• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Pendidikan Islam pada masa Khula

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Pendidikan Islam pada masa Khula"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Disadari ataupun tidak, sesungguhnya manusia memiliki naluri dan watak berpolitik, watak untuk mengatur dan mempengaruhi orang lain. Berpolitik merupakan aktualisasi diri dalam ranah publik sebagai bukti bahwa dirinya memiliki kekuatan yang dapat darmabaktikan kepada bangsa dan negara atau kepada masyarakat luas. Selain itu berpolitik juga panggilan dari ajaran Islam. salah satunya untuk melakukan dakwah amar makruf nahi munkar. Tidaklah heran kalau dalam bentangan sejarah yang panjang, sejak Rasulullah Muhammad saw, khulafaurrasyidin, Umayyah (661-750) sampai Abbasiyah (750-1258) diwarnai kejayaan dalam bidang politik. Selain itu, karena persoalan politik juga, perpecahan, peperangan dan pertumpahan darah di tubuh umat Islam tidak dapat dielakkan Bahkan lahirnya aliran teologi Islam juga berawal dari masalah politik,1 sehingga sesungguhnya Islam tidak dapat dilepaskan dari politik.

Islam diletakkan sebagai agama yang mencerahkan, membangun peradaban yang anggun dan suka kedamaian, sebagaimana makna yang terkandung dalam kata “ ﻳﺴﻠﻢ – إﺳﻼﻣﺎ – أﺳﻠﻢ ” itu sendiri, yang bermakna keselamatan, kedamaian, dan penyerahan. Islam hadir membebaskan umat manusia dari belenggu sejarah, peradaban dan belenggu kultural, tradisi dan adat istiadat seperti pada zaman jahiliyah. Oleh karena itu, dalam makalah ini saya akan mencoba sedikit memaparkan tentang peradaban Islam pada masa khulafa Ar-Rasyidin.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perkembangan Islam pada masa Khulafa Ar-Rasyidin ?

1Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan.

(2)

1.3 Tujuan

Mengetahui perkembangan peradaban Islam pada Masa Khulafa Ar-Rasyidin

1.4 Manfaat

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KHALIFAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ 1. Kelahiran Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu bakar Ashiddiq (nama lengkapnya Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin At-Taimi Al Qurasyi. Berarti silsilahnya dengan Nabi bertemu pada Murrah bin Ka’ab). Dilahirkan pada tahun 573 M. Dia dilahirkan di lingkungan suku yang sangat berpengaruh dan suku yang banyak melahirkan tokoh-tokoh besar. Ayahnya bernama utsman (abu kuhafah) bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin Mun’ah bin Ka’ab bin Lu’ay, berasal dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taym bin Murrah. Garis keturunannya bertemu pada neneknya, yaitu ka’ab bin sa’ad.2

Abu bakar merupakan orang yang pertama kali masuk Islam ketika Islam mulai didakwakan. Baginya, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. Dikarenakan sejak kecil, ia telah mengenal keagungan Muhammad. Setelah masuk Islam, ia tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya untuk masuk Islam. Tercatat dalam sejarah, dia pernah membela Nabi tatkala Nabi disakiti oleh suku Quraisy, menemani rasul Hijrah, membantu kaum yang lemah dan memerdekakannya, seperti terhadap Bilal, setia dalam setiap peperangan dan lain-lain.3

Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam tidak dapat diragukan. Ia juga pernah ditunjuk Rasul sebagai penggantinya untuk mengimami shalat

2 Lihat M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Awalu Al-khulafa Ar-Rasyidin. Beirut :

Dar Al-Fikr, 1983, hlm 7-8

3 Dewan ensiklopedi islam. Ensiklopedi islam, jilid I. Jakarta: Ikhtiar Baru Van

(4)

ketika Nabi sakit. Nabi Muhammad SAW –pun wafat tak lama setelah kejadian tersebut. Karena tidak ada pesan mengenai siapa penggantinya di kemudian hari, pada saat jenazah Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepat-cepat memikirkan pengganti Nabi. Itulah perselisihan kedua di Saqifah Bani Sa’idah4, pada saat kaum

Anshar menuntut diadaknnya pemilihan Khalifah. Sikap kaum Anshar ini menunjukkan bahwa kaum Anshar lebih memiliki rasa kepedulian dalam hal berpolitik dibandingkan dengan kaum muhajirin. Dalam hal ini, setidaknya ada persaingan di antara kaum Anshar,Muhajirin dan Bani Hasyim.5

Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti nabi tidak ditemukan, yang ada hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafatnya Nabi untuk menjadi badal imam shalat. Sesuatu yang masih merupakan tanda tanya terhadap mandat tersebut. Adakah suatu pertanda Nabi menunjuk Abu Bakar atau tidak?6

Dalam pertemuan tersebut, sebelum kaum Muhajirin datang, golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin Ubadah7,sebagai

pengganti Rasul. Akan tetapi, suku Aus belum menjawab atas pandangan tersebut, sehingga terjadilah perdebatan di antara mereka dan pada akhirnya, Sa’ad bin Ubadah yang tidak menginginkan adanya perpecahan mengatakan bahwa ini merupakan awal dari perpecahan. Melihat situasi yang memanas, Abu Ubaidah mengajak kaum Anshar agar bersikap toleran, kemudian Basyir bin sa’ad Abi An-Nu’man bin Basyir berpidato dengan mengatakan agar tidak memperpanjang masalah ini8. Dalam

keadaan yang sudah tenang ini, Abu Bakar berpidato, “Ini Umar dan Abu

4 Sebuah tempat di Madinah yang biasa digunakan oleh kaum Anshar untuk

membahas suatu masalah. Sebagaimana pula Dar An-Nadwah sebuah balai pertemuan Quraisy di Mekkah. Lihat juga Suyuthi pulungan. Fiqh Siyasati Ajaran, sejarah, dan pemikiran, cet.1 Jakarta: Rajawali Press,1994, hlm. 102.

5 Syed Mahmudunnasir, op. Cit. Hlm. 80.

6 S. Khuda Bakhs. Politik islam. Delhi: Idarah Al-Adabiy, t.th, hlm.11.

7 Adalah satu-satunya pemimpin yang secara tegas menolak kepemimpinan

Abu bakar dan Umar, Akhirnya ia meninggalkan Madinah menuju Siria sampai Akhir Hayatnya.

(5)

Ubaidah, siapa yang kamu kehendaki di antara mereka berdua, maka bai’atlah.”

Baik umar maupun Abu Ubaidah merasa keberatan atas ucapan Abu Bakar dengan mempertimbangkan berbagai alasan, diantaranya adalah ditunjuknya Abu Bakar sebagai pengganti Rasul dalam imam shalat dan ini membuat Abu Bakar lebih berhak menjadi pengganti Rasulullah SAW. Sebelum keduanya membai’at Abu Bakar, Basyir bin Sa’ad mendahuluinyaa, kemudian diikuti umar dan Abu Ubaidah dan diikuti serentak oleh semua hadirin.9

Dari paparan di atas, terlihat bahwa Abu Bakar dipilih secara aklamasi, walaupun tokoh-tokoh lain tidak ikut membai’atnya, misalnya Ali bin Abi Thalib, Abbas, Thalhah, dan Zubair yang menolak dengan hormat.10 Mereka masih mempermasalahkan diangkatnya Abu Bakar

tersebut. Keadaan penolakan tersebut akhirnya baru muncul setelah pada pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Kelompok lain yang tidak menyetujuinya ialah Anshar Salad bin Ubadah meskipun pada akhirnya tenggelam dalam sejarah.

Pembahasan-pembahasan tentang Khilafah ini pada akhirnya menimbulkan berbagai aliran pemikiran dalam Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar serta pembai’atannya, resmilah berdiri kekhilafahan pertama dunia Islam.

2. Abu Bakar : Peran dan Fungsinya

Sepak terjang pola pemerintahan Abu Bakar dapat dipahami dari pidato Abu Bakar ketika ia diangkat menjadi khalifah. Secara lengkap isi pidatonya sebagai berikut.

“Wahai manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan, padahal aku bukan orang yang terbaik diantara kamu.

9 Rida, ibid, hlm. 31, Thabari, ibid, hlm. 41-42

10 Hasan ibrahim Hasan. Islamic and History culture from 632-1968, terjemah

(6)

apabila aku melaksanakan tugasku dengan baik, bantulah aku, dan jika aku berbuat salah, luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu kepercayaan, dan kedustaan adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah diantara kamu adalah orang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-haknya, dan orang kuat diantara kamu adalah lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, Insya Allah. Janganlah salah seorang dari kaum meninggalkan jihad. Sesungguhnya kaum memenuhi panggilan jihad maka Allah akan menimpakan atas mereka suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-nya. Jika aku tidak menaati Allah dan Rasul-nya, sekali-kali janganlah kamu menaatiku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kamu”.11

Ucapan pertama ketika dibai’at12, ini menunjukkan garis besar

politik dan kebijaksanaan Abu Bakar dalam pemerintan. Di dalamnya terdapat prinsip kebebasan berpendapat, tuntutan ketaatan rakyat, mewujudkan keadilan, dan mendorong masyarakat berjihad, serta shalat sebagau intisari takwa.13

3. Penyebaran Islam pada masa Abu Bakar

Setelah pergolakan dalam Negeri berhasil dipadamkan (terutama memerangi orang-orang Murtad), Khalifah Abu Bakar menghadapi kekuatan Persia dan Romawi yang setiap saat berkeinginan menghancurkan eksistensi Islam. Untuk menghadapi Persia, Abu Bakar mengirim tentara Islam dibawah pimpinan Khalid bin Walid dan Muttsanna bin Haritsah dan berhasil merebut beberapa daerah penting Irak dri kekuasaan Persia. Adapun untuk menghadapi Romawi, Abu Bakar memilih empat panglima Islam terbaik untuk memimpin beribu-ribu pasukan di empat front, yaitu Amr bin Al-Ash di font palestina, Yazid bin

11 Abi Al-Wahid An-Najjar. Al-Khulafa Ar-Rasyidin, Beirut: Dar kutub

Al-Ilmiyat, 1990. Hlm. 35, lihat pula suyuthi pulungan, op. Cit. Hlm.107-18.

12 Isi pidato kenegaraan pertama Abu Bakar, lihat Abd Al-walid An-Najjar.

Al-Khulafa Ar-Rasyidin. Beirut: Dar Al-kutub Al-Ilmiyat, 1990, hlm.35

13 Lihat Dedi Supriyadi, M.Ag. prof , Sejarah Peradaban Islam. Dengan

(7)

Abi Sufyan di front Damaskus, Abu Ubaidah di front Hims, dan Syurahbil bin Hasanah di front yordania. Empat pasukan ini kemudiand dibantu oleh khalid bin Walid yang bertempur di front siria. Perjuangan pasukan-pasukan tersebut, dan ekspedisi-ekspedisi militer berikutnya untuk membebaskan Jazirah Arab dari penguasaan bangsa Romawi dan bangsa Persia, baru tuntas pada masa pemerintahan Umar bin Khaththab.

Keputusan-keputusan yang dibuat oleh khalifah Abu Bakar untuk membentuk beberapa pasukan tersebut, dari segi tata negara, menunjukkan bahwa ia juga memegang jabatan panglima tertinggi tentara Islam. Hal seperti ini juga berlaku pada zaman modern, yaitu seorang kepala negara atau presiden juga sekaligus sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata.

Di segi lain, fakta historis tersebut menunjukkan pula bahwa kepemimpinannya telah lulus ujian menghadapi berbagai ancaman dan krisis yang timbul, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar. Artinya ia telah sukses membangun pranata sosial politik dan pertahanan keamanan pemerintahannya. Dengan kata lain, ia berhasil memobilisasi segala kekuatan yang ada untuk menciptakan pertahanan dan keamanan Negara Madinah, menggalang persatuan umat Islam, menghimpun ayat-ayat Al-Quran yang masih berserakan menjadi suatu mushaf. Keberhasilan ini tentu karena adanya kedisiplinan,kepercayaan, dan ketaatan yang tinggi dari rakyat terhadap integritas kepribadian dan kepemimpinannya.14

4. Faktor Keberhasilan Khalifah Abu Bakar

Faktor keberhasilan Abu Bakar yang lain adalah dalam membangun pranata sosial di bidang politik dan pertahanan keamanan. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sikap keterbukaannya, yaitu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada tokoh-tokoh sahabat untuk ikut membicarakan berbagai masalah sebelum ia mengambil keputusan melalui forum musyawarah sebagai lembaga legislatif. Hal ini

(8)

mendorong para tokoh sahabat, khususnya dan umat Islam umumnya, berpartisipasi aktif untuk melaksanakan berbagai keputusan yang dibuat.

Adapun tugas-tugas eksekutif ia didelegasikan kepada para sahabat, baik untuk pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun pemerintahan didaerah.15

5. Peradaban Pada Masa Abu Bakar

Bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Quran. Abu Bakar Ash-Shiddiq memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al-Quran dari pelepah kurma, kulit binatang, dan dari hapalan kaum muslimin. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk menjaga kelestarian Al-Quran setelah syahidnya beberapa orang penghapal Al-Quran pada perang Yamamah. Sejak itulah Al-Quran dikumpulkan dalam satu mushaf. Inilah untuk pertama kalinya Al-Quran dihimpun.16

Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi beberapa tahapan, yaitu sebagi berikut.

a. Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosila rakyat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia mengelola zakat, infak, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin, ghanimah harta rampasan perang dan jizyah dari warga negara non muslim, sebagai sumber pendapatan Baitul Mal. Penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber pendapat negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para pegawai negara, dan kepada rakyat yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-Quran. Diriwayatkan bahwa Abu Bakar sebagai khalifah tidak pernah mengambil atau menggunakan uang dari Baitul Mal. Karena menurutnya, ia tidak berhak mengambil

15 Dedi, ibid, Hlm. 72.

(9)

sesuatu dari Baitul malumat Islam. Oleh karena itu, selama ia menjadi khalifah, ia tetap bergadang untuk memenuhi kebutuhan hdup keluarganya sehari-hari.

(10)

Affan, dan Asid bin Hadhir, tokoh Anshar. Konsultasi ini mengahasilkan persetujuan atas pilihannya pada Umar secara objektif. Kemudian, dengan terpaksa, karena sakit yang diderita, ia menemui kaum muslimin yang berkumpul di masjid untuk memberitahukan keputusannya. Setelah Abu Bakar mendapat persetujuan kaum muslimin atas pilihannya, ia memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan pengangkatan Umar. Kemudian, ia memanggil Umar dan membekalinya nasihat-nasihat, lalu mengangkat kedua tangan Umar seraya berdoa untuk keselamatannya dan kejayaan Islam serta pemeluknya. Sesuai dengan isi perjanjian tertulis tersebut, dan telah mendapat persetujuan dari sebagian kaum muslimin, setelah ia meninggal, Umar bin khaththab dikukuhkan oleh kaum muslimin menjadi khalifah kedua dalam satu bai’at umum yang berlangsung di Masjid Nabawi.

Dari penunjukan Umar tersebut, ada beberapa hal yang perlu dicatat :

 Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asas musyawarah. Ia lebih dahulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat melalui tokoh-tokoh kaum muslimin.

 Abu Bakar tidak menunjuk salah seorang putranya atau kerabatnya, melainkan memilih seorang yang mempunyai nama dan mendapat tempat dihati masyarakat serta disegani oleh rakyat karena sifat-sifat terpuji yang dimilikinya.

(11)

Akhirnya, tatkala Abu Bakar nerasa kematiannya telah dekat dan sakitnya semakin parah, dia ingin untuk memberikan kekhalifahannya kepada seseorang sehingga diharapkan manusia tidak banyak terlibat konflik, jatuhlah pilihannya kepada Umar bin Khaththab. Dia meminta pertimbangan sahabat-sahabat senior. Mereka semua mendukungan pilihan Abu Bakar, dia pun menulis wasiat untuk itu, lalu dia membai’at Umar. Beberapa hari setelah itu, Abu Bakar Meninggal. Beliau meninggal dunia pada hari senin tanggal 23 Agustus 624 M. Shalat jenazah dipimpin oleh Umar, dan berliau dimakamkan dirumah Aisyah, disamping makam Nabi. Beliau berusaia 63 tahun ketika meninggal dunia, dan kekhalifahan-nya berlangsung selama 2 tahun 3 bulan 11 hari.17

2.2 KHALIFAH UMAR IBN AL-KHATHTHAB 1. Kelahiran Umar Ibn Al-Khaththab

Umar ibn Al Khaththab,18 (583-644) yang memiliki nama lengkap Umar bin khattab bin Nufail bin AbdAl-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qarth bin Rail bin ‘Adi bin Ka’ab bin Lu’ay adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq.19 Dia

adalah salah seorang sahabat tebesar sepanjang sejarah sesudah Nabi Muhammad SAW. Kebesarannya terletak pada keberhasilannya, baik sebagai negarawan yang bijaksana maupun sebagai mujtahid yang ahli dalam membangun negara besar yang ditegakkan atas prinsip-prinsip keadilan,persamaan, dan persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.20 Dalam

banyak hal, Umar Ibn Al-Khaththab dikenal sebagi tokoh yang sangat bijaksana dan kreatif, bahkan genius.21

17 Dedi, ibid, Hlm. 73-76

18 Departemen Agama. Ensiklopedi islam, jilid III. Jakarta : Depag, 1993, Hlm.

1256 dan An-Najjar, op. Cit, Hlm. 106.

19ibid

20 Amir Nururdin. Ijtihad Umar Ibn Al-Khaththab. Jakarta: Rajawali press, 1991,

Hlm.136.

21 Nurchalish madjid. Pertimbangan kemaslahatan dalam menangkap makna

(12)

Peranan Umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang paling menonjol karena perluasan wilayahnya, disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh para sejarawan. Bahkan, ada yang mengatakan, kalau tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Islam belum akan tersebar seperti sekarang.22

2. Latar Belakang Kehidupan Umar Ibn Al-Khaththab

Umar Ibn Al-Khaththab dilahirkan dikota Mekah dari keturunan suku Quraisy yang terpandang dan terhormat.23 Ia lahir

empat tahun sebelum terjadinya perang Fijar atau sebagaimana yang ditulis oleh Muhammad Al-Khudari Bek, tiga belas tahun lebih muda dari Nabi Muhammad SAW.24

Sebelum masuk Islam, Umar termasuk diantara kaum kafir Quraisy yang paling ditakuti oleh orang-orang yang sudah masuk Islam.25 Dia adalah musuh dan penentang Nabi Muhammad SAW.

Yang paling ganas dan kejam, bahkan sangat besar keinginannya untuk membunuh Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Dia sering menyebar fitnah dan menuduh Nabi Muhammad sebagai penyair tukang tenung.26

Setelah Umar masuk Islam,27 pada bulan Dzulhijjah enam

tahun setelah kerasulan Nabi Muhammad SAW. Kepribadiannya bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya. Dia berubah

22 Michael H. Hart. The 100 a Ranking of the Most Infuencee Persons in

History. Terjemahan Mahbub Junaidi, Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah. Jakarta: Pustaka Jaya. 1986, hlm. 266.

23 A. Syalabi. Tarikh, Al-Islamiy wa Al-Hadarah Al-Islamiyyat, Terjemahan

Mukhtar Yahya. Sejarah Kebudayaan Islam. Jilid I. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994.

24 Muhammad Al-Khudhari. Itman Al-Wafa ‘f Sirah Al-Khulafa. Mesir: Maktabah

At-Tijariyah Al-Kubra, 1964, hlm.64.

25Ensiklopedi Islam, op. Cit.hlm 1256. 26Ibid.

27 Riwayat yang menceritakan keislaman Umar ada dua versi. Lihat Ibnu

(13)

menjadi salah seorang yang gigih dan setia membela agama Islam. Bahkan, dia termasuk seorang sahabat yang terkemuka dan paling dekat dengan Nabi Muhammad SAW.28

3. Pengangkatan Umar Ibn Al-Khaththab sebagai Khalifah

Abu Bakar sebelum meninggal pada tahun 634 M/13 H. Menunjuk Umar Ibn Al-Khaththab sebagai penggantinya.29

Kendatipun hal ini merupakan perbuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, tampaknya penunjukan ini bagi Abu Bakar merupakan hal yang wajar untuk dilakukan. Ada beberapa faktor yang mendorong Abu Bakar untuk menunjuk Umar menjadi Khalifah. Pertama, kekhawatiran peristiwa yang sangat menegangkan di Tsaqifah Bani Sa’idah yang nyaris menyeeret umat Islam kejurang perpecahan akan terulang kembali, bila ia tidak menunjuk seorang yang kan menggantikannya. Kedua, kaum Anshar dan Muhajirin saling mengklaim sebagai golongan yang berhak menjadi khalifah. Ketiga, umat islam pada saat itu baru saja selesai menumpas kaum murtad dan pembangkang.30 Sementara

sebagian pasukan mujahidin sedang bertempur diluar kota Madihan melawan tentara Persia di satu pihak dan tentara Romawi di pihak lain.31

Berangkat dari kondisi politik yang demikian, tampaknya tidak menguntungkan apabila pemilihan khalifah diserahkan sepenuhnya kepada umat secara langsung. Jika alternatif ini dipilih, besar kemungkinan akan timbul kontroversi berkepanjangan dikalangan umat Islam tentang siapa uang lebih proporsional menggantikan Abu Bakar.

Penulis menilai bahwa apa yang dilakukan Abu Bakar dalam suksesi kepemimpinan di negara Madinah pada saat itu

28 Dedi, ibid. Hlm.78

29 Machnun Husein, op. Cit. Hlm 34. 30 J. Suyuthi Pulungan, op. Cit. Hlm.120.

31 Menurut perkiraan Abu Bakar, Pasukan yang sedang berperang pasti sangat

(14)

merupakan langkah yang tepat dan apa yang dilakukan itu merupakan implementasi yang optimal terhadap prinsip musyawarah.

4. Peradaban pada Masa Khalifah Umar

Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Pemikiran Khalifah Umar bin Khaththab khususnya dalam peradilan yang masih berlaku sampai sekarang dikutip M. Fauzan,32 sebagai berikut.

Naskah Asas-asas Hukum Acara

Dari Umar Amirul Mu’minin kepada Abdullah bin Qais, mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan dan rahmat-Nya kepada engkau.

1) Kedudukan lembaga peradilan

Kedudukan lembaga peradilan di tengah-tengah masyarakat suatu negara hukum wajib (sangat urgen) dan sunnah yang harus di ikuti/dipatuhi

2) Memahami kasus persoalan, baru memutuskannya

Pahami persoalan suatu kasus gugatan yang diajukan kepada anda, dan ambillah keputusan setelah jelas persoalan mana yang benar dan mana yang salah. Karena sesungguhnya, suatu kebenaran yang tidak memperoleh perhatian hakim akan menjadi sia-sia.

3) Samakan pandangan Anda kepada kedua belah pihak dan berlaku adillah

Dudukkan keduan belah pihak di majelis secara sama,

pandangan mereka dengan pandangan yang sama, agar orang yang terhormat tidak melecehkan anda, dan orang yang lemah tidak merasa teraniaya.

4) Kewajiban pembuktian

32 M. Fauzan. Pokok-pokok Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan

(15)

Penggugat wajib membuktikan gugatannya, dan tergugat wajib membuktikan bantahannya.

5) Lembaga damai

Penyelesaian perkara secara damai dibenarkan, sepanjang tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. 6) Penundaan persidangan

Barang siapa menyatakan ada suatu hal yang tidak ada di tempatnya atau sesuatu keterangan, berilah tempo kepadanya untuk dilaluinya. Kemudian, jika dia memberi keterangan, hendaklah anda memberikan kepadanya haknya. Jika ia tidak mampu memberikan yang demikian, anda dapat memutuskan perkara yang merugikan haknya.

7) Kebenaran dan keadilan adalah masalah universal Janganlah anda dihalangi suatu putusan yang telah anda putuskan pada hari ini, kemudian anda tinjau kembali putusan itu lalu anda ditunjuk pada kebenaran untuk kembali pada kebenaran, karena kebenaran itu suatu hal yang qadim yang tidak dapat dibatalkan oleh sesuatu.

8) Kewajiban menggali hukum yang hidup dan melakukan penalaran logis

Pergunakanlah kekuatan logis pada suatu kasus perkara yang diajukan kepada anda dengan menggali dan memahami hukum yang hidup, apabila hukum suatu perkara kurang jelas dalam Al-Quran dan sunnah. Kemudian bandingkanlah permasalahan tersebut satu sama lain dan ketahuilah hukum yang serupa, kemudian ambillah mana yang lebih mirip dengan kebenaran 9) Orang islam haruslah berlaku adil

Orang Islam dengan orang Islam lainnya haruslah adil,

terkecuali orang yang sudah pernah jadi saksi palsu atau pernah dijatuhi hukuman had atas orang yang diragukan tentang asal-usulnya.

(16)

Jauhilah diri anda dari marah, pikiran kacau, perasaan tidak senang dan berlaku kasar terhadap para pihak. Karena

kebenaran itu hanya berada di dalam jiwa yang tenang dan niat yang bersih.

Khalifah Umar selaku Hakim yang bijaksana melakukan dua hal penting yang patut mendapat perhatian dan menjadi pelajaran berharga bagi para hakim di sepanjang zaman. Kedua hal penting tersebut adalah :

a. Beliau sekalipun dikenal sebagai orang keras dan tegas

menghadapi setiap pelanggar hukum Allah, dan orang-orang jahat, namun beliau mampu menguasai dan mengendalikan diri untuk tidak terburu-buru menjatuhkan suatu keputusan.

b. Beliau memanfaatkan tenaga ahli/penasihat ahli dalam hal ini sahabat nabi yang terkenal dengan gelarnya Babul-ilm, yaitu Ali bin Abi Thalib R.A.33

Upaya yang dilakukan oleh Umar dengan meminta bantuan dari Ali R.A. adalah apa yang dinamakan sekarang tahlil unshuril-jarimah (menganalisis unsur kejahatannya sendiri), seperti pemeriksaan darah, sidik jari, dan sebagainya dalam peristiwa pembunuhan misalnya. Langkah selanjutnya,Umar menitikberatkan pada bahan bukti yang diajukan oleh pendakwa (wanita yang menuduh). Tempat yang basah dari kain itu disiram dengan air panas yang mendidih begitu rupa dan ternyata di tempat yang disiram tersebut tampak suatu unsur yang putig, yaitu putih telur yang tidak meleleh bersama-sama air panas. Khalifah Umar R.A.memeberikan peringatan keras kepada wanita tersebut yang akhirnya mengakui terus terang segala perbuatannya yang tidak benar, dan pemuda yang tidak berdosa (bersalah) itu, berkat kecerdasann hakimnya, dapat bebas dari segala tuduhan.34

33Ibid.

(17)

2.3 KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN 1. Kelahiran Utsman bin Affan

Nama lengkap adalah utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abd Al-Manaf dari suju Quraisy. Lahir pada tahun 576 M. Enam tahun seteah peperangan kabah oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ibu Khalifah Utsman bin Affan adalah Urwy bin Kuraiz bin Rabi’ah bin Habib bin Abdi Asy-syams bin Abd Al-Manaf. Utsman bin Affan masuk Islam pada usia 30 tahun atas ajakan bakar. Sesaat setelah masuk Islam, ia sempat mendapatkan siksaan dari pamannya, Hakam bin Abil Ash. Ia dijuluki dzun nurain, karena menikahi dua putri Rasulullah SAW. Secara berurutan setelah yang satu meninggal, yakni Ruqayyah dan Ummu Kulsum..35

Khalifah Utsman bin Affan ikut berhijrah bersama istrinya ke Absenia dan termasuk Muhajir pertama ke Yatsrib. Ia termasuk orang yang saleh ritual dan sosial. Siang hari ia gunakan untuk shaum dan malamnya untuk shalat. Setiap hari jumat, utsman bin Affan membebaskan seorang budak laki-laki dan seorang budak perempuan pada masa paceklik, masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang sangat murah, bahkan membagi-bagikannya kepada kaum muslimin. Utsman termasuk orang yang sangat penyayang, sehingga pernah suatu pagi, ia tidak tega membangunkan pelayannya untuk mengambil air wudhu, padahal ia sedang sakit dan sudah udzur.36

Pada zaman Nabi Muhammad SAW. Utsman bin Affan mengikuti beberapa peperangan, dintaranya perang uhud, khaibar pembebesan kota Mekah, perang thaif, Hawazin dan Tabuk. Perang Badar, tidak ia ikuti karena disuruh Rasulullah SAW. Menunggu istrinya yang sedang sakit sampai meninggalnya.

35 Ira M. Lapidus. History of IslamicSocieties, Terj. Ghufron A mas’adi. Jakarta:

Raja Grapindo Parsada.

(18)

2. Proses pengangkatan khalifah Utsman bin Affan

Sebelum meninggal, Umar telah memanggil tigacalon penggantinya yaitu Utsman, Ali dan Sa’ad bin Abi Waqqash. Dalam pertemuan dengan mereka secara bergantian, Umar berpesan agar penggantinya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat. Disamping itu, Umar telah membentuk dewan formatur yang bertugas memilih penggantinya kelak. Dewan formatur dibentuk Umar berjumlah 6 orang. Mereka adalah Ali, Utsman, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abd Ar-Rahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Di samping itu, Abdullah bin Umar dijadikan anggota, tetapi ia tidak memiliki hak suara.

Mekanisme pemilihan khalifah ditentukan sebagai berikut : pertama yang berhak menjadi khalifah adalah yang dipilih oleh anggota formatur dengan suara terbanyak. Kedua, apabila suara terbai secara berimbang (3:3), Abdullah bin Umar berhak menentukannya. Ketiga, apabila campur tangan Abdullah bin Umar tidak di terima, calon yang dipilih oleh Abd Ar-Rahman bin Auf harus diangkat menjadi khalifah. Kalau masih ada yang menentangnya,penentang tersebut hendaklah dibunuh.

Langkah yang ditempuh oleh Abd Ar-Rahman setelah Umar wafat adalah meminta pendapat kepada anggota formatur secara terpisah untuk membicarakan calon yang tepat untuk diangkat menjadi khalifah. Hasilnya adalah munculnya kedua kandidat khalifah, yaitu Utsman dan Ali. Ketika diadakan pejajagan suara diluar sidang formatur yang dilakukan oleh Abd Ar-Rahman, terjadi silang pemilihan. Lalu, Abd Ar-Rahman bermusyawarah dengan masyarakat dan sejumlah pembesar diluar anggota formatur ternyata, suara di masyarakat telah terpecah menjadi dua, yakni kubu Bani Hasyim yang mendukung Ali dan kubu Bani Umayyah yang medukung Utsman.

(19)

mereka melaksanakan tugasnya berdasarkan Al-Quran, sunah Rasul, dan kebijaksanaan dua khalifah sebelum mereka? Mereka berdua pun menjawab pertanyaan yg diajukan Abd Ar-Rahman, dan akhirnya ia mengangkat Utsman sebagai Khalifah ketiga dan menyuruh untuk pembai’atan

Masa pemerintahan Utsman bin Affan termasuk yang paling lama apabila dibandingkan dengan khalifah lainnya, yaitu selama 12 tahun. Awal pemerintahan Utsman, atau kira-kira 6 tahun masa pemerintahannya penuh dengan berbagai prestasi.37 3. Peradaban pada masa Utsman bin Affan

Karya besar monumental khalifah Utsman adalah membukukan mushaf Al-Quran. Pembukuan ini didasarkan atas alasan dan pertimbangan untuk mengakhiri perbedaan bacaan dikalangan umat Islam yang diketahui pada saat ekspedisi militer ke Armenia dan azerbaijan. Pembukuan ini dilaksanakan oleh suatu kepanitiaan yang diketuai oleh zaid bin tsabit.

Adapun kegiatan pembangunan di wilayah Islam yang luas itu, meliputi pembangunan daerah-daerah pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wisma tamu, pembangunan kota-kota baru yang kemudian tumpuh pesat. Semua jalan yang menuju ke Madinah dilengkapi dengan khalifah filah dan fasilitas bagi para pendatang. Masjid Nabi di Madinah diperluas. Tempat persediaan air dibangun di Madinah, di kta-kota padang pasir, dan di ladang-ladang peternakan unta dan kuda.38 Pembangunan berbagai sarana

umum ini menunjukkan bahwa utsman sebagai khalifah sangat memerhatikan kemaslahatan publik sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan sebuah masyarakat.

37 Dedi, Ibid. Hlm. 87-88

38 Jamil Ahmad. Seratus Muslim Terkemuka, Terj. Tim Penerjemah Pustakawan

(20)

2.4 KHALIFAH ALI BIN ABU THALIB 1. Kelahiran Ali bin Abu Thalib

Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah Amirul Mukminin keempat yang dikenal sebagai orang yang alim, cerdas dan taat beragama. Beliau juga saudara sepupu Nabi SAW (anak paman Nabi, Abu Thalib), yang jadi menantu Nabi SAW, suami dari putri Rasulullah yang bernama Fathimah. Fathimah adalah satu-satunya putri Rasulullah yang ada serta mempunyai keturunan. Dari pihak Fathimah inilah Rasulullah mempunyai keturunan sampai sekarang.

Khalifah Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan anak-anak. Nabi Muhammad SAW, semenjak kecil diasuh oleh kakeknya Abdul Muthalib, kemudian setelah kakeknya meninggal di asuh oleh pamannya Abu Thalib. Karena hasrat hendak menolong dan membalas jasa kepada pamannya, maka Ali diasuh Nabi SAW dan di didik. Pengetahuannya dalam agama Islam amat luas. Karena dekatnya dengan Rasulullah, beliau termasuk orang yang banyak meriwayatkan Hadits Nabi. Keberaniannya juga masyhur dan hampir di seluruh peperangan yang dipimpin Rasulullah, Ali senantiasa berada dalam barisan muka.

Ketika Abu Bakar menjadi Khalifah, beliau selalu mengajak Ali untuk memusyawarahkan masalah-masalah penting. Begitu pula Umar bin Khathab tidak mengambil kebijaksanaan atau melakukan tindakan tanpa musyawarah dengan Ali. Utsman-pun pada masa permulaan jabatannya dalam banyak perkara selalu mengajak Ali dalam

permusyawaratan. Demikian pula, Ali juga membela Utsman ketika berhadapan dengan pemberontak.39

2. Proses pengangkatan Ali bin Abi Thalib

Dalam pemilihan Khalifah terdapat perbedaan pendapat antara pemilihan Abu bakar, Utsman dan Ali bin Abi Thalib.

(21)

Ketika kedua pemilihan Khalifah terdahulu (Khalifah Abu Bakar dan Khalifah Ustman ibn Affan), meskipun mula-mula terdapat sejumlah orang yang menentang, tetapi setelah calon terpilih dan diputuskan menjadi Khalifah, semua orang menerimanya dan ikut berbaiat serta menyatakan kesetiaannya. Namun lain halnya ketika pemilihannya Ali bin Abi Thalib, justru sebaliknya.

Setelah terbunuhnya Utsman bin Affan, masyarakat beramai-ramai datang dan membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Beliau diangkat melalui pemilihan dan pertemuan terbuka. Akan tetapi suasana pada saat itu sedang kacau, karena hanya ada beberapa tokoh senior masyarakat Islam yang tinggal di Madinah. Sehingga keabsahan pengangkatan Ali bin Abi Thalib ditolak oleh sebagian masyarakat termasuk Mu’awiyah bin Abi Sufyan. Meskipun hal itu terjadi, Ali masih menjadi Khalifah dalam pemerintahan Islam.

Pro dan kontra terhadap pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah di karenakan beberapa hal yaitu bahwa orang yang tidak menyukai Ali diangkat menjadi Khalifah, bukanlah rakyat umum yang terbanyak. Akan tetapi golongan kecil (keluarga Umaiyyah) yaitu keluarga yang selama ini telah hidup bergelimang harta selama pemerintahan Khalifah Ustman. Mereka menentang Ali karena khawatir kekayaan dan kesenangan mereka akan hilang lenyap karena keadilan yang akan dijalankan oleh Ali. Adapun rakyat terbanyak, mereka menantikan kepemimpinan Ali dan menyambutnya dengan tangan terbuka. Beliau akan dijadikan tempat berlindung melepaskan diri dari penderitaan yang mereka alami.40

(22)

3. Peristiwa Tahkim pada Masa Ali bin Abi Thalib

Konflik politik antara Ali ibn Abi thalib dengan Muawiyah ibn Abi Sufyan diakhiri dengan tahkim. Dari pihak ali Ibn Abi Thalib diutus seorang ulama yang terkenal sangat jujur dan tidak “cerdik” dalam politik, yaitu Abu Musa Al-Asy’ari. Sebaiknya dari pihak Muawiyah Ibn Abi Sufyan diutus seorang yang terkenal sangat “cerdik” dalam berpolitik, yaitu Amr Ibn Ash.41

Dalam Tahkim tersebut, pihak Ali Ibn Abi Thalib dirugiakan oleh pihak Muawiyah Ibn Abu Sufyan karena

kecerdikan Amr bin Ash yang dapat mengalahkan Abu Musa Al-Asy’ari. Pendukung Ali kemudian terpecah menjadi dua, yakni kelompok pertama adalah mereka yang secara terpaksa

menghadapi hasil Tahkim dan mereka teap setia kepada Ali, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok yang menolak hasil Tahkim dan kecewa terhadap kepemimpinan Ali. Mereka melakukan gerakan perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat dalam tahkim, termasuk Ali.42

Sebagai oposisi terhadap kekuasaan yang ada, khawarij mengeluarkan beberapa statemen yang menuduh orang-orang yang terlibat tahkim sebagai orang-orang kafir. Khawarij berpendapat bahwa Utsman Ibn Affan telah menyeleweng dari ajaran Islam. Demikian pula, Ali juga telah menyeleweng dari ajaran Islam karena melakukan tahkim. Utsman Ibn Affan dan Ali Ibn Abi Thalib dalam pandangan Khwarij, yakni murtad dan telah kafir. Disamping dua khalifah umat iIslam diatas, politisi lain dipandang kafir oleh Khawarij adalah Muawiyah, Amr bin Ah, Abu Musa Al-Asy’ari, dan semua orang yang menerima tahkim.

Dalam mengeluarkan statemen politiknya, khawarij tampaknya tidak lagi berada dalam jalur politik, tetapi berada dalam wilayah atau jalur teologi atau kalam yang merupakan

41 Lihat Harun Nasution. Islam Ditinjau dari berbagai Aspek, jilid II. UI-Press.

1986. Hlm 32. Lihat pula Nurcholish Madjid, hlm 269.

(23)

fondasi bagi keberagaan umat Islam. Khawarij dinilai keluar dari wilayah politik karena menilai kafir terhadap orang-orang yang telah terlibat dan menerima tahkim. Kafir dan mukminnya seseorang, paling tidak menurut Harun Nasution, bukan wilayah politik, tetapi wilayah kalam dan teologi. Karena menilai kafir terhadap Utsman Ibn Affan ,Ali Ibn Abi Thalib, Muawiyah, Abu Musa Al-Asy’ari, Amr Ibn Ash, Khawarij tidak lagi dinilai sebagai aliran politik, tetapi dianggap sebagai aliran kalam.43

Disamping penentang, Ali Ibn Abi Thalib memiliki pendukung yang sangat fanatik dan setia kepadanya. Dengan adanya oposisi terhadap pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib,

kesetiaan mereka terhadap Ali Ibn Abi Thalib semakin bertambah, apalagi setelah Ali wafat dibunuh oleh kalangan Khawarij. Mereka yang fanatik terhadap Ali dikenal dalam sejarah sebagi kelompok syi’ah.

Peristiwa tahkim tersebut menyebabkan sebagian pengikut Ali tidak setuju dan mereka keluar dari barisan Ali, kemudian mereka menjadikan Nahrawan sebagai markasnya serta terus-menerus merongrong pemerintahan Ali. Golongan yang keluar dari barisan Ali tersebut biasa disebut sebagai Khawarij. Kerepotan khalifah dalam menyelesaikan kaum Khawarij ini digunakan Muawiyah untuk merebut Mesir. Padahal, Mesir dapat dikatakan sebagi sumber kemakmuran dan ekonomi dari pihak Ali.

Dengan terjadinya berbagi pemberontakan dan keluarnya sebagian pendukung Ali, banyak pengikut Ali gugur dan juga berkurang serta hilangnya sumber ekonomi dari mesir karena dikuasai oleh Muawiyah menjadikan kharisma khalifah menurun, sementara Muawiyah makin hari makin bertambah kekuatannya. Hal tersebut memaksa khalifah Ali menyetujui perdamaian dengan Muawiyah.

(24)

penyelesaian melalui kopromi dengan Muawiyah itu sebenarnya merupakan kegagalan bagi Ali. Berbagai kerusuhan yang harus dihadapi Ali sejak penobatannya menjadi khalifah, terutama disebabkan oleh kegagalannya menindas pemberontakan Muawiyah. Pemberontakan yang hebat dari Thalhah dan Zubair memperlemah kedudukan Ali dan memeprkuat kekuasaan Muawiyah. Pemberontakan-pemberontakan terjadi pula di

Bashrah, Mesir, dan Persia untuk mendapat kemerdekaan. Khalifah Ali harus menangani pemberontakn-pemberentokan ini dan

memulihkan ketertiban di dalam imperium, terutama kaum Khawarij sangat memperlemah kekuatannya dan terus-menerus menyibukkannya.44

Jumlah manusia, keuangan, dan sumber-sumber kekayaan Muawiyah jauh lebih kuat dibandingkan dengan khalifah Ali. Ali tidak memiliki sumber-sumber kekayaan yang memadai dan memimpin suatu kaum yang kesetiannya kepadanya berubah-ubah dan meragukan. Sebaliknya, Muawiyah memiliki sumber-sumber yang kaya di Siria dan memiliki dukungan yang tangguh dari keluarganya. Bani Umayah maupun orang-orang Siria dengan kuat berada dibelakangnya dan memasoknya dengan sumber-sumber kekuatan yang tak habis-habisnya. Ali hanyalah seorang jendral dan seorang prajurit yang gagah berani, sedangkan Muawiyah adalah diplomat yang licik dan seorang politikus yang pintar,. Dia memainkan kelicikan apabila keberanian bertarung tidak berhasil. Dengan cerdik, dia memanfaatkan pembunuhan khalifah Ali dan membantu rencanya. Karena dia sendiri adalah seorang yang paling licik pada waktu itu, Muawiyah menjalin persahabatan dan

persekutuan dengan Amar, yang juga orang yang paling cerdik dan banyak akal pada saat itu. Karena gagal dalam menggunakan pedang, Muawiyah dan sekutunya menipu dan mengalahkan

(25)

khalifah Ali dengan permainan kecerdikan dan kelicikan di dalkam perang siffin.45

Penyelesaian kompromis Ali dengan Muawiyah tidak disukai oleh kaum persusuh karena hal itu membebaskan khalifah untuk memusatkan perhatiannya pada tugas menghukum mereka. Kaum Khawarij menrencanakan untuk membunuh Ali, Muawiyah dan Amar memilih seorang khalifah yang sehaluan dengan mereka, yang dengan bebas dipilih dari seluruh umat Islam. Karena itu, Abdurrahman, pengikut seta kaum Khawarij, memberikan pukulan yang hebat kepada Ali sewaktu dia akan Adzan di Masjid. Pikulan itu fatal dan khalifah Ali wafat pada tanggal 17 Ramadhan 40 H. Bertepatan dengan tahun 661 M.46

Dalam kisah lain diceritakan bahwa kematian khalifah Ali diakibatkan oleh pukulan pedang yang beracun milik Abdurrahman Ibn Muljam.

45Ibid.

(26)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka yang menjadi kesimpulan makalah,

bahwa bentuk peradaban yang paling besar dan luar biasa dan merupakan satu kerja besar yang dilakukan pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah penghimpunan Al-Quran. Selain itu, peradaban Islam yang terjadi pada praktik pemerintahan Abu Bakar terbagi beberapa tahapan, yakni Dalam bidang pranata sosial ekonomi dan mengenai suksesi kepemimpinan.

Peradaban yang paling signifikan pada masa Umar, selain pola administratif pemerintahan, peperangan, dan sebagainya adalah pedoman dalam peradilan. Karya besar monumental khalifah Utsman adalah membukukan mushaf Al-Quran. Pada masa pemerintahan Khalifah Ali terjadi peristiwa tahkim. Yakni, konflik politik antara Ali ibn Abi thalib dengan Muawiyah.

3.2 Saran

(27)

3.3 Daftar Pustaka

 Harun Nasution, Teologi Islam Aliran-Aliran Sejarah Analisa

Perbandingan. Jakarta: Universitas Indonesia,1972,hlm.6. Lebih dijelaskan bahwa perang Siffin antrara pihak Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah.

 Dewan ensiklopedi islam. Ensiklopedi islam, jilid I. Jakarta: Ikhtiar

Baru Van Hoeve, 1993. Hlm. 38.

 Lihat M. Rida. Abu Bakar Ash-Shiddiq Awalu Al-khulafa

Ar-Rasyidin. Beirut : Dar Al-Fikr, 1983, hlm 7-8

 Syed Mahmudunnasir, op. Cit. Hlm. 80.

 S. Khuda Bakhs. Politik islam. Delhi: Idarah Al-Adabiy, t.th,

hlm.11.

 Lihat juga Suyuthi pulungan. Fiqh Siyasati Ajaran, sejarah, dan

pemikiran, cet.1 Jakarta: Rajawali Press,1994, hlm. 102.

 Hasan ibrahim Hasan. Islamic and History culture from 632-1968,

terjemah D. Humam, cet. I. Yogyakarta: Kota kembang, 1989, hlm. 32.

 Lihat Dedi Supriyadi, M.Ag. prof , Sejarah Peradaban Islam.

Dengan pengantar Dr. H. I. Nurol Aen, M.A. Bandung : Pustaka setia, 2008. Hlm. 70.

 lihat Abd Al-walid An-Najjar. Al-Khulafa Ar-Rasyidin. Beirut: Dar

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi ini bertujuan mengetahui jika sistem ini dapat digunakan dengan baik sebagai sumber STS, kerena profil tegangan pada kedua sumber yaitu 13,8 kV.Baik sumber-A maupun

Dari pihak internal berpendapat bahwa Sultan bertahta menginginkan GKR pembayun menjadi penerus Sultan dan akan menjadi Ratu Mataram, sesuai adat Jawa, penerus keturunan adalah

Lembaga negara yang dapat bersengketa di Mahkamah Konstitusi yaitu: (1) merupakan sengketa kewenangan konstitusional antar lembaga negara, (2) kewenangan diberikan

Kancil merupakan satwa ruminansia yang memiliki alat pencernaan sederhana, lambung kancil hanya memiliki 3 ruangan yaitu rumen, retikulum, dan abomasum (Sigit,

Disiplin kerja adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan. Disiplin kerja pada dasarnya selalu diharapkan

Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perermpuan dalam rangka mewujudkan suatu

Di njau dari manajemen satuan pendidikan, maka penyusunan model inspirasi diversifi kasi kurikulum esensi dan muaranya adalah terwujudnya Kurikulum ngkat satuan

Nuniek Luthy Naftali, CIMI PENGERTIAN Mengumpulkan blanko diit pasien (makanan) yang telah diisi1. oleh perawat ruangan sesuai