ialah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan afiks pada bentuk dasar atau juga dapat disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata. Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan itu disebut kata berimbuhan.

Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata (Richards, 1992).

Afiksasi atau pengimbuhan sangat produktif dalam pembentukan kata, hal tersebut terjadi karena bahasa indonesia tergolong bahasa bersistem aglutinasi. Sistem aglutinasi adalah proses dalam pembentukan unsur-unsurnya dilakukan dengan jalan menempelkan atau menambahkan unsur selainnya.

B. CIRI KATA BERIMBUHAN

1. Kata berimbuhan ialah bahwa kata-kata ini terdiri atas lebih dari satu morfem (polimorfemis)

dan salah satu atau lebih morfemnya berupa afiks.

(3)

3. Kata berimbuhan ialah bahwa dalam proses terjadinya kata-kata itu terjadi pula perubahan kelas kata dari bentuk dasarnya.

C. JENIS AFIKS

Berdasarkan posisinya dalam proses pembentukan kata :

1. Prefiks (Awalan)

Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di depan bentuk dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang dilakukan dengan cara membubuhkan atau menambahkan atau menempelkan afiks di depan bentuk dasarnya. Contoh prefiks atau awalan, yaitu di-, ter-, ke-, se-, meN-, peN-, pra-, a-, per-, ber-, dan sebagainya.

terbuang

sufiks ter- buang

2. Infiks

Proses pembentukan kata dengan menambah afik atau imbuhan di tengah bentuk dasarnya. Afik-afik yang ditambahkan tersebut disebut infik atau sisipan. Proses pembentukan kata telinjuk, gemetar, dan gerigi, dilakukan dengan menambahkan infik di tengah bentuk dasarnya. Contohnya : -el-, -er-, -em-, dan -in-.

(4)

Proses pembentukanya: infiks + bentuk dasar à kata

infiks -el- + tunjuk à telunjuk

infiks -em- + getar à gemetar

infiks -er- + gigi à gerigi

Dalam bahasa Indonesia, jumlah infiks sangat terbatas, hanya ada 3 infiks yang sudah disebutkan di atas. Lalu kita juga menemukan infiks –in- yang seperti digunakan pada kata

sinambung. Selain sinambung kata lain yang seakan-akan dibentuk dengan infiks –in-, yaitu kata

kinerja padanan kata Performance dalam bahasa Inggris. Sebenarnya –in- memang merupakan

infiks, tetapi digunakan aktif pada bentukan kata-kata dalam bahasa Jawa. Infiks –in- belum dapat menyatu sebagai afiks dan belum produktif dalam pembentukan kata baru dalam bahasa Indonesia. Jadi, dapat disimpulkan infiks –in- bukan infiks dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian bahasa Indonesia menyerap kata sinambung dan kinerja secara utuh dari bahasa Jawa.

3. Sufiks

Proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya, maka afiks tersebut disebut sufiks atau akhiran. Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere). Sufiks asli dalam bahasa Indonesia juga sangat terbatas. Masih banyak akhiran-akhiran asing lain yang dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu –isasi, -er, -is, dan sebagainya. Sehingga beberapa akhiran-akhiran asing tersebut disebut sufiks serapan dari bahasa lain.

Sebuah afiks, termasuk sufiks, dikategorikan sebagai keluarga afiks bahasa Indonesia jika sudah dapat melekat pada bentuk dasar asli bahasa Indonesia sehingga

(5)

afiks itu secara potensial dapat digunakan untuk membentuk kata-kata baru dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia hanya melakukan penyesuaian pelafalan dan atau penulisan yang dianggap perlu. Contoh : -an, -kan, -i.

Contohnya seperti berikut :

ayunan kata ayunan tersebut dianggap sebagai satu morfem

ayun -an sufiks –an “ perkakas atau alat “

sportif kata sportif tersebut dianggap sebagai satu morfem

sport -if sufiks –if “ kata kerja “

4. Konfiks

Konfiks ialah afiks gabungan yang terbentuk atas perfiks dan sufiks yang berfungsi mendukung makna tertentu. Karena mendukung makna tertentu itulah maka konfiks tidak dianggap sebagai prefiks atau sufiks yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi dianggap sebagai satu kesatuan bentuk yang tidak terpisahkan. Dan karena morfem merupakan komposit bentuk beserta artinya, maka konfiks dianggap satu morfem, bukan gabungan dua morfem (Sumadi, 2008).

(6)

dari kebersamaannya mendukung satu makna atau satu pengertian, sedangkan simulfiks didasarkan kebersamaannya atau

4 simultannya satuan gramatik itu dalam membentuk satuan gramatik yang lebih besar.

Berdasarkan asalnya, afiks dalam bahasa indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Afiks asli, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa Indonesia. Misalnya, meN, berter, el, em, er, I, -kan, dan lainnya.

2. Afiks serapan, yaitu afiks yang bersumber dari bahasa asing ataupun bahasa daerah. Misalnya, -man, -wan, -isme, -isasi, dan lain-lain.

(7)

Perhatikan tabel di bawah ini.

Prefiks Infiks Sufiks Kombinasi

afiks Konfiks

Asli Serapan Asli Asli Serapan Asli Asli

meN- pra- -el- -an -man me-I ber-an

ke- maha- -em- -i -wan di-i ber-kan

ber- non- -er- -kan -wati me-kan ke-an

di- swa- -nya -a memper- pe-an

(8)

Referensi

Dokumen terkait

Adapun jenis kata yang tidak mengalami perubahan setelah mendapat imbuhan afiks ditemukan ada 34 yaitu kata kerja (KK). Makna afiks verba yang ditemukan dalam

bentuk-bentuk dan pembentukan kata, sedangkan proses Morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam.. proses

Dari hasil analisis data, penelitian ini penelitian ini kesimpulan bahwa makna kata berafiks yang berkategori verbal pembentukan kata dengan jalan membubuhkan

Kalimat (1) di atas dikatakan salah karena terdapat proses afiksasi atau imbuhan pada bentuk dasar atau proses pembentukan kata yang tidak dituliskan dengan

Analisis mengenai afiks ini hanya dibatasi pada bahasa Inggris saja untuk kemudian dicari variasi afiks apa saja yang muncul dalam pembentukan kata dalam bahasa Inggris

Proses tidak langsung meliputi berbagai bentuk proses sosialisasi yang pada dasarnya tidak bersifat politik tetapi dikemudian hari berpengatuh terhadap pembentukan jati diri

Hubungan afiks pembentuk verba dalam bahasa Melayu Palembang dengan proses morfologis lainnya Pemakaian afiks dalam bahasa Melayu Palembang tidak hanya disematkan pada kata yang

Sementara itu, Chaer 2008: 25 mengatakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks dalam proses afiksasi,