• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH BIOLOGI SISTEM IMUNITAS PADA TUB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH BIOLOGI SISTEM IMUNITAS PADA TUB"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pelajaran biologi kelas XI SMA Semester 1, sistem kekebalan tubuh adalah salah satu bab yang dipelajari. Oleh karena itu, karena rasa keingintahuan penulis akan spesifikasi dari materi tersebut, penulis memutuskan untuk menyusun sebuah makalah dengan judul “SISTEM KEKEBALAN TUBUH PADA MANUSIA”.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh? 1.2.2 Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia?

1.2.3 Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem kekebalan tubuh manusia?

1.2.4 Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh manusia?

1.3 Tujuan

1.3.1Mengetahui pengertian system kekebalan tubuh. 1.3.2Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia.

1.3.3Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai system kekebalan tubuh manusia.

(2)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN

Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

2.2. FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH

a) Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

b) Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan jaringan.

c) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal. d) Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh. 2.3. PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

a) Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit 2.3.1 Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik

Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan pertahanan tubuh yang tidak membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :

 Tidak selektif

 Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi

sebelumnya

 Eksposur menyebabkan respon maksimal segera

 Memiliki komponen yang mampu menangkal benda

untuk masuk ke dalam tubuh

(3)

 Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh

a. Pertahanan Fisik

Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.

b. Pertahanan Mekanis

Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.

c. Pertahanan Kimiawi

Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan keringat. Minyak dan keringat memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri mati.

(4)

Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.

 Respons Peradangan (Inflamasi)

Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus, yakni dolor (nyeri), rubor

(kemerahan), calor (panas), dan tumor (bengkak). Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh. Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka, sehingga mengakibatkan patogen mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh. 2. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit

untuk mengekskresikan histamin dan prostaglandin. 3. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang

meningkatkan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.

4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang terinfeksi.

5. Sel-sel fagosit memakan patogen.  Fagositosis

(5)

cell mast (mastosit). Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi patogen. Berikut ini adalah proses fagositosis :

1. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.

2. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh patogen.

3. Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit.

4. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak dalam fagosom.

5. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama dengan sel tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah.

6. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.

 Protein Antimikrobia

Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah protein komplemen dan interferon. Protein komplemen membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan

dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri tersebut.

(6)

kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat dicegah.

2.3.2 Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik

Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :

 Bersifat selektif

 Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua

jenis benda asing

 Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya

 Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat

kimia (antibodi)

 Perlambatan waktu antara eksposur dan respons

maksimal

Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

 Limfosit

a) Limfosit B (Sel B)

Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi :

1. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi. 2. Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen

(7)

menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.

3. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.

b) Limfosit T (Sel T)

Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi :

1. Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.

2. Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.

3. Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

 Antibodi (Immunoglobulin/Ig)

(8)

berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman penyakit. antibodi dalam menginaktivasi antigen yaitu :

 Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan

virus, membungkus bakteri dan atau opsonisasi)  Aglutinasi partikel yang mengandung antigen,

seperti mikrobia

 Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat

larut

 Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen)

Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.3.1 Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya N

o.

Tipe

Antibodi Karakteristik

1. IgM

Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada saat terjadi infeksi yang pertama kali (respons kekebalan primer)

2. IgG

(9)

pembentukan antibodi oleh sel B plasma.

5. IgE

Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi darah dan cell mast (mastosit) di dalam jaringan yang berfungsi memengaruhi sel untuk melepaskan histamin dan terlibat dalam reaksi alergi.

Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas beberapa lapis seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.3.2 Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit

Pertahanan Tubuh Non Spesifik Pertahanan antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan primer.

(10)

memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.

Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh. 2) Kekebalan Seluler

Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi antibodi.

c) Berdasarkan Cara Memperolehnya 1) Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.

a. Kekebalan Aktif Alami

Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya.

b. Kekebalan Aktif Buatan

(11)

toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan antigen sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang menyerangnya.

Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat terjangkau oleh masyarakat.

Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:

1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak. Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.

2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari mikroorganisme yang telah dimatikan.

3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin (racun) mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya. 4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein

mikroorganisme. 2) Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.

a. Kekebalan Pasif Alami

(12)

juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.

b. Kekebalan Pasif Buatan

Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan ini berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa. 2.4. GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH

a) Alergi

Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan tertentu, misalnya udang.

Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh yang kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen yang pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE yang terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam proses inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.

b) Autoimunitas

Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan, yaitu :

(13)

Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.

2. Myasthenia gravis

Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga otot lurik mengalami kerusakan.

3. Addison’s disease

Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan berat badan menurun, kadar gula darah menurun, mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.

4. Lupus

Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :

 Antibodi menyerang jaringan tubuh secara

langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.  Antibodi bergabung dengan antigen sehingga

membentuk ikatan yang dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.

(14)

Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.

c) AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel T lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan berbagai kuman penyakit.

Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi secara eksositosis atau melisiskan sel.

Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3

darah, sedangkan pada penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan penderita

AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC, meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.

Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dan

(15)

penderita HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.

Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :  Gangguan pada sistem saraf

 Penurunan libido

 Sakit kepala

 Demam

 Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan

 Diare

 Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan

pada sekujur tubuh

 Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total

 Terjadi penurunan berat badan secara drastis

Cara penularan virus HIV/AIDS :

 Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS

 Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan

penderita

 Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS

 Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau

dilahirkan dari seorang ibu penderita HIV/AIDS Cara mencegah penularan HIV/AIDS :

 Menghindari hubungan seks di luar nikah

 Memakai jarum suntik yang steril

 Menghindari kontak langsung dengan penderita

HIV/AIDS yang terluka

 Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi

HIV/AIDS

2.5. CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH 1. Nutrisi yang sempurna

Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai nutrisi untuk tubuh kita karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memakan makanan yang mengandung :

(16)

Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin dan berbagai antibodi. Protein dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.

 Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan buah.

 Teh hijau

Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat membantu meningkatkan sistem imun. Para ahli sains menemukan bahwa kandungan theanine pada daun teh dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri dan virus.

 Aloevera

Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan vitamin yang dapat membantu badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan jaringan yang terluka, dan meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.

2. Olahraga yang sesuai

Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang, berjalan, dan yoga dapat meningkatkan peredaran darah, menguatkan jantung, dan meningkatkan sistem imun dalam tubuh.

3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan

Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu mekanisme sistem imun dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan menghasilkan hormon kortisol yang jika berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem kekebalan tubuh kita.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem kekebalan tubuh (imunitas) adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen.

(17)

a) Cara mempertahankan diri dari penyakit 1) Sistem pertahanan tubuh non spesifik

Tidak membedakan mikrobia patogen yang satu dengan yang lainnya.

2) Sistem pertahanan tubuh spesifik

Pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk dalam tubuh

b) Cara memperoleh 1) Kekebalan aktif

Kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri. 2) Kekebalan pasif

Kekebalan yang diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh.

c) Mekanisme kerja

1) Kekebalan humoral

Melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam aliran darah.

2) Kekebalan seluler

Melibatkan sel T yang berfungsi menyerang sel-sel asing atau jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung. Syistem kekebalan tubuh kita dapat mengalami gangguan, antara lain :

a) Alergi

Respons imun yang berlebihan terhadap suatu senyawa yang masuk ke dalam tubuh.

b) Autoimunitas

Antibodi yang diproduksi menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan antara sel tubuh sendiri dengan sel asing yang masuk ke dalam tubuh.

c) AIDS

Kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh karena infeksi virus HIV. Untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh, kita harus menjaga kesehatan tubuh kita dengan cara :

a) Memakan makanan yang bernutrisi b) Berolahraga yang teratur

(18)

Supaya makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca, maka penulis menyarankan :

 Jagalah pola hidup yang sehat agar tidak mudah terserang

penyakit

 Perhatikanlah setiap makanan yang akan dikonsumsi

Gambar

Tabel 2.3.2 Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit

Referensi

Dokumen terkait

: Reaksi sistem imun terhadap Ag jaringan sendiri.Kehilangan toleransi diri (self tolerance) menyebabkan sel-sel sistem imun mengenal Ag tubuh sendiri sebagai asing.

Sistem kekebalan tubuh merupakan sistem pertahanan yang berperan dalam mengenal benda-benda asing atau selevel yang merugikan tubuh, menghancurkan serta

 Pertahanan tubuh, yaitu menangkal bahan berbahaya agar tubuh tidak sakit, dan jika sel-sel imun yang bertugas untuk pertahana ini mendapatkan gangguan atau tidak bekerja dengan

Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organism akan melindungi Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang

2) Leukosit, berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh dan kekebalan, yaitu membunuh dan memakan mikro- organisme dan zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Bentuk leukosit tidak

AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel

(olekul yang dikenali lim!osit sebagai 7at asing dan memicu sistem kekebalan tubuh disebut .... istem kekebalan tubuh humoral bekerja menghancurkan .... patogen di dalam sel tubuh..

Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit serta menghancurkan zat-zat asing lain