• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabili

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabili"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Peran Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas Sistim Keuangan

Oleh:

Dr Wimboh Santoso1

I. Pendahuluan

Stabilitas sistim keuangan telah menjadi sasaran yang penting dalam kebijakan

ekonomi keuangan selama beberapa puluh tahun terkahir terutama paska krisis

Asia pada tahun 1998.

Pada tahun 1980an, deregulasi terhadap pasar keuangan terutama pemberian

kredit atau pemberian fasilitas sejenisnya dari bank serta pengaturan aliran modal

antar negara telah dihapuskan secara bertahap di beberapa negara. Kondisi ini telah menyebabkan adanya fondasi yang kuat untuk mengembangkan sektor

keuangan sehingga lebih cepat dari pertumbuhan dari sektor‐sektor ekonomi

lainnya. Dalam phase ini, sistim keuangan telah berkembang secara struktural dan

menjadi lebih komplek. Instrument keuangan telah berkembang menjadi beraneka

ragam, aktivitasnya lebih terdiversifikasi dan risikonya lebih rumit dengan perubahan yang sangat dinamis. Sektor keuangan juga menjadi lebih terintegrasi

dan terkait erat satu sama lain dari segi dimensi industri maupun secara

geographis, sehingga sulit diidentifikasi originalitasnya dan siapa yang bertanggung

jawab apabila terjadi permasalahan.

Sejalan dengan pertumbuhan yang pesat di sektor keuangan, maka diikuti pula

dengan berbagai permasalahan yang semakin sulit terdeteksi secara lebih dini.

Krisis di sektor keuangan biasanya berkaitan dengan siklus "boom" dan "bust"

terhadap nilai asset dan kredit. Terjadinya perkembangan pertumbuhan yang cepat harga property dan kredit konsumsi telah menjadi indicator awal permasalahan

instabilitas. Pertanyaanya: apakah kebijakan moneter dapat digunakan untuk

memitigasi perkembangan yang pesat tersebut? Paper ini akan mengulas beberapa

pertanyaan terkait dengan: (1) Apa yang disebut stabilitas sistim keuangan?; (2)

Bagaimana melakukan analisisnya agar bisa melakukan deteksi lebih dini dan mengambil kebijakan mitigasinya; (3) Bagaimana kerja sama antar otoritas untuk

mendukungnya; (4) Dengan apa kita bisa menjaga stabilitas sistim keuangan.

1Pendapat dan pernyataan dalam tulisan ini merupakan pendapat pribadi penulis, bukan merupakan pendapat Bank

(2)

2

II. Apa yang dimaksud stabilitas sistim keuangan

Meskipun beberapa negara telah menaruh perhatian cukup besar terhadap

stabilitas sistim keuangan, deskripsi tentang "stabilitas sistim keuangan "tetap

masih menjadi diskusi yang hangat.

Agar rumah tangga dan perusahaan korporasi dapat secara optimal melakukan

perannya yaitu mengkonsumsi barang‐barang dan juga melakukan investasi secara berkesinambungan, maka harus ada sistim keuangan yang berperan secara baik

dalam hal melakukan intermediasi dari para penyimpan dana (surplus unit) dan

peminjam dana (deficit unit), memberikan layanan pembayaran transaksi, dan

melakukan realokasi risiko secara baik.

Dalam pendekatan pemahaman yang lebih sempit atas stabilitas sistim keuangan

dapat dilakukan dengan mendefinisikan sebaliknya yaitu menghindari adanya

"instabilitas sistim keuangan" dimana telah terjadi gangguan terhadap

perekonomian. Definisi ini lebih melihat dari sisi kebalikannya dari kondisi yang stabil serta bagaimana mengupayakan untuk menghindari terjadinya instabilitas.

Gangguan terhadap perekonomian ditandai dengan timbulnya biaya yang harus

dibayar oleh pemerintah. Beberapa tahun terakhir terlihat bahwa biaya dari krisis

ini cukup besar bila dibandingkan dengan GDP suatu negara. Dari pengalaman juga

menunjukan bahwa krisis keuangan dapat terjadi baik dinegara berkembang

maupun di negara maju serta dapat menimbulkan dampak ikutan ke negara lain. Begitu terdapat biaya yang menjadi beban negara untuk penyelamatan sistim

keuangan, maka dapat dikatakan bahwa sudah terjadi instabilitas di sistim

keuangan. Penyelematan oleh pemerintah dimaksudkan agar biaya yang

ditimbulkan dari krisis dapat diminimalisir.

Definisi stabilitas sistim keuangan yang banyak dipakai dibeberapa negara

mengkombinasikan atas tiga hal yatiu: terjadi alokasi resources dengan baik

sehingga proses intermediasi bisa berjalan dengan normal, berbagai indikator sistim keuangan masih memenuhi batas stabil dan belum ada dana publik yang

dipakai untuk penyelamatan sistim keuangan.

III. Bagaimana otoritas melakukan analisis stabilitas sistim keuangan?

Setelah pemahaman stabilitias sistim keuangan dan sasaran yang akan dicapai disepakati dan dipahami oleh otoritas, maka pelaksanaan analisis simpul simpul

kerawanan yang dapat menyebabkan instabilitas akan dapat dilakukan dengan

mudah dalam organisasi bank sentral. Terdapat dua pendekatan yang saling

melengkapi :

(3)

3

dalam sistim keuangan itu sendiri yaitu terdiri dari lembaga keuangan, pasar

keuangan dan infrastruktur keuangan seperti settlement yang dilakukan oleh bank

sentral (RTGS) maupun lembaga settlement lainnya. Unsur internal sistim keuangan ini akan selalu dihadapkan kepada berbagai faktor risiko seperti risiko kredit, risiko

likuiditas, risiko pasar dan risiko operational. Analisis atas berbagai risiko tersebut

telah semakin sulit beberapa tahun terakhir ini sejalan dengan sistim keuangan

yang semakin komplek dan saling berkaitan baik antar industri maupun secara

geographis.

Peningkatan kompleksitas sistim keuangan di tunjukan dengan pesatnya pasar di

credit derivatives. Instrument ini relative masih baru yang bentuknya bisa beraneka

ragam. Meskipun instrument ini sangat baik untuk mitigasi risiko, namun terdapat kemungkinan bahwa tehnis penilaiannya akan rumit serta dapat menimbulkan

moral hazard atau rentan terjadinya spekulasi dan fraud. Lembaga keuangan baik

yang melakukan mitigasi dengan menjual risikonya kepada pihak lain masih dapat

terekspose risiko. Tanpa disadari bahwa risiko sistemik akan dapat manganulir

persepsi bahwa risikonya telah dijual, sedangkan lembaga yang membeli risiko ternyata sudah terlalu besar risiko yang dibelinya dan tidak bisa dimitigasi ke

lambaga lain. Kalau terjadi default atas maka hanya bailout dari otoritas yang dapat

menyelesaikannya.

Melakukan analisis risiko yang berasal dari dalam sistim keuangan akan lebih jelas

kalau dapat dibedakan melalui dua pendekatan micro dan macroprudential.

Microprudential analisis lebih mengarah kepada perkembangan dalam individu lembaga keuangan dengan lebih menaruh perhatian pada menghindari problem individual lembaga untuk melindungi kepentingan para deposan. Macroprudential analisis lebih mengarah kepada sistim keuangan secara keseluruhan dengan sasaran agar tidak terjadi permasalahan untuk menghindari biaya yang akan

dibebankan kepada pemerintah (pembayar pajak). Untuk menghindari sistemik risk

dilakukan analisis risiko terhadap semua unsur di sistim keuangan. Khusus untuk lembaga keuangan, analisis terhadap keterkaitan antar lembaga keuangan yang

diakibatkan oleh permasalahan likuiditas maupun solvabilitas merupakan analisis

macroprudential yang penting dalam menjaga stabilitas sistim keuangan.

Kedua, pendekatan dengan menekankan risiko yang berasal dari luar sistim keuangan. Pendekatan ini telah dipahami oleh para pengambil kebijakan beberapa

tahun terakhir. Perkembangan yang pesat perdagangan instrumen derivatives atas

surat hutang dan harga assets, termasuk juga gangguan makro ekonomi seperti

turunnya harga komoditi serta terjadinya ketidak seimbangan dalam ekonomi dunia dan pasar keuangan akan dapat menimbulkan risiko instabilitas.

(4)

4

indikator yang dapat memberikan informasi tanda tanda terjadinya instabilitas.

Dengan mendasarkan perbandingan beberapa indikator pada waktu tertentu

dengan pada waktu normal, maka kita bisa melakukan analisis seberapa besar perbedaan atas indikator instabilitas tersebut. Kalau perbedaannya besar dengan

trend yang meningkat maka kita bisa mengindikasikan kondisi keuangan mengarah

kepada isntabilitas. Namun demikian, sering sekali mendapatkan kesulitan untuk

melakukan interpretasi atas berbagai indikator isntabilitas karena indikator normal

kadang‐kadang sulit untuk ditentukan mengingat perkembangan ekonomi yang sangat dinamis. Berbagai informasi yang belum secara terintegrasi dalam sistim

keuangan merupakan faktor yang penting untuk dapat dijadikan judgment dalam

melakukan analisis kondisi sistim keuangan.

Analisis dampak negative atas guncangan ekonomi makro terhadap stabilitas sistim

keuangan juga dapat diterapkan. Macro stress testing merupakan pendekatan yang

biasanya digunakan dalam analisis ini dengan tujuan untuk mengukur ketahanan

bank atau lembaga kuangan dalam menghadapi berbagai shocks atas kondisi

ekonomi dan respon kebijakan makro ekonomi yang diperlukan dari otoritas. Berbagai skenario kondisi makro ekonomi dapat disimulasikan untuk melakukan

pengujian atas ketahanan bank atau lembaga keuangan termasuk dalam kondisi

ekstrim, pendekatan ini sering disebut micro stress testing.

Lembaga keuangan dan pasar keuangan sudah semakin terintegrasi serta sangat

tinggi ketergantungannya sehingga analisis keterkaitan antar lembaga dan pasar

keuangan sangat membantu untuk mengukur sejauhmana permasalahan yang

mungkin timbul di lembaga atau pasar keuangan dapat menimbulkan dampak sistemik di sistim keuangan.

Aliran dana masuk dan keluar di pasar keuangan telah meningkat cukup besar aktivitasnya di beberapa tahun terkahir. Transaksi oleh para pelaku pasar antar

negara telah meningkat cukup pesat baik di pasar saham, obligasi dan juga financial

instrumen lainnya seperti produk off‐shore dan derivatives. Pemerintah di berbagai

negara banyak sekali mengeluarkan surat hutang untuk membantu memperbaiki

cash flow anggaran belanjanya dan banyak para pelaku pasar yang melakukan

diversifikasi risikonya dengan melakukan hedging diberbagai pasar dunia. Analisis dengan mendasarkan domain domestik ternyata tidak cukup sehingga global

analisis tentang pasar dan lembaga keuangan sangat diperlukan untuk melihat

secara lebih akurat simpul kerawanan di sistim keuangan.

Bank sentral mempunyai tanggung jawab khusus dalam melakukan analisis dan

monitor sistim keuangan. Terintegrasinya lembaga dan pasar keuangan dengan

pasar global telah membuat bank sentral perlu melakukan analisis sistim keuangan

(5)

5

rutin. Pengembangan berbagai tool analisis merupakan tantangan bank sentral

agar dapat menangkap simpul kerawanan secara lebih dini.

IV. Bagaimana koordinasi antar otoritas untuk bersama‐sama menjaga stabilitas sistim keuangan.

Koordinasi antar otoritas ini sangat diperlukan dalam menjaga agar terhindar dari

krisis dan mempermudah dalam penyelesaian krisis apabila ternyata tidak dapat

dihindari. Dalam koordinasi ini, peran dan tanggung jawab masing‐masing otoritas harus jelas dan dituangkan dalam undang‐undang. Tugas menjaga stabilitas sistim

keuangan ini dilakukan oleh bank sentral, dengan berkoordinasi dengan

pengawasan pasar keuangan dan menteri keuangan sebagai otoritas fiskal. Di

negara yang otoritas pengawasan lembaga keuangan dipisahkan dari bank sentral,

maka otoritas tersebut akan menjadi bagian dari otoritas yang harus melakukan koordinasi dibawah menteri keuangan. Untuk mencapai sasaran dalam mencegah

dan menyelesaikan krisis, maka sharing informasi antar otoritas sangat diperlukan

baik dalam kondisi normal maupun krisis.

Dalam hal permasalahan disektor keuangan menyangkut bank yang operasinya

secara multinasional maka koordinasi akan menyangkut otoritas antar negara

dengan berbagai kerangka hukum yang berbeda. Sebagaimana yang terjadi

terhadap Lehman Brothers pada tahun 2008, otoritas di sejumlah negara terlena

melakukan koordinasi untuk melakukan assessment dampak penutupan lehman brothers ini terhadap lembaga keuangan lain dan pasar keuangan dinegara lain.

Pandangan umum sementara ini, otoritas di suatu negara hanya bertanggung jawab pengawasan terhadap bank yang didirikan dengan badan hukum di negara

tersebut, sedangkan bank disuatu negara yang didirikan dengan dasar hukum di

negara lain (ie. Kantor cabang bank asing) maka tanggung jawab pengawasannya

ada di home supervisory authorities. Permasalahan ini muncul apabila terdapat

bank yang beroperasi secara multinational dan mengalami permasalahan di kantor pusatnya sehingga harus ditutup, maka secara legal seluruh kantor cabangnya

harus ditutup. Timbul permasalahan, bagaimana kalau kantor cabangnya yang

tersebar di negara lain tersebut sebenarnya operasinya masih bagus? Hal ini belum

ada jawabnya sampai saat ini.

Koordinasi secara global dalam pencegahan dan penyelesaian banking crisis ini

masih belum secara formal dibentuk. G20 pada saat ini sedang mencoba untuk

merumuskan bentuk koordinasi pencegahan dan penyelesaian krisis bank yang

beroperasi secara multinational, namun masih banyak kendala hukum yang dihadapi mengingat masing‐masing negara mempunyai legal basis yang berbeda.

(6)

6

besar dengan kantor diseluruh dunia baik dalam bentuk kantor cabang maupun

anak perusahaan yang jumlahnya bisa mencapai sekitar 8000, dengan kondisi ini

akan sangat sulit bagi kantor pusatnya untuk melakukan monitoring dan bank sentral dinegara asalnya juga mengalami kendala untuk melakukan assessment

atas dampak dari permasalahan terhadap kemungkinan timbulnya krisis di negara

lain. Dalam hal bank tersebut harus dilakukan penyelamatan, permasalahan

muncul siapa yang akan bertanggung jawab untuk melakukan penyelematan.

Penjaminan dana nasabah juga bentuknya sangat beragam diantar negara, sehingga penataan kembali sistim keuangan secara global perlu dilakukan segara

agar permasalahan krisis dapat dicegah lebih dini dan penyelesaian krisis dapat

dilakukan dengan baik.

V. Perangkat apa yang dapat digunakan untuk menjaga stabilitas sistim keuangan

Dalam menjaga stabilitas sistim keuangan, bank sentral harus melakukan

assessment atas kerentanan dan mengeluarkan regulasi apabila diperlukan agar

dampak negativenya dapat dihindari serta risiko sistemiknya dapat diminimalisir.

Assessment atas kerentanan terhadap lembaga keguangan, pasar keuangan dan infrastrukturnya merupakan keharusan agar dapat menangkap simpul kerawanan

dan melakukan mitigasi lebih dini sebelum permasalahan terjadi. Pertanyaanya

yang sering muncul, bagaimana kita melakukannya dan kebijakan apa yang bisa

dilakukan agar stabilitas sistim keuangan tetap terjaga. Bank sentral merupakan

otoritas yang mempunyai banyak perangkat kebijakan untuk menjaga stabilitas sistim keuangan.

Pertama‐tama peran lender of last resort dapat diterapkan pada saat terjadi permasalahan likuiditas perbankan untuk mencegah terjadinya krisis yang bersifat

sistemik;

Kedua, bank sentral juga dapat melakukan operasi monetar dalam bentuk intervensi di pasar valas maupun pasar likuiditas;

Ketiga, secara lebih dini bank sentral juga dapat mengatur laju pertumbuhan kredit;

Keempat, dalam hal pengawasan microprudential berada di bank sentral, maka pengawasan micro dapat secara mudah disinkronisasikan dengan kebijakan

macroprudential.

Harmonisasi langkah pencegahan terhdap krisis ini sangat panting dilakukan dalam kondisi masih normal. Dengan demikian regulasi‐regulasi yang bersifat macro

(7)

7

sentral untuk melaksanakantugasnya yang menyangkut kebijakan untuk menjaga

stabilitas sistim keuangan. Dalam hal pengawasan bank berada di bank sentral,

maka regulasi yang bersifat microprudential juga dapat dikeluarkan oleh bank sentral secara simultan dan harmonis.

Peraturan kehati‐hatian diharapkan akan dapat menurunkan risiko kepada level dimana bank mampu untuk menyerap dan juga untuk meningkatkan ketahanan

lembaga keuangan. Salah satu motive penerapan risk mangement dan Basel II

diharapkan untuk meningkatkan efisiensi industri perbankan serta ketahanan

industri perbankan agar mempunyai permodalan yang sesuai dengan risiko yang

dihadapi. Peraturan kehati‐hatian juga dapat dipakai oleh otoritas untuk

memperlambat pertumbuhan yang terlalu cepat sehingga risikonya mudah dikendalikan oleh bank. Buffer modal yang bervariasi juga dapat diterapkan untuk

mengantisipasi terjadi siklus boom dan burst akan meningkatkan ketahanan

perbankan dalam menghadapi shocks. Namun demikian methodelogi menentukan

permodalan yang counter cyclical ini secara tehnik sangat bervariasi dan

mengandung banyak kelemahan, dengan kemungkinan terjadi overstated tingkat modalnya.

VI. Stabilitas sistim keuangan dan kebijakan moneter

Beberapa tahun terakhir ini hubungan antara kebijakan moneter dan stabilitas sistim keuangan telah menarik banyak perhatian para pengambil kebijakan.

Stabilitas moneter dan sistim keuangan merupakan dua sasaran atas kebijakan

publik yang dilakukan oleh bank sentral. Dua sasaran ini saling melengkapi.

Stabilitas sistim keuangan mempunyai pengaruh yang positive terhadap stabilitas

harga. Pertama, stabilitas sistim keuangan akan menjamin adanya penawaran kredit yang lebih stabil dan aliran modal yang stabil, dimana kedua hal ini

merupakan prasyarat untuk menjaga pertumbuhan yang sustainable; Kedua,

stabilitas sistim keuangan akan membantu effektivenya transmisi kebijakan moneter. Stabilitas sistim keuangan secara implicit memberikan jalan bahwa

perubahan kebijakan moneter akan mempunyai dampak terhadap suku bunga

pasar sebagaimana yang diharapkan pengambil kebijakan. Dengan demikian,

perubahan kebijakan moneter akan mempengaruhi rumah tangga dan perusahaan

korporasi dan, pada akhirnya, inflasi serta mendorong kegiatan ekonomi.

Dilain pihak, stabilitas harga juga akan mempunyai dampak positive terhadap

stabilitas sistim keuangan. Keberhasilan kebijakan moneter akan sangat mempermudah tercapainya stabilitas sistim keuangan dengan hilangnya

mispersepsi atas singal kebijakan moneter sehingga inflasi dapat dijaga pada

(8)

8

memberikan rumah tangga dan perusahaan korporasi mendapatkan indikasi yang

jelas atas perubahan harga, sehingga bisa melakukan alokasi sumber daya yang

lebih effektive.

Namun demikian, stabilitas sistim keuangan dan stabilitas moneter kadang‐kadang memang tidak sejalan, pertanyaannya sejauhmana sasaran stabilitas sistim

keuangan bisa dipertimbangkan dalam kebijakan stabilitas moneter.

Kelihatannya telah terjadi kesepakatan diantara otoritas bank sentral bahwa dalam

kondisi ekstreem, yang dapat membahayakan stabilitas sistim keuangan, maka

kebijakan moneter bisa sementara diarahkan untuk mengatasi sementara

permasalahan di sektor keuangan. Sebagai contoh, bank sentral telah

melonggarkan likuiditasnya dalam kondisi krisis. Hal ini tidak pernah terjadi dalam kondisi normal.

Namun demikian, risiko terhadap instabilitas yang berasal dari ketidak seimbangan

di sektor keuangan (seperti capital inflow dan outflow melalui proses yang

panjang). Dalam kondisi demikian, pertanyaannya kembali menyangkut apakah

stabiltias sistim keuangan akan selalu dipertimbangkan secara explisit dalam

kebijakan moneter. Persoalan ini telah menjadi perdebatan oleh para pengambil kebijakan di bank sentral setiap kali akan mengambil kebijakan moneter.

Dalam kenyataannya beberapa bank sentral telah menerapkan inflation targeting yang lebih flexible dalam kebijakan moneternya dalam target horizon tertentu. Ini

bukti bahwa terdapat kemungkinan mempertimbangkan dampak dari ketidak

seimbangan di sektor keuangan terhadap proyeksi inflasi. Namun demikian perlu

digaris bawahi bahwa dampak negative dari ketidak seimbangan di sektor

keuangan akan terjadi dalam waktu yang relative lama, dan kemungkinan akan jauh lebih lama dari horizon target inflasi. Dalam kondisi demikian, maka perlu

dipertimbangkan kemungkinan terjadinya risiko apabila tidak memperhitungkan

dampak imbalance di sektor keuangan ini terhadap inflasi untuk jangka waktu

menengah dan panjang, terutama terhadap terjadinya turbulence perekonomian

dimasa mendatang. Dalam kondisi yang paling buruk, turbulence perekonomian dapat menimbulkan krisis keuangan. Undang‐undang bank sentral di New Zealand

secara explisit mengatakan bahwa bank sentral dalam menetapkan kebijakan

moneter harus mempertimbangkan effisiensi dan kesehatan sistim keuangannya.

Di Norwegia juga menerapkan inflation targeting yang lebih flexible dengan

mempertimbangkan stabilitas sistim keuangan dalam memformulasikan kebijakan moneternya, dengan pertimbangan bahwa ketidakseimbangan di sektor keuangan

akan sangat berpengaruh terhadap inflasi dan output serta dapat menimbulkan

ketidak stabilan di sistim keuangan. Seluruh bank sentral telah mendirikan unit

(9)

9

dan sektor riil terutama perilaku rumah tangga dan perusahaan korporasi sebagai

input kebijakan moneter.

VII. Tantangan kedepan

Meskipun pemikiran tentang stabilitas sistim keuangan telah berkembang dan

diterapkan secara formal oleh sebagian besar bank sentral di seluruh dunia, namun

tetap tidak ada jaminan bahwa akan terhindar dari krisis yang bersifat sistemik.

Krisis pada tahun 2008 yang baru lalu membuktikan bahwa masih banyak tantangan kedepan untuk lebih meningkatkan berbagai perhatian kita terhadap

pencegahan untuk menghindari terjadinya krisis dan penyelesain atas krisis itu

sendiri dengan pertimbangan bahwa sistim keuangan akan berkembang terus

sehingga dimungkinkan adanya sumber kerawanan yang belum terdeteksi

sebelumnya.

Peningkatan peraturan yang bersifat makroprudential merupakan agenda yang

penting kedepan sebagaimana yang telah dicanangkan dari berbagai program

bersama dibawah G20. Perkembangan capital inflow ke beberapa negara berkembang juga akan menjadi sumber kerawanan yang perlu menjadi perhatian

bersama.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan nilai tertinggi Kecamatan Maesaan akan sangat mempengarui daya dukung lahan pada daerah tersebut sehingga bisa swasembada pangan memberikan kehidupan yang

Dongsung Mulsan Bekasi yaitu ada beberapa aspek kerjasama tim yang ditetapkan oleh West (2002) yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja, yang pertama adalah tanggung

Berdasarkan deskripsi data di atas, bentuk ekoleksikon dalam teks berita konservasi di laman www.unnes.ac.id memuat ekspresi bahasa yang bersumber pada pesan atau

Bagi manusia sebagai makhluk tercerdas dibanding makhluk lain yang ada di bumi Bagi manusia sebagai makhluk tercerdas dibanding makhluk lain yang ada di bumi

bentuk apapun yang disebabkan karena akta ini, maka pora ---­ pihak yang membuat ke'cerangan dengan ini berjanj i dan ---­ mengikatkan dirinya untuk bertanggung

Dalam kondisi tertentu, apabila Insan PTPN VII tidak dapat menghindar untuk menerima pemberian dari Pihak Ketiga dan/atau pada posisi Gratifikasi yang dianggap suap tersebut sudah

17 proses pembelajaran jadi sebaiknya siswa harus benar menyusun kegiatan sehari-harinya, peningkatan juga terjadi pada indikator mengerjakan PR dikarenakan adanya

Beberapa tools yang digunakan oleh peneliti untuk melihat hasil dari implementasi teknik SEO (Search Engine Optimization) yang telah dilakukan antara lain