• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Bantuan Asing Terhadap Perkembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak Bantuan Asing Terhadap Perkembang"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Dampak Bantuan Asing Terhadap Perkembangan Indonesia

Disusun oleh:

Ahmad Idham Aziz (0801513032)

Muhnur Abdalla (0801513017)

Dimas Meidian (0801513012)

Dinar Rizky Muliatama (0801513034)

Hanifan Fissilmi (0801513021)

Program Studi Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Al-Azhar Indonesia

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya kami

dapat menyelesaikan makalah ini. Dimana, makalah ini dibuat untuk memenuhi persyaratan tugas

dalam mata kuliah Ekonomi Politik Internasional. Dimana bahan atau sumber-sumber yang kami

dapatkan atau diperoleh, berasal dari sumber-sumber yang baik dan terpercaya. Baik dari media

massa, jurnal, hingga website. Sehingga kualitas makalah ini sesuai dengan standar penulisan

ilmiah. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih ada kekurangan dan kelemahan,

sehingga kami harap mohon kritik dan saran yang membangun terhadap makalah ini. Dan terima

kasih kepada Bapak Reuspatyono selaku dosen mata kuliah Ekonomi Politik Internasional. Dan

semoga makalah ini bisa bermanfaat dan berguna bagi para pembaca makalah ini. sekian dan

terimakasih.

Daftar Isi

(3)

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

BAB I Pendahuluan ...4

1.1 Latar Belakang Masalah...4

1.2 Rumusan Masalah...4

1.3 Tujuan...4

BAB II Tinjauan Kepustakaan...2

2.1 Pengertian Pinjaman Luar Negeri...5

2.2 Apa Saja Contoh Bentuk Pinjaman Luar Negeri...6

2.3 Dampak Bantuan Luar Negeri Terhadap Indonesia...8

2.4 Contoh Bantuar Luar Negeri Yang Diterima Oleh Indonesia...9

BAB III Kesimpulan...10

Daftar Pustaka...11

(4)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ekonomi Politik Internasional ( EPI ) menurut DR.Mohtar Mas’oed dalam bukunya Ekonomi Politik Internasional tahun 1989/1990, didefinisikan sebagai studi tentang saling hubungan antara ekonomi dan politik dalam arena internasional.1 Salah satu jenis dari

pelaksanaan ekonomi politik internasional yaitu bantuan luar negeri.

Bantuan luar negeri menjadi instrument dalam pencapaian suatu pembangunan ataupun pertumbuhan dengan dibantu oleh pihak lain seperti negara ataupun organisasi. Bervariasi jenis bantuan yang ada dan diberikan termasuk kepada Indonesia. Dan Indonesia adalah negara yang sedang berkembang menuju kearah kemajuan. Untuk mencapai kemajuan tersebut, diperlukan struktur dan juga infrastruktur yang memadai. Dengan kondisi seperti sekarang, masih sangat sulit bagi negara Indonesia untuk membangun struktur dan infrastruktur dengan keuangan negaranya sendiri. Oleh karena itu, diperlukanlah bantuan dari luar untuk melaksanakan pembangunan demi kemajuan negara ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Pinjaman Luar Negeri

2. Apa Saja Contoh Bentuk Pinjaman Luar Negeri

3. Dampak Bantuan Luar Negeri Terhadap Indonesia

4. Contoh Bantuar Luar Negeri Yang Diterima Oleh Indonesia

1.3 Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk pemaparan mengenai pemberian bantuan asing kepada negara indonesia, yang diambil dari beberapa sumber baik itu dari buku, jurnal, maupun dari berbagai referensi seperti internet ataupun jenis referensi lainnya. Pada penulisan makalah ini, kami akan mencoba memaparkan mengenai berbagai jenis bantuan luar negeri yang diberikan kepada negara indonesia. Serta dampak positif dan juga dampak negatif dari bantuan yang diberikan tersebut kepada negara Indonesia. Kami berharap makalah yang telah kami buat dapat mengulas bahasan tersebut dengan jelas berdasarkan dari sumber-sumber yang telah digunakan.

(5)

BAB II

Pembahasan

1. Pengertian Pinjaman Luar Negeri

Pengertian utang luar negeri tidak berbeda dengan pinjaman luar negeri. Menurut Tribroto (2001), pinjaman luar negeri pada hakekatnya dapat ditelaah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dari sudut pandang pemberi pinjaman atau kreditur, penelaahan akan lebih ditekankan pada berbagai faktor yang memungkinkan pinjaman itu kembali pada waktunya dengan perolehan manfaat tertentu. Sementara itu penerima pinjaman atau debitur, penelaahan akan ditekankan pada berbagai faktor yang memungkinkan pemanfaatannya secara maksimal dengan nilai tambah dan kemampuan pengembalian sekaligus kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi.

Dari aspek materiil, utang luar negeri merupakan arus masuk modal dari luar ke dalam negeri yang dapat menambah modal yang ada di dalam negeri. Aspek fomal mengartikan utang luar negeri sebagai penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi guna menunjang pertumbuhan ekonomi. Sehingga berdasarkan aspek fungsinya, pinjaman luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan.

(6)

yang melalui berbagai hitungan teknis dan ekonomis dianggap dapat memberikan keuntungan. 2

2. Apa Saja Contoh Bentuk Pinjaman Luar Negeri

Menurut Tribroto (2001), utang luar negeri dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain:

1. Dari segi jangka waktu, pinjaman luar negeri terdiri atas pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan 5 tahun. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 5 tahun sampai dengan 15 tahun. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15 tahun.

2. Dari segi status dana pinjaman, terdiri atas pinjaman pemerintah dan pinjaman swasta.

3. Dari segi sumber dana pinjaman, terdiri atas pinjaman dari negara-negara dalam kerangka IGGI/CGI berupa pinjaman multilateral, yaitu pinjaman yang berasal dari badan- badan keuangan internasional dan regional seperti World Bank, International Bank for

Reconstruction and Development (IBRD) dan Asian Development Bank (ADB) yang pada dasarnya pinjaman bersyarat ringan. Pinjaman bilateral, yaitu pinjaman yang berasal dari pemerintah suatu negara melalui suatu lembaga atau badan keuangan yang dibentuk oleh negara bersangkutan. Pinjaman dari negara-negara yang tergabung dalam kelompok non IGGI/CGI berupa pinjaman yang berasal dari negara maupun lembaga atau badan keuangan internasional dan regional yang bukan anggota CGI, baik dari pinjaman multilateral maupun pinjaman yang berasal dari pemerintah suatu negara.

4. Dari segi persyaratan pinjaman, terdiri atas:

(7)

A. Pinjaman lunak (Concessional Loan)

Merupakan pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun negara bilateral yang dananya berasal dari iuran anggota (untuk multilateral) atau dari anggaran negara yang bersangkutan (untuk bilateral) dan ditujukan untuk meningkatkan pembangunan, sehingga tingkat tingkat bunganya rendah (maksimum 3.5%), jangka waktu pengembalian 25 tahun atau lebih, dan masa tenggang (grace period) cukup panjang (sekurang-kurangnya tujuh tahun). Selain itu, biasanya pinjaman lunak mengandung hibah (grant) sekurang-kurangnya 35 persen dari total pinjaman.

B. Pinjaman setengah lunak (Semi-concessional Loan)

Merupakan pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian lagi komersial. Bentuk pinjaman yang masuk dalam kategori ini adalah fasilitas kredit ekspor dan Purchasing and Installment Sales Agreement (PISA).

C. Pinjaman komersial

Merupakan pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional pada umumnya.

(8)

Dana Rupian bantuan program digunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan.

3

3. Dampak-Dampak Dari Bantuan Luar Negeri

Setiap tindakan ekonomi pasti mengandung berbagai konsekuensi, begitu juga halnya dengan tindakan pemerintah dalam menarik pinjaman luar negeri. Dalam jangka pendek, pinjaman luar negeri dapat menutup defisit APBN, dan ini jauh lebih baik dibandingkan jika defisit APBN tersebut harus ditutup dengan pencetakan uang baru, sehingga memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dengan dukungan modal yang relatif lebih besar, tanpa disertai efek peningkatan tingkat harga umum (inflationary effect) yang tinggi. Dengan demikian pemerintah dapat melakukan ekspansi fiskal untuk mempertinggi laju pertumbuhan ekonomi nasional. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi berarti meningkatnya pendapatan nasional, yang selanjutnya memungkinkan untuk meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat, apabila jumlah penduduk tidak meningkat lebih tinggi. Dengan meningkatnya perdapatan per kapita berarti meningkatnya kemakmuran masyarakat.

Dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri dapat menimbulkan permasalahan ekonomi pada banyak negara debitur. Di samping beban ekonomi yang harus diterima rakyat pada saat pembayaran kembali, juga beban psikologis politis yang harus diterima oleh negara debitur akibat ketergantungannya dengan bantuan asing.

(9)

Sejak krisis dunia pada awal tahun 1980-an, masalah utang luar negeri banyak negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, semakin memburuk. Negara-negara tersebut semakin terjerumus dalam krisis utang luar negeri, walaupun ada kecenderungan bahwa telah terjadi perbaikan atau kemajuan perekonomian di negara-negara itu. Peningkatan pendapatan per kapita atau laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negara-negara tersebut belum berarti bahwa pada negara-negara tersebut dengan sendirinya telah dapat dikatagorikan menjadi sebuah negara yang maju, dalam arti struktur ekonominya telah berubah menjadi struktur ekonomi industri dan perdagangan luar negerinya sudah mantap.

Sebab pada kenyataannya, besar-kecilnya jumlah utang luar negeri yang dimiliki oleh banyak negara yang sedang berkembang lebih disebabkan oleh adanya defisit current account, kekurangan dana investasi pembangunan yang tidak dapat ditutup dengan sumber-sumber dana di dalam negeri, angka inflasi yang tinggi, dan ketidakefisienan struktural di dalam perekonomiannya.

Sehingga meskipun secara teknis, pemerintahan suatu negara telah sempurna dalam upaya pengendalian utang luar negerinya, pencapaian tujuan pembangunan akan sia-sia, kecuali bila negara tersebut secara finansial benar-benar kuat, yaitu pendapatan nasionalnya mampu memikul beban langsung yang berupa pembayaran cicilan pokok pinjaman luar negeri dan bunganya (debt service) dalam bentuk uang kepada kreditur di luar negeri, karena utang luar negeri selalu disertai dengan kebutuhan devisa untuk melakukan pembayaran kembali. Pembayaran cicilan utang beserta bunganya merupakan pengeluaran devisa yang utama bagi banyak negara- negara debitur.

Beban utang luar negeri dapat diukur salah satunya dengan melihat proporsi penerimaan devisa pada current account yang berasal dari ekpor yang diserap oleh seluruh

debt service yang berupa bunga dan cicilan utang. Jika rasio antara penerimaan ekspor dan

(10)

dari besarnya angka DSR ini tidak mutlak demikian, sebab ada negara yang DSR-nya 40%, tetapi relatif tidak menemui kesulitan dalam perekonomian nasionalnya. Sebaliknya, bisa terjadi suatu negara dengan DSR yang hanya sebesar kurang dari 10% menghadapi kesulitan yang cukup serius dalam perekonomiannya. Selama ada keyakinan dari negara kreditur (investor) bahwa telah terjadi perkembangan ekonomi yang baik di negara debiturnya, maka pembayaran kembali pinjaman diprediksikan akan dapat diselesaikan dengan baik oleh negara debitur.4

4. Contoh Bantuan Luar Negeri Yang Diterima Indonesia

Sebagai sebuah lembaga pemerintah Federal Amerika Serikat yang bersifat independent, maka USAID dalam misinya bertujuan memberikan bantuan luar negeri berupa bantuan kemanusiaan, ekonomi dan lain-lain kepada negara-negara asing termasuk Indonesia. Sebelum menganalisis lebih lanjut, maka dalam tabel berikut ini akan dipaparkan mengenai strategi yang diterapkan USAID di Indonesia.

Strategi ekonomi USAID di Indonesia Strategi Demokratisasi

1. Memfasilitasi Indonesia dalam penyelenggaraan penelitian-penelitian mengenai peluang bisnis di Indonesia. Tujuannya untuk menciptakan suasana kondusif di Indonesia dan rasa aman bagi para investor asing yang mau berinvestasi di Indonesia.

1. Membangun kapasitas parlemen, melalui bantuan teknis dan pelatihan terhadap DPR, DPD, DPRD, DPRD II dalam membuat

perundang-2. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada Sumber Daya Manusia di Indonesia dalam penyusunan undang- undang baru di bidang perdagangan, ijin teknologi, hukum kerja sama dan hukum kontrak kerja.

2. Perbaikan prosedur pembangunan pemerintah dalam membuat

peraturan yang selama ini belum optimal.

(11)

3. Membantu pemerintah berserta ASEAN melalui ASEAN-US Free Trade,

3. Memperbaiki hubungan

masyarakat sipil dan para pembuat undang-undang serta

sebagai langkah pesiapan untuk menghadapi perdagangan global

melalui World Trade Organization (WTO) hubungan antar-partai.

4. Membentuk badan bantuan teknis untuk Indonesia yang dulu dikenal sebagai IBRA( Indonesian Bank Restructuring Agency) dimana berfungsi untuk menganalisis dan menangani

restrukturisasi/revitalisasi Bank yang sedang bermasalah.

5. Reformasi Sistem Perbankan, melalui reorganisasi dan rekapitulasi lembaga- lembaga perbankan yang ada, serta

mengarahkan perbankan untuk lebih mempererat jalinan kerjasama dengan pengusaha-pengusaha kecil dan menengah untuk

mempermudah pemberian kredit kepada mereka.

6. Mempromosikan perdagangan dan investasi. USAID berperan membantu Indonesia menjadi perantara antara pemerintah Indonesia dan perusahaan- perusahaan asing maupun dalam negeri.

Strategi diatas tentunya menguntungkan bagi Indonesia karena dalam beberapa sektor kehidupan, Indonesia dibantu baik dalam sektor ekonomi maupun demokrasi. Sejatinya, memang ada hubungan erat antara agenda ekonomi dan agenda politik Amerika di balik program-program USAID membantu Indonesia dalam penyelesaian berbagai masalah yang terjadi. Ruang lingkup bidang kerja USAID di Indonesia juga cukup strategis. Seperti pertanian, demokrasi dan pemerintahan, pertumbuhan ekonomi dan perdagangan, pendidikan dan universitas, lingkungan hidup, kerjasama global, kesehatan global, bantuan kemanusiaan, dan program-program lintas-kerjasama.5

(12)

Namun jika dianalisis melalui merkantilisme, maka USAID ini dalam pelaksanannya tentunya membawa misi dan kepentingan yang ingin dicapai sebagaimana perspektif merkantilis berasumsi bahwa bantuan luar negeri (foreign aid) praktis hanya menjadi sebuah alat kebijakan untuk mencapai kepentingan nasional. USAID pada perkembangannya menjadi salah satu instrumen untuk membantu negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia supaya bisa menyesuaikan diri dengan struktur ataupun ideoogi politik Amerika Serikat. Struktur yang dimaksud adalah USAID dalam agenda kerjanya, selalu mengatasnamakan demi kesejahteraan, HAM, demokrasi dan sebagainya. Tentunya inilah menjadi nilai – nilai yang berusaha dipromosikan oleh Amerika Serikat termasuk melalui USAID ini. Merkantilis kemudian berasumsi bahwa tidak ada keuntungan yang mutualisme, tetapi yang ada situasi yang tercipta selalu zero-sum dan kompetisi yang konfliktual karena berbagai kepentingan yang bertentangan satu sama lain. namun ada sisi lain yang tidak sesuai dengan kepentingan negara Indonesia yaitu dapat menciptakan disintegrasi. Selain itu akan menimbulakn iri dari provinsi lain yang tentunya provinsi lain menginginkan otonomi khusus yang sama agar adil.

USAID tentunya berperan besar dalam aspek kehidupan Indonesia dimana berbagai produk hukum dan perundang-undangan baik dalam bidang ekonomi maupun politik di Indonesia yang melibatkan bantuan USAID contohnya saja USAID berperan dalam perubahan UU MIGAS NO 8 tahun 1971 menjadi UU NO 22 tahun 2001. Pasal 22 ayat 1 UU Migas berbunyi: badan usaha atau bentuk usaha tetap wajib menyerahkan paling banyak 25 persen bagiannya dari hasil produksi minyak bumi dan/atau gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Besaran maksimum DMO (Domestic Market Obligation) sebesar 25 persen tersebut tentunya perlu dievaluasi. Apalagi berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi, pasal ini dinilai tidak menganut prinsip sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat sebagaimana digariskan Pasal 33 UUD 1945. 6

Melalui perubahan ini dapat diketahui bahwa salah satunya terdapat kepentingan

6 Dhakiri, Hanif. 2011. Revisi UU Migas Diharapkan Selesai Tahun Ini.

(13)

nasional AS di Indonesia yaitu untuk mengeksploitasi sumber Minyak dan gas bumi (Migas) dalam memenuhi kebutuhan energi AS. Ini dapat lihat dari produksi dan pasokan minyak mereka ke AS yang meningkat setelah pengesahan UU NO 22 tahun 2001 mengenai Migas tersebut.7

Jika dianalisis melalui merkantilis, kebijakan melalui UU Migas yang di intervensi oleh USAID dalam pembuatannya ini dikatakan selain kegunaan bantuan internasional sebagai instrument untuk mendukung tujuan kebijakan luar negeri, dalam implementasinya muncul bahwa kebijakan bantuan luar negeri melindungi pula banyak disparitas tujuan dan kegiatan, sebagai respon dari berbagai macam kebutuhan, yang terlihat maupun yang tidak terlihat, berhubungan maupun tidak berhubungan pada tujuan politik sebuah kebjakan luar negeri. Dapat dikatakan ini merupakan refleksi kepentingan Amerika serikat yang ingin mengamankan sumber energinya. Padahal saat ini terjadi kelangkaan minyak di dalam negeri, tentunya UU no 22 ini tidak relevan lagi sesuai keadaan sekarang.

Indonesia memang penting bagi kepentingan ekonomi Amerika Serikat. Hal ini dibuktikan dengan sudah 300 perusahaan milik Amerika yang beroperasi di Indonesia.8

Total investasi diperkirakan lebih dari US$ 25 miliar dimana sebagian besar dari dana tersebut diinvestasikan pada perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan energi. Inilah nilai strategis Indonesia bagi Amerika Serikat.

Bahkan di Papua tiga perusahaan energi Amerika yang beroperasi di Papua yaitu: PT-Freeport McMoran, Conoco Phillips, dan British Petroleum (BP) telah berinvestasi dengan total keseluruhan mencapai US$ 10.000 miliar di Provinsi Papua. Inilah yang dikatakan teori Modernisasi bahwa negara dunia ketiga harus mengembangkan dirinya

7 Zahidi Syaprin. 2010. KEPENTINGAN AMERIKA SERIKATDALAM PROGRAM BANTUAN USAID DI INDONESIA(STUDIPADAPERUBAHANUUMIGASNO8 TAHUN1971MENJADIUUNO22TAHUN 2001 ). http://eprints.umm.ac.id/6943/1/KEPENTINGAN_AMERIKA_SERIKATDALAM_PROGRAM_BANTUA N_USAID_DI_INDONESIA.pdf, diakses pada 26 Oktober 2014

(14)

untuk memiliki nilai-nilai kebutuhan berprestasi yang dimiliki Barat untuk menumbuhkan dan mengembangkan kaum wiraswasta modernnya.

BAB III

KESIMPULAN

Setiap negara saling bergantung dan membutuhkan kerjasama satu dengan yang lainnya dalam pemenuhan kebutuhan domestik serta memperoleh kepentingan nasional. Ketika membahas mengenai kerjasama, maka tidak hanya unsur ekonomi saja yang berperan didalamnya, tetapi juga unsur politik seperti kekuasaan. Begitu juga dengan hubungan internasional pada masa kini dimana tidak semata – mata berbicara mengenai penyelesaian masalah-masalah dunia yang hanya berkaitan dengan konflik dan kesiagaan militer saja, namun juga telah melibatkan dimensi ekonomi dalam proses pelaksanaan hubungan antar aktor internasional.

Pada saat ini pula, politik dunia tidak bisa di pahami lagi hanya sebatas melalui satu perpekstif saja, studi hubungan internasional tidak cukup bila hanya membahas soal politik tanpa mempelajari ekonomi. Maka dari itu, dikarenakan keterkaitan antara ekonomi (kesejahteraan) dan politik (kekuasaan) inilah sehingga dikenal dalam hubungan internasional sebagai ekonomi politik internasional.

Dan bantuan luar negeri menjadi instrument dalam pencapaian suatu pembangunan ataupun pertumbuhan dengan dibantu oleh pihak lain seperti negara ataupun organisasi. Bervariasi jenis bantuan yang ada dan diberikan termasuk kepada Indonesia.

(15)

dikatakan sebagai tradisional dan terbelakang, maka negara Dunia Ketiga perlu melihat dan menjadikan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat sebagai model dan panutan. Dan adalah suatu hal yang tepat, bila utang luar negeri dapat membantu pembiayaan pembangunan ekonomi di negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi, penggunaan utang luar negeri yang tidak dilakukan dengan bijaksana dan tanpa prinsip kehati-hatian, dalam jangka panjang utang luar negeri justru akan menjerumuskan negara debitur ke dalam krisis utang luar negeri yang berkepanjangan, yang sangat membebani masyarakat karena adanya akumulai utang luar negeri yang sangat besar.

(16)

Mas’oed, Mochtar.2008. Ekonomi-Politik Internasional dan Pembangunan.Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

Adwin Surya Atmadja, Adwin Surya “Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan dan Dampaknya”

Basis. 2011. Cina Iya, Antek Asing Juga Iya?. http://rajawalinews.com/267/cina-iya-antek-asing-juga-iya/, diakses pada 26 Oktober 2014.

Tribroto, 2001. “Kebijakan dan Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri”. Di dalam: Sigalingging, Hotbin [editor]. Profil Pinjaman Luar Negeri Indonesia dan Permasalahannya. Jakarta:

Dhakiri, Hanif. 2011. Revisi UU Migas Diharapkan Selesai Tahun Ini.

http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/revisi-uu-migas-diharapkan-selesai-tahun-ini/7909, diakses pada 26 Oktober 2014.

Zahidi Syaprin. 2010. KEPENTINGAN AMERIKA SERIKATDALAM PROGRAM BANTUAN USAID DI INDONESIA(STUDIPADAPERUBAHANUUMIGASNO8 TAHUN1971MENJADIUUNO22TAHUN 2001 ).

http://eprints.umm.ac.id/6943/1/KEPENTINGAN_AMERIKA_SERIKATDALAM_PROGRAM

_BANTUA N_USAID_DI_INDONESIA.pdf, diakses pada 26 Oktober 2014

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan kekuatan tarik hasil sambungan las gesek aluminium 6061 yang terendah terdapat pada spesimen dengan perlakuan precipitation hardening pada suhu artificial

- Pengelola Kegiatan Penjualan : Mampu mengidentifikasi elemen pemasaran perusahaan, melaksanakan komunikasi efektif, melaksanakan penulisan bisnis (business writing),

Dari gambar diatas terdapat 3 bagian utama yaitu: identitas SIM, BBM subsidi yang dibeli, koneksi. Pada bagian koneksi terdapat 2 dropdown box yaitu baud rate

Keterbatasan didalam penelitian ini yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk peneliti selanjutnya antara lain, periode data sampel yang digunakan pada

Melihat potensi bahayanya mengkonsumsi sate setengah matang ditinjau dari aspek suhu, aspek tingkat cemaran mikroba, aspek toxoplasmosis maka perlu dilakukan pembinaan

cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan memberikan iritasi

M.PH dengan penyakit hipertensi, tiga (3) masalah keperawatan yang berurutan sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yaitu nyeri akut, defisit pengetahuan dan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata perkembangan kecerdasan interpersonal anak antara kelompok yang belajar dengan