• Tidak ada hasil yang ditemukan

Depresi Pada Ibu Dapat Merusak Perkemban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Depresi Pada Ibu Dapat Merusak Perkemban"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... 2

PENDAHULUAN... 3

RINGKASAN... 4

Masalah... 4

Ilmu Syaraf dan Penelitian Pengembangan...5

Program Evaluasi Penelitian...5

Memperbaiki Kesalahan Umum...6

Kesenjangan Antara Sains dan Kebijakan...7

Implikasi Untuk Kebijakan dan Program...7

PEMBAHASAN... 9

KESIMPULAN... 12

(3)

PENDAHULUAN

Penulis : Jack P. Shonkoff, M.D.,

(4)

RINGKASAN

Masalah

Depresi serius yang dialami oleh orang tua dan pengasuh dapat mempengaruhi kesejahteraan anak-anak selama masa perawatan/pertumbuhan, karena depresi kronis pada ibu memiliki efek berbahaya bagi keluarga dan anak-anak. Ketika anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang memiliki penyakit mental seperti depresi, perkembangan otak mereka melemah, juga kemampuan mereka untuk belajar, serta mempengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka.

Perkembangan otak anak sangat tergantung pada pengaruh interaktif dari orang tua terutama ibu, serta pengasuh. Sebagai contoh, ketika bayi mengoceh dan orang dewasa merespon dengan tepat dengan perhatian atau gerak tubuh, ini dapat membantu membangun dan memperkuat sambungan di otak anak untuk mendukung pengembangan komunikasi dan keterampilan sosial. Namun, jika depresi mengganggu kemampuan pengasuh atau orang tua, terutama ibu, untuk secara teratur memberikan interaksi seperti itu, maka koneksi di otak anak mungkin tidak membentuk sebagaimana mestinya.

Bagi wanita yang menderita depresi berat setelah melahirkan dapat ditandai dengan suasana hati yang rendah, hilangnya minat dalam kegiatan yang biasanya menyenangkan, kesulitan tidur dan berkonsentrasi, kehilangan nafsu makan, perasaan bersalah, dan energi/semangat yang rendah. Terutama bila dikaitkan dengan faktor lainnya, seperti tingkat ekonomi yang rendah, depresi berat yang melemahkan kondisi tubuh ibu, sehingga sulit bagi ibu untuk secara efektif melaksanakan tugas pengasuhan yang diperlukan dan tanggung jawab untuk membangun dan memelihara hubungan dengan anak-anak mereka. Hal ini dapat dijadikan alasan mengapa ketika anak yang dibesarkan oleh seorang ibu yang menderita depresi kronis, mereka memiliki rata-rata yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak lain, pada penilaian kognitif, emosional, sosial. Dan perilaku anak-anak-anak-anak dari pengasuh yang depresi beresiko mengalami masalah kesehatan mental di kemudian hari, kesulitan menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial, dan kesulitan dalam menjalani kehidupan pada saat dewasa di berbagai domain penting, termasuk pekerjaan dan kesehatan. Dalam menghadapi depresi klinis perlu membangun dan memelihara hubungan keluarga yang positif.

Akibat besarnya konsekuensi dari masalah ini, para dokter dan pembuat kebijakan mulai menyadari bahwa betapa pentingnya pengobatan pada ibu yang menderita depresi. Untuk memaksimalkan dampak dari investasi tersebut pada kesejahteraan anak-anak serta ibu, penting untuk bagi para pembuat kebijakan memahami tentang efek depresi ibu pada anak-anak serta efektivitas program yang dirancang untuk mengobati atau mencegah kondisi yang lebih serius.

Ilmu Syaraf dan Penelitian Pengembangan

(5)

memberi bola dengan cara yang membuat anak sulit mengembalikannya. Sebaliknya, jika orang tua menarik diri atau melepas, anak mungkin akan mengambil bola tersebut, tetapi orang tua tidak mengembalikannya lagi. Pada kedua kasus ini, ibu yang mengalami depresi cenderung kurang menanggapi sinyal dari bayi mereka (seperti ucapan atau tingkah laku) atau cenderung kurang terlibat interaksi positif dan harmonis dengan anak-anak mereka.

Ketika pengasuh bermusuhan, pola “serve and return” berantakan, dan dapat berpengaruh pada perkembangan otak anak,. pola tersebut sangat mengkhawatirkan karena sekali interaksi negatif orang tua dan anak ditetapkan, mereka dapat bertahan bahkan setelah depresi ibu telah membaik dan dapat membuat anak lebih mungkin untuk memiliki interaksi negatif dengan orang dewasa. Ketika bayi dan anak-anak berinteraksi dengan cara bermusuhan, seperti pengasuh marah-marah, ini menciptakan perasaan takut dan kecemasan pada anak, yang dapat mengakibatkan peningkatan produksi bahan kimia stres yang merugikan. Reaksi fisiologis berulang tersebut dapat mempengaruhi perkembangan otak sehingga mengganggu kemampuan anak-anak untuk belajar, dan meningkatkan risiko gangguan emosi pada anak.

Depresi pada ibu mungkin mulai mempengaruhi perkembangan otak pada janin sebelum lahir. Wanita yang depresi menghasilkan lebih tinggi bahan kimia stres selama kehamilan, yang mengurangi pertumbuhan janin dan berkaitan dengan peningkatan risiko persalinan prematur. Gejala depresi pada ibu hamil juga telah terbukti berhubungan dengan fungsi imun pada bayi setelah lahir. Penelitian telah menemukan bahwa depresi prenatal bisa dihubungkan dengan pembungkaman gen yang mengontrol over-produksi bahan kimia stres. Dengan demikian, pada saat bayi lahir, ibu yang mengalami depresi mungkin memiliki efek berkelanjutan pada sistem atau respon stres dan kekebalan tubuh yang membuat anak lebih rentan untuk mudah marah.

Program Evaluasi Penelitian

(6)

Memperbaiki Kesalahanpahaman Umum

Berlawanan dengan anggapan umum, perawatan profesional diperlukan untuk membantu ibu mengatasi depresi berat. Meskipun banyak ibu mengalami penyesuaian emosional dan perubahan suasana hati pada periode pasca melahirkan atau biasa dikenal sebagai "baby blues", hal ini sangat berbeda dengan depresi berat. Depresi berat harus dipahami sebagai kondisi medis serius yang mempengaruhi fungsi otak dan biasanya membatasi kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Seorang ibu ada masa kehamilan lebih mungkin mengalami depresi seperti ini dibandingkan dengan perempuan lain, terutama karena mereka butuh diberi perhatian lebih, namun mereka cenderung mendapatkan bantuan profesional. Hal ini yang paling disayangkan, karena terdapat fakta bahwa berbagai pendekatan pengobatan dapat mengurangi gejala depresi di kalangan ibu-ibu ini.

Bayi dan balita sekalipun memiliki kemungkinan akan terkena dampak dari depresi pada ibu mereka. Efek buruknya bahkan mungkin dimulai sejak masa kehamilan. Seperti dijelaskan sebelumnya, depresi pada ibu dalam masa kehamilan ini terkait perubahan dalam merespon stres dan perubahan sistem kekebalan tubuh janin, dimana dapat meningkatkan kemungkinan bahwa bayi akan menjadi lebih mudah marah, bosan, atau tidak mendapatkan perawatan ibu dibanding kebanyakan bayi lainnya. Selain itu, depresi berkelanjutan setelah melahirkan dapat mengganggu pola pengasuhan dalam interaksi “memberi dan menerima” antara bayi dan ibu, sehingga berpotensi mengganggu perkembangan struktur otak dan keterampilan anak. Pada akhirnya, pola pengasuhan yang terjadi seperti bermusuhan atau justru menelantarkannya.

Mengobati gejala depresi ibu saja tidak selalu menghasilkan perbaikan pada pengasuhan dan dimensi perkembangan anak. Fakta menunjukkan hasil pengobatan terhadap gejala depresi ibu belum memiliki pengaruh yang terukur terhadap perkembangan anak. Bahkan ketika berhasil pun, pengobatan jangka pendek yang hanya fokus pada pengurangan depresi ibu mungkin akan kehilangan kesempatan untuk meningkatkan juga keterampilan pengasuhan dan pandangan mereka tentang anak-anak mereka. Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa pengobatan yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan anak harus menyertai dua hal baik untuk menghilangkan depresi ibu dan berfokus pada perilaku pengasuhan serta interaksi dengan anak sebagai dimensi sentral intervensi.

Kesenjangan Antara Sains dan Kebijakan

(7)

Peningkatan program pengobatan untuk masalah kesehatan mental pada orang tua perlu untuk mengatasi perilaku orang dewasa terhadap anak-anak serta dampak program pengobatan pada hasil perkembangan anak-anak. Ini merupakan tantangan besar, karena hingga saat ini masih sangat sedikit penelitian yang mengukur dampak intervensi terhadap depresi pada ibu hamil baik pada interaksi ibu-anak maupun pada kesejahteraan anak. Terbukti bahwa depresi mengganggu kemampuan seorang ibu untuk terlibat dalam pengasuhan. Beberapa kebijakan telah diidentifikasi sebagai sarana yang menjanjikan melalui pencegahan, pemeriksaan, dan layanan pengobatan untuk ibu yang mengalami depresi, termasuk perawatan kesehatan primer, kunjungan rumah, perawatan dini serta pendidikan.

Implikasi Untuk Kebijakan dan Program

Depresi pada ibu mempengaruhi keluarga besar dan memiliki kemungkinan yang besar pengaruhnya, yaitu dampak buruk terhadap orangtua dan perkembangan anak-anak. Konsekuensi ini berdampak bagi masyarakat secara keseluruhan, sebagai anak-anak yang terkena dampak, mereka menjadi generasi penerus dari orangtuanya. Depresi pada ibu yang tidak diobati dapat menimbulkan lebih banyak kemarahan atau tidak terlibatnya orangtua dalam pengasuhan, yang dampaknya berbahaya pada perkembangan otak balita, menjadikan mereka lebih berisiko terhadap masalah kognitif dan sosio-emosional di kemudian hari. Tidak peka, mudah marah, atau tidak terlibat dalam pengasuhan berkaitan dengan perkembangan pola aktivitas otak yang berhubungan dengan kecemasan serta emosi tak terkendali pada anak-anak dan orang dewasa. Ibu yang mengalami depresi terlibat lebih sedikit dalam menstimulasi anak-anak mereka, berpotensi merusak struktur otak yang berhubungan dengan pembelajaran dan daya ingat. Oleh karena itu penting bagi kesejahteraan masyarakat untuk menemukan cara yang efektif untuk mencegah dan mengobati gangguan ini.

Fakta menunjukkan bahwa terapi intensif yang fokus pada ibu dan anak-anak mereka secara bersamaan dapat memperbaikinya. Tidak hanya akses dan penggunaan layanan kesehatan mental bagi ibu yang penting, tetapi ada hal lain yang sama pentingnya yaitu perlunya para pembuat kebijakan dan dokter untuk bekerja sama dalam membangun dan mendukung model perawatan yang secara bersamaan menangani kebutuhan kesehatan mental ibu sekaligus peran pengasuhan dan perkembangan kesehatan anak-anak mereka. Karena jaringan otak yang sehat dibangun oleh interaksi positif dan pengasuhan yang responsif dari waktu ke waktu, terapi jangka pendek dengan intensitas rendah yang hanya berfokus pada ibu mungkin efektif dalam mengurangi gejala depresi mereka, tetapi tidak mungkin dapat memperbaiki hasil akhir anak. Mengingat besarnya masalah ini, kebijakan kreatif dapat dibuat dan berjalan baik dengan adanya dukungan pada proyek percontohan yang menjanjikan yang berfokus pada interaksi antara ibu dengan bayi mereka dan dikawal dengan desain evaluasi yang kuat. Hasil temuan dari evaluasi program menunjukkan bahwa tantangan menangani depresi pada ibu bukanlah sekadar masalah peningkatan pendanaan. Karena masih banyak yang harus dipelajari, dua jenis investasi sangat penting untuk dipertimbangkan bagi para pembuat kebijakan.

(8)

PEMBAHASAN

Depresi serius yang dialami oleh orang tua dan pengasuh dapat mempengaruhi kesejahteraan anak-anak selama masa pertumbuhan, karena depresi kronis pada ibu memiliki efek berbahaya bagi keluarga dan anak-anak. Ketika anak-anak tumbuh dalam lingkungan dengan gangguan mental, perkembangan otak mereka melemah juga kemampuan mereka untuk belajar serta mempengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka. Penyebab yang paling utama adalah pengalaman depresi atau stress lainnya, seperti kesulitan keuangan atau terisolasi dari kehidupan sosial. Depresi dan gejala depresi sangat rentan terjadi pada keluarga yang kurang mampu.

Depresi adalah penyakit mental serius yang memiliki banyak konsekuensi negatif bagi penderitanya. Depresi sering juga dialami oleh wanita hamil, dimana depresi yang dialami pada wanita hamil sangat berbahaya karena akan berdampak pada perkembangan saraf dan otak bayi mereka. Anak-anak yang terlahir dari ibu yang mengalami depresi akibat faktor genetik dan lingkungan, mengalami perubahan dalam amigdala, yaitu struktur otak yang penting untuk mengatur emosi dan stres anak.

Ibu yang mengalami stress, depresi, dan kecemasan berlebih pada masa kehamilan beresiko melahirkan anak prematur dan cacat sejak lahir. Cacat lahir ini merupakan dampak dari stress berat yang dialami oleh sang ibu pada usia kehamilan trimester pertama, sedangkan kelahiran prematur merupakan dampak dari stres yang lebih ringan. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami depresi pada masa kehamilannya menunjukkan perilaku yang tidak baik. Mereka memiliki sifat tempramen yang lebih sulit diatasi, masalah pada tidurnya, kinerja kognitif lebih rendah, serta rasa takut berlebihan.

Terdapat hubungan antara stres pada masa kehamilan dengan perkembangan syaraf anak pada usia 3-16 tahun dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa stres pada masa kehamilan yang dialami sang ibu dapat ditularkan kepada janin dalam kandungannya. Hal ini meningkatkan resiko masalah emosional pada anak, terutama yang berhubungan dengan kecemasan dan depresi, serta gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) yang dapat bertahan seumur hidup sang anak. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan resiko anak terkena ADHD ini diakibatkan stress yang dialami ibu pada masa pertengahan sampai akhir kehamilan. Namun, penelitian lain juga menunjukkan adanya peningkatan resiko autisme dan skizofrenia pada orang dewasa yang lahir dari ibu yang mengalami stres pada masa kehamilan. Salah satu penyebab stress yang dialami oleh sang ibu adalah kematian seorang kerabat dan invasi Belanda pada tahun 1940 yang dialami pada saat trimester pertama.

(9)

menurunkan gen ini pada anaknya, yang pada akhirnya membuat mereka lebih rentan terhadap masalah emosional atau perilaku.

Beberapa penelitian lainnya menunjukkan bahwa stres pada masa kehamilan berhubungan pada pola harian yang berubah atau perubahan fungsi Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal (HPA) yang berdampak pada penurunan panjang telomere. Hasil penelitian tersebut menarik namun sekaligus memprihatinkan karena pengurangan panjang telomer dapat menyebabkan rentang hidup juga berkurang.

Beberapa penelitian mengenai stress atau depresi yang dialami ibu pada masa kehamilan telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan karena dilakukan oleh banyak kelompok penelitian independen di seluruh dunia. Namun, yang lebih sulit adalah untuk menetapkan bahwa hubungan tersebut adalah hubungan sebab akibat. Jika seorang ibu stres ketika dia hamil, mungkin dia juga akan mengalami stres setelah melahirkan dimana hal ini bisa mempengaruhi pola pengasuhannya. Penelitian lain dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang mungkin menjadi pemicu stress pada ibu, seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol pada masa kehamilan serta hubungannya dengan suasana hati ibu setelah melahirkan. Penelitian ini menunjukkan bahwa masih tersisanya sinyal yang kuat antara depresi pada masa kehamilan dan depresi pasca melahirkan terhadap masalah emosi dan perilaku seorang anak. Penelitian lain juga menemukan bahwa efek ini juga jelas memungkinkan terjadi pada suasana hati sang ayah pada masa kehamilan dan pasca kelahiran yang dialami sang ibu.

Faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah peningkatan paparan janin kepada kortisol. Paparan berlebih ke glukokortikoid pada janin bisa terjadi melalui peningkatan kortisol ibu yang berhubungan dengan kecemasan dan stres, yang kemudian melewati plasenta ke lingkungan janin. Glukokortikoid (misalnya kortisol pada manusia dan primata, corticosterone pada hewan pengerat) diketahui memiliki berbagai efek pada janin yang sedang berkembang, termasuk pada otak. Meskipun mereka sangat penting untuk perkembangan dan pematangan jaringan pada janin, paparan berlebih dapat memiliki efek yang berpengaruh terhadap kesehatan yang buruk di kemudian hari.

Hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya tidak hanya signifikan secara statistik tetapi juga signifikan secara klinis. Dalam penelitian besar Avon Longitudinal mengenai studi populasi orangtua dan anak-anak, ditemukan bahwa ketika kecemasan ibu berada di atas 15%, maka anaknya beresiko atas masalah emosional dan perilaku pada usia 4 dan 7 tahun hingga dua kali lipat. Resiko meningkat dari sekitar 5% pada populasi umum hingga sekitar 10% pada anak-anak dari kelompok kecemasan tinggi. Hasil serupa juga ditunjukkan pada anak usia 13 tahun.

(10)

Besarnya pengaruh depresi atau stress yang dialami ibu pada masa kehamilan terhadap perkembangan janin menjadi isu penting dimana perlu ada solusi atau cara-cara untuk mengatasinya. Karena sesungguhnya depresi pada ibu dapat direduksi dengan melakukan beberapa pengobatan dan mereduksi faktor-faktor pemicu stress atau depresi, misalnya melalui kunjungan rumah selama kehamilan dan 2 tahun pertama pasca melahirkan oleh perawat khusus yang terlatih. Hal ini dirancang untuk membantu para ibu dengan perbaikan gizi melalui makanan, perawatan kesehatan, pendidikan mereka sendiri, pengurangan konsumsi rokok, dan pelatihan cara mengasuh. Para perawat khusus ini memberikan banyak dukungan bagi para ibu mulai dari awal kehamilan.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengurangan perilaku kriminal terutama pada anak perempuan. Anak perempuan yang sejak masih menjadi janin hingga bayi dikunjungi oleh perawat memiliki kemungkinan lebih kecil untuk melakukan tindak kriminal. Stres pada masa kehamilan menyebabkan peningkatan risiko untuk gangguan perilaku, ADHD, dan masalah kognitif, dan semua ini adalah faktor resiko utama untuk perilaku kriminal kemudian. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya upaya pengurangan stres pada masa kehamilan dapat berpengaruh juga pada menurunnya tingkat kriminalitas. Terapi interpersonal juga telah terbukti efektif dalam mengurangi depresi selama kehamilan. Sebuah uji coba mengenai terapi perilaku kognitif untuk wanita hamil yang depresi dilakukan dengan mengembangkan model baru perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, hasilnya menunjukkan bahwa terapi yang disampaikan di rumah pada ibu dapat membantu mengurangi tingkat depresinya.

Mendengarkan musik telah terbukti menurunkan plasma kortisol dan menunjukkan penurunan tingkat kecemasan pada wanita hamil. Relaksasi ini juga telah terbukti memperbaiki syaraf janin, seperti detak jantung. Relaksasi aktif yang dibantu oleh terapis secara signifikan mengurangi kecemasan dan detak jantung ibu. Sedangkan relaksasi pasif dengan melakukan duduk santai secara signifikan mengurangi tingkat noradrenalin. Kedua metode ini secara signifikan mengurangi kortisol. Untuk itu, bidan dan dokter kandungan perlu dilatih untuk mendeteksi gejala kecemasan dan depresi selama hamil dengan pasca melahirkan agar dapat memberikan dukungan atau bantuan yang tepat. Data menunjukkan bahwa 15% dari wanita hamil dan anak-anak yang mendapat manfaat dari dukungan seperti ini. Bagi wanita yang dengan depresi tinggi baiknya diberikan semacam konseling atau terapi bicara.

Perkembangan otak anak sangat tergantung pada pengaruh interaktif dari orang tua terutama ibu, serta pengasuh. Pola pengasuhan yang baik ialah dengan menerapkan pola “serve and return” (bayangkan seperti permainan bola tenis) Sebagai contoh, ketika bayi mengoceh dan orang dewasa merespon dengan tepat dengan perhatian atau gerak tubuh, ini dapat membantu membangun dan memperkuat sambungan di otak anak untuk mendukung pengembangan komunikasi dan keterampilan sosial, sehingga terjadi interaksi positif antara ibu dan anak. Namun jika ibu menderita depresi, maka pola “serve and return” akan berantakan. Ibu atau pengasuh yang depresi akan kurang menanggapi sinyal dari bayi mereka (seperti ucapan atau tingkah laku), sehingga tidak terjadi interaksi positif dan harmonis antara ibu dan anak.

(11)

interaksi negatif dengan orang dewasa. Ketika bayi dan anak-anak berinteraksi dengan cara bermusuhan, seperti pengasuh marah-marah, ini menciptakan perasaan takut dan kecemasan pada anak, yang dapat mengakibatkan peningkatan produksi bahan kimia stres yang dapat merugikan anak. Reaksi fisiologis berulang tersebut dapat mempengaruhi perkembangan otak sehingga mengganggu kemampuan anak-anak untuk belajar, dan meningkatkan risiko gangguan emosi pada anak.

Depresi pada dapat mengubah periode penting perkembangan bahasa pada bayi, menurut sebuah studi oleh para peneliti di University of British Columbia, Harvard University dan the Child & Family Research Institute (CFRI) di BC Children's Hospital. Studi ini menemukan bahwa pengobatan ibu depresi dengan Serotonin Reuptake Inhibitor (SRI) dapat mempercepat kemampuan bayi untuk membiasakan mendengar suara dari bahasa asli mereka, sementara ibu depresi yang tidak diobati oleh SRI dapat memperpanjang periode tuning pada anak. Bahwa selama bulan-bulan pertama kehidupan, bayi cepat membiasakan dengan bahasa suara yang mereka dengar dan pemandangan yang mereka lihat (gerakan di wajah yang menemani berbicara) dari bahasa asli mereka. Setelah periode dasar ini, bayi mulai fokus pada bahasa ibu mereka dan mengabaikan bahasa lain. Periode perkembangan ini biasanya berakhir antara usia delapan dan sembilan bulan, namun bisa juga lebih cepat atau justru tertunda.

Mengingat dampak negatif akibat depresi ibu terhadap anak-anak, berbagai percobaan pengobatan telah dirancang untuk mencegah dan mengobatinya serta untuk menghindari anak-anak dari efek berbahaya. Dengan harapan anak-anak yang terlahir dari ibu penderita depresi dapat tumbuh menjadi anak yang terhindar dari penyakit mental.

(12)

KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan mengenai depresi pada ibu terhadap perkembangan anak, dapat diambil kesimpulan bahwa depresi pada ibu saat masa kehamilan sangat berbahaya bagi perkembangan anak, bukan saja pada masa tahap pertumbuhan, tetapi efek buruknya juga sampai hingga anak dewasa. Ketika masa pertumbuhan anak akan mengalami gangguan pada kesehatan fisik dan mental mereka, bahkan menurut penelitian yang dilakukan Dr. Anqi Qiu di National University of Singapore, gangguan kecemasan yang dialami ibu pada saat hamil dapat menular ke janin anak, yang menyebabkan timbulnya penyakit mental pada anak seumur hidupnya.

Anak yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami depresi pada saat kehamilannya juga cenderung kesulitan menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial, memiliki rata-rata yang lebih rendah dibanding dengan anak-anak lain pada penilaian kognitif, emosional, sosial. Bahkan mengalami kesulitan dalam kehidupan dewasa di berbagai domain penting, termasuk pekerjaan dan kesehatan.

(13)

REFERENSI

Glover, V. (2014). Maternal depression, anxiety and stress during pregnancy and child outcome; what needs to be done. Best Practice & Research Clinical Obstetrics and Gynaecology, 28 (3), 25-35.

Nama Belakang Pengarang, Inisial. (tahun penerbitan). Judul artikel. Judul Jurnal, Nomor volume – jika ada (Nomor issue), nomor halaman awal dan akhir dari artikel.

Referensi

Dokumen terkait

Lebih dari pada itu, kita menemukan bahwa bekerja dan berusaha sangat diharapkan dalam Islam untuk memakmurkan bumi. Memakmurkan bumi adalah tujuan dari maqasidus

Dari nilai percepatan tanah maksimum dan intensitas Kota Padang yang diperoleh dapat dibandingkan dampak akibat gempa yang berasal dari wilayah interplate dan intraplate

Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses Implementasi Program Pembangunan Insfrastruktur Pedesaan Oleh Aparatur Pemerintah Desa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng

Bale Seni Barli Kota Baru Parahyangan sebagai destinasi wisata seni yang. bermuatan edukasi dan menyenangkan dengan mengembangkan

Analisis secara kualitatif terhadap karbon aktif kayu randu dan tempurung kelapa dibandingkan dengan karbon aktif standar, dilakukan dengan cara : (1) menghitung luas permukaan

Dari tabel 2 Hubungan antara Kepuasan Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan dimensi Bukti Fisik menggunakan rank Spearman diperoleh hasil r = 0,657

penyesuaian akhir. Setelah proses penyesuaian musiman awal dan penyesuaian musiman akhir sudah dilakukan, maka selanjutnya adalah n.rencari taksiran komponen

Penelitian ini menggunakan Rapid Application Development (RAD) dalam mengembangkan aplikasi yang direncanakan. RAD merupakan metode pengembangan software yang lebih