LAPORAN PENDAHULUAN
“ANEMIA”
RUANG NAKULA II (DUA)
DI RSUD KOTA SEMARANG
Disusun oleh :
AGUS SUBHAN
(8933171482)
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN D3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015/2016
A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka pria tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2002)
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin turun dibawah normal.(Wong, 2003)
B. KLASIFIKASI ANEMIA
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik Penyebab:
§ agen neoplastik/sitoplastik § terapi radiasi
§ obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason § benzene
§ infeksi virus (khususnya hepatitis)
↓
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler ↓
Gangguan sel induk di sumsum tulang ↓
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai ↓
Pansitopenia ↓
Anemia aplastik Gejala-gejala:
§ Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
§ Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
§ Morfologis: anemia normositik normokromik b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
§ Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl § Hematokrit turun 20-30%
§ Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis
d. Anemia defisiensi besi Penyebab:
§ Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi § Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
§ Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)
↓
gangguan eritropoesis ↓
Absorbsi besi dari usus kurang ↓
sel darah merah sedikit (jumlah kurang) sel darah merah miskin hemoglobin
↓
Anemia defisiensi besi Gejala-gejalanya:
§ Atropi papilla lidah
§ Lidah pucat, merah, meradang
§ Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut § Morfologi: anemia mikrositik hipokromik e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
§ Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat § Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor
§ Infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
↓
Sintesis DNA terganggu ↓
Megaloblas (eritroblas yang besar) ↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
§ Pengaruh obat-obatan tertentu
§ Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik § Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
§ Proses autoimun § Reaksi transfusi § Malaria
↓
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit ↓
Antigesn pada eritrosit berubah ↓
Dianggap benda asing oleh tubuh ↓
sel darah merah dihancurkan oleh limposit ↓
Anemia hemolisis
Pembagian derajat anemia menurut WHO dan NCI (National Cancer Institute)
DERAJAT WHO NCI
Derajat 0 (nilai normal)
Derajat 1 (ringan) Derajat 2 (sedang) Derajat 3 (berat)
Derajat 4 (mengancam jiwa)
> 11.0 g/dL
9.5 - 10.9 g/dL 8.0 - 9.4 g/dL 6.5 - 7.9 g/dL < 6.5 g/dL
Perempuan 12.0 - 16.0 g/dL Laki-laki 14.0 - 18.0 g/dL 10.0 g/dL - nilai normal 8.0 - 10.0 g/dL
C. ETIOLOGI:
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah) 2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu:
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah. 2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. 4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).
6. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini dapat menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12. 7. Penyakit radang kronis seperti lupus, arthritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada
kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
8. Pada anak-anak, anemia dapat terjadi karena infeksi cacing tambang, malaria, atau disentri yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia ↓
viskositas darah menurun ↓
resistensi aliran darah perifer ↓
penurunan transport O2 ke jaringan ↓
beban jantung meningkat ↓
kerja jantung meningkat ↓
Pathway Anemia
E. TANDA DAN GEJALA
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada) 5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
F. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL Komplikasi umum akibat anemia adalah:
1. gagal jantung,
2. kejang.3. Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )4. Daya konsentrasi menurun5. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun
1. Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
2. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
3. Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
§ Transplantasi sumsum tulang
§ Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG) 2. Anemia pada penyakit ginjal
§ Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat § Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi § Dicari penyebab defisiensi besi
§ Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus. 5. Anemia megaloblastik
§ Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
§ Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Lakukan pengkajian fisik
2. Dapatkan riwayat kesehatan, termasuk riwayat diet 3. Observasi adanya manifestasi anemia
a. Manifestasi umum § Kelemahan otot § Mudah lelah § Kulit pucat
b. Manifestasi system saraf pusat § Sakit kepala
§ Pusing
§ Kunang-kunang § Peka rangsang
§ Proses berpikir lambat § Penurunan lapang pandang § Apatis
§ Depresi
c. Syok (anemia kehilangan darah) § Perfusi perifer buruh
§ Kulit lembab dan dingin
§ Tekanan darah rendah dan tekanan darah setral § Peningkatan frekwensi jatung
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.
3. Defisit perawatan diri b.d kelemahan
4. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb) 5. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. 6. Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi perfusi
K. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1 Perfusi jaringan tidak efektif b/d penurunan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ……… jam perfusi jaringan klien adekuat dengan kriteria : - Membran mukosa merah
§ Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul § Monitor adanya paretese § Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada lesi atau laserasi
§ Gunakan sarun tangan untuk proteksi
§ Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
§ Monitor kemampuan BAB § Kolaborasi pemberian
analgetik
§ Monitor adanya tromboplebitis § Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi
2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………. status nutrisi klien adekuat dengan kriteria
NIC :
anoreksia
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik : - Berat badan 20 % atau
lebih di bawah ideal - Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily
kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan - Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa - Perasaan
v Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan v Beratbadan ideal sesuai dengan
tinggi badan
v Mampumengidentifikasi kebutuhan nutrisi
v Tidk ada tanda tanda malnutrisi v Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari menelan
v Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
v Pemasukan yang adekuat v Tanda-tanda malnutri si v Membran konjungtiva dan
mukos tidk pucat v Nilai Lab.:
Protein total: 6-8 gr% Albumin: 3.5-5,3 gr % Globulin 1,8-3,6 gr %
HB tidak kurang dari 10 gr %
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
§ Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe § Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin C
§ Berikan substansi gula
§ Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi § Berikan makanan yang terpilih
( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
§ Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
§ Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
§ Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
§ Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring § BB pasien dalam batas normal § Monitor adanya penurunan
berat badan
ketidakmampuan untuk
dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan - Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh - Diare dan atau
steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
§ Monitor turgor kulit
§ Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah § Monitor mual dan muntah § Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht § Monitor makanan kesukaan § Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
§ Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
§ Monitor kalori dan intake nuntrisi
§ Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau
ekonomi.
3 Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik
Definisi :
Gangguan kemampuan untuk melakukan ADL pada diri
Batasan karakteristik : ketidakmampuan untuk
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………. jam kebutuhan mandiri klien terpenuhi dengan kriteria v Klien terbebas dari bau badan v Menyatakan kenyamanan
terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
v Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
NIC :
Self Care assistane : ADLs § Monitor kemempuan klien
untuk perawatan diri yang mandiri.
§ Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. § Sediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
§ Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki.
§ Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. § Ajarkan klien/ keluarga untuk
sehari-hari sesuai kemampuan. § Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
4 Resiko infeksi
Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen
Faktor-faktor resiko : Prosedur Infasif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ………. jam status imun klien
meningkat dengan kriteria v Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
v Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Infection Control (Kontrol infeksi)
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain Pertahankan teknik isolasi Batasi pengunjung bila
perlu
Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
setelah berkunjung
meninggalkan pasien
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan alat
imum buatan primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik) Penyakit kronik
sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit,
pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi
k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Ispeksi kondisi luka / insisi
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
Dorong masukan cairan Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan
5 Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …….. klien dapat beraktivitas dengan kriteria
- Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dgn TD, HR, RR yang sesuai
-Menyatakan gejala
memburuknya efek dari OR&menyatakan onsetnya segera
-Warna kulit
normal,hangat&kering Memverbalisa-sikan
pentingnya aktivitasseca-ra bertahap
Mengekspresikan pengertian pentingnya keseimbangan latihan&istira Monitor gejala intoleransi aktivitas
6. Ketika membantu klien berdiri, observasi gejala intoleransi spt mual, pucat,
pusing, gangguan
kesadaran&tanda vital
7. Lakukan latihan ROM jika klien tidak dapat menoleransi aktivitas
8. Bantu klien memilih aktifitas yang mampu untuk dilakukan
6 Gangguan pertukaran gas b.d ventilasi-perfusi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …….. status respirasi : pertukaran gas membaik dengan kriteria :
v Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat v Memelihara kebersihan paru
paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
Terapi Oksigen
v Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
v Pertahankan jalan nafas yang paten
v Atur peralatan oksigenasi v Monitor aliran oksigen v Pertahankan posisi pasien v Onservasi adanya tanda tanda
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Tanda tanda vital dalam rentang normal
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri Auskultasi TD pada
kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas Monitor kualitas dari
nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan Monitor suara paru
Monitor pola
pernapasan abnormal Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit Monitor sianosis
perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik) Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
nafas b.d keperawatan selama …….… status respirasi klien membaik dengan kriteria
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) v Menunjukkan jalan nafas yang
paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Identifikasi pasien
perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu catat adanya suara tambahan Lakukan suction pada
mayo
Berikan bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
8 Keletihan b.d anemia Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama
…….. .keletihan klien teratasi dengan kriteria :
Kemampuan aktivitas
Energi manajemen
adekuat
Mempertahankan nutrisi adekuat
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Menggunakan teknik energi konservasi
Mempertahankan interaksi sosial
Mengidentifikasi faktor-faktor fisik dan psikologis yang menyebabkan kelelahan Mempertahankan
kemampuan untuk konsentrasi
§ Monitor dan catat jumlah tidur klien
§ Monitor ketidaknyamanan atauu nyeri selama bergerak dan aktivitas
§ Monitor intake nutrisi
§ Instruksikan klien untuk mencatat tanda-tanda dan gejala kelelahan
§ Jelakan kepada klien hubungan kelelahan dengan proses penyakit
§ Catat aktivitas yang dapat meningkatkan kelelahan § Anjurkan klien melakukan
yang meningkatkan relaksasi § Tingkatkan pembatasan
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC