• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Keluhan Muskuloskeltal Pada Anak Pengguna Tas Punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Keluhan Muskuloskeltal Pada Anak Pengguna Tas Punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi Medan"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Lembar persetujuan menjadi responden penelitian

Oleh : Hanna Susanti Tambun

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai “Gambaran Keluhan Muskuloskeletal pada Anak Pengguna Tas Punggung di SD Islam Terpadu Nurul’Azizi, Medan.”.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saya harapkan jawaban yang saudara berikan sesuai dengan yang saudara alami tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat saudara. Informasi yang saudara berikan hanya akan dipergunakan untuk pengembanga ilmu keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Saudara bebas memilih untuk ikut atau tidak dalam penelitian ini tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi partisipan penelitian ini, silahkan saudara menandatangani formulir ini.

Tanda tangan :

Tanggal :

No. Responden : (diisi oleh peneliti)

(2)
(3)

Kuesioner Penelitian

Gambaran Keluhan Muskuloskeletal pada Anak Pengguna Tas Punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi Medan

2016 1. Kuesioner Data Demografi

Isilah titik - titik yang tersedia dan berilah tanda cheklist () untuk jawaban pertanyaan di bawah ini.

Tanggal pemberian kuesioner: 1. Kelas :

2. Kode responden : 3. Umur :

4. Jenis kelamin :

Perempuan Laki-laki 5. Ada cedera : Ya , bagian/letak ( )

Tidak

6. Lama/durasi penggunaan tas punggung:

a. 5 – 10 menit b. 10 – 15 menit c. 15 – 20 menit d. 20 – 25 menit e. 25 – 30 menit f. > 30 menit

7. Cara membawa tas punggung : Satu bahu Dua bahu 8. Berat tas punggung : (diisi oleh peneliti)

a. < 10% BB b. ≥10% BB

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

7

0 6b 11 1 2 2 2 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 8 7

1 6b 12 1 2 3 2 1 1 0 2 2 0 3 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 14 7

2 6b 11 1 2 1 2 1 0 1 3 3 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 2 0 0 3 3 21 7

3 6b 11 1 2 1 2 1 0 3 3 3 0 2 0 2 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 2 2 25 7

4 6b 12 2 2 1 2 1 0 0 2 2 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 15

Kode

Jenis kelamin Berat tas

Perempuan : 1 < 10% BB : 1

Laki - laki : 2 > 10% BB : 2

Cedera JK : Jenis kelamin

Tidak ada : 1 LMT : Lama membawa tas

Ada : 2 CMT : Cara membawa tas

Lama/durasi membawa BTP : Berat tas punggung

5 - 10 menit : 1 6 - 15 menit : 2 16 - 20 menit : 3 21 - 25 menit : 4 26 - 30 menit : 5 > 30 menit : 6

(14)
(15)

Tabel distribusi persentase keluhan muskuloskeletal pada anak pengguna tas punggung berdasarkan regio muskuloskeletal (N = 74)

Sakit padakKaki kiri (54.1%) (21.6%) (18.9%) (5.4%) Sakit pada kaki kanan (58.1%) (16.2%) (18.9%) (6.8%)

(16)

HASIL PENELITIAN

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(17)

lamamembawa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 5-10 menit 28 37.8 37.8 37.8

11-15 menit 18 24.3 24.3 62.2

16-20 menit 6 8.1 8.1 70.3

21-25 menit 7 9.5 9.5 79.7

26-30 menit 8 10.8 10.8 90.5

>30 menit 7 9.5 9.5 100.0

Total 74 100.0 100.0

cedera

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 74 100.0 100.0 100.0

caramembawa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SATU BAHU 6 8.1 8.1 8.1

DUA BAHU 68 91.9 91.9 100.0

Total 74 100.0 100.0

(18)
(19)

>30 menit 0 7 7

Total 14 60 74

KELUHAN MUSKULOSKELETAL

keluhanmuskuloskeletal

Frequency Percent Valid Percent

(20)

11 0 8 3 0 11

12 0 5 0 0 5

Total 4 52 16 2 74

lamamembawa * keluhanmuskuloskeletal Crosstabulation

Count

Keluhanmuskuloskeletal

Total

tidak ada rendah sedang tinggi

lamamembawa 5-10 menit 3 16 8 1 28

11-15 menit 1 14 3 0 18

16-20 menit 0 5 0 1 6

21-25 menit 0 6 1 0 7

26-30 menit 0 7 1 0 8

>30 menit 0 4 3 0 7

Total 4 52 16 2 74

(21)
(22)
(23)
(24)

Taksasi Dana

1. Proposal

a. Transportasi survey awal Rp. 20.000,-

b. Biaya print kertas skripsi Rp. 70.000,-

c. Perbanyakan skripsi Rp. 210.000,-

d. Konsumsi Rp. 150.000,-

2. Pengumpulan dan Pengolahan Data

a. Transportasi Rp. 50.000,-

b. Penggandaan Kuesioner Rp. 80.000,-

c. Souvenir Rp. 225.00,-

d. Izin Penelitian Rp. 100.000,-

3. Persiapan Skripsi

a. Biaya Print, Penggandaan dan Penjilidan Rp. 200.000,-

Jumlah Rp. 1.105.000,-

(25)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hanna Susanti Tambun

Tempat Tanggal Lahir : Lumban Hulae, 24 Juni 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gg. Purba No. 3 Kel.Padang Bulan, Medan

No. HP : 085358080948

Email : hannatambun24@gmail.com

Nama Ayah : Jetro Tambun

Nama Ibu : Rame Sitorus Riwayat Pendidikan :

1. SD Neg. 173658 Dolok Nauli Tahun 2000-2006 2. SMP Negeri 2 Lumban Julu Tahun 2006-2009 3. SMA Negeri 1 Balige Tahun 2009-2012 4. S1 Fakultas Keperawatan USU Tahun 2012- sekarang

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Al, Fageeh A. 2013. The effect of school bag weight on pain, posture, and vital capacity of lung of three elementary of elementary school in Bethlehem district on Palestine. Middle East Journal of Family Medicine, 7, 7- 14. Alfaqih, M, A. 2008. Insidensi dan Prevalensi Nyeri Punggung Bawah di

American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2015. Backpack Safety.

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00043 Diakses tanggal, 13 November 2015.

ACA. 2004. Backpack misuse leads to chronic back pain, Doctors Chiropractic say. http://www.acatoday.org/. Diakses 24 Oktober 2015

American Occupational Therapy Association (AOTA). 2009. Backpack

Awareness: One of Many Ways That Occupational Therapists Serve Students. http://www.aota.org/News/Consumer/Backpack08.aspx. Diakses tanggal 13 Januari 2016.

Ardiono & Yuantari. 2014. Keluhan Muskuloskeletal pada Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Kecamatan Semarang Selatan.

Davis, et al. 2003. Mirtazapine For Pruritus. Journal of Pain and Symptom

Management.25. 288-291.

Dianat, et al. 2011. School bag weight and the occurence of shoulder, hand/wrist and low back symptoms among Iranian elementary schoolchildren. Health

Promotion Perspective, 1, 76- 85.

Enggaela, D.I., Mas’ud. E., & Deoranto. P. 2015. Analisis Postur Kerja Tenaga Kerja Pengangkutan Gula di Gudang Penyimpanan dengan Metode Ovako

Work Analyisis System (OWAS) di PG. Rejo Agung Baru Madiun

Gunawan. R. 2012. Perbandingan Efek Parasetamol 1 Gr/6 Jam Intravena Dan

Ketorolak 30 Mg/6 Jam Intravena Untuk Penanganan Nyeri Paska Pembedahan Seksio Sesaria Dengan Anestesi Regional Blok Subaraknoid.

. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31992/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 11 Februari 2016

Haselgrove, et al. 2008. Perceived School Bag Load, Duration of Carriage, and Methode of Transport to School are Associated with Spinal Pain in Adolescent : an Observational Study. Australian Journal Physiotherapy, 54, 193- 200.

Illinois State Board of Education. 2006. Carrying Backpacks: Physical Effects.

http://www.isbe.net/pdf/school_health/Carrying_Backpacks_Physical_Effec ts.pdf Diakses tanggal, 28 September 2015.

Katarzyna, et al,. 2015. Influence of the Weight of a School Backpack on Spinal Curvature in the Sagittal Plane of Seven-Year-Old Children.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26413545. Diakses tanggal, 10 September 2015.

(27)

Khalil AL- Qato, Alaa’ Osaid. 2012. The Influence of Backpack on Student books a Crosssectional Study of Schools in Tulkarm Distrist. Thesis. Faculty of Graduate Studies of AnNajah National University. Palestine. 2012, 32, 339-350.

Legiran. 2009. Berat Tas Punggung dan Prevalensi Nyeri Punggung pada Siswa

Sekolah Dasar.

http://eprints.unsri.ac.id//207/3/Tas%2520Sekolah%2520Penelitian%2520L egiran.pdf. Diakses tanggal, 24 Oktober 2015.

Matlabi, et al. 2014. Carrying heavy backpacks and handbags amongst elementary students: Causes and solutions. Science Journal of Public Health, 4, 305- 308.

Murphy et al. 2005. Cross-sectional study of self-reported back and neck pain among English schoolchildren and associated physical and psychological risk factors. Appl Ergon. 38, 797 – 804.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Rai, A., Argawal, S., & Bharti, S. 2013. Postural effect of backpacks on school children: Its consequences on their body posture. International Journal of

Health Sciences and Research, 3, 109 – 116.

Rai dan Argawal. 2014. Assesing The Effect Discomfort on School Going

Children Due to Heavy Backpacks. http://dx.doi.org/10.4172/2165-7556.S4-011. Diakses tanggal, 14 September 2015.

Ramprasad M, Alias J, & Raghuveer AK. 2009. Effect of backpack weight on postural angles in preadolescent children. Indian pediatr, 7, 575- 580. Shamsoddini, Hollisaz, & Hafezi. 2010. Backpack Weight and Musculosceletal

Symptoms in Secondary School Students, Tehran, Iran. Irinian Journal

Public Health, 39, 120- 125.

Tarwaka. (2015). Ergonomi Industri: Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi Dan

Aplikasi di Tempat Kerja. Edisi:2. Surakarta: Harapan Press.

The American Occupational Therapy Association (AOTA). Backpack Strategies

for Parents and Students.

https://www.aota.org/~/media/Corporate/Files/Backpack/Backpack%20Strat egies%20for%20Parents%20%20Students.ashx. Diakses tanggal, 13 Oktober 2015.

Turk, D. C. & Flor, H. (1999). Chronicpain: A biobehavioral perspective. InR. J. Gatchel & D. C. Turk (Ed.).Psychosocial factors in pain (pp. 18-34). New York: The Guilford Press.

Whittifield, et al,. 2005. School bag weight and musculosceletal symptom in New

Zealand Secondary School.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15694073. Diakses tanggal, 7 Januari 2016.

Yusoff, M. 2013. Hubungan Penggunaan Tas Jenis Ransel dan Jenis Troli

terhadap Kejadian Nyeri Punggung pada Siswa Sekolah Dasar Yayasan

Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan.

(28)

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40563/5/Chapter%20I.pdf. Diakses tanggal, 22 November 2015.

(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan gambaran keluhan muskuloskeletal pada anak pengguna tas punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi Medan.

Skema 3.1 Kerangka Konsep Gambaran Keluhan Muskuloskeletal pada Anak Pengguna Tas Punggung

3.2 Defenisi Operasional

Terdapat dua variabel yang akan diteliti, yaitu keluhan muskuloskeletal variabel dependen dan pengguna tas punggung sebagai variabel independen.

Keluhan muskuloskeletal: - Tidak Ada

- Rendah - Sedang - Tinggi - Sangat tinggi Anak pengguna tas punggung

dengan karakteristik: usia, jenis kelamin, lama membawa tas punggung, berat tas punggung,

dan cara membawa tas punggung.

29

(30)
(31)
(32)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif karena mendeskripsikan (menggambarkan) keluhan muskuloskeletal pada anak pengguna tas punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi, Medan. Deskripsi adalah suatu gambaran atau paparan hubungan antar-variabel dengan suatu peristiwa yang sedang diteliti (Nursalam, 2009).

4.2 Populasi dan sampel 4.2.1 Populasi

Nursalam (2009) mendefenisikan populasi sebagai subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi, Medan yang menggunakan tas punggung sebanyak 285 orang.

4.2.3 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

Untuk penentuan jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui, maka banyaknya sampel dalam penelitian diambil berdasarkan rumus Slovin (Nursalam, 2009):

32

(33)

n = 74,02 orang (dibulatkan menjadi 74 orang)

Keterangan: n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Tingkat kepercayaan/ ketepatan (0,1)

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dipilih dengan cara

quota sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan populasi

karakteristik heterogen (Notoatmodjo, 2012).

Sampel strata=

Jadi:

Strata kelas 1 = = 7 orang

Strata kelas 2 = = 10 orang

Strata kelas 3 = = 17 orang

Strata kelas 4 = = 16 orang

(34)

Strata kelas 5 = = 11 orang

Strata kelas 6 = = 13 orang

4.3 Lokasi dan waktu penelitian 4.3.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi, Medan. Lokasi ini dipilih karena mudah dijangkau oleh peneliti, dan di lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran keluhan muskuloskeletal pada anak pengguna tas punggung.

4.3.2 Waktu penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 18 - 22 April 2016, yaitu mulai pengumpulan data sampai dengan selesai pengumpulan data.

4.4 Pertimbangan etik penelitian

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu mengajukan surat ethical clearance ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah memperoleh persetujuan, peneliti meminta izin kepada Dekan Fakultas Keperawatan USU untuk melakukan penelitian, setelah mendapat izin peneliti kembali meminta izin kepada Kepala Sekolah SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi, Medan.

(35)

Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan prinsip – prinsip dasar dalam penelitian yang meliputi benefience, respect for human dignity dan justice, (Nursalam, 2009).

1. Benefience. Prinsip benefience adalah meminimalkan kerugian dan

memaksimalkan keuntungan. Sebelum pengisian kuisoner dilakukan, peneliti memberikan penjelasan tentang manfaat serta keuntungan penelitin bagi responden dan peneliti dan juga menjelaskan bahwa penelitian ini tidak merugikan responden baik secara fisik maupun psikologi.

2. Respect for human dignity. Prinsip respect for human dignity terdiri dari the right to self determination dan the right to full disclosure. The right to

self-determination berarti responden berhak untuk bertanya, menolak dan memberikan

informasi, dan mengundurkan diri dari penelitian. The right to full disclosure berarti bahwa peneliti telah sepenuhnya menggambarkan sifat dari penelitian, hak responden untuk menolak partisipasi, tanggung jawab peneliti, dan kemungkinan, dan kemungkinan risiko dan manfaat.

3. Justice. Prinsip justice terdiri dari the right to fair treatment dan the right

to privacy. The right for treatment menyangkut pemerataan manfaat dan beban

penelitian. Seleksi peserta didasarkan pada persyaratan penelitian dan bukan pada kerentanan kelompok. Peneliti memperlakukan responden yang menolak untuk berpartisipasi (atau menarik diri dari penelitian setelah kesepakatan awal) secara baik; menghormati semua perjanjian yang dibuat dengan responden; menunjukkan rasa hormat terhadap keyakinan, kebiasaan, dan gaya hidup dari responden yang berbeda latar belakang atau budaya. The right to privacy berarti peneliti

(36)

memastikan bahwa penelitian tidak mengganggu privasi responden. Responden memiliki hak untuk meminta agar data mereka dijaga kerahasiaannya. Privasi dapat dipertahankan melalui anonymity yaitu peneliti tidak mencantumkan nama responden hanya menuliskan inisial nama responden pada lembar pengumpulan data. Peneliti juga menjamin kerahasiaan semua informasi hasil penelitian yang dikumpulkan dari responden.

4.5 Instrumen penelitian

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang terdapat beberapa pertanyaan dalam bentuk angket dan diberikan langsung kepada responden. Kuesioner yang diberikan terdiri dari dua bagian, bagian yang pertama yaitu Kuesioner Data Demografi (KDD) yang berisi pernyataan mengenai data umum partisipan meliputi nama, usia, jenis kelamin, ada cedera atau tidak, kelas, lama/ durasi membawa tas punggung, dan cara membawa tas punggung serta berat tas punggung.

(37)

Kuesioner kedua adalah kuesioner mengenai variabel keluhan muskuloskeletal yang diukur dengan menggunakan kuisioner Nordic Body

Map yang berisi pernyataan subjektif mengenai tingkat keparahan keluhan

muskuloskeletal pada anak pengguna tas punggung. Kuisioner ini berisi 28 pernyataan, dimana setiap pernyataan memiliki nilai 0 : tidak sakit; 1 : agak sakit; 2 : sakit; 3 : sangat sakit. Tidak ada rasa sakit defenisi operasionalnya adalah tidak ada rasa sakit sama sekali yang dirasakan oleh anak selama membawa tas punggung, agak sakit adalah dirasakan sedikit adanya keluhan atau kenyerian pada bagian otot, tetapi belum mengganggu kegiatan. Sakit yaitu responden merasakan adanya keluhan/kenyerian atau sakit pada otot dan sudah mengganggu kegiatan, tetapi rasa sakit segera hilang setelah dilakukan istirahat setelah membawa tas punggung, sedangkan sangat sakit yaitu responden merasakan keluhan sangat sakit pada bagian otot dan kenyerian tidak segera hilang meskipun telah beristirahat yang lama atau bahkan diperlukan obat pereda nyeri otot.

(38)

Peneliti tidak menguji nilai validitas dan reliabilitas kuesioner ini. Tetapi Enggaela, Effendi, & Doeranto dalam penelitian mereka dengan judul “Analisis Postur Kerja Tenaga Kerja Pengangkutan Gula di Gudang Penyimpanan dengan Metode Ovako Work Posture Analysis System (OWAS). Studi kasus di PG. Rejo Agung Baru Madiun” tahun 2015

menyatakan bahwa kuesioner ini valid dengan nilai r tabel > 0,2681 dan reliabel dengan nilai relib 0,876 atau sebesar 87,6%.

4.6 Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU dan diizinkan oleh Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Kemudian peneliti memberikan surat permohonan izin penelitian ke SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi,

Medan. Selanjutnya peneliti mendatangi responden penelitian untuk meminta persetujuan dalam mengikuti kegiatan penelitian. Setelah mendapat izin dari Kepala Sekolah, peneliti memberikan informasi tentang sifat keikutsertaan responden penelitian dalam kegiatan penelitian, dan bagi yang setuju mengikuti penelitian diminta untuk menandatangi lembar persetujuan penelitian (informed

consent). Peneliti selama empat hari (18 – 22 April) peneliti mengukur berat badan dan berat tas punggung responden setiap hari dan memberikan kuesioner pada hari terakhir (22 April 2016). Peneliti membagikan kuisioner penelitian kepada responden penelitian dan meminta kepada responden penelitian agar kuesioner yang telah diisi lengkap dikembalikan kepada peneliti. Selama pengumpulan data peneliti memiliki asisten yang membantu untuk mengukur

(39)

berat badan dan berat tas punggung responden serta membagikan dan mengumpulkan kuesioner.

Data diolah menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menarik kesimpulan setelah dianalisis. Tahapan pengolahan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Coding, yaitu memberi kode pada masing – masing data agar memudahan peneliti memasukkan data ke program komputer.

2. Editing, yaitu menyeleksi data yang salah dalam pengumpulan data di

lapangan.

3. Data structure, yaitu penyusunan data sesuai dengan analisis yang dilakukan

dan jenis perangkat lunak yang akan digunakan.

4. Data entry, yaitu memasukkan data secara komputerisasi ke dalam program

komputer.

4.7 Analisa data

Analisa data dilakukan secara univariat untuk mengetahui gambaran karakteristik dan keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh anak pengguna tas punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi, Medan. Analisa deskriptif dilakukan dengan cara menggambarkan data yang diperoleh secara rinci. Semua hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai karakteristik responden, variabel keluhan muskuloskeletal anak pengguna tas punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi, Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan april 2016, dengan jumlah responden sebanyak 74 orang siswa yang menggunakan tas punggung yang diperoleh dari SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi. 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini jumlah sampel yaitu 74 responden. Jumlah siswa yang

membawa tas punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi antara perempuan dan

laki-laki sama yaitu (50%) dan responden paling banyak berusia 9 tahun (32,4%) dan lama/durasi penggunaan tas punggung adalah 5 – 10 menit (36,5%) dengan tidak ada cedera sebanyak (100%) dan sebagian besar siswa membawa tas punggung dengan dua bahu sebanyak (91,9%). Berdasarkan berat tas punggung yang dibawa oleh siswa, sebanyak (81,1%) membawa tas dengan berat ≥10% BB

mereka. Adapun karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

45

40

(41)

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase data karakteristik responden di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi Medan (n=74)

Karakteristik Frekuensi Persentase (%) Umur

Berdasarkan berat tas punggungyang dibawa oleh siswa/i ke sekolah, (81,1%) membawa tas dengan berat tas ≥10% BB mereka. Berat tas punggung

dapat dilihat pada tabel 5.2

(42)

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase Berat Tas Punggung anak di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi (n = 74)

Karakteristik responden Berat Tas

5.1.2 Keluhan Muskuloskeletal Pada Anak Pengguna Tas Punggung Dari hasil penelitian dapat dilihat gambaran keluhan muskuloskeletal pada anak pengguna tas punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi, dalam kategori rendah 56 responden (74.7%), dan kategori

sangat tinggi 0 responden, beserta karakteristik responden atau lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(43)

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase skor keluhan muskuloskeletal anak pengguna tas punggung (n = 74)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)

Tidak Ada

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh anak pengguna tas punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi adalah keluhan muskuloskeletal rendah (70,3%) responden.

Dari penelitian responden yang membawa tas dengan berat beban ≥10% BB sebanyak (81,1%) mengalami keluhan muskuloskeletal rendah. Berat ini sudah melebihi batas berat yang direkomendasikan dimana berat beban tas punggung sekolah yang seharusnya adalah <10% BB pengguna, didasarkan pada fakta bahwa hal itu dapat mempengaruhi postur tulang belakang, bentuk kaki dan gaya berjalan mereka (Katarzyna, et al., 2015).

Hasil penelitian serupa yang dikemukakan oleh Shamsoddini, Hollisaz dan Hafezi (2010) menunjukkan bahwa pada siswa yang membawa tas punggung sebagian besar mengeluhkan sakit di muskuloskeletal mereka tepatnya pada bahu. Siswa yang membawa tas punggung dengan berat >10% BB mereka lebih besar

(44)

resikonya untuk mengalami sakit pada muskuloskeletal. Berat beban yang diangkat tubuh secara berlebihan dapat menimbulkan cedera pada otot dan tulang hal itu karena beban berat yang dipikul dapat mengurangi ketebalan dari interverbal disc atau elemen yang berada diantara tulang belakang. Sebuah ransel berat akan menyebabkan sikap tubuh condong kedepan karena menahan beban dipunggungnya (American Chiropratic Association/ACA).

Menurut analisis data yang telah dilakukan, jumlah responden perempuan (50%) dan laki – laki (50%). Keluhan muskuloskeletal pada perempuan lebih tinggi (2,7%) daripada laki – laki. Dan responden laki – laki lebih banyak membawa tas punggung dengan berat ≥10% BB yaitu sebanyak 32 responden dan

responden perempuan 28 responden. Sama dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Ardiono dan Yuantari (2014) yang menyatakan bahwa perempuan lebih sering melaporkan adanya keluhan muskuloskeletal. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rai dan Argawal (2009) di kota Lucknow, mengemukakan bahwa siswa perempuan lebih sering mengalami keluhan muskuloskeletal dibandingkan dengan pria.

Hal ini sesuai dengan konsep bahwa jenis kelamin berperan dalam menyebabkan keluhan muskuloskeletal secara fisiologis karena secara fisiologis, kemampuan wanita memang lebih rendah daripada pria. Astrand & Rodhal (1996, dalam Tarwaka, 2015) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga (2/3) dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hasil penelitian Betti’e, et al (1989 dalam Tarwaka,

2015) menunjukkan rerata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari

(45)

kekuatan otot pria, khususnya otot lengan, punggung dan kaki. Menurut peneliti, keluhan muskuloskeletal yang lebih tinggi pada responden perempuan tidak mempengaruhi hasil akhir pada penelitian ini dikarenakan jumlah responden perempuan dan laki – laki yang sama.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 75% dari 28 responden dengan durasi penggunaan selama 5 – 10 menit membawa tas

punggung dengan berat ≥10% BB. Dan dalam sehari responden dengan durasi ini

sudah mengalami keluhan muskuloskeletal dan responden yang membawa tas punggung >30 menit dalam satu hari sebanyak (9,5%) responden. Sesuai dengan Tarwaka (2015), keluhan muskuloskeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Hal ini senada dengan pernyataan Haselgrove (2008), bahwa anak yang membawa tas punggung selama 5 – 10 menit dalam satu hari sudah mengeluhkan nyeri punggung. Dan hal serupa juga diungkapkan oleh Alaa’ Osaid (2012) bahwa lama pemakaian tas 5 – 30 menit dari rumah menuju sekolah setiap hari dengan berat rata – rata 5,267 kg mengalami nyeri bahu, nyeri punggung bawah dan nyeri pada leher. Lama/durasi penggunaan sudah melebihi batas jika >30 menit dalam satu hari.

Berdasarkan karakteristik umur responden, hasil penelitian menunjukkan bahwa 91,5% (n= 47) responden berusia 6 – 9 tahun membawa tas punggung dengan berat ≥10% BB dan sebanyak 4 (8,5%) responden membawa tas

punggung dengan berat <10% BB. Sedangkan 62,9% (n = 27) responden berusia

10 –12 tahun membawa tas punggung dengan berat ≥ 10% BB dan sebanyak 10

(46)

(37,1%) responden membawa tas dengan berat <10% BB. Sistem muskuloskeletal anak usia sekolah terus mengalami osteofikasi dan belum matang. Sehingga jika terpapar tekanan yang melebihi batas kompensasi tubuh mereka atau mengalami tekanan dalam waktu yang lama, maka akan mudah mengalami cedera. Dan keluhan muskuloskeletal akan semakin buruk dan menyebabkan kerusakan sistem muskuloskeletal pada usia setengah baya, karena kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan ada beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot (Tarwaka, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Sya’ bani. P (2012), bahwa semakin

bertambah usia, keluhan nyeri punggung semakin berkurang yaitu sebesar 7,4% dari kategorik usia 10 – 11 ke kategori usia 12 – 13 tahun. Hasil penelitian sebelumnya oleh Murphy et al (2005) memberikan hasil yang sangat berbeda dimana prevalensi nyeri punggung semakin meningkat seiring denganan pertambahan usia dengan hasil yang didapatkan prevalensi nyeri punggung pada anak usia 11 –12,75 tahun sebesar 22% sedangkan anak usia ≥ 12 tahun sebesar 32%. Menurut peneliti berbedanya hasil penelitian dengan teori dan penelitian yang sudah ada, dikarenakan walaupun responden dengan usia yang lebih rendah (6 – 9 tahun) lebih banyak, tetapi lama/durasi sistem muskuloskeletal usia 6 – 9 tahun sebanyak (36,2%) dari total responden dengan usia tersebut hanya 5 – 10 menit dalam satu hari.

(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang “Gambaran Keluhan

Muskuloskeletal pada Anak Pengguna Tas Punggung di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi Medan” yang dilaksanakan pada bulan April 2016 dapat disimpulkan

bahwa sebanyak 4 (5,4%) responden tidak mengalami keluhan muskuloskeletal, 52 (70,3%) responden mengalami keluhan muskuloskeleta rendah, 16 (21,6%) responden mengalami keluhan muskuloskeletal sedang, 2 (2,7%) responden mengalami keluhan muskuloskeletal tinggi dan tidak ada responden yang mengalami keluhan muskuloskeletal sangat tinggi

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Penelitian Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang berkaitan gambaran keluhan muskuloskeletal pada siswa. Untuk penelitian selanjutnya perlu diteliti kembali tentang fenomena ini dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan faktor lain penyebab keluhan muskuloskeletal pada anak karena anak merupakan salah satu sasaran dalam asuhan keperawatan.

47

(48)

6.2.2 Untuk Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan panduan dalam memberikan pendidikan kesehatan untuk tindakan promosi kesehatan pada anak – anak sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di masa depan.

6.2.3 Untuk Instansi, Siswa, dan Orang tua

6.2.3.1 Instansi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi instansi sebagai bahan untuk menentukan tindakan yang dapat dilakukan oleh institusi pendidikan yaitu dengan menyediakan lemari buku (lockers) yang sesuai, lemari makanan (cupboards) dengan laci dan setiap siswa memiliki satu; membuat satu jadwal pelajaran yang mengajarkan siswa untuk tidak menyentuh/ mengambil barang orang lain, para guru dapat mengajarkan pada siswa untuk meletakkan barang- barang dan buku mereka dibawah kursi dan tidak membawanya ke rumah; mengadakan kelas belajar dengan topik tas punggung untuk keluarga dan menyediakan brosur yang diberikan pada kedua orang tua mereka; melakukan pemeriksaan bentuk tubuh siswa secara berkala oleh dokter atau tenaga medis profesional; membagi topik pelajaran semester pertama dan semester dua menjadi buku yang berbeda; menyesuaikan pelajaran yang membutuhkan buku tambahan dan buku catatan dengan jadwal pelajaran olahraga.

(49)

6.2.3.2 Untuk Siswa

Siswa sebaiknya mengosongkan botol minum dan mengisinya sebelum kelas; tidak membawa barang- barang yang tidak diperlukan dan meninggalkannya dirumah, jika barang tersebut memang perlu membawa banyak barang ke sekolah, sebaiknya diletakkan di tas lain; siswa sebaiknya berusaha untuk meringankan tas punggung mereka dan tidak membawa barang yang tidak perlu ke sekolah; siswa sebaiknya menyusun barang yang paling berat lebih dekat ke punggung; siswa sebaiknya meletakkan tas di bahu mereka karena tas akan berada pada otot punggung terkuat mereka.

6.2.3.3 Untuk Orang tua

Orang tua seharusnya mempertimbangkan untuk membeli jenis tas terbaik untuk siswa; orang tua seharusnya mengawasi siswa agar tidak membawa buku dan barang- barang yang tidak perlu ke sekolah sehingga tas punggung mereka tidak berat.

(50)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tas Punggung

2.1.1 Definisi tas punggung

Tas punggung adalah wadah atau kemasan berbentuk persegi yang biasanya bertali yang berfungsi untuk menaruh, menyimpan, atau membawa sesuatu yang dibawa dengan cara digendong. Roman (2003) mendefenisikan tas punggung sebagai tas yang memilik dua tali untuk dikenakan di kedua bahu sehingga dapat membawa barang-barang di punggung.

Tas punggung didesain untuk mendistribusikan berat beban pada beberapa otot- otot tubuh terkuat. Saat digunakan dengan benar, tas punggung dapat menjadi cara yang tepat untuk membawa kebutuhan sekolah setiap harinya. Tas punggung yang terlalu berat atau cara pemakaian yang tidak benar dapat menyebabkan masalah untuk anak- anak dan remaja. Ketidaksesuaian pemakaian tas punggung dapat melukai otot – otot dan sendi – sendi. Hal ini dapat menyebabkan nyeri punggung, leher dan bahu memburuk, dan bahkan dapat menyebabkan masalah postur tubuh. Walaupun tas punggung dihubungkan dengan masalah postur, tas punggung berat tidak dapat menyebabkan skoliosis. Skoliosis adalah miringnya garis tulang belakang yang sering ditunjukkan anak- anak saat remaja (AAOS).

7

(51)

2.1.2 Batasan Berat tas punggung yang baik

Illinois State Board of Education (2006), American Occupational Therapy Association, American Chiropratic Association, American Physical Therapy Association and American Academy of Orthopedic Surgeons memiliki saran yang mirip terkait batasan berat tas punggung terhadap 15% berat anak yaitu:

Berat individu (Pon = Kg) Berat tas punggung maksimal (Pon = Kg)

Tabel 2.1 Perbandingan berat tas dan berat badan individu pengguna tas punggung.

Saran terkait berat tas punggung sekolah berhubungan dengan berat badan berbeda tergantung organisasi tertentu. Pada 2009, American Occupational Therapy Associaton (AOTA) dan American Physical Therapy Association (APTA) merekomendasikan tidak membawa sebuah tas punggung lebih berat dari 15% (atau anatara 10% dan 20%) dari berat badan siswa, pada tahun 2012, hal ini diganti menjadi 10% berat badan mereka. American Chiropratic Asssociation (ACA) menyarankan bahwa berat tas punggung tidak melebihi 5- 10% dari berat badan anak. Ada bahaya yang diakibatkan beban yang berlebih pada pematangan tulang belakang. Banyak peneliti telah menyimpulkan bahwa berat sebah tas punggung sekolah seharusnya tidak lebih dari 10% berat badan anak,

(52)

didasarkan pada fakta bahwa hal itu dapat mempengaruhi postur tulang belakang, bentuk kaki dan gaya berjalan mereka (Katarzyna, et al., 2015).

2.1.3 Peran orang tua dalam penggunaan tas punggung

Ada beberapa syarat berat beban tas punggung anak, yaitu bahwa seharusnya tidak lebih dari 10% dari berat badan mereka. Artinya disini adalah bahwa anak yang beratnya 100 pon seharusnya tidak memakai tas punggung sekolah yang lebih berat dari 10 pon; kedua adalah barang yang lebih berat paling dekat dengan bahu anak; yang ketiga yaitu susun buku- buku dan barang sehingga barang- barang mereka akan tersusun rapi dan teratur di dalam tas punggung mereka. Keempat adalah periksa barang yang dibawa ke sekolah dan dibawa pulang. Pastikan bahwa barang yang dibawa adalah kebutuhan untuk kegiatan di sekolah; kelima adalah jika tas punggung terlalu berat atau terlalu ketat, siswa dapat memegang buku atau membawa barang yang lain di sisi lain tas punggung, dan yang terakhir yaitu jika tas punggung terlalu berat dari yang seharusnya, pertimbangkan untuk menggunakan tas beroda jika sekolah mengijinkan (American Occupational Therapy Association/AOTA).

2.1.4 Karakterisitik tas punggung yang baik (Backpack Safety)

Ketika memilih sebuah tas punggung, cari satu yang sesuai dengan ukuran badan. Pastikan bahwa tinggi tas punggung kira- kira 2 inchi dibawah bahu sampai ke pinggang, atau sedikit di atas pinggang. Tas

(53)

punggung yang baik seharusnya memiliki 2 tali bahu; memiliki bantalan tali bahu yang luas; bantalan tali punggung untuk mengurangi tekanan pada area punggung; tali bahu dan tali ketiak untuk meningkatkan kenyamanan; tali pengikat pada dada dan pinggul untuk membagi berat tas dari punggung dan bahu ke pinggul dan ke seluruh tubuh; memiliki banyak ruang untuk mendistribusikan berat tas punggung; pastikan keamanan barang dan anak juga dapat mengambil isi tas dengan mudah; reflektor untuk meningkatkan jarak penglihatan anak saat malam; dan tas punggung yang bergelombang.

Penting diingat bahwa jika telah membeli tas punggung untuk anak- anak, ukuran tas punggung yang mereka gunakan saat ini ukurannya tidak akan baik bagi mereka jika lebih dari satu tahun. Karena masa anak- anak mengalami pertambahan tinggi yang cepat sehingga ukuran tas punggung yang baik sebelumnya tidak akan bertahan lebih dari satu tahun pada usia mereka sekarang (American Academy of Orthopaedic Surgeon/AAOS; Illinois State Board of Education, 2006).

2.1.5 Cara penggunaan tas punggung yang baik

Menghindari cedera akibat penggunaan tas punggung dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

a) Menggunakan kedua tali, dapat mendistribusikan berat tas. Menyandang tas punggung pada salah satu bahu dapat menyebabkan

(54)

anak miring ke salah satu sisi, pembengkokan tulang belakang dan menyebabkan nyeri ataupun ketidaknyamanan.

b) Melepas dan memakai tas punggung dengan hati- hati. Pertahankan bentuk tubuh stabil dan hindari gerakan memutar berlebihan.

c) Letakkan tas punggung pada otot punggung tengah terkuat. Berikan perhatian lebih pada posisi tas punggung di punggung. Tas punggung seharusnya berada pada bagian tengah punggung. Tali pada bahu seharusnya diatur agar mempermudah anak untuk melepas dan memakai tas punggung tanpa kesulitan dan memungkinkan lengan dapat bergerak dengan bebas.

d) Mengurangi beban. Pertahankan muatan pada sebesar 10 – 15 % BB atau kurang dari berat badan anak. Hanya membawa barang yang dibutuhkan untuk hari itu saja. Setiap malam mengeluarkan barang yang dapat ditinggalkan di rumah. Susun isi tas punggung dengan meletakkan barang terberat paling dekat ke punggung untuk mengurangi desakan kinetik yang menyebabkan ketidaksejajaran postur dan kerja berlebih otot (Illionis State Board of Education, 2006).

Menurut AOTA cara menghindari cedera akibat tas punggung dapat dengan cara, mendistribusikan berat tas dengan memakai kedua tali tas; kedua yaitu dengan memilih tas punggung dengan bantalan tali bahu yang baik. Bahu dan leher memiliki banyak pembuluh darah dan saraf yang dapat mengakibatkan nyeri dan geli pada leher, lengan, dan tangan ketika

(55)

terlalu besar tekanan yang diterima; yang ketiga adalah mengatur posisi tali bahu sehingga tas terletak pada posisi yang tepat pada punggung anak. Tas punggung yang bergantung bebas pada bahu dapat membuat anak tertarik ke belakang dan ototnya tegang.

Cara keempat adalah menggunakan tali pengikat pada pinggang jika tas punggung memilikinya. Ini membantu mendistribusikan berat tas punggung secara merata; kelima adalah bagian bawah tas seharusnya terletak di punggung bawah. Tas punggung seharusnya tidak boleh lebih dari 4 inchi dari garis pinggang anak. Dan terakhir yaitu ukuran tas punggung sekolah berbeda pada tiap usia. Pilih ukuran tas punggung yang benar sesuai usia anak dengan ruang yang cukup untuk barang- barang kebutuhan sekolah.

Matlabi, et al (2014) juga mengemukakan beberapa cara ataupun tindakan yang dapat dilakukan beberapa pihak untuk mengatasi masalah tas punggung dan tas tangan yang berat antara lain :

a. Institusi pendidikan

Tindakan yang dapat dilakukan oleh institusi pendidikan yaitu dengan menyediakan lemari buku (lockers) yang sesuai, lemari makanan (cupboards) dengan laci dan setiap siswa memiliki satu; membuat satu jadwal pelajaran yang mengajarkan siswa untuk tidak menyentuh/ mengambil barang orang lain, para guru dapat mengajarkan pada siswa untuk meletakkan barang- barang dan buku mereka dibawah kursi dan tidak membawanya ke rumah; mengadakan kelas belajar dengan topik

(56)

tas punggung untuk keluarga dan menyediakan brosur yang diberikan pada kedua orang tua mereka; melakukan pemeriksaan bentuk tubuh siswa secara berkala oleh dokter atau tenaga medis profesional; membagi topik pelajaran semester pertama dan semester dua menjadi buku yang berbeda; menyesuaikan pelajaran yang membutuhkan buku tambahan dan buku catatan dengan jadwal pelajaran olahraga.

b. Keluarga

Orang tua seharusnya mempertimbangkan untuk membeli jenis tas terbaik untuk siswa; orang tua seharusnya mengawasi siswa agar tidak membawa buku dan barang- barang yang tidak perlu ke sekolah sehingga tas punggung mereka tidak berat.

c. Siswa

Siswa sebaiknya mengosongkan botol minum dan mengisinya sebelum kelas; tidak membawa barang- barang yang tidak diperlukan dan meninggalkannya dirumah, jika barang tersebut memang perlu membawa banyak barang ke sekolah, sebaiknya diletakkan di tas lain; siswa sebaiknya berusaha untuk meringankan tas punggung mereka dan tidak membawa barang yang tidak perlu ke sekolah; siswa sebaiknya menyusun barang yang paling berat lebih dekat ke punggung; siswa sebaiknya meletakkan tas di bahu mereka karena tas akan berada pada otot punggung terkuat mereka.

(57)

2.1.6 Dampak penggunaan tas punggung

Whittifield, et al (2005) meneliti hubungan antara berat tas dengan prevalensi keluhan muskuloskeletal pada siswa kelas 3- 6 dengan rata- rata usia 13,6- 17,1 tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi keluhan muskuloskeletal pada siswa sangat tinggi dan Whittifield, et al (2005) meyakini bahwa berat tas itu menjadi faktor yang berkontribusi dalam menyebabkan keluhan muskuloskeletal. Menurut Dianat et al, (2011) sebanyak 86% anak yang menggunakan tas punggung dengan berat 10% lebih dari berat badan mereka, mengalami beberapa jenis keluhan pada beberapa muskuloskeletal mereka yaitu pada bahu, pergelangan tangan, dan pinggang.

Menurut Al Fageeh, et al (2009) yang meneliti hubungan antara berat tas anak sekolah dengan kapasitas vital paru- paru, potensi nyeri punggung, dan masalah postur menyatakan bahwa saat anak sekolah membawa beban yang berlebih, kapasitas vital paru berkurang, gerakan flexi dan ekstensi berkurang, dan terjadi pembungkukan ke kiri dan ke kanan.

Ramprasad, et al (2010) yang meneliti efek berat tas punggung pada menyatakan bahwa individu yang membawa tas dengan berat dengan perubahan sudut potural tubuh. Pada saat individu membawa tas punggung >15% BB, sudut cranio- vertebra berubah secara signifikan. Dan pada saat individu membawa tas punggung >25% BB, head and neck on trunk (HNOT) dan head on neck (HON) juga berubah secara signifikan. Anak-

(58)

anak yang membawa tas punggung 15% BB, seluruh sudut postural mereka berubah.

2.2 Keluhan Muskuloskeletal

2.2.1 Definisi Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan muskuloskeletal disorder atau cedera pada sistem muskuloskeletal.

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1. Keluhan Sementara (Reversibel). Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembenanan dihentikan. 2. Keluhan menetap (Persistent). Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang

bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot- otot bagian bawah. Keluhan sistem muskuloskeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan

(59)

akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15 – 20% dari kekukatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

2.2.2. Penyebab Keluhan Muskuloskeletal

Peter Vi (2000 dalam Tarwaka, 2015) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :

1. Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengarahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengarahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

(60)

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus- menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat- angkut dan lain- lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus- menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja tidak Alamiah

Sikap kerja yang tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umunya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

Empat faktor penyebab sekunder terjadinya keluhan muskuloskeletal, yang pertama adalah tekanan, terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan meneriman tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap. Kedua yaitu getaran, getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran

(61)

darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul nyeri otot.

Ketiga adalah mikroklimat, paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot. Keempat adalah penyebab kombinasi. Risiko terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor risiko dalam waktu yang bersamaan.

Faktor penyebab keluhan muskuloskeletal tidak hanya dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut diatas, tetapi ada beberapa ahli menjelaskan bahwa faktor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot rangka (Tarwaka, 2015).

(62)

a. Umur. Pada anak sekolah sistem muskuloskeletal terus mengalami osteofikasi dan belum matang. Sehingga jika terkena tekanan yang terlalu berat atau mengalami tekanan dalam waktu yang lama, maka akan mudah mengalami cedera. Chaffin (1979) dan Guo et al (1995) menyatakan bahwa pada umumnya kerusakan sistem muskuloskeletal sudah mulai dirasakan pada usia kerja. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat. Riihimaki, et al (1989) menjelaskan bahwa umur mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan keluhan muskuloskeletal, terutama untuk otot leher dan bahu, bahkan ada beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa umur merupakan penyebab utama terjadinya keluhan otot.

b. Jenis kelamin. Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhada risiko keluhan sistem muskuloskeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria. Astrand & Rodahl (1996) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga (2/3) dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot pria pun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hasil penelitian Betti’e et al. (1989) menunjukkan bahwa rerata kekuatan otot wanita

(63)

kurang lebih hanya 60% dari kekuatan oto pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. Dari uraian tersebut diatas, maka jenis kelamin perlu dipertimbangkan dalam mendesain beban tugas. c. Ukuran Tubuh (antropometri). Walaupun pengaruhnya relatif kecil,

berat badan, tinggi badan dan massa tubuh juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan muskuloskeletal. Vessy, et al (1990) menyatakan bahwa wanita yang gemuk mempunyai risiko dua kali lipat dibandingkan wanita kurus. Hal ini diperkuat oleh Werner, et al (1994) yang menyatakan bahwa bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan indeks massa tubuh > 29) mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibandingkan dengan yang kurus (indeks massa tubuh < 20), khususnya otot kaki. Temuan lain menyatakan bahwa pada tubuh yang umumnya sering menderita keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tidak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu dan pergelangan tangan. Apabila dicermati, keluhan sistem muskuloskeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. Sebagai contoh, tubuh yang tinggi pada umumnya mempunyai bentuk tulang yang langsing sehingga secara biometrik rentan terhadap beban tekan tekukan, oleh karena itu mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal.

(64)

d. Penggunaan tas punggung yang salah. Penggunaan tas punggung yang salah berkontribusi mengakibatkan terjadinya keluhan muskuloskeletal. Anak yang membawa tas punggung dengan berat lebih dari 10% BB, akan mengalami keluhan muskuloskeal. Tas punggung dengan berat 10% BB akan menekan otot, ligamen dan tendon sehingga terjadi ketegangan dan akan menimbulkan nyeri akut pada leher. Nyeri leher yang bertahan selama lebih dari 2 atau sampai 3 bulan, nyeri akan menyebar ke lengan dan dari lengan bisa sampai ke tangan maupun jari, biasanya disebabkan oleh diskus servikal yang herniasi atau stenosis foramen sehingga menekan saraf pada leher (Ullrich, 2009).

2.2.3 Mekanisme nyeri

Mekanisme dasar terjadinya nyeri adalah proses nosisepsi. Nosisepsi adalah proses penyampaian informasi adanya srimuli noksius, di perifer ke sistem saraf pusat. Rangsangan noksius adalah rangsangan yang berpotensi atau merupakan akibat terjadinya cedera jaringan, yang dapat berupa rangsangan mekanik, suhu dan kimia. Deskripsi mekanisme dasar terjadinya nyeri secara klasik dijelaskan dengan empat proses yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.

1. Proses transduksi

Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf. Suatu stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan

(65)

diterima ujung – ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ – organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni). Kerusakn jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi dari reseptor – reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat – zat mediator nyeri seperti histamin, bradikinin, serotin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai sensitisasi perifer.

2. Proses transmisi

Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis, dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spino thalamicus dan sebagian ke traktus spinorektikularis. Traktus spinorektikularis terutama membawa rangsangan dari organ – organ yang lebih dalam dan viseral serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi. Selain itu juga serabut – serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan saraf – saraf berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.

(66)

3. Proses modulasi

Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medullan spinalis merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior medulla spinalis. Diman kornu posterior sebaga pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif pada setiap orang. 4. Persepsi

Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses transduksi, transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada thalamus dengan korteks sebaga diskriminasi dari sensorik (Turk & Flor, 1999; Davis, 2003).

2.2.4 Metode penilaian tingkat keparahan keluhan sistem muskuloskeletal dengan Nordic Body Map

Nordic Body Map merupakan metode penilaian yang sangat subjektif,

artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat bergantung dari kondisi dan situasi yang dialami oleh individu saat dilakukannya penilaian dan juga

(67)

tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan. Namun demikian, metode ini secara luas telah digunakan oleh para ahli ergonomi untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem muskuloskeletal dan kuesioner ini dibuat oleh Kuorinka et al tahun 1987.

Dalam aplikasinya, metode ‘Nordic Body Map’ dengan menggunakan

lembar kerja berupa peta tubuh (body map) merupakan cara yang sangat sederhana, mudah dipahami, murah dan memerlukan waktu yang sangat singkat (± 5 menit) per individu. Observer dapat langsung mewawancarai atau menanyakan kepada responden, pada sistem muskuloskeletal bagian mana saja yang mengalami gangguan kenyerian atau sakit, atau dengan menunjuk langsung pada setiap sistem muskuloskeletal sesuai yang tercantum dalam lembar kerja kuisioner ‘Nordic Body Map’. Nordic Body Map meliputi

28 bagian otot pada sistem muskuloskeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri, yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan bagian paling bawah yaitu otot pada kaki. Melalui kuisioner ‘Nordic

Body Map’ maka akan dapat diketahui bagian otot mana saja yang mengalami gangguan kenyerian atau keluhan dari tingkat rendah (tidak ada keluhan/cedera) sampai dengan keluhan tingkat tinggi (keluhan sangat sakit).

Pengukuran gangguan sistem muskuloskeletal dengan menggunakan kuesioner ‘Nordic Body Map’ sebaiknya digunakan untuk menilai tingkat

keparahan gangguan sistem muskuloskeletal individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang dapat merepresentasikan populasi secara keseluruhan. Jika metode ini dilakukan hanya untuk beberapa

(68)

orang pekerja di dalam kelompok populasi kerja yang besar, maka hasilnya tidak akan valid dan reliabel.

Penilaian dengan menggunakan kuisioner ‘Nordic Body Map’ dapat

dilakukan dengan berbagai cara; misalnya dengan menggunaan 2 jawaban sederhana (data nominal) yaitu ‘YA’ (tidak ada keluhan sakit pada sistem

muskuloskeletal) dan ‘TIDAK’ (tidak ada keluhan atau tidak ada rasa sakit

pada sistem muskuloskeletal). Tetapi lebih utama untuk menggunakan desain penilaian dengan skoring (misalnya; 4 skala likert). Apabila digunakan skoring dengan skala likert, maka setiap skor atau nilai haruslah mempunyai definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami oleh responden.

Selanjutnya, setelah selesai melakukan wawancara dan pengisian kuisioner, maka langkah berikutnya adalah menghitung total skor individu dari seluruh sistem muskuloskeletal (28 bagian sistem muskuloskeletal) yang diobservasi. Pada desain 4 skala likert ini, maka akan diperoleh skor individu terendah adalah sebesar 0 dan skor tertinggi 84. Dalam banyak penelitian dengan menggunakan uji statistik tertentu yang dimaksudkan untuk menilai tingkat signifikansi hasil penelitian, maka total skor individu tersebut dapat langsung digunakan dalam entri data statistik.

Langkah terakhir dari aplikasi metode ‘Nordic Body Map’ ini,

tentunya adalah melakukan upaya perbaikan pada pekerjaan maupun posisi/sikap kerja, jika diperoleh hasil yang menunjukkan tingkat keparahan pada sistem muskuloskeletal yang tinggi. Tindakan perbaikan yang harus dilakukan tentunya sangat tergantung dari perbaikan risiko sistem

(69)

muskuloskeletal mana saja yang mengalami adanya gangguan atau ketidaknyamanan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan melihat persentase pada setiap bagian sistem muskuloskeletal dan dengan menggunakan kategori tingkat risiko sistem muskuloskeletal. Berikut ini tabel klasifikasi subjektivitas tingkat risiko sistem muskuloskeletal berdasarkan total skor individu.

Total Skor keluhan individu

Tingkat risiko

Kategori risiko Tindakan perbaikan

1 – 20 0 Rendah Belum diperlukan

Tabel 2.2 Klasifikasi subjektivitas tingkat risiko sistem muskuloskeletal berdasarkan total skor individu

2.2 Keluhan Muskuloskeletal pada Anak

Shamsoddini, Hollisaz, dan Hafezi (2010) mengatakan bahwa banyak faktor yang dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal pada anak sekolah antara lain dengan keikutsertaan pada kegiatan olahraga ataupun latihan, postur duduk yang salah, dan tidak beraktivitas untuk waktu yang lama, serta membawa tas punggung yang berat. Rai dan Argawal (2014) menambahkan bahwa faktor individu seperti usia, jenis kelamin, dan cedera tubuh dapat menyebabkan terjadinya masalah pada bagian tubuh yang berbeda – beda.

(70)

American Occupational Therapy Assosiation menyatakan bahwa lebih dari

50% siswa berusia 9 – 20 tahun mengalami nyeri punggung kronik akibat muatan tas punggung yang berlebih dan juga penyusunan isi tas punggung yang tidak benar. Saat anak masuk sekolah, tas sekolah menjadi teman yang sangat diperlukan. Tas sekolah adalah hadiah yang selalu diharapkan menjadi hadiah masuk sekolah bagi anak. Bagaimanapun, tas sekolah yang berat tidak hanya berat secara psikologi tetapi juga berat secara fisik pada postur tubuh. Kelas yang lebih rendah memiliki tas yang lebih berat (Rai, Argawal & Bharti, 2013).

Keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh perempuan lebih sering pada ekstremitas atas. Dan juga, siswa perempuan mengatakan keluhan pada ekstremitas bawah dan punggung lebih sering daripada yang dialami oleh siswa laki – laki. Walaupun perbedaannya tidak signifikan. Hertzberg (1985, dalam Shamsoddini, et al., 2010) mengatakan bahwa nyeri punggung bawah dan punggung atas lebih sering dialami oleh siswa perempuan daripada siswa laki – laki. Haisman, (1988, dalam Shamsoddini, et al,. 2010) mengatakan alasan kemungkinan mengapa perempuan lebih sering mengalami keluhan pada sistem muskuloskeletalnya yaitu karena kekuatan otot perempuan lebih rendah daripada laki – laki, khususnya di otot lengan atas.

Lama membawa tas punggung dan cara ke sekolah juga dapat menjadi faktor pemicu terjadinya keluhan muskuloskeletal. Seperti yang dikatakan oleh Haselgrove, et al. (2008), bahwa durasi yang lama dan cara tempuh ke sekolah dengan transportasi pasif (mobil/bus) lebih sering mengalami nyeri punggung dan

(71)

leher, walaupun tidak memiliki hubungan yang kuat antara durasi dan cara tempuh ke sekolah.

(72)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tas punggung adalah cara yang paling tepat bagi anak – anak untuk membawa barang – barang penting yang berkaitan dengan sekolah. Saat ini sekolah sering memberi pekerjaan rumah, tugas – tugas, dan kegiatan ekstra kurikuler yang berdampak pada banyaknya material yang harus dibawa siswa ke sekolah. Tas sekolah digunakan sebagai wadah buku dan alat sekolah lainnya untuk dibawa ke sekolah. Ada banyak jenis tas yang digunakan oleh siswa sekolah yaitu tas punggung, tas sandang (tas bahu), tas map dan tas troli. Sementara, dari beberapa jenis tas yang ada, tas punggung merupakan tas yang banyak digunakan (Legiran, 2009; AOTA, 2009).

Tas punggung memang sangat diminati oleh anak sekolah. Sekitar 40 juta siswa di Amerika menggunakan tas punggung tersebut untuk membawa materi pelajaran dan barang lainnya yang dibutuhkan di sekolah, seperti buku dan alat tulis, buku teks, bekal makanan dan minuman, serta pakaian olahraga (Kistner, 2007). Sedangkan di Indonesia, di SD Islam Terpadu Lukmanul Hakim Kota Yogyakarta, sebanyak 247 siswa dari total siswa sebesar 317 menggunakan tas punggung ke sekolah (Legiran, 2009). Dan berdasarkan survei awal yang telah dilakukan peneliti ke SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi, Medan, sebanyak 285 siswa dari total siswa 347 siswa menggunakan tas punggung ke sekolah dan hasil survei awal yang dilakukan pada 60 siswa, rata – rata berat tas siswa di sekolah ini 4 kg

1

(73)

sedangkan rata – rata berat badan 30 kg. Dan di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan

,

sebanyak 65 orang dari 70 total sampel, menggunakan tas punggung (Yusoff, 2013).

Penggunaan tas punggung yang tidak sesuai memiliki dampak negatif yang cukup besar bagi anak sekolah. Ada beberapa dampak negatif akibat penggunaan tas punggung yang tidak sesuai dan sudah diteliti oleh beberapa peneliti, Katarzyna, et al (2015) menunjukkkan bahwa penggunaan tas punggung dapat menimbulkan nyeri punggung. Menurut Rai, Argawal & Bharti (2013), penggunaan tas punggung yang tidak sesuai mengakibatkan perubahan postur tubuh. Sedangkan Shamsoddini, (2010) mengatakan bahwa anak pengguna tas punggung dengan berat yang berlebihan mengalami keluhan muskuloskeletal mereka yaitu pada bahu, leher, dan punggung. Berdasarkan penelitian Consumer

Product Safety Comission (CPSC) diperkirakan sekitar 33% anak mengalami

cidera yang berhubungan dengan penggunaan tas punggung yang salah sejak tahun 1996 (Illinois State Board of Education, 2006).

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang sangat lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon (Tarwaka, 2015). Pada umumnya keluhan muskuloskeletal dapat disebabkan karena beberapa faktor yaitu, peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja tidak alamiah. Dan pada siswa faktor yang berperan meningkatkan terjadinya keluhan muskuloskeletal antara lain olahraga, posisi

Gambar

GAMBARAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA ANAK PENGGUNA TAS PUNGGUNG
Tabel 3.2 Variabel dan definisi operasional
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase data karakteristik responden di SD Islam Terpadu Nurul ‘Azizi Medan (n=74)
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase Berat Tas Punggung anak di
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada perajin sulaman tangan di Jorong Subarang tigo Jorong Nagari Koto Gadang tahun 2010, keluhan muskuloskeletal yang ditinjau dari intensitas cahaya yaitu antara lain: mata

Hasil penelitian didapati bahwa persentase anak jalanan yang berperilaku baik sebanyak 37 orang dan yang berperilaku buruk 44 orang serta faktor yang paling banyak

Nurul „Azizi Medan yang telah memberikan izin agar saya dapat melakukan Uji Reliabilitas dan Penelitian. Seluruh responden untuk reliabilitas ini yaitu murid SD

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait lama penggunaan tas punggung, jarak penggunaan tas punggung,

Februari 2016 di SD Islam Terpadu Nurul Azizi Medan terdapat sebanyak 300 siswa dari total siswa 347 siswa menggunakan tas punggung ke sekolah dan hasil-... survei awal

ukuran tas punggung yang mereka gunakan ukurannya tidak lebih dari satu tahun.. baik

Saya harapkan jawaban yang adik berikan sesuai dengan yang pendapat adik tanpa dipengaruhi oleh orang lain.. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat

Hasil analisa menunjukkan bahwa beberapa faktor risiko yang dapat menimbulkan kejadian difteri antara lain pada anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi, pemberian