• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Model Simulasi untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Penyusunan RPP Tematik di SDN Wates 4 Magelang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelatihan Model Simulasi untuk Meningkatkan Kompetensi Guru dalam Penyusunan RPP Tematik di SDN Wates 4 Magelang"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

47

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Sekolah

SD Negeri Wates 4 Magelang berdiri tahun 1973 merupakan sekolah negeri pinggiran Kota Magelang, letaknya di perbatasan sebelah timur Kota magelang dengan Kabupaten Magelang tepatnya di Jalan Sumba RT 04 RW 11, Jambesari, Wates, Magelang. Kondisi SD Negeri Wates 4 Magelang sampai dengan tahun pelajaran 2014/2015 adalah sebagai berikut,

Visi SD Negeri Wates 4 adalah ”Berprestasi, Religi, Mandiri, Berwawasan Lingkungan”. Sebagai arah dalam mewujudkan visi sekolah dan tujuan yang akan dicapai, SD Negeri Wates 4 Magelang merumuskan Misi sekolah sebagai berikut: (1) Melaksanakan

pembelajaran PAKEM. (2 )MeningkatkankualitasSDM (3) Melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler

(2)

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran SD Negeri Wates 4 di dukung oleh personel yang terdiri atas 4 guru kelas negeri, 2 guru kelas wiyata bakti, 1 orang guru agama Islam negeri, 1 orang guru agama Kristen negeri, 1 orang guru Bahasa Inggris wiyata bakti, dan tidak mempunyai guru Pendidikan jasmani dan Olahraga. Dari semua guru yang sudah memenuhi standar kualifikasi pendidik 5 orang, sedangkan 3 orang dalam proses pendidikan sarjana PGSD.

Sarana prasaran SD Negeri Wates 4 secara umum sudah cukup mewadai dan dalam kondisi baik. Luas tanah 1.456 m2, luas bangunan 1.044 m2 yang terdiri atas 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang laboratorium, 2 ruang kegiatan, 1 ruang sholat, 1ruang UKS, 1 Ruang Guru, 1 ruang Kepala Sekolah, 2 wc guru, 5 wc siswa, serta rumah dinas Kepala Sekolah dan Penjaga Sekolah.

(3)

4.1.2 Masalah-Masalah Dalam Pembelajaran di SD Negeri Wates 4 Magelang

(4)

yang kurang maksimal, dan input siswa pada tahun berikutnya.

Berdasarkan hasil supervisi akademik yang dilakukan Pengawas sekolah dan Kepala sekolah terhadap guru - guru kelas 1,2, dan 3 SD Negeri Wates 4 Magelang ternyata ketiga guru tersebut belum dapat malaksanakan pembelajaran tematik sebagaimana mestinya. Mereka masih melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan mata pelajaran secara berurutan. Hal tersebut terjadi karena guru kurang memahami dan mengetahui pentingnya penerapan pembelajaran tematik. Kendala ini di sebabkan karena kekurangan guru kelas di SDN Wates 4. Guru kelas negeri jumlahnya baru ada 4 orang, dari yang seharusnya 6 orang. Untuk memenuhi kekurangan guru tersebut kepala sekolah menugaskan guru wiyata bakti untuk mengajar di kelas 2 dan 3. Yang mana guru wiyata bakti tersebut dalam proses menempuh pendidikan sarjana guru sekolah dasar, sehingga secara kualifikasi belum memenuhi persyaratan. Dalam menyusun perencanaan pembelajaran, guru tidak menyusun rencana pembelajaran sendiri akan tetapi hasil mendownlood. Rencana pembelajaran guru tidak sesuai dengan kondisi siswa di sekolah tersebut.

(5)

benar-benar memahami tentang penyusunan perencanaan dan penilaian dalam pembelajaran tematik.

4.1.3 Alternatif Pemecahan Masalah

Untuk mengatasi masalah pembelajaran tematik di SD Negeri Wates 4, beberapa alternatip pemecahan masalah di tawarkan, yaitu: melalui supervisi akademik, mengikutkan guru dalam seminar pembelajaran, memberikan buku reverensi kepada guru, dan pelatihan guru.

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab keterlaksanaan proses pembelajaran, sudah mengupayakan peningkatan kemampuan guru dalam menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik melalui supervisi akademik secara rutin. Akan tetapi usaha tersebut belum membawa hasil sesuai yang diharapkan.

(6)

menyambut baik usulan tersebut akan tetapi beliau menghimbau sebagai peserta pelatihan melibatkan semua guru. Hal ini disebabkan guru sekolah dasar adalah guru kelas yang setiap tahun dalam pembagian tugas mengajar selalu mengalami perubahan, kemungkinan mengajar kelas rendah atau kelas tinggi.

4.1.4 Pelatihan Model Simulasi Dalam Peningkatan Kemampuan Guru Menyusun RPP Tematik.

Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah dengan pelatihan model simulasi dalam penyusunan RPP tematik di SD Negeri Wates 4 Magelang dilaksanakan pada akhir bulan April sampai akhir bulan Mei 2015. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelatihan ini adalah semua guru di SD Negeri Wates 4 Magelang, namun sebagai sampel utama adalah 3 orang guru , yaitu guru kelas 1, 2, dan 3, 1 narasumber yang merupakan guru ber sertifikat instruktur nasional dan pernah mendapat juara 1 penyusunan RPP tingkat Kota Magelang, dan 1 pengawas sekolah sebagai kolaborator.

(7)

dilakukan peneliti adalah metode simulasi yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut :

4.1.4.1 Identifikasi masalah.

Identifikasi masalah berawal dari hasil supervisi kepala sekolah dan pengawas sekolah terhadap pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Dari hasil temuan supervisi kepala sekolah ditindak lanjuti dengan analisis kebutuhan (langkah 1 pelatihan metode simulasi) menggunakan lembar analisis kesulitan penyusunan RPP (Lampiran 8.2). Hasil analisis terhadap kesulitan guru dalam pembelajaran tematik dirangkum sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel 4.1.

Analisis tingkat kesulitan pembelajaran tematik

NO GURU PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI TINGKAT KESULITAN

1. Kelas 1 75 % 46 % 42 %

2. Kelas 2 77 % 35 % 38 %

3. Kelas 3 69 % 40 % 38 %

Rata-rata 74 % 40 % 39 %

(8)

(2) Menetapkan jaringan tema (3) Merencanakan skenario atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran (4) Pengembangan jaringan tema pada pembelajaran tematik. Indikator kesulitan pada pelaksanaan pembelajaran tematik pada: (1) Kegiatan pembelajaran (awal, inti, akhir ) secara rinci yang dilakukan guru. (2) Proses ekplorasi atau menggali informasi tentang topik atau tema. Sedangkan indikator kesulitan guru dalam evaluasi pembelajaran tematik adalah pada penentuan aspek pengembangan intrumen atau alat penilaian dan hasil untuk mengukur indikator. Dari fokus permasalahan yang ditemukan digunakan sebagai bahan pengembangan materi pelatihan.

4.1.5 Tindakan siklus I 4.1.5.1 Perencanaan siklus I

Dalam perencanaan siklus I diawali dengan mengajukan permohonan narasumber secara resmi ( surat permohonan kepada Kepala Sekolah SD Negeri Kedungsari 1 Magelang, lampiran 8.1) kepada atasan langsung narasumber, kemudian dilanjutkan dengan langkah utama perencanaan yang meliputi kegiatan-kegiatan :

(9)

bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Tematik. Pembelajaran tematik untuk kelas rendah yaitu kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar, maka yang menjadi sasaran utama dalam penelitian ini adalah meningkatkan kompetensi guru kelas 1, 2 dan 3 yang berjumlah 3 orang dalam menyusun RPP tematik.

2). Menyusun Program ( langkah 2 pelatihan metode simulasi ). (lampiran 5).

Program pelatihan disusun sebagai acuan bagi pelaksanaan pelatihan yang berisi tentang: (a) Rasional pelatihan (b) Tujuan pelatihan (c) Sasaran pelatihan (d) Penanggung Jawab (e) Narasumber (f) Peserta (g) kepanitiaan (h) Tahap Kegiatan (i) Materi (j) Media/Alat (k) Hasil Yang diharapkan (l) Jadwal Pelaksanaan (m) Daftar Peserta (n) Evaluasi (o) Lampiran Panduan Oprasional Penyelenggaraan Pelatihan.

Program pelatihan ini dibagikan kepada tutor, kolaborator, dan peserta pelatihan.

(10)

Informasi Kelengkapan Administrasi. Merupakan panduan administrasi yang harus ada dan dipersiapkan oleh peneliti.

3) Menyusun instrumen penelitian.

Instrumen penelitian meliputi instrumen analisis kesulitan guru dalam pembelajaran tematik (lampiran 1), instrumen lembar analisis penyusunan RPP (lampiran 2), instrumen pengamatan pelaksanaan pelatihan (lampiran 3), dan instrumen nilai sikap peserta pelatihan (lampiran 4)

4) Menyiapkan materi pelatihan Siklus I (lampiran 6) Materi pelatihan di cetak dan digandakan untuk dibagikan kepada peserta pelatihan dan kolaborator. Adapun materi pelatihan siklus I yaitu: Pembelajaran Tematik, Evaluasi Pembelajaran, dan Pedoman Penyusuna RPP Tematik.

5) Penjelasan dan membuat kesepakatan teknik-teknik pelaksanaan dan penilaian pelatihan kepada tutor dan kolaborator.

4.1.5.2 Pelaksanaan Siklus I

(11)

Pelaksanaan Pelatihan ( lampiran Program Pelatihan). Kegiatan tersebut meliputi :

1). Persiapan pelaksanaan pelatihan, yang mencakup kegiatan : Berkoordinasi dan menyiapkan ATK, Berkoordinasi, menyiapkan dan mengecek sarana prasarana penunjang pelatihan, Menyiapkan berkas administrasi, Berkoordinasi dengan nara sumber terkait desain dan teknik penilaian, Berkoordinasi untuk kegiatan pembukaan dan pengarahan.

2). Pelaksanaan Kegiatan pelatihan yang mencakup kegiatan umum, kegiatan pendaftaran, kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutupan. 3). Penyampaian materi dan kegiatan pelatihan.

Materi pelatihan meliputi materi umum ( jaringan tema, pengembangan RPP Tematik, dan pengembangan evaluasi pembelajaran). Pengamatan video pembelajaran, Penyusunan RPP Tematik dan

pengamatan video pembelajaran untuk

memantapkan pemahaman peserta pelatihan terhadap penyusunan RPP Tematik.

4). Pengumpulan berkas pelatihan.

4.1.5.3 Observasi Siklus I

(12)

kerja peserta pelatihan berupa penyusunan RPP Tematik menggunakan lembar analisis RPP (lampiran 2), dan observasi terhadap sikap peserta pelatihan menggunakan Instrumen Nilai Sikap Peserta Pelatihan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan Kolaborator (dalam penelitian ini dilakukan oleh Pengawas Sekolah) ketika proses pelatihan berlangsung.

Hasil pengamatan siklus I dapat dijelaskan:

a. Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pelatihan

Kegiatan pelatihan dengan metode simulasi mendapat nilai 78 indikator Cukup (C) (Lampiran 8.4). Masih ada catatan:

1. Peserta pelatihan kurang serius dalam mengikuti kegiatan pelatihan (Lampiran 8.7). Menurut Kolaborator hal ini dapat dilihat dari hasil penyusunan RPP ada beberapa indikator yang tidak sesuai. Disebabkan ketika mengikuti penjelasan umum dan pangamatan video pembelajaran kurang bersungguh-sungguh. 2. Menurut Kolaborator, peserta pelatihan butuh

contoh RPP Tematik yang nyata bukan hanya bagan RPP.

3. Video pembelajaran yang disampaikan suara kurang keras.

(13)

Hasil tes merupakan tes unjuk kerja guru dalam penyusunan RPP Tematik dari hasil pelatihan. Menurut Kolaborator secara fisik RPP yang disusun guru masih kurang rapi dan menggunakan tulisan tangan. Hal ini terjadi karena peneliti tidak mengkondisikan untuk menggunakan laptop atau komputer. Hasil Analisis penyusunan RPP Tematik dalam siklus I (Lampiran 8.5) dapat disimpulkan:

Tabel 4.2 : Hasil Siklus I

RPP Nilai Katagori Tuntas Belum Ketuntasan Rata-rata Kelas

1 84 B √

75,3 Kelas

2 73 C √

Kelas

3 69 K √

Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa skor nilai rata-rata 75,3 ketercapaian pelatihan baru 1 RPP dari 3 RPP buatan guru. 1 mendapatkan nilai kategori Kurang (K), 1 RPP mendapatkan nilai katagori Cukup (C), dan satu RPP mendapatkan nilai Kategori Baik (B).

Dari hasil pengamatan hasil penyusunan RPP ditemukan :

(14)

2. Dalam penyusunan tujuan pembelajaran belum

memenuhi kriteria penyusunan tujuan

pembelajaran, yaitu mengandung unsur ABCD (audiens, Behavior, Conditional, dan Degree ).

3. Pembukaan pelajaran , masih ada yang bersifat umum belum spesifik sesuai dengan materi dan mengacu metode pembelajaran yang digunakan. 4. Kesesuaian waktu yang kurang sesuai dengan

keluasan materi.

4.1.5.4 Refleksi Siklus I

Peneliti, narasumber, dan kolaborator membahas kelebihan dan kekurangan pelaksanaan dan hasil peserta palatihan untuk menentukan tindakan selanjutnya. Adapun kriteria keberhasilan tindakan meliputi :

1. Unjuk kerja peserta pelatihan berupa penyusunan RPP Tematik dengan perolehan nilai minimal katagori baik (80< B <89) dan ketercapaian keberhasilan pelatihan 2 dari 3 RPP buatan peserta mendapat kriteria tuntas.

2. Sedangkan untuk pelaksanaan pelatihan dengan kriteria nilai minimal baik.( 80 < B < 89)

(15)

keberhasilannya baru mencapai 1 dari 3 RPP. Menurut pengamat disebabkan karena :

1. Peserta pelatihan kurang memahami materi pelatihan, terumama dalam hal : Penyusunan indikator, penyusunan tujuan pembelajaran, pembukaan, kesesuaian waktu yang kurang sesuai dan muatan materi pembelajaran.

2. Proses pelatihan kurang maksimal. Menurut pengamat dan peserta, peserta butuh contoh RPP yang baik, dan video pembelajaran yang ditampilkan suara kurang jelas.

Dengan demikian refleksi pada akhir siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan maka siklus I dilanjutkan ke siklus II. Untuk meningkatkan hasil pelatihan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kesiapan media pelatihan perlu disiapkan dengan

baik.

2. Materi pelatihan di titik beratkan pada penyusunan indikator, penyusunan tujuan pembelajaran, pembukaan, kesesuaian waktu .

4.1.6 Tindakan Siklus II 4.1.6.1 Perencanaan siklus II

(16)

siklus II merupakan upaya perbaikan serta pemecahan masalah yang timbul pada siklus I.

Untuk keberhasilan penelitian pada siklus II maka tahap perencanaan ini harus memperhatikan dan mempertimbangkan refleksi dan temuan-temuan pada siklus I. Persiapan pada siklus II meliputi kegiatan-kegiatan:

1). Penentuan sasaran belajar berdasar hasil refleksi siklus I.

Berdasarkan hasil refleksi siklus I, bahwa pelatihan model simulasi ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP Tematik penekanan pada materi penyusunan indikator, penyusunan tujuan pembelajaran, kesesuaian waktu dengan keluasan materi untuk guru kelas 1, 2, dan 3 sekolah dasar.

2). Penentuan Program ( langkah 2 pelatihan metode simulasi ).

Perencanaan Program pelatihan secara umum masih mengacu pada program siklus I. Untuk waktu pelaksanaan yang mengalami perubahan dan persiapan media pelatihan disiapkan lebih matang. 3) Menyusun instrumen penelitian.

(17)

dan instrumen nilai sikap peserta pelatihan (lampiran 4).

3) Menyiapkan materi pelatihan Siklus II (lampiran 7) Materi pelatihan pada siklus II mengacu pada materi Siklus I, ditambah materi berupa contoh RPP.

4) Penjelasan dan membuat kesepakatan teknik-teknik pelaksanaan dan penilaian kepada tutor.

4.1.6.2 Pelaksanaan Siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II dengan pelatihan metode simulasi penyusunan RPP Tematik dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Mei 2015. Pelaksanaan siklus II meliputi kegiatan-kegitan mengacu pada siklus I menitik beratkan pada hasil refleksi siklus I, dan berpedoman pada perencanaan yang telah di susun pada siklus II :

1). Persiapan pelaksanaan pelatihan, mengacu pada panduan pelatihan.

2). Pelaksanaan Kegiatan pelatihan yang mencakup kegiatan umum, kegiatan pendaftaran, kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutupan. 3). Penyampaian materi dan kegiatan pelatihan.

(18)

pembelajaran dengan keluasan materi pembelajaran, pengamatan video pembelajaran, penyusunan RPP Tematik siklus II.

4). Pengumpulan berkas pelatihan.

4.1.6.3 Observasi Siklus II

Observasi siklus II dilakukan bersamaan pelaksanaan pelatihan siklus II. Observasi dilakukan terhadap pelaksanaan pelatihan menggunakan lembar pengamatan pelaksanaan pelatihan (lampiran 3), dan hasil tes unjuk kerja peserta pelatihan berupa penyusunan RPP Tematik menggunakan lembar analisis RPP (lampiran 2). Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan Kolaborator. Hasil pengamatan siklus II dapat dijelaskan:

a. Berdasarkan hasil pengamatan pelaksanaan pelatihan.

Kegiatan pelatihan dengan metode simulasi pada siklus II sudah menunjukkan peningkatan:

1. Kegiatan pelatihan dengan metode simulasi sudah mencapai skor 92 indikator Amat Baik (AB). (lampiran 9.2)

(19)

dari hasil penyusunan RPP sudah sesuai, dan asli ide dari peserta bukan salinan RPP hasil download.

b. Berdasarkan hasil tes

Hasil tes unjuk kerja guru dalam penyusunan RPP Tematik siklus II dianalisis menggunakan lembar analisis RPP (lampiran 9.3). Hasilnya dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.3 : Hasil Siklus II

RPP Nilai Kata gori Tuntas Belum Ketuntasan Rata-rata

Kelas

1 95 AB √

94.3 Kelas

2 93 AB √

Kelas

3 95 AB √

Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa skor nilai rata-rata 94,3 ketercapaian pelatihan sudah maksimal 3 RPP sudah mendapat skor tuntas. Sudah tidak ada lagi RPP dengan katagori kurang atau cukup, 3 RPP dengan katagori Amat Baik (AB).

Dari pengamatan hasil penyusunan RPP ditemukan :

(20)

2. Semua indikator RPP tersusun dengan baik dan benar.

3. Bentuk penyusunan RPP sudah rapi, hal ini dikarenakan diperbaiki dengan ketikan komputer.

4.1.6.4 Refleksi siklus II

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan perubahan-perubahan yang bersifat positif, dengan bukti peserta pelatihan mengerjakan menyusun RPP Tematik dengan baik, tanggung jawab, disiplin dan semangat, semua indikator RPP tersusun dengan baik dan benar. Sedangkan hasil penyusunan RPP, 3 RPP mendapat AB (90 < AB < 100), sudah tidak ditemukan RPP dengan katagori C.

Menurut pengamat dalam pelaksanaan pelatihan metode simulasi pada siklus II sudah dilaksanakan secara maksimal, hal ini ditunjukkan adanya :

1. Materi pelatihan penyusunan RPP Tematik dapat dimanfaatkan secara menyeluruh.

2. Guru dapat menyusun RPP Tematik secara mandiri dengan baik.

3. Guru mampu menyusun evaluasi hasil belajar sesuai Kompetensi.

(21)

4.2 Pembahasan

Hasil Penelitian

4.2.1 Penyusunan RPP dikalangan guru SD Negeri Wates 4 Magelang

Dari hasil refleksi terhadap tindakan siklus I dan hasil refleksi siklus II penyusunan RPP Tematik melalui pelatihan metode simulasi dapat didiskripsikan dan dianalisa. Untuk kondisi awal atau kondisi penyusunan RPP sebelum pelaksanaan tindakan dengan menganalisa RPP guru yang dikumpulkan kepada peneliti pada hari sebelum pelaksanaan tindakan. Akan tetapi RPP tersebut tidak diperhitungkan karena RPP yang dikumpulkan tersebut bukan buatan guru sendiri melainkan hasil download atau copy tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, kegiatan pelatihan metode simulasi penyusunan RPP Tematik ketercapaian 1 dari 3 RPP. RPP buatan guru yang mendapat skor diatas 80 (B) 1RPP dan yang memperoleh skor di bawah 80 ( C dan K ) 2 RPP sehingga membutuhkan kegiatan siklus II.

(22)

RPP memperoleh skor Cukup (C), 3 RPP masing-masing mendapat skor 95, 93, dan 95 katagori AB.

Dari peningkatan pada siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa hasil pelatihan metode simulasi penyusunan RPP Tematik tersebut telah mencapai target keberhasilan penelitian ini. Sehingga tindakan siklus II dihentikan.

4.2.2 Pelatihan Metode Simulasi Penyusunan RPP Tematik di SD Negeri Wates 4

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan pada Bab II bahwa pelatihan metode simulasi merupakan bagian dari suatu proses pelatihan di dalam suatu organisasi untuk pengembangan kompetensi ke arah yang diinginkan oleh organisasi yang bersangkutan telah terbukti. Pelatihan model simulasi adalah berlatih melaksanakan tugas-tugas yang akan dilaksanakan sehari-hari, dalam hal ini berlatih untuk meningkatkan kompetensi dan ketrampilan khusus guru yang berkaitan dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP ) Tematik.

(23)

Kelas I s.d III dilaksanakan melalui pendekatan tematik. Dan pasal 20 UU Guru dan Dosen menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban salah satunya adalah merencanakan pembelajaran. Kesenjangan yang terjadi di SD Negeri Wates 4 telah teratasi melalui tindakan pelatihan model simulasi. Agar keterlaksanaannya tetap terjamin perlu pemantauan secara intensip dan terencana dari kepala sekolah.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Tati Hendarti tahun 2010. Kesamaan dari hasil tindakan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP tematik. Peningkatan kemampuan guru juga diikuti dengan perubahan perilaku dari perilaku negatif menjadi perilaku positif. Perbedaan hasil penelitian terletak pada metode pelatihan dan subyek yang diteliti. Pada penelitian Tati Hendarti menggunakan pelatihan metode kelompok sedangkan pada penelitian ini pelatihan metodenya adalah metode simulasi. Pada penelitian terdahulu subyeknya guru kelas rendah satu gugus yang berjumlah 30 orang sedangkan penelitian ini subyeknya guru kelas rendah satu sekolah yang berjumlah 3 orang.

(24)

meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP tematik. Perbedaan hasil penelitian terletak tindakan yang dilakukan dan subyek yang diteliti. Pada penelitian Endah Setiyati tindakan yang dilakukan melalui pemberdayaan KKG sedangkan pada penelitian ini tindakan menggunakan pelatihan metode simulasi. Pada penelitian terdahulu subyeknya guru kelas 2 satu Dabin sedangkan sedangkan penelitian ini subyeknya guru kelas 1, 2, dan 3.

Penalitian Nunuh tahun 2007dan Parlinus Gulo tahun 2015, pada dasarnya mempunyai kesamaan bahwa pelatihan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP, bedanya terletak pada subyek dan lokasi penelitian.

Penelitian Kon Chon Min dkk tahun 2012.Hasil dari penelitian Kon Chon Min mempunyai kesamaan terhadap penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman guru terhadap pendekatan tematik .Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa lamanya guru mengajar tidak berbeda secara signifikan dengan praktek pembelajaran dengan pendekatan tematik. Perbedaan penelitian Kon Chon Min dengan penelitian ini terletak pada metode dan prosedur yang digunakan, dan subyek penelitiannya.

(25)

yaitu upaya untuk meningkatkan kompetensi guru dalam penyusunan RPP Tematik di lokasi yang berbeda. Akan tetapi penelitian ini memiliki kekhasan yaitu:

1. Materi pelatihan penyusunan RPP Tematik dapat dimanfaatkan secara menyeluruh.

2. Guru dapat menyusun RPP Tematik secara mandiri dengan baik.

3. Guru mampu menyusun evaluasi hasil belajar sesuai Kompetensi.

4. Guru mampu menguasai materi ajar dengan baik. Berdasarkan hal-hal di atas dapat disampaikan bahwa masalah kompetensi guru yang masih rendah terutama dalam hal pembelajaran tematik dapat dapat ditingkatkan dengan berbagai upaya. Pelatihan Model simulasi merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan sebagai rujukan untuk meningkatkan

kompetensi guru dalam rangka menjamin

keterlaksanaan pembelajaran tematik di kelas rendah Sekolah Dasar sesuai Peraturan Mentri Pendidikan No. 22 tahun 2006 dan sesuai standar proses pembelajaran yang telah ditetapkan.

(26)

SD Negeri Wates 4 adalah meningkatnya prestasi siswa. Hal ini dimungkinkan karena pemahaman guru tentang pembelajaran tematik lebih meningkat, sehingga dalam penyusunan perencanaan pembelajaran tematik lebih memfokuskan pada proses yang ditempuh peserta didik pada saat berusaha memahami isi pembelajaran, melalui tema yang dekat dan berkaitan dengan kehidupan anak. Menerapkan prinsip belajar sambil bermain membuat peserta didik senang dalam pembelajaran dan menimbulkan semangat belajar mereka dan hasil pembelajaran merupakan sesuatu yang sanagat berguna, sangat dibutuhkan, sangat digemari bagi peserta didik.

Gambar

Tabel 4.1.
Tabel 4.2 : Hasil Siklus I
Tabel 4.3 : Hasil Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk menyatakan suatu model fit, karena hanya ada tiga item pengukuran, dengan sendirinya merupakan model yang just identified, dan merupakan model yang fit sempurna.

Berdasarkan data di atas, pertambahan penduduk Kota Yogyakarta yang disebabkan oleh mobilitas permanen relatif sedikit (+1.947 jiwa), sehingga dapat dipastikan bahwa

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

pembelajaran yang tidak terpisahkan, sebagaimana dikemukakan Gronlund (1998) bahwa hubungan antara pembelajaran dengan asesmen seperti diuraikan berikut: 1) Pembelajaran

a) Fungsi informatif, yaitu organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Bermakna seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang

Aplikasi e-label batik mampu memberikan dukungan penerapan Peraturan Daerah Kota PekalonganNomor 6 Tahun 2014 di lapangan, dan label “Batik Pekalongan” yang

bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2006 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang Dan Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor