• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE) ANTARA PEREMPUAN YANG MEMASAK DENGAN KAYU BAKAR DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE) ANTARA PEREMPUAN YANG MEMASAK DENGAN KAYU BAKAR DAN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PEREMPUAN YANG MEMASAK DENGAN KAYU BAKAR DAN

LIQUEFIED PETROLEUM GAS

(LPG)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

IMANIAR HIDAYATI ARINDHA

G.0009106

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

commit to user

(3)

commit to user

iii

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 27 Agustus 2012

Imaniar Hidayati Arindha

(4)

commit to user

iv

Imaniar Hidayati Arindha, G0009106, 2012.

Perbedaan Nilai Arus Puncak

Ekspirasi (APE) antara Perempuan yang Memasak dengan Kayu Bakar dan

Liquefied Petroleum Gas (LPG). Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Latar Belakang:

Terdapat berbagai laporan mengenai fenomena obstruksi

saluran pernapasan akibat dari penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar

memasak. Hal ini dapat diketahui dengan pemeriksaan APE yang menunjukkan

adanya penurunan nilai.

Tujuan Penelitian:

Membuktikan adanya perbedaan nilai APE pada perempuan

yang memasak menggunakan kayu bakar dan

LPG

.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik

dengan pendekatan

cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di

Desa Giripeni Kecamatan Wates. Subjek yang digunakan adalah perempuan yang

memasak menggunakan kayu bakar dan LPG. Pengambilan sampel dilaksanakan

secara purposive random sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah

ditentukan. Data diperoleh dari pengukuran langsung nilai arus puncak ekspirasi

menggunakan

Mini Wright Peak Flow Meter. Data yang diperoleh dianalisis

menggunakan uji Chi Square melalui program SPSS 17.0 for Windows.

Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai APE rata – rata

perempuan yang memasak dengan kayu bakar adalah 63,49 ± 13,01 dan kelompok

kontrol adalah 82,82 ± 6,57. Uji

t-independent p = 0,000. Uji Chi Square

p = 0,003 dengan Odd Ratio = 5,23.

Simpulan Penelitian: Terdapat perbedaan nilai APE antara perempuan yang

memasak menggunakan kayu bakar dan LPG dengan pengguna kayu bakar

memiliki risiko 5,23 kali lebih besar daripada pengguna LPG.

(5)

commit to user

v

Imaniar Hidayati Arindha, G0009106, 2012.

The Differences Value of Peak

Ekspiratory Flow (PEF) between A Woman who Cooking Use Firewood and

Liquefied Petroleum Gas (LPG). Mini Thesis. Faculty of Medicine. Sebelas Maret

University Surakarta.

Background: There are a lot of report about obstruction phenomenon because of

firewoods use for fuel consumption of cooking. Its known from decrease value of

PEF examination.

Objectives: This research aims to know the differences value of PEF between a

woman who cooking use firewood and LPG.

Methods: This research was an analytical descriptive research using cross

sectional approach and had been done in March 2012 in Giripeni Wates. The

subjects were a woman who cooking use firewood and LPG in Giripeni Wates.

Data was collected by using purposive random sampling method within inclusion

and exclusion criteria. Data was collected by directed meaurement with mini

firewood user has risk 5,23 bigger than LPG user.

(6)

commit to user

vi

Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puji syukur penulis haturkan

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis,

sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Perbedaan Nilai Arus

Puncak Ekspirasi (APE) antara Perempuan yang Memasak dengan Kayu Bakar

dan

Liquefied Petroleum Gas (LPG). Penelitian tugas karya akhir ini merupakan

salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter

di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan

berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh

rasa hormat ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada:

1.

Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2.

Ana Rima Setijadi, dr., Sp. P selaku Pembimbing Utama yang telah

menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini.

3.

Novi Primadewi, dr., Sp.THT-KL, M.Kes. selaku Pembimbing Pendamping

yang tak henti-hentinya bersedia meluangkan untuk membimbing hingga

terselesainya skripsi ini.

4.

Dr. Reviono, dr., Sp. P selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak

kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5.

Prof. Dr. Kiyatno, dr. PFK. M. Or. AIFO selaku Penguji Pendamping yang

telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6.

Nur Hafidha Hikmayani, dr, M.ClinEpid dan Muthmainah, dr., M.Kes selaku

Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian

yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.

7.

Yang tercinta kedua orang tua saya, Ayahanda M. Afdhal Darul dan Ibunda

Sri Wahyuningsih dan seluruh keluarga besar yang senantiasa mendoakan

tiada henti, dan memberikan

support dalam segala hal sehingga

terselesaikannya penelitian ini.

8.

Sahabat-sahabat terdekat, Dhiandra Dwi Hapsari, Calista Giovani, Asri

Sukawati Putri, Aldila Akhadiyati N, dan Nani Isyrofatun, serta teman-teman

angkatan 2009 atas semangat dan bantuan yang tak henti-henti dan waktu

yang selalu tersedia.

9.

Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses

penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak

sangat diharapkan.

Surakarta, September 2012

(7)

commit to user

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... ... 5

D. Manfaat Penelitian ... ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ... ... 7

1. Sistem Respirasi ... 7

a. Pengertian Respirasi ... 7

b. Mekanisme Pertahanan Saluran Napas ... 8

2. Macam dan Patofisiologi Partikel dalam Paru ... ..11

a. Macam-Macam Ukuran Partikel ... 11

b. Patofisiologi Partikel dalam Paru ... 12

3. Kayu Bakar ... 13

a. Definisi Kayu Bakar ... 13

b. Kandungan Asap Kayu Bakar ... 14

4. Liquefied Petroleum Gas (LPG) ... 16

a. Definisi LPG ... 16

b. Kandungan Asap LPG ... 16

5. Pengukuran Faal Paru ... 17

a. Faal Paru ... 19

b. Arus Puncak Ekspirasi (APE) ... 19

c. Macam Nilai Arus Puncak Ekspirasi ... 19

(8)

commit to user

viii

C. Hipotesis ... ... 24

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

C. Subjek Penelitian ... 25

D. Teknik Sampling ... 26

E. Sampel Penelitian ... 26

F. Rancangan Penelitian ... 28

G. Identifikasi Variabel Penelitian ... 28

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 29

I. Alat dan Bahan Penelitian ... 31

J. Cara Kerja ... 32

K. Teknik Analisis Data...33

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 34

(9)

commit to user

ix

Tabel 2.1. Kandungan asap kayu bakar ... 15

Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur pada perempuan

yang memasak dengan kayu bakar dan LPG ... 35

Tabel 4.2. Distribusi sampel berdasarkan kelompok tinggi badan pada

perempuan yang memasak dengan kayu bakar dan LPG ... 36

Tabel 4.3. Rata-rata persentase APE pada perempuan yang memasak dengan

kayu bakar dan LPG ... 36

Tabel 4.4. Distribusi sampel berdasarkan prevalensi obstruksi dan non

obstruksi pada perempuan yang memasak dengan kayu bakar dan

LPG ... 37

Tabel 4.5. Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov………38

Tabel 4.6. Hasil uji homogenitas ... 39

Tabel 4.7. Hasil uji t-independent ... 39

(10)

commit to user

x

Gambar 2.1 Kerangka berpikir ... 24

(11)

commit to user

xi

Lampiran 1. Inform Consent

Lampiran 2. Kuesioner penelitian

Lampiran 3. Tabel nilai APE IPP 1992

Lampiran 4. Data pengukuran arus puncak ekspirasi pada perempuan yang

memasak dengan kayu bakar dan gas LPG

Lampiran 5. Hasil uji analisis

Lampiran 6. Surat izin penelitian dari Fakultas Kedokteran UNS kepada

kepala Desa Giripeni Kecamatan Wates

(12)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Respirasi adalah memasukkan gas oksigen (O

2

) serta mengeluarkan gas

karbondioksida (CO

2

) dari tubuh. Proses respirasi berlangsung beberapa tahap

yaitu ventilasi, difusi, dan perfusi (Widiyanti et al., 2004).

Ventilasi adalah proses pergerakan udara ke dan dari dalam paru. Pada

proses ini terdiri dari dua tahap yaitu inspirasi dan ekspirasi. Agar proses

ventilasi dapat berlangsung secara sempurna diperlukan fungsi yang baik dari

saluran pernapasan, otot-otot pernapasan serta elastisitas jaringan paru dan

dinding toraks (Alsagaff, 2010).

Gambaran fungsi ventilasi sistem pernapasan dapat dilihat dari volume dan

kapasitas pernapasan. Volume pernapasan paru terdiri dari volume tidal, volume

cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, volume residu, dan volume

ekspirasi paksa. Sedangkan kapasitas pernapasan paru terdiri dari kapasitas

inspirasi, kapasitas residu fungsional, kapasitas vital, dan kapasitas paru total

(Alsagaff, 2010).

Dengan mengetahui besarnya volume dan kapasitas pernapasan dapat

diketahui besarnya kapasitas ventilasi maupun ada tidaknya kelainan fungsi pada

(13)

commit to user

Dari pemeriksaan dapat ditentukan gangguan fungsional ventilasi seseorang.

Jenis gangguan dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru

obstruktif dan restriktif. Gangguan paru restriktif merupakan gangguan pada

proses pengembangan paru sehingga volume paru berkurang. Sedangkan

gangguan paru obstruktif disebabkan adanya hambatan aliran udara pada saluran

pernapasan (Widiyanti et al., 2004). Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai

macam sebab salah satunya adalah polusi udara (Alsagaff, 2010).

Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau

biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan,

mengganggu estetika dan kenyamanan. Polusi udara dapat berasal dari

sumber-sumber alami dan kegiatan manusia serta dapat terjadi baik di dalam ruangan

ataupun di luar ruangan (

indoor dan outdoor

) (Pohan et al

.

, 2003).

Polusi udara biasanya banyak terjadi pada daerah perkotaan seperti asap

kendaraan bermotor, gas buangan pabrik, pembangkit tenaga listrik, dan asap

rokok. Namun, tak terkecuali pada daerah pedesaan. Polusi udara yang biasanya

terjadi di daerah pedesaan adalah penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar

utama memasak.

Indonesia merupakan negara berkembang yang rata-rata penduduknya

adalah golongan ekonomi menengah ke bawah. Sehingga dalam kehidupan

(14)

commit to user

sebagai bahan bakar untuk memasak daripada kompor gas. Padahal debu dari

kayu bakar sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh terutama bagian pernapasan.

Kayu bakar merupakan bahan bakar tradisional untuk memasak yang

biasanya banyak digunakan di pedesaan. Namun antara 10-20% bahan bakar ini

tidak dapat terbakar secara sempurna sehingga memicu penyebaran polusi ke

udara yang dapat membahayakan kesehatan sistem pernapasan terutama pada

kaum perempuan (Mansyur, 2006).

WHO menyebutkan bahwa polusi udara di dalam rumah bertanggung

jawab terhadap 1,6 juta kematian tiap manusia setiap tahunnya dan dalam 59%

dari semua kematian akibat polusi udara di dalam ruangan dialami oleh

perempuan dan anak-anak sebagai efek pemakaian bahan bakar tradisional.

(Sukar et al

.

, 2003)

Dari salah satu penelitian oleh

International Energy Agency

tahun 2002

menyebutkan bahwa 155 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun 2000 masih

menggunakan arang dan kayu bakar. Sehingga penyakit infeksi saluran

pernapasan akut mencatat jumlah tertinggi di puskesmas ataupun desa di

Indonesia (Kasnodiharjo, 2007).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Syafrida pada tahun 2009 di Desa

Bantan Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang juga menunjukkan bahwa

angka kejadian infeksi saluran pernapasan akut masih tinggi yaitu 688 kasus hal

(15)

commit to user

menyebutkan masih banyak masyarakat di Kecamatan Dolok Masihul

menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak dan

menghangatkan serta timbul keluhan pernapasan seperti batuk (Saragih, 2010).

Partikel debu pada kayu bakar yang mengendap pada

mucociliary

akan

menstimulasi suatu aliran mukus. Bila produksi mukus berlebihan dan tidak

dikeluarkan akan terjadi akumulasi mukus pada saluran napas sehingga dapat

meningkatkan resistensi aliran udara (obstruktif). Untuk mengetahui perubahan

resistensi saluran pernapasan dapat diukur Arus Puncak Ekspirasinya (Siregar,

2008).

Arus Puncak Ekspirasi (APE) adalah suatu hembusan ekspirasi terbesar

yang didapat dengan melakukan tiupan maksimal paksa setelah melakukan

inspirasi maksimal (Sari, 2004). Untuk nilai APE dipengaruhi oleh umur, tinggi

badan, jenis kelamin, status gizi, riwayat penyakit paru, infeksi saluran napas

atas, dan paparan asap. Pemeriksaan APE dilakukan dengan menggunakan alat

spirometer atau

mini peak flow meter

(Maranatha, 2004). APE yang diukur

merupakan APE persentase yaitu APE ukur dibagi APE prediksi.

Dengan latar belakang inilah peneliti ingin membuktikan adanya perbedaan

nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) antara perempuan yang memasak dengan

(16)

commit to user

B.

Perumusan Masalah

Adakah perbedaan nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) antara perempuan

yang memasak dengan kayu bakar dan LPG?

C.

Tujuan Penelitian

1.

Tujuan Utama

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan nilai Arus

Puncak Ekspirasi (APE) antara perempuan yang memasak dengan kayu bakar

dan LPG.

2.

Tujuan Khusus

Mengetahui nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) antara perempuan yang

memasak dengan kayu bakar dan LPG.

D.

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Teoritis

a.

Memberikan informasi ilmiah yaitu membuktikan adanya perbedaan

nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) antara perempuan yang memasak

dengan kayu bakar dan LPG.

b.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti dalam

(17)

commit to user

2.

Manfaat Praktis

a.

Sebagai bahan pertimbangan dalam usaha preventif terhadap timbulnya

gangguan saluran pernapasan pada perempuan.

b.

Memotivasi para perempuan untuk memperhatikan efek debu terhadap

fungsi paru, sehingga mereka lebih berhati-hati dan intensif dalam

(18)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Tinjauan Pustaka

1.

Sistem Respirasi

a.

Pengertian Respirasi

Respirasi adalah gabungan aktivitas mekanisme yang berperan dalam

proses suplai oksigen ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida

atau hasil pembakaran sel (Soemantri, 2008).

Respirasi terdiri dari tiga tahap yaitu : ventilasi, difusi, dan perfusi.

Ventilasi adalah proses keluar dan masuknya udara ke dalam paru, serta

keluarnya karbondioksida dari alveoli ke udara luar. Sedangkan difusi

adalah proses berpindahnya oksigen dari alveoli ke dalam darah, serta

keluarnya karbondioksida dari darah ke alveoli. Terakhir adalah perfusi

yaitu distribusi darah yang telah teroksigenasi di dalam paru untuk

dialirkan ke seluruh tubuh (Siregar, 2008). Ketiga komponen ini selalu

bersama, bila terdapat gangguan pada salah satu atau lebih dari komponen

tersebut, maka akan terjadi gangguan pertukaran gas (Widiyanti et al.,

(19)

commit to user

b.

Mekanisme Pertahanan Saluran Napas

1)

Rongga Hidung

Rongga hidung terdiri dari dua struktur yang berbeda, yaitu

vestibulum nasi dan konka nasalis. Vestibulum merupakan bagian

rongga hidung paling depan yang permukaannya mengandung

kelenjar sebacea, kelenjar keringat, dan

vibrisae

. Hal ini

mengakibatkan penyaringan udara inspirasi dari partikel-partikel

besar bahkan serangga (Muluk, 2009).

Struktur lainnya adalah konka nasalis. Pada konka nasalis

terdapat epitel celah antara konka yang mengandung epitel

respirasi dan mengakibatkan aliran udara yang turbulen (Alsagaff,

2010). Aliran turbulen dapat menyaring udara inspirasi karena

udara yang mengalir akan membentur banyak dinding penghalang

yaitu konka nasalis, septum nasi, dan dinding faring (Guyton,

2006). Partikel yang tersuspensi di dalam udara tidak dapat

mengubah arah perjalanannya secepat udara karena mempunyai

massa dan momentum yang lebih besar dari udara. Oleh karena

itu, partikel terus maju ke depan sehingga membentur dinding

penghalang. Dengan adanya mekanisme ini, hampir tidak ada

partikel yang berdiameter lebih besar dari 2-3 mikron dapat

(20)

commit to user

2)

Lapisan Mukus dan Mukosiliaris

Semua permukaan saluran napas dari hidung sampai

bronkiolus terminalis dilapisi oleh lapisan mukus yang

disekresikan oleh membran mukosa sel goblet dalam lapisan epitel

saluran napas dan sebagian lagi oleh kelenjar submukosa yang

kecil (Guyton, 2006). Lapisan mukus tidak hanya berfungsi

mempertahankan kelembapan permukaan, tetapi juga menangkap

partikel kecil dari udara inspirasi dan menahannya agar tidak

sampai ke alveoli. Selain itu lapisan mukus pada saluran napas

juga mengandung faktor-faktor efektif dalam pertahanan yaitu

immunoglobulin terutama IgA, PMNs, interferon, dan antibodi

spesifik (Ganong, 2003).

Pada permukaan saluran napas dilapisi oleh epitel bersilia

dengan kira-kira 200 silia pada tiap epitel. Silia ini akan memukul

dengan kecepatan 10-20 kali per detik dengan arah menuju faring.

Dengan demikian, silia dalam paru akan memukul ke arah atas,

sedangkan silia dalam hidung akan memukul ke arah bawah.

Pukulan yang terus-menerus ini menyebabkan selubung mukus ini

mengalir dengan lambat, pada kecepatan beberapa milimeter per

menit ke arah faring. Kemudian mukus dan partikel yang dijerat

(21)

commit to user

3)

Refleks Batuk

Refleks batuk merupakan mekanisme yang lebih kuat untuk

mendorong sekresi ke atas sehingga dapat ditelan atau

dikeluarkan. Impuls afferen dari saluran pernapasan terutama

berjalan melalui nervus vagus ke medula oblongata. Rangkaian

otomatis digerakkan oleh sirkuit neuron medula medula oblongata

sehingga menyebabkan efek-efek sebagai berikut :

a)

Mula-mula 2,5 liter udara dihirup.

b)

Epiglotis menutup dan pita suara menutup erat-erat untuk

menjerat udara dalam paru-paru.

c)

Otot perut berkontraksi dengan kuat yang mendorong

digfragma, begitu juga otot ekspirasi berkontraksi kuat

sehingga tekanan di dalam paru-paru meningkat.

d)

Pita suara dan epiglotis tiba-tiba terbuka lebar sehingga udara

bertekanan tinggi dalam paru-paru dapat keluar. Kecepatan

udara ini dapat mencapai 75-100 ml/jam. Udara yang mengalir

keluar akan membawa benda asing apapun yang berada di

dalam bronkus dan trakea (Guyton, 2006).

4)

Makrofag Alveolar

Merupakan pertahanan yang paling akhir dan paling penting

(22)

Partikel-commit to user

partikel kecil yang berdiameter kurang dari 0,5 mikron bisa masuk

ke alveolus. Walaupun biasanya 2/3 akan dikeluarkan kembali

bersama-sama dengan udara ekspirasi, tetapi sisanya akan

dikeluarkan oleh makrofag alveolar (Ganong, 2003).

Makrofag alveolar merupakan sel fagositik yang dapat

bermigrasi dan mempunyai sifat enzimatik. Sel ini bergerak bebas

pada permukaan alveolus dan bisa meliputi serta menelan benda

asing atau mikroba. Setelah meliputi mikroba maka enzim litik

yang terdapat dalam makrofag akan membunuh dan mencernakan

mikroorganisme tersebut tanpa menimbulkan reaksi peradangan.

Partikel asing ini kemudian ditranspor oleh makrofag ke

pembuluh limfe atau bronkiolus kemudian dibuang oleh kerja

mukus dan silia.

2.

Macam dan Patofisiologi Partikel dalam Paru

a.

Macam-macam ukuran partikel

Partikel berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap akan tertahan dan

tertimbun pada saluran napas bagian atas (Kerri, 2002). Sedangkan

partikel ukuran 3-5 mikron akan tertimbun pada saluran napas tengah.

Partikel dengan ukuran 1-3 mikron atau partikel respirabel akan tertahan

dan tertimbun di bronkiolus sampai alveoli. Partikel yang ukurannya

(23)

commit to user

yang berukuran antara 0,1-0,5 mikron berdifusi dengan gerak

Brown

keluar masuk alveoli, tetapi dapat tertimbun bila membentur alveoli.

Meskipun batas partikel respirabel adalah 5 mikron, tetapi partikel dengan

ukuran 5-10 mikron dengan kadar berbeda dapat masuk ke dalam alveoli

(Laila, 2008).

Contoh partikel yang berukuran 0,5 mikron adalah asap (

smoke

). Asap

tersusun dari berbagai macam partikel karbon hasil pembakaran dari

bahan organik baik kayu ataupun batu bara. Partikel yang tersusun di

dalamnya dapat berupa padat, cair, maupun gas. Bahan partikel asap yang

bergabung dengan debu (

dust

) atau partikel lain di udara akan membentuk

particulate matter

.

b.

Patofisiologi Partikel dalam Paru

Partikel asing yang masuk ke dalam paru akan dilawan oleh

mekanisme pertahanan pada paru seperti

vibrisae

pada rongga hidung,

silia, lapisan mukus, reflek batuk, reflek bersin, dan makrofag alveolar.

Namun, paparan partikel yang berlebihan dapat menyebabkan

peningkatan sekresi mukus. Partikel akan merangsang ujung saraf

sensorik pada saluran napas yang menimbulkan refleks lokal dan

kolinergik sehingga meningkatkan sekresi mukus (Abiyoso, 2002). Bila

produksi mukus berlebihan dan tidak dikeluarkan, maka akan terjadi

(24)

commit to user

resistensi aliran udara (obstrukti). Obstruksi adalah gangguan saluran

napas baik struktur maupun fungsi yang menimbulkan perlambatan arus

respirasi. Patofisiologi penyakit karena debu dapat timbul setelah terkena

paparan selama minimal 2 tahun (Mangunnegoro, 1994). Untuk

mendeteksi secara kuantitatif perubahan resistensi saluran pernapasan

dapat dilakukan pengukuran fungsi paru dengan spirometer (Clayton,

1991).

Partikel yang masuk dan mengendap di lapisan mukosa pada mukosa

bronkus juga dapat menyebabkan terhambatnya aktivitas silia. Hal ini

menyebabkan pergerakan cairan yang melapisi mukosa bronkus akan

sangat berkurang sehingga mengakibatkan meningkatnya iritasi pada

epitel mukosa bronkus (Yunus, 1999).

3.

Kayu Bakar

a.

Definisi Kayu Bakar

Kayu bakar merupakan bahan bakar tradisional untuk memasak yang

biasanya banyak digunakan di pedesaan. Antara 10-20% bahan bakar ini

tidak terbakar secara sempurna, hal ini memicu penyebaran polusi ke

udara yang sangat membahayakan kesehatan sistem pernapasan terutama

(25)

commit to user

b.

Kandungan Asap Kayu Bakar

Asap kayu bakar terdiri dari berbagai macam substansi yang berasal

dari proses pembakaran. Beberapa substansi yang terkandung di dalam

kayu bakar adalah partikel berbahaya. Di antaranya dapat dilihat pada

(26)

commit to user

Tabel 2.1. Kandungan Asap Kayu Bakar

Zat kimia Gram per kilogram kayu

Karbon monoksida 80-370

Metana 14-25

Organik volatil (C2-C7) 7-27

Aldehide 0,6-5,4

Total particulate matter 7-30

Partikel organik karbon 2-20

Oksigenasi PAH 0,15-1

Variasi PAH

Benzo(a)piren 3×10-4-5×10-3

Dibenzo(a,h)piren 3×10-4-1×10-3

Dibenz(a,h)antrasin 2×10-5-2×10-3

Partikel elemen karbon 0,3-0,5

Alkalin normal (C24-C30) 1×10-3-6×10-3

Siklik di- dan triterpenoid

Asam dehidroabietik 0,01-0,05

Asam isoprimarik 0,02-0,10

Lupenon 2×10-3-8×10-3

Friedelin 4×10-6-2×10-5

Dioksin klorin 1×10-5-4×10-5

(27)

commit to user

(Carlos et al

.

, 2008)

Dari tabel menunjukkan bahwa emisi terbesar dari kayu bakar adalah

berasal karbon monoksida, gas organik,

particulate matter

, dan nitrit

oksida.

4.

Liquefied Petroleum Gas

(LPG)

a.

Definisi LPG

LPG adalah salah satu kelompok hidrokarbon yang berasal dari

minyak mentah atau gas alam di mana gas menjadi cair akibat penurunan

temperatur dan tekanan (Zakaria dan Mustafa, 2011). Pembuatan gas dari

minyak bumi ini melalui beberapa tahap yaitu proses primer dan proses

sekunder. Tiap komponen hidrokarbon minyak bumi memiliki titik didih

yang berbeda-beda. Pada gas memiliki rantai karbon sepanjang C1-C5

dan memiliki titik didih sebesar 0-50 °C.

b.

Kandungan Asap LPG

Komponen gas LPG didominasi oleh propana (C

3

H

8

) dan butana

(C

4

H

10

). Selain itu, LPG juga mengandung hidrokarbon ringan dalam

jumlah kecil yaitu etana (C

2

H

6

) dan pentana (C

5

H

12

). LPG

dipertimbangkan sebagai bahan bakar yang bersih karena tidak

memproduksi asap yang terlihat oleh mata. Namun bagaimanapun gas

polutan atau buangan tetap dihasilkan seperti Nitrit Oksida (NO), karbon

(28)

commit to user

dan

particulate matter.

Selain itu selama pembakaran juga dihasilkan

polutan lain seperti karbon dioksida (CO

2

) dan metana (CH

4

) (Qi et al.,

2007).

5.

Pengukuran Faal Paru

a.

Faal Paru

Pemeriksaan faal paru bertujuan untuk mengukur kemampuan paru

dalam tahap respirasi yaitu ventilasi, difusi, dan perfusi. Ada dua volume

yang bisa diukur yaitu volume statis dan volume dinamis (Munawaroh,

2008).

1)

Volume statis, misalnya :

a)

Volume Tidal (VT)

Volume tidal yaitu volume udara yang secara normal dihirup

(inspirasi) atau dihembuskan (ekspirasi) pada setiap tarikan

napas. Volume ini akan meningkat bila ada aktivitas fisik.

Nilai rata-ratanya adalah 500 ml pada saat istirahat.

b)

Volume cadangan inspirasi (

Inspiratory Reserve Volume/

IRV)

Volume cadangan inspirasi adalah volume di atas inspirasi

volume tidal yang dapat secara maksimum dihirup setiap

(29)

commit to user

c)

Volume cadangan ekspirasi (

Expiratory Reserve Volume

/ERV)

Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara maksimum

yang dapat dihembuskan melebihi ekspirasi normal. Nilai

rata-ratanya adalah sekitar 1000 ml.

d)

Kapasitas vital (

Vital Capacity

/VC)

Volume udara yang dapat dikeluarkan dengan ekspirasi

maksimum setelah inspirasi maksimum. Kapasitas ini

mencakup volume tidal, IRV, dan ERV.

e)

Kapasitas vital paksa

(Forced Vital Capacity

/FVC)

VC yang diukur persatuan waktu dilakukan secara cepat dan

paksa.

(Laila, 2008)

2)

Volume dinamis, misalnya :

a)

Volume Ekspirasi Paksa detik pertama (VEP1) yaitu jumlah

udara yang dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya dalam 1

detik pertama pada waktu ekspirasi maksimal setelah inspirasi

maksimal (Yunus et al., 2003).

b)

Arus Puncak Ekspirasi (APE) yaitu jumlah aliran udara

maksimal yang dapat dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu

(30)

commit to user

b.

Arus Puncak Ekspirasi

Arus Puncak Ekspirasi (APE) adalah suatu hembusan ekspirasi

terbesar yang didapat dengan melakukan tiupan atau manuver maksimal

paksa setelah melakukan inspirasi maksimal (Sari, 2004).

Pemeriksaan APE yaitu pengukuran jumlah aliran udara maksimal

yang dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu yang dilakukan

dengan menggunakan

peak flowmeter

atau spirometer (Menaldi et al

.

,

2001). Variasi nilai APE sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,

ras, tinggi badan, dan merokok. Angka normal APE pada pria dewasa

adalah 500-700 L/menit dan pada wanita dewasa 380-500/menit (Jain et

al

.

, 1998).

Pengukuran APE dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan

alat mini

peak flow meter

,

pneumotachograph

(dengan grafik flow

volume), spirometer (Menaldi et al

.

, 2001). Sifat

peak flow meter

yang

mudah digunakan, mudah dibawa, dan murah menjadikan

peak flow

meter

ideal sebagai

ambulatory monitoring

untuk menilai obstruksi

saluran napas (Jain et al

.

, 1998).

c.

Macam Nilai Arus Puncak Ekspirasi

(31)

commit to user

1)

APE sesaat.

Nilai ini didapatkan dari nilai tiupan pada waktu yang tidak

tertentu dan dapat kapan saja. Nilai APE ini berguna untuk

mengetahui adanya obstruksi saat itu juga dan mengetahui derajat

obstruksi bila diketahui nilai standar normalnya.

2)

APE tertinggi.

Nilai ini didapatkan dari hasil tiupan APE tertinggi setelah

melakukan evaluasi tiupan sehari 2 kali, pagi dan sore hari pukul

06.00 dan 20.00 selama 2 minggu pada keadaan asma stabil. Nilai

APE tertinggi digunakan sebagai standar nilai APE seseorang.

3)

APE variasi harian.

Nilai ini didapatkan dari hasil tiupan APE selama 2 minggu.

Variasi harian berguna untuk mengetahui nilai tertinggi standar

normal seseorang (Pradjnaparamita, 1997).

Interpretasi hasil pemeriksaan APE menurut Menaldi et al. (2001) :

a)

Obstruksi : <80% dari nilai prediksi atau pada orang dewasa

jika didapatkan APE < 200 L/menit.

b)

Obstruksi akut : < 80% dari nilai terbaik

c)

APE variasi harian = nilai tertinggi – nilai terendah x 100%

(32)

commit to user

d.

Faktor yang Mempengaruhi Arus Puncak Ekspirasi

1)

Faktor

Host

a)

Umur

Faal paru akan meningkat volumenya dan mencapai maksimal

pada umur 19-21 tahun, setelah itu nilai faal paru akan

terus-menerus menurun sesuai dengan bertambahnya umur (Yunus,

2003).

b)

Tinggi badan

Tinggi badan mempunyai korelasi positif dengan APE, semakin

tinggi seseorang, nilai APE akan semakin besar (Alsagaff et al

.

,

1993).

2)

Faktor Lingkungan

a)

Status gizi

Salah satu akibat kekurangan gizi dapat menurunkan sistem

imunitas dan antibodi sehingga orang mudah terserang infeksi

seperti pilek, batuk, diare, dan juga berkurangnya kemampuan

tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap benda asing yang

(33)

commit to user

b)

Infeksi saluran nafas atas

Riwayat

infeksi

saluran

napas

berat

waktu

anak-anak

menyebabkan penurunan faal paru dan keluhan respirasi waktu

dewasa (Maranatha, 2004).

c)

Riwayat penyakit paru

Ada dua tipe utama penyakit paru yaitu obstruksi dan restriksi.

Obstruksi adalah gangguan saluran napas baik struktur maupun

fungsi yang menimbulkan perlambatan arus respirasi. Keadaan

yang menimbulkan obstruksi adalah lumen normal tetapi ada masa

dalam lumen (sekret, benda asing, tumor), lumen memang

menebal (bronkitis kronik, PPOK, asma). Sedangkan restriksi

adalah gangguan pengembangan paru yang ditandai dengan

berkurangnya volume paru. Keadaan yang menimbulkan restriksi

yaitu

kelainan

parenkim

paru,

pleura,

dinding

dada,

neuromuskular, mediastinum, dan diafragma (Widiyanti et al,

2004).

d)

Paparan asap rokok

Asap rokok dapat menyebabkan perubahan struktur jalan napas

maupun parenkim paru. Perubahan struktur jalan napas yang

(34)

commit to user

(Antaruddin, 2003). Selain itu asap rokok bertindak sebagai

oksidan yang dapat menekan aktivitas silia (Alsagaff, 2010).

e)

Paparan obat nyamuk

Obat nyamuk adalah pengusir nyamuk dengan asap atau baunya,

bentuknya dibedakan menjadi bakar, semprot, ataupun elektrik.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa partikel dalam obat

nyamuk dapat mengiritasi saluran pernapasan bagian atas

(35)

commit to user

B.

Kerangka Berpikir

Dan

Gambar 2.1. Kerangka berpikir

C.

Hipotesis

Terdapat perbedaan nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) antara perempuan

yang memasak dengan kayu bakar dan LPG.

SALURAN NAPAS

d.

Infeksi saluran napas atas

HIPERSEKRESI

MUKUS

OBSTRUKSI

SALURAN NAPAS

(36)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

observasional analitik

dengan

menggunakan pendekatan

cross sectional

.

B.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Giripeni Kecamatan Wates pada bulan

Maret 2012.

C.

Subjek Penelitian

Perempuan dengan kriteria sebagai berikut:

1.

Kriteria inklusi

a.

Usia 19-70 tahun

b.

Rutin memasak minimal dua kali sehari selama 2 tahun

c.

Lama memasak minimal 15 menit

d.

Bersedia ikut penelitian dengan persetujuan tertulis

2.

Kriteria eksklusi

a.

Memiliki riwayat pekerjaan yang dapat menimbulkan penyakit atau

(37)

commit to user

b.

Mempunyai riwayat penyakit paru

c.

Sedang menderita penyakit gangguan saluran pernapasan akut

d.

Perokok pasif dan aktif

e.

Penggunaan obat nyamuk bakar, semprot, ataupun elektrik

f.

Penggunaan bahan bakar untuk memasak selain kompor gas dan kayu

bakar

D.

Teknik Sampling

Pengambilan sampel diambil secara

purposive sampling

, dimana pemilihan

subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau sifat tertentu yang sesuai dengan

karakteristik populasi (Arief, 2004).

E.

Sampel Penelitian

Jumlah sampel penelitian dihitung menurut rumus yang dikembangkan oleh

Snedecor dan Cochran sebagai berikut ( Budianto, 2004) :

n = Z

2

α . p. q

d

2

Keterangan :

n

= besarnya sampel

p

= populasi variabel yang dikehendaki

(38)

commit to user

= simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat

kemaknaan α dimana α = 0,05 sehingga nilai Zα = 1,96

d

= kesalahan yang masih dapat ditolerir

Dalam penelitian ini karena belum diketahui proporsi variabel penting dalam

penelitian ini maka diambil proporsi terbesar yaitu 50% (p = 0,05).

Kesalahan

sampling

yang masih dapat ditolerir adalah 10% sehingga dengan

rumus di atas maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

n = (1,96)

2

. 0,5 . 0,5

0,1

2

n = 96,04

n = 96

Namun karena keterbatasan waktu maka perhitungan sampel menggunakan

patokan umum atau

rule of thumb

, yaitu setiap penelitian yang dianalisis dengan

analisis bivariat membutuhkan sampel minimal 30 sampel subjek penelitian

(Murti, 2006). Sehingga pada penelitian ini dibutuhkan total 60 sampel yang

(39)

commit to user

2.

Variabel terikat

: Nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE).

3.

Variabel luar

a.

Terkendali

: Umur, tinggi badan, paparan asap rokok, paparan obat

nyamuk, frekuensi paparan, lama paparan, riwayat

Populasi

Kriteria Inklusi

Kriteria Eksklusi

(40)

commit to user

penyakit paru, dan penyakit gangguan saluran napas atas,

ventilasi ruangan.

H.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

1.

Variabel bebas

: Perempuan yang memasak dengan kayu bakar.

Sampel memasak dengan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk

memasak rutin minimal 2 kali selama 15 menit setiap hari selama 2 tahun.

Skala pengukuran : Nominal

2.

Variabel bebas

: Perempuan yang memasak dengan LPG.

Sampel memasak dengan LPG sebagai bahan bakar untuk memasak.

Sampel yang diambil adalah orang yang memasak dengan LPG saja dari awal

memasak sampai sekarang.

Skala pengukuran : Nominal

3.

Variabel terikat

: Nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE)

Nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) adalah aliran udara ekspirasi

terbesar yang didapat melalui ekspirasi maksimum secara paksa setelah

inspirasi maksimum terlebih dahulu. Pemeriksaan APE yang dilakukan

merupakan APE sesaat. Hasilnya adalah nilai APE persentase yaitu nilai APE

ukur dibagi dengan nilai APE prediksi.

Alat ukur

:

Mini Wright Peak Flow Meter

(41)

commit to user

Skala pengukuran : Rasio

4.

Variabel luar

a.

Umur

Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak kelahiran sampai ulang

tahun terakhir saat penelitian ini dilakukan.

Alat ukur

: Kuesioner

Satuan

: Tahun

Skala pengukuran : Rasio

b.

Tinggi badan

Tinggi badan mempunyai korelasi positif dengan APE, artinya semakin

bertambah tinggi seseorang, APE akan bertambah besar.

Alat ukur

: Alat pengukur tinggi badan

Satuan

: cm

Skala pengukuran : Rasio

c.

Lama paparan

Lama paparan adalah lama waktu sampel penelitian memasak sendiri

sampai saat penelitian dilakukan.

Alat ukur

: Kuesioner

Satuan

: Tahun

(42)

commit to user

d.

Frekuensi paparan

Frekuensi paparan adalah berapa kali sampel terkena paparan dari kayu

bakar atau kompor gas.

Alat ukur

: Kuesioner

Skala pengukuran : Rasio

e.

Paparan asap rokok

Sampel merupakan perokok aktif maupun perokok pasif.

Alat ukur

: Kuesioner

Skala pengukuran : Nominal

f.

Paparan obat nyamuk

Obat nyamuk yang digunakan dapat berupa obat nyamuk bakar, semprot,

ataupun elektrik.

Alat ukur

: Kuesioner

Skala pengukuran : Nominal

g.

Riwayat penyakit paru

Sampel mempunyai riwayat penyakit paru obstruktif seperti bronkitis

kronik, emfisema, asma, dan bronkiektasis.

Alat ukur

: Kuesioner

h.

Penyakit gangguan saluran pernapasan atas

Sampel saat ini sedang menderita penyakit gangguan saluran pernapasan

(43)

commit to user

i.

Ventilasi ruangan

Syarat ventilasi yang baik adalah luas lubang tetap sebesar 15%

sedangkan luas lubang yang bias dibuka adalah sebesar 5%.

I.

Alat dan Bahan Penelitian

1)

Mini Wright Peak Flow Meter

; 2) Kapas; 3) Alkohol 70%; 4) Tabel nilai

normal APE untuk wanita Indonesia berdasarkan penelitian tim IPP 1992; 5) Alat

ukur tinggi badan; 6) Kuesioner.

J.

Cara Kerja

1.

Sampel penelitian diminta untuk mengisi kuesioner.

2.

Tinggi badan sampel penelitian diukur dengan berdiri tegak dan tanpa alas

kaki.

3.

Pemeriksaan APE :

a.

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan dalam kondisi berdiri tegak.

b.

Skala pengukuran pada alat harus dibuat nol.

c.

Sampel penelitian diajarkan manuver meniup dengan benar.

Sampel penelitian menghirup udara sebanyak mungkin dengan cepat

kemudian letakkan alat pada mulut dan katupkan bibir di sekeliling

mouthpiece

, udara dikeluarkan dengan tenaga maksimal (secara cepat

(44)

commit to user

kebocoran. Beri aba-aba yang keras dan jelas agar sampel penelitian

dapat melaksanakan dengan baik (National Health, 2007).

d.

Pemeriksaan dilakukan tiga kali dan diambil nilai yang tertinggi.

4.

Baca hasil pemeriksaan APE (nilai APE ukur) pada

Peak Flow Meter

(dalam L/menit).

5.

Berdasarkan umur dan tinggi badan sampel penelitian, dibaca nilai APE

prediksi pada tabel nilai normal APE untuk wanita Indonesia berdasarkan

penelitian tim IPP 1992.

6.

Persentase nilai APE diukur terhadap APE prediksi

Persentase APE = Nilai APE ukur (L/menit) x 100%

Nilai APE prediksi (L/menit)

K.

Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan analisis statistik

menggunakan uji parametrik

t-test

dan

Chi Square

dengan

Odd Ratio

untuk

menguji hipotesis yang diajukan setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas

dengan

One Sample

Kolmorgov-Sminov

test.

Data diolah dengan

Statistical

(45)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 di Desa Giripeni,

Kecamatan Wates Kulon Progo. Subjek penelitian adalah para perempuan di

Desa Giripeni yang menggunakan kayu bakar atau kompor gas untuk memasak.

Penelitian ini telah mendapat izin dari perangkat desa setempat serta warga

bersedia mengikuti dengan sukarela.

Pada penelitian ini menggunakan 60 sampel penelitian yang terdiri dari 30

orang merupakan perempuan yang memasak menggunakan kayu bakar dan 30

orang lainnya menggunakan kompor gas.

Dari pengambilan data dan pengisian kuesioner data diri pada perempuan

yang memasak menggunakan kayu bakar ataupun LPG diperoleh hasil sebagai

(46)

commit to user

Tabel 4.1. Distribusi sampel berdasarkan kelompok umur pada perempuan yang

memasak dengan kayu bakar dan LPG

Umur

Sumber : Data primer, 2012

Dari tabel 4.1 dapat dilihat sampel perempuan yang menggunakan kayu

bakar terbanyak adalah pada rentang usia 61 – 70 tahun yaitu sebanyak 9 orang

(30%), sedangkan untuk kelompok perempuan yang menggunakan kompor gas

(47)

commit to user

Tabel 4.2.

Distribusi sampel berdasarkan tinggi badan pada peremupan yang

memasak menggunakan kayu bakar dan LPG

Tinggi

Sumber : Data primer, 2012

Dari tabel 2 dapat dilihat sampel perempuan yang memasak menggunakan

kayu bakar terbanyak memiliki tinggi badan antara 141 – 150 cm (57%),

sedangkan pada kelompok yang menggunakan kompor gas terbanyak memiliki

tinggi badan antara 151 – 160 cm (63%).

Tabel 4.3

Rata-rata persentase APE pada perempuan yang memasak dengan

Perempuan yang memasak dengan kayu bakar

63,49

63,49±13,01

Perempuan yang memasak dengan LPG

82,82

82,82±6,57

(48)

commit to user

Dari tabel 3 didapatkan bahwa rata-rata presentase nilai arus puncak

ekspirasi pada perempuan yang memasak dengan kayu bakar lebih rendah

daripada perempuan yang memasak dengan LPG.

Tabel 4.4 Distribusi sampel berdasarkan prevalensi obtsruksi dan non obstruksi

pada perempuan yang memasak dengan kayu bakar dan LPG

Kriteria

Obstruksi

Non Obstruksi

Jumlah

Frekuensi (%)

Frekuensi (%)

Perempuan

Sumber : Data primer, 2012

Dari tabel 4 dapat dilihat prevalensi terjadinya obstruksi paru berdasarkan

nilai arus puncak ekspirasi pada perempuan yang memasak dengan kayu bakar

sebesar 24 orang (40%) sedangkan prevalensi obstruksi pada perempuan yang

memasak dengan LPG adalah 13 orang (21,67%). Prevalensi non obstruksi

perempuan yang memasak dengan kayu bakar sebesar 6 orang (10%) dan pada

(49)

commit to user

B.

Analisis Data

Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis data dengan

menggunakan uji

t-independent

dengan program SPSS 17. Uji ini digunakan jika

nilai dari kedua kelompok tidak berhubungan satu sama lain. Adapun syarat uji

t-independent

adalah data berskala numerik, terdistribusi secara normal, variansi

kedua kelompok dapat sama atau berbeda (untuk dua kelompok). Untuk

mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji

normalitas. Suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan

nilai p > 0,05 pada masing-masing kelompok (Dahlan, 2005).

Tabel 4.5. Hasil uji normalitas data dengan Kolmogorov Smirnov

Kelompok

Nilai p

Keterangan

Perempuan yang memasak dengan kayu bakar

0,200

Distribusi normal

Perempuan yang memasak dengan LPG

0,174

Distribusi normal

Sumber : Data primer, 2012

Tabel di atas menunjukkan sebaran data yang diuji normalitas datanya

dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov

Test

, dengan ketentuan bila signifikan

hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara

normal, demikian sebaliknya bila signifikan hitung <0,05 data tidak terdistribusi

secara normal. Karena nilai p untuk nilai APE pada perempuan yang memasak

(50)

commit to user

dengan LPG adalah 0,174 (p > 0,05), maka sebaran data dua kelompok data

tersebut adalah normal.

Jika dilakukan uji

t-independent

, maka akan tampak hasil uji homogenitas

dengan Levene’s Test. Dengan ketentuan bila signifikan hitung > 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa data tersebut diasumsikan homogen, demikian

sebaliknya bila signifikan < 0,05 data diasumsikan tidak homogen atau memiliki

perbedaan varians.

Tabel 4.6. Hasil uji homogenitas

Data

Uji Homogenitas

Levene’s Test

Keterangan

F

P

Nilai APE

8,385

0,005

Data tidak homogen

Sumber : Data primer, 2012

Berdasarkan uji tersebut, dapat diketahui bahwa F = 8,385 (p = 0,005).

Karena p < 0,05 maka dapat dikatakan terdapat perbedaan varians antara nilai

APE antara perempuan yang memasak dengan kayu bakar dan LPG. Walaupun

data tidak homogen, uji

t-independent

masih bisa dilakukan.

Tabel 4.7. Hasil uji

t-independent

Jenis bahan bakar

Analisis Uji

Kayu bakar

t = 7,262

df = 42,868

p = 0,000

LPG

Sumber : Data primer, 2012

Berdasarkan uji tersebut, didapatkan hasil t = 7,262, df = 42,868, p = 0,000

(51)

commit to user

nilai APE pada perempuan yang memasak dengan kayu bakar serta yang

menggunakan LPG pada taraf signifikansi 5 %.

Selain uji

t-independent

, juga digunakan uji

Chi Square

untuk mengetahui

hubungan antara penggunaan bahan bakar memasak dengan status obstruksi pada

perempuan di Desa Giripeni Kecamatan Wates. Syarat uji

Chi Square

adalah bila

nilai

expected

kurang dari 5 maksimal berjumlah 20%. Suatu data dikatakan

mempunyai hubungan apabila signifikansi < 0,05. Pada hasil perhitungan

statistik menunjukkan p = 0,003 (p < 0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat

hubungan antara pemakaian bahan bakar memasak dengan status obstruksi.

Selain itu digunakan pula rumus

Odds Ratio

(OR)

untuk menilai kekuatan

hubungan variabel (

measure of association

). Rumus

Odds Ratio

(OR) = ad/bc.

Hasilnya jika OR = 1, maka prevalensi subyek yang terpapar faktor risiko sama

dengan prevalensi subyek yang tidak terpapar faktor risiko. Sedangkan jika OR

>

1, artinya dugaan adanya hubungan faktor yang diteliti terhadap efek memang

benar dan OR < 1, artinya faktor risiko yang diteliti justru menurunkan terjadinya

(52)

commit to user

Tabel 4.8. Hubungan antara pemakaian bahan bakar dengan status obstruksi

No

Kriteria

Obstruksi

paru (+)

bahwa perempuan yang memasak dengan kayu bakar memiliki risiko mengalami

obstruksi paru 5,23 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan yang memasak

(53)

commit to user

BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian kali ini sampel dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok yang

pertama adalah perempuan yang memasak dengan kayu bakar dan kelompok yang

kedua adalah kelompok kontrol yaitu perempuan yang memasak dengan LPG.

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah sampel, dari tiap kelompok diambil sejumlah

30 orang.

Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa terdapat pebedaan nilai persentase

Arus Puncak Ekspirasi (APE) pada perempuan yang memasak dengan kayu bakar dan

LPG. Perempuan yang memasak dengan kayu bakar memiliki nilai persentase APE

yang lebih rendah daripada yang memasak dengan LPG. Dari hasil penelitian yaitu

pada tabel 3 didapatkan nilai rata-rata APE pada perempuan yang memasak dengan

kayu bakar adalah sebesar 63,49% sedangkan nilai rata-rata pada perempuan yang

memasak dengan LPG sebesar 82,82%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang

didapatkan sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa perempuan yang memasak dengan kayu

bakar memiliki prevalensi obstruksi paru berdasarkan persentase nilai APE lebih

tinggi yaitu 24 orang (40%) daripada yang memasak dengan LPG yaitu 13 orang

(54)

commit to user

Hasil analisis statistik pada tabel 5 menunjukkan distribusi data pada

perempuan yang memasak dengan kayu bakar dan LPG adalah normal. Sedangkan

pada tabel 6 menunjukkan bahwa data nilai APE tidak homogen. Data tidak homogen

bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor, di antaranya adalah dari penggolongan

jenis kayu bakar yang digunakan. Selain itu, perbedaan varians data dapat disebabkan

oleh waktu dan lama paparan dari penggunaan masing-masing bahan bakar serta

tingkat pendidikan dari masing-masing sampel dalam melakukan pengukuran.

Walaupun pada uji homogenitas didapatkan hasil data yang tidak homogen,

uji

t-independent

masih dapat dilakukan. Hal ini dipaparkan bahwa variansi atau jenis

data yang sama bukan merupakan syarat mutlak untuk data 2 kelompok yang tidak

berpasangan. Hasil uji

t-independent

menunjukkan perbedaan yang bermakna antara

nilai persentase APE pada perempuan yang memasak dengan kayu bakar dan pada

perempuan yang memasak dengan LPG.

Sedangkan dengan uji

Chi Square

dengan

Odds Ratio

menunjukkan terdapat

hubungan antara pemakaian bahan bakar memasak dengan status obstruksi yang

diketahui bahwa perempuan yang memasak dengan kayu bakar memiliki risiko

mengalami obstruksi paru 5,23 kali lebih tinggi dibandingkan perempuan yang

memasak dengan gas LPG.

Nilai APE yang lebih rendah pada pengguna kayu bakar daripada LPG

disebabkan oleh asap kayu bakar. Pada asap kayu bakar mengandung berbagai

(55)

commit to user

oksida, dan

particulate matter

(Carlos et al

.

, 2008). Namun, polutan utama yang

mengancam kesehatan adalah

particulate matter. Particulate matter

dalam kayu

bakar berdiameter kurang dari 10 mikron walaupun sebagian besar berukuran kurang

dari 2,5 mikron. Partikel tersebut dapat melewati silia pada traktus pernapasan. Hal

ini akan merangsang silia untuk mengeluarkan mukus. Mukus ini akan membantu

menangkap partikel debu yang masuk. Namun, paparan yang terus-menerus dapat

menyebabkan akumulasi mukus dalam traktus pernapasan sehingga menyebabkan

resistensi atau obstruktif yang dapat menjadi faktor risiko dari penyakit pernapasan

obstruktif kronik (PPOK).

Sedangkan partikel yang berukuran kurang dari 2,5 mikron dapat melewati

silia dengan mudah masuk ke dalam paru dan mengendap di alveoli. Tidak berhenti

di situ saja, partikel akan masuk ke dalam sistem peredaran darah dan diedarkan ke

seluruh tubuh (Minnesota, 2011).

Pada kayu bakar kandungan

particulate matter

nya sangat tinggi yaitu

1200µ g/m

3

, berbeda dengan asap kompor gas LPG hanya 200-380 µ g/m

3

(Carlos et

al., 2008). Hal ini menyebabkan orang yang memasak dengan kayu bakar memiliki

risiko tinggi mengalami obstruksi pernapasan dengan ditandai penurunan faal paru

FEV1 dan FEV1/FVC yang signifikan (Ekici et al., 2005).

Selain itu polutan lain seperti fenol, aldehid, nitrogen oksida, dan sulfur

oksida juga ikut berkontribusi dalam masalah kesehatan pernapasan. Polutan tersebut

(56)

commit to user

menyebabkan lebih banyak

particulate matter

masuk ke dalam paru. Polutan tersebut

juga mengakibatkan reaksi inflamasi dan edema paru serta alergi (Carlos et al., 2008).

Pada penelitian ini, nilai APE < 80% belum dapat dikatakan mengalami

obstruksi karena berbagai faktor. Pertama adalah nilai APE merupakan nilai kasar

dalam pengukuran faal paru, untuk hasil yang lebih maksimal perlu digunakan alat

lain yaitu spirometri. Selain itu, penggalian data melalui wawancara yang diperoleh

belum maksimal. Hasil wawancara perlu disertai dengan hasil pemeriksaan baik

pemeriksaan fisik ataupun pemeriksaan penunjang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Syafrida Hanim Saragih (2009) bahwa penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar

memasak menimbulkan keluhan saluran napas pada ibu rumah tangga di Desa

(57)

commit to user

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan

Terdapat perbedaan nilai APE antara perempuan yang memasak dengan

kayu bakar dan LPG dengan pengguna kayu bakar memiliki risiko 5,23 kali lebih

besar daripada pengguna LPG.

B.

Saran

1.

Edukasi terhadap upaya pencegahan obstruksi saluran pernapasan yaitu

penggunaan alat pelindung pernapasan, penambahan jumlah ventilasi, serta

pertimbangan dalam memilih bahan bakar memasak.

2.

Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel lebih banyak dan

Gambar

Tabel 4.2.  Distribusi sampel berdasarkan kelompok tinggi badan pada
Gambar 3.1 Rancangan penelitian ..................................................................
tabel di bawah ini:
Tabel  2.1. Kandungan Asap Kayu Bakar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Informasi berbasis Geografis atau Peta Digital yang mempermudah user dalam penentuan dan pengalamatan lokasi pemasangan reklame yang sesuai dengan

This research aims to answer the two questions: (1) How is a set of English reading materials using English teen magazines for the seventh grade students of

sosial yang dikenal dalam masyarakat Maluku berupa suatu perjanjian hubungan antara satu Negri (kampung) dengan kampung lainnya yang biasanya berada di pulau lain

Melalui workshop ini, diharapkan mahasiswa mampu menulis serta memproduk berbagai berita penting yang dimuat dalam media. massa ataupun

Hal-hal secara teknis ditulis dalam buku pedoman ini untuk menjelaskan penyusunan SOP tentang urutan langkah-langkah (atau pelaksanaan- pelaksanaan pekerjaan)

Di satu sisi,Mustafa Kemal Attaturk sebenarnya dihormati sebagai penyelamat bangsa dari kekuasaan penjajahan, dan sekaligus dihormati karena jasanya dalam

“ Pengaruh Total Quality Management dan Lean Six Sigma Terhadap Budaya Kualitas dan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Jasa Perhotelan di Surabaya ”.. Penulisan

Kinerja atau efektivas sarung tangan dapat berkurang oleh kerusakan fisik/kimia Pelindung mata yang memenuhi standar yang diakui harus digunakan jika hasil evaluasi risiko