• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SISTEM IMUN ALAMIAH

N/A
N/A
febry

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH SISTEM IMUN ALAMIAH"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SISTEM IMUN ALAMIAH

Nama : Sitti Patmawati Nim : F201701157

Dosen : apt. Muhammad Isrul, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI 2023

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur mikroba patogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim dan menggunakan makanan yang banyak mengandung gizi yang diperlukannya. Mikroba lain menginfeksi sel pejamu dan berkembang biak intraseluler dengan menggunakan sumber energi sel pejamu. Baik mikroba ekstraseluler maupun intraseluler dapat menginfeksi subyek lain, menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk pejamu.

Infeksi yang terjadi pada manusia normal umumnya singkat dan jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki suatu sistem yaitu sistem imun yang melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Sistem imun yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri.

Sistem imun dapat dibagi menjadi menjadi dua yaitu sistem imun non-spesifik dan sistem imun spesifik. Mekanisme imunitas spesifik timbul atau bekerja lebih lambat dibanding imunitas non spesifik. Pembagian sistem imun dalam sistem imun spesifik dan non-spesifik hanya dimaksudkan untuk mempermudah pengertian saja. Sebenarnya antara kedua sistem imun tersebut terjadi kerja sama yang erat, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Pada makalah ini akan dijelaskan tentang sistem imun spesifik dan mekanisme kerja secara ringkas.

B.Rumusan Masalah

Bagaimana sistem imun alamiah ? C.Tujuan

(3)

Untuk mengetahui bagaimana sistem imun alamiah BAB 1I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Imun

Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Sementara sistem imun itu sendiri adalah sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi. Reaksi yang dikoordinasi sistem imun tersebut terhadap mikroba disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.

Sistem imun berdasarkan fungsinya terdiri dari 2 tipe, yaitu respon imun alamiah atau non-spesifik (innate immunity) dan respon imun adaptif atau spesifik (acquired immunity). Respon imun non-spesifik dan spesifik pada kenyataannya tidak terjadi secara terpisah, tetapi terjadi dengan saling melengkapi dan mempengaruhi satu sama lain.

B. Sistem Imun Alamiah atau Non-Spesifik (innate immunity)

Sistem imun non-spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, karena dapat memberikan respon langsung terhadap antigen. Sistem tersebut disebut non-spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu. Sebagai elemen pertama dari sistem imun untuk menemukan agen penyerang, respon imun non-spesifik diaktifkan lebih cepat daripada respon imun spesifik namun dengan durasi yang lebih singkat.

C. Komponen Pertahanan Sistem Imun Alamiah atau Non-Spesifik (innate immunity) Komponen-kompenen sistem imun non-spesifik terdiri atas:

1. Pertahanan Penghalang (Pertahanan Fisik)

Pada mamalia, jaringan-jaringan epithelia menghalangi masuknya banyak patogen. Pertahanan-pertahanan penghalang ini tidak hanya mencakup kulit, namun juga membran-membran mucus yang melapisi saluran pencernaan, pernapasan, urin, dan reproduksi. Sel-sel tertentu dari membran mukus menghasilkan mukus (mucus) yaitu cairan kental yang meningkatkan pertahanan dengan menjebak mikroba- mikroba dan partikel-partikel yang lain. Selain peran fisik dalam menghambat masuknya mikroba, sekresi tubuh menciptakan lingkungan yang tak bersahabat bagi

(4)

banyak mikroba. Sekresi-sekresi dari kelenjar sebum (minyak) dan kelenjar keringat menjadikan pH kulit manusia berkisar antara 3 hingga 5, cukup asam untuk mencegah pertumbuhan banyak mikroorganisme.

Kulit dan membran mukosa yang melapisi saluran pernapasan, pencernaan, dan genitouriner (kelamin dan ekspresi urine) merupakan pertahanan terdepan terhadap infeksi dalam pertahanan fisik. Selain itu, pada trakea sel-sel epitel bersilia dapat menyapu mucus dengan mikroba yang terjerat di dalamnya, sehingga mencegah mikroba memasuki paru-paru.

2. Pertahanan Kimiawi

Selain peranannya sebagai rintangan fisik, kulit, dan membran mukosa juga menghadapi patogen dengan pertahanan kimiawi. Pada manusia misalnya, sekresi dari kelenjar minyak dan keringat akan membuat pH kulit menjadi asam (sekita pH 3-5) sehingga dapat mencegah kolonisasi banyak mikroba. Kolonisasi mikroba juga dihambat oleh aktivitas pencucian yang dilakukan oleh air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa secara terus menerus membasahi permukaan epithelium yang terpapar

Selain itu mampu melindungi tubuh terhadap bakteri gram positif dengan cara mengahancurkan dinding selnya. Berbagai bahan yang disekresikan getah lambung, usus, dan empedu mampu menciptakan lingkungan yang dapat mencegah infeksi banyak mikroorganisme.

Sel pembunuh alami membantu mengenali dan melenyapkan sel-sel berpenyakit tertentu pada vertebrata. Kecuali sel darah merah, semua sel dalam tubuh normalnya memiliki protein yang disebut molekul MHC kelas I. setelah infeksi virus atau konversi menjadi tahap kanker, sel-sel terkadang berhenti menyekresikan

(5)

protein ini. sel-sel pembunuh alami yang mengawasi tubuh melekat ke sel-sel sakit semacam itu dan melepaskan zat-zat kimia yang menyebabkan kematian sel , sehingga menghambat penyebaran virus atau kanker lebih jauh.

3. Pertahanan Selular Bawaan

Patogen yang masuk kedalam tubuh merupakan subjek yang dideteksi oleh sel- sel darah putih fagositik (leukosit). Sel-sel ini mengenali mikroba menggunakan reseptor-reseptor yang sangat mirip dengan reseptor Toll serangga.

Sel darah putih mengenali dan menelan mikroba-mikroba yang menyerang, menjebaknya dalam suatu vakuola. Vakuola itu kemudian berdifusi dengan lisosom, menyebabkan penghancuran mikroba-mikroba dengan dua cara. Pertama, nitrat oksida dan gas-gas lain yang dihasilkan didalam lisosom meracuni mikroba-mikroba yang ditelan. Kedua, lisozim dan enzim-enzim yang lain mendegradasi komponen- komponen mikroba. Sel-sel fagositik yang paling melimpah dalam tubuh mamalia adalah neutrophil.

Mikroba yang menembus garis pertahanan pertama seperti mikroba yang masuk lewat luka di kulit, akan menghadapi garis pertahanan kedua. Garis pertahanan ini sangat tergantung pada proses fagositosis, yaitu proses penelanan mikroba yang menyerang tubuh oleh jenis leukosit tertentu. Sel-sel fagositik terdiri atas neutrofil, monosit, dan eosinofil. Selain sel-sel fagositik, pertahanan nonspesifik pada garis pertahanan kedua juga meliputi sel pembunuh alami. Sel-sel ini termasuk golongan limfosit dengan granula besar dan banyak mengandung sitoplasma.

Jumlahnya sekitar 5%-15% dari limfosit dalam sirkulasi dan sekitar 45% dari limfosit dalam jaringan. Fungsi utamanya adalah merusak sel tubuh yang diserang oleh virus dan sel tumor. Sel mast sangat berperan dalam reaksi alergi dan imunitas

(6)

terhadap parasit dalam usus dan invasi bakteri.

Respon bawaan terhadap patogen yang menyerang biasanya disertai dengan proses peradangan di tempat yang terluka dimana cairan, sel, dan zat terlarut keluar dari darah dan masuk ke jaringan yang terkena peradangan. Hal ini ditandai dengan kemerahan lokal, bengkak, dan demam. Peradangan menyediakan ruang untuk memusatkan agen defensif tubuh di tempat di mana mereka dibutuhkan.

4. Pertahanan Humoral (Peptida dan Protein Antimikroba)

Pertahanan humoral adalah pertahanan tubuh oleh bahan-bahan yang terdapat didalam sirkulasi darah. Pengenalan patogen pada mamalia memicu produksi dan pelepasan berbagai macam peptida dan protein yang menyerang mikroba-mikroba atau menghalangi reproduksinya. Molekul-molekul pertahanan lain, termasuk interferon, CRP, kolektin, dan protein komplemen, bersifat unik bagi sistem kekebalan vertebrata.

Interferon adalah protein-protein yang memberikan bawaan melawan infeksi virus. Sel-sel tubuh yang terinfeksi oleh virus menyekresikan interferon, menginduksi sel-sel tak terinfeksi di dekatnya untuk menghasilkan zat-zat yang menghambat reproduksi virus. Dengan cara ini, interferon membatasi penyebaran virus dari sel ke sel di dalam tubuh, membantu mengontrol infeksi virus seperti pilek dan influenza.

5. Respons Peradangan

Rasa nyeri dan pembengkakan yang menyadarkan Anda bahwa ada serpihan kayu dibawah kulit Anda merupakan hasil dari respons peradangan (inflammatory response) lokal, perubahan-perubahan yang disebabkan oleh molekul-molekul pesinyal yang dilepaskan saat terjadi luka atau infeksi. Salah satu molekul pesinyal peradangan yang penting adalah histamine (histamine), yang disimpan dalam sel tiang (mast cell), sel-sel jaringan ikat yang menyimpan granula-granula untuk sekresi. Histamine dilepaskan oleh sel-sel tiang di tempat-tempat kerusakan jaringan memicu pembuluh-pembuluh darah di dekatnya untuk berdilatasi dan menjadi lebih permeabel. Peningkatan suplai aliran darah lokal yang dihasilkan akan menyebabkan kemerahan dan panas yang khas dari inflamasi (membakar). Kapiler-kapiler yang membengkak karena terisi darah kemudian bocor ke jaringan-jaringan sebelahnya, sehingga menyebabkan pembengkakan.

(7)

Dengan memanfaatkan permeabelitas pembuluh yang ditingkatkan untuk memasuki jaringan yang terluka, sel-sel ini melaksanakan fagositosis tambahan dan inaktivasi mikroba. Hasilnya adalah akumulasi nanah (pus), cairan kaya sel-sel darah putih , mikroba mati, dan sisa-sisa sel. Luka kecil menyebabkan inflamasi lokal, namun kerusakan jaringan atau infeksi parah bisa menimbulkan respons yang sistemik (seluruh tubuh) seperti produksi sel darah putih yang ditingkatkan. Terluka atau terinfeksi seringkali menyekresikan molekul-molekul yang merangsang neutrofil tambahan dari sumsum tulang, pada infeksi yang parah seperti meningitis atau usus buntu, jumlah sel darah putih dalam darah bisa meningkat beberapa kali lipat dalam beberapa jam. Respon peradangan sistemik yang lain adalah demam.

Selama peradangan, sel fagosit meninggalkan aliran darah dan bermigrasi ke tempat infeksi sebagai respons terhadap bahan kimia (chemoattractants) yang dilepaskan di lokasi. Kemudian sel-sel ini mengenali, menelan, dan menghancurkan patogen. darah juga mengandung protein yang disebut pelengkap yang mengikat patogen ekstraselular, memicu kerusakan pada sel patogen. Di salah satu proein pelengkap, protein ini aktif melubangi membran plasma sel bakteri, yang menyebabkan lisis dan kematian sel.

6. Penghindaran sistem Kekebalan Bawaan oleh Patoghen

Berbagai adaptasi telah dievolusikan pada beberapa patogen yang memungkinkan mereka menghindari penghancuran oleh sel-sel fagositik. Misalnya, kapsul luar yang mengelilingi bakteri tertentu menyembunyikan polisakarida pada dinding selnya, sehingga mencegah pengenalan.

(8)

7. Molekul-Molekul Kekebalan 1.)Komplemen

Komplemen diproduksi oleh hepatosit dan monosit, terdiri atas sejumlah besar protein yang apabila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respons inflamasi fungsi komplemen antara lain untuk :

 Menghancurkan sel membran banyak bakteri

 Sebagai faktor kemotatik yang mengerahkan makrofag ke tempat bakteri.

 Dapat diikat pada permukaan bakteri yang memudahkan makrofag untuk mengenal (opsonisasi) dan memakannya.

2.)Interferon

Merupakan protein yang disekresikan oleh sel yang terinfeksi virus, bersifat antivirus, dan dapat menginduksi sel-sel disekitar sel yang terinfeksi virus, sehingga menjadi resisten terhadap virus. Interferon merupakan sitokin berupa lipoprotein yang diproduksi makrofag yang diaktifkan. Interferon merupakan sel pembuluh yang diproduksi makrofag yang diaktifkan. Interferon merupakan sel pembuluh alami dari berbagai sel tubuh yang mengandung nucleus, dan dilepas sebagai respons terhadap infeksi virus.

3.)CRP

Merupakan salah satu protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik.

4.)Kolektin

Merupakan protein yang berfungsi sebagai opsonin yang dapat mengikat hidrat arang pada permukaan kuman. Lisozim merupakan protein lisosom yang terdapat dalam ludah, air mata, dan sekresi mukosa yang merupakan enzim yang dapat melisis sel mikroba.

(9)

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan

Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Jika sistem ini terlalu aktif akan terjadi autoimunitas seperti alergi atau hipersensitivitas. Sistem imun non-spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, karena dapat memberikan respon langsung terhadap antigen.

B.Saran

Penyusun berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca terutama tentang materi manajemen kefarmasian

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K. & Lichtman, A.H. 2005. Cellular and Molecular Immunology 5th Edition.

Elsevier Publisher : Philadelphia.

Baratawidjaja, K.G. 2000. Imunologi Dasar Edisi 4. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran : Universitas Indonesia Jakarta.

Campbell, Reece. 2010. Biologi. Jakarta : Erlangga

Coico R., Sunshine G. Benjamini E. 2003 . Imunology. Edisi ke-5. Wiley- Liss Publication : states of America.

Karp, Gerald. 2005. Cell and Molekular Biologi. United States of America : Willey International Edition.

Nurcahyo, Heru. 2013. Hand Out Molekul Hormon & Molekul Immunoglobulin. UNY : Yogyakarta.

Stryer, Lubert. 2000. Biokimia Vol.1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Referensi

Dokumen terkait

1) Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit. 2) Alergi terhadap makanan atau obat tertentu. 3) Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: campak,.

P enyakit infeksi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan protozoa. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler yang disebabkan

mikroorganism atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh..  Menghilangkan jaringan atau sel yg

Sel T (T limfosit) membentuk sistem imunitas terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, sel kanker, serta timbulnya alergi. Sel T ini mengalami pematangan di

ƒ Pemeriksaan  TORCH  untuk  mendeteksi  infeksi  yang  disebabkan  parasit  Toxoplasma,  virus  Rubella  ,virus  Cytomegalo    dan  virus  Herpes  tipe  I  & 

Peningkatan eosinofil di sirkulasi darah dikaitkandengan keadaan-keadaan alergi dan infeksi parasit internal (contoh, cacing darah atauSchistosoma

(olekul yang dikenali lim!osit sebagai 7at asing dan memicu sistem kekebalan tubuh disebut .... istem kekebalan tubuh humoral bekerja menghancurkan .... patogen di dalam sel tubuh..

Infeksi virus / bakteri Cacing/parasit Benda asing batu, biji-bijian Appendiks teregang Kram, distensi abdomen : nyeri Tekanan vena, mual, muntah : risti perubahan nutrisi kurang