• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang Perusahaan Dalam Hubungan Kerja”. (Studi Kasus Putusan MARI Nomor 783 K Pid.Sus 2008)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang Perusahaan Dalam Hubungan Kerja”. (Studi Kasus Putusan MARI Nomor 783 K Pid.Sus 2008)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mengembangkan usahanya, Seorang pengusaha tidak mungkin

menangani seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan, maka dibutuhkan sumber

daya manusia yaitu karyawan/pekerja. Kebutuhan perusahaan akan sumber daya

manusia tersebut kemudian melahirkan hubungan kerja. Hubungan kerja terjadi

karena adanya suatu ikatan antara pekerja dengan pengusaha dalam pelaksanaan

pekerjaan. Dalam hubungan tersebut seorang pekerja akan menerima

perintah-perintah yang diberikan oleh pengusaha untuk dilaksanakan, sementara pengusaha

akan memberikan upah dan perlindungan berupa keselamatan dan kesehatan kerja

serta kesejahteraan berdasarkan kemampuan perusahaan.1

Dengan adanya hubungan kerja, seseorang dituntut untuk melakukan

pekerjaan dalam perusahaan. Karena bekerja pada suatu perusahaan, seorang

karyawan dapat mengetahui banyak hal mengenai perusahaannya yang tidak

diketahui orang lain termasuk rahasia perusahaan. Contohnya jika seorang pegawai

berdasarkan kontrak kerja diangkat sebagai kepala produksi, maka secara otomatis

mengetahui proses pembuatan dari produk tersebut mulai dari campuran bahan untuk

membuat formula hingga takaran yang digunakan. Informasi atas hal yang bersifat

rahasia itu tidak boleh dibawa keluar. Informasi rahasia tersebut diperoleh justru

1Soedarjadi,Hak dan Kewajiban Pekerja-Pengusaha, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2009), hal. 12.

(2)

karena ia karyawan disitu. Kalau dia bukan karyawan tentu dia tidak akan mengetahui

informasi itu. Konsekuensinya, sebagai seorang karyawan, ia wajib menjaga

kerahasiaan itu.2

Informasi rahasia bagi suatu perusahaan adalah semua informasi yang

berkaitan dengan perusahaan tersebut yang berharga dan tidak boleh diketahui oleh

perusahaan lain, terutama perusahaan saingannya (kompetitornya). Kerahasiaan suatu

informasi dapat harus dijamin kerahasiaannya, selama informasi tersebut belum

dibuka untuk publik atau dengan kata lain belum dipublikasikan dan masih

dipertahankan kerahasiaannya oleh pemiliknya. Perusahaan dalam hal ini bergerak

dalam usaha dagang yang bersifat komersil, sehingga informasi yang bersifat rahasia

dari perusahaan disebut sebagai rahasia dagang.3

Informasi yang dapat dilindungi sebagai rahasia dagang antara lain merupakan

informasi yang termasuk dalam kriteria :4

1. Merupakan informasi yang tidak diketahui umum.

2. Informasi itu meliputi bidang teknologi atau bisnis.

3. Mempunyai nilai ekonomis yang berguna dalam kegiatan usaha.

4. Dijaga kerahasiannya oleh pemiliknya.

Selain kriteria diatas, hal-hal yang bisa digolongkan sebagai rahasia dagang,

antara lain formula suatu produk yang kompleks, sulit dianalisis, teknik pembuatan

2 Antonius Artoshoki, dkk, Relasi Dengan Dunia (Alam, Iptek & Kerja), (Jakarta : Elex Media Komputendo, 2005), hal. 289.

(3)

yang rumit dan menjadi keunggulan dari produsennya, seperti pada pabrik farmasi,

pabrik semikonduktor, dan minuman ringan, informasi mengenai strategi perusahaan,

production line, marketing plan, dan informasi penting lainnya yang bisa

mempengaruhi harga saham suatu public company bila diketahui umum, kumpulan

informasi lengkap rancangan suatu konstruksi bangunan atau mesin, dan metode

konstruksi.5

Dalam dunia perdagangan, aspek informasi yang bersifat rahasia menjadi

sangat penting terutama bagi kalangan bisnis. Banyak informasi bisnis yang sangat

dibutuhkan oleh kalangan usaha yang sama. Oleh karena itu, informasi tersebut

dianggap mempunyai nilai komersial. Dengan demikian, bagi kalangan bisnis yang

mempunyai informasi rahasia menghendaki adanya upaya pencegahan terhadap para

pesaing bisnis untuk menemukan dan menggunakan informasi tersebut. Melihat

perkembangan tersebut maka perlu adanya perlindungan hukum bagi formasi bisnis,

industri maupun teknologi melalui rahasia dagang.6

Pengaturan tentang rahasia dagang di Indonesia tertuang dalam

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang yang telah diundangkan

Pemerintah pada tanggal 20 Desember 2000. Prinsip pengaturannya adalah

menegaskan pengakuan kepemilikan seseorang dan melarang penguasaan secara

tidak sah oleh orang lain suatu informasi yang bersifat rahasia yang memiliki nilai

5Adrian Sutedi, Op.cit.,hal. 128.

(4)

komersial.7 Dengan dikeluarkannya UU Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia

Dagang ini diharapkan akan semakin menambah adanya kepastian hukum dalam

setiap praktik bisnis di Indonesia.8

Tidak dapat dipungkiri agar suatu perusahaan dapat bertahan dalam dunia

usaha adalah dengan memenangkan persaingan yang ada. Banyak hal yang dapat

dilakukan untuk mencapai dan memenangkan persaingan dan semua hal tersebut akan

bermuara kepada prinsip ekonomi yang telah menjadi tradisi dunia usaha, yaitu

memperoleh laba yang sebesar-besarnya dengan biaya serta resiko yang seminim

mungkin.

Ketika suatu perusahaan menjadi terpusat pada suatu persaingan, akan

dilakukan segala cara untuk memenangkan persaingan tersebut. Akhirnya, dalam

perkembangan dunia usaha dikenal yang dinamakan persaingan usaha, dimana

terdapat sisi positif dan negatif yang mencuat didalamnya. Jelas terlihat bahwa

pergerakan dunia usaha yang demikian dinamis dengan segala persaingan usaha yang

ada didalamnya telah meningkatkan keinginan para investor menanamkan

investasinya di dunia usaha. Akan tetapi, terlihat pula apa yang dinamakan persaingan

curang dan monopoli. Kedua hal tersebut merupakan sisi negatif dari persaingan

usaha.

7Abdulkadir Muhammad,Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual,(Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001) hal. 250.

8Abdul R. Saliman, Hermansyah, Ahmad Jalis, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan : Teori dan

(5)

Banyak cara yang dapat ditempuh oleh para pengusaha dalam memperoleh

keunggulan dari perusahaannya lainnya. Salah satunya dapat kita lihat dari kasus

yang cukup terkenal, yang diputus di Negeri Belanda adalah kasus Cohen vs.

Lindenbaum.9

Kasus Cohen vs. Lindenbaum ini bermula dari penerimaan pegawai

Lindenbaum oleh Cohen melalui suatu iming-iming dan bujuk rayu yang disertai

dengan hadiah. Kepindahan karyawan Lindenbaum ke Cohen tersebut bukannya

tanpa imbalan. Karyawan Lindenbaum yang diperjakan oleh Cohen tersebut

selanjutnya dimanfaatkan oleh Cohen, dengan cara mengorek segala macam

informasi maupun data yang dimiliki oleh karyawan tersebut, khususnya yang

berhubungan dengan jalannya kegiatan operasional Lindenbaum, termasuk berbagai

informasi mengenai pembelian, pemasok (supplier), penjualan, promosi dan

advertensi, pelanggan (customer), serta proses penentuan harga (pricing). Perlu

diketahui bahwa baik Cohen maupun Lindenbaum adalah dua perusahaan percetakan

yang bersaing satu dengan yang lainnya. Dari informasi yang diperoleh tersebut,

Cohen kemudian menyusun strategi untuk merebut pangsa pasar Lindenbaum.

Mengetahui hal tersebut, bahwa Cohen telah memanfaatkan informasi rahasia

Lindenbaum dari pegawai yang dibajak oleh Cohen, Lindenbaum selanjutnya

menggugat Cohen dengan dasar gugatan perbuatan melawan hukum. Di pengadilan

(6)

tingkat pertama dan kedua, gugatan tersebut tidak berhasil, namun oleh Mahkamah

Agung, gugatan tersebut diterima.

Terjadinya pengungkapan informasi yang dimiliki satu pihak kepada pihak

lainnya tanpa diketahui oleh pemilik informasi dapat menimbulkan kerugian bagi

pemilik informasi tersebut. Dalam kasus diatas, pengungkapan informasi dilakukan

oleh buruh dari pemilik informasi dimana sebenarnya telah ada pengaturannya.

Pengaturan yang dimaksud di sini adalah kewajiban bagi buruh untuk menjaga

kerahasiaan informasi yang dimiliki oleh tempat dimana ia bekerja.10

Kewajiban untuk menjaga kerahasiaan timbul karena adanya hubungan

hukum antara satu pihak dengan pihak yang lain. Salah satu hubungan yang sering

memunculkan kewajiban menjaga rahasia dagang perusahaan adalah hubungan antara

majikan dan pegawai.11

Alasan yang mendasari kewajiban karyawan menyimpan rahasia perusahaan

adalah bahwa perusahaan adalah pemilik informasi rahasia itu. Membuka informasi

rahasia sama dengan mencuri. Milik tidak terbatas pada barang fisik saja tetapi

meliputi juga ide, pikiran, atau temuan dari seseorang. Dengan kata lain, disamping

milik fisik terdapat juga milik intelektual. Jadi, dasar untuk kewajiban

konfidensialitas dari karyawan adalahintellectual property.Umpamanya, perusahaan

farmasi melakukan banyak penelitian yang bertujuan mengembangkan obat baru. Jika

(7)

akhirnya mereka menemukan obat baru, tentu mereka akan sangat dirugikan, jika

hasil itu dibocorkan ke perusahaan farmasi lain.12

Kewajiban merahasiakan rahasia dagang perusahaan tidak saja berlaku selama

karyawan bekerja di perusahaan, tetapi berlangsung terus setelah ia pindah kerja. Jika

ia pindah kewajiban ini malah menjadi lebih aktual, terutama bila perusahaan baru itu

bergerak di bidang yang sama seperti perusahaan yang lama. Adalah sangat tidak etis,

jika seseorang pindah kerja sambil membawa rahasia perusahaan ke perusahaan baru,

supaya mendapat gaji lebih tinggi.13

Kebanyakan kasus di bidang pelanggaran rahasia dagang melibatkan salah

seorang pegawai yang telah menggunakan informasi yang diperoleh dari tempat kerja

majikannya selama atau setelah masa pekerjaan berakhir. Hal demikian juga terjadi di

Indonesia dan dapat dilihat dari Putusan MARI (Mahkamah Agung Republik

Indonesia) Nomor No. 783 K/Pid.Sus/2008 tertanggal 7 Januari 2009. Dalam Kasus

yang diperiksa Mahkamah Agung tersebut dapat diketahui bahwa Pengadilan Negeri

Jakarta Utara menerima gugatan mengenai adanya dugaan pelanggaran rahasia

dagang yang dilakukan oleh Danar Dono.

Danar Dono adalah pegawai di PT. Kota Minyak Automation sejak tahun

2005 dengan gaji sebesar Rp. 5.000.000.000,- (lima juta rupiah). Kemudian pada saat

PT. Kota Minyak Automation mengikuti tender pengadaan barang berupa cerobong

api di PT. Medco E&P Indonesia, lalu Danar Dono menjalankan tugasnya membuat

(8)

design, gambar, dokumentasi, kalkulasi harga, survey harga untuk penyusunan

proposal tender tersebut.

Pada saat itu juga PT. Envico mengikuti tender dan tanpa seizin serta

sepengetahuan dari Direktur PT. Kota Minyak Automation, Danar Dono membuat

proposal penawaran yang sama untuk PT. Kota Minyak Automation dengan harga

yang lebih tinggi sedangkan untuk proposal penawaran PT. Envico lebih rendah

dengan dan sengaja membuat PT. Kota Minyak Automation tidak memiliki software

untuk perhitungan “Ground Level Concentration” sehingga tidak lolos secara

tekhnikal, sehingga setelah tender dibuka oleh PT. Medco E&P Indonesia perwakilan

PT. Kota Minyak Automation kalah dan diurutkan nomor 2 (dua) sedangkan PT.

Envico menjadi pemenang nomor 1 dalam tender tersebut. Berdasarkan kejadian

tersebut, PT. Kota Minyak Automation telah dirugikan.

Berdasarkan bukti-bukti Pengadilan Negeri Jakarta Utara memeriksa perkara

dimaksud dan hasil pemeriksaan perkara tersebut Pengadilan Negeri Jakarta Utara

memberi putusan dengan isi amar putusannya adalah :

1. Menyatakan Danar Dono, telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana dengan sengaja tanpa hak mengingkari kesepakatan

untuk menjaga rahasia dagang;

2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa dengan pidana penjara selama 1 (satu)

tahun;

Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara ini Danar Dono

(9)

putusannya Mahkamah Agung menguatkan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara

tersebut.

Dari Amar Putusan MARI ini dapat dilihat bahwa rahasia dagang pada

dasarnya masuk dalam lingkup hukum perdata begitu pula hal nya dengan perjanjian

kerja yang sebenarnya termasuk dalam hukum keperdataan. Namun, dalam hal

pemberian sanksi terhadap pelanggaran rahasia dagang dapat dihadapkan pada

ancaman pidana disamping adanya sanksi perdata berupa ganti kerugian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, perlu dikaji lebih jauh

“Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang Perusahaan Dalam Hubungan

Kerja”. (studi kasus putusan MARI nomor 783 K/Pid.Sus/2008).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pembahasan

akan dibatasi dalam beberapa permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana hubungan antara rahasia dagang dengan perjanjian kerja?

2. Bagaimana bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap rahasia dagang pemilik

rahasia dagang?

3. Apakah putusan MARI Nomor 783 K/Pid.Sus/2008 telah sesuai dengan

Undang-Undang nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan yang ada di atas, maka yang menjadi tujuan dalam

(10)

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan hubungan rahasia dagang dengan perjanjian

kerja.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan bentuk-bentuk perlindungan rahasia dagang

yang dapat dilakukan oleh pemilik rahasia dagang.

3. Untuk mengetahui apakah putusan MARI Nomor 783 K/Pid.Sus/2008 telah

sesuai dengan Undang-Undang nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang

atau belum.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun secara praktis, adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis untuk menambah literatur tentang perkembangan hukum,

khususnya mengenai rahasia dagang.

2. Secara praktis sebagai sumber informasi bagi masyarakat umum, khususnya bagi

pihak yang berkepentingan tentang rahasia dagang.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelusuran pustaka di lingkungan Universitas Sumatera

Utara, khususnya di lingkungan Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara

menunjukkan bahwa penelitian dengan judul: “Perlindungan Hukum Terhadap

Rahasia Dagang Perusahaan Dalam Hubungan Kerja (studi kasus putusan MARI

nomor 783 K/Pid.Sus/2008).” ini belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan

perumusan masalah yang sama, walaupun ada beberapa topik yang mirip, namun

(11)

Ada ditemukan penelitian sebelumnya tentang hak kekayaan intelektual

mengenai rahasia dagang, namun topik permasalahan dan bidang kajiannya berbeda

dengan penelitian ini, peneliti tersebut antara lain :

1. Himalay Taufan (067011041), Magister Kenotariatan Universitas Sumatera

Utara, dengan judul “Perlindungan Hukum Atas Rahasia Dagang”. Adapun

permasalahan yang di bahas dalam penelitian tersebut adalah :

a. Bagaimanakah perlindungan hukum atas rahasia dagang?

b. Bagaimana upaya pemilik rahasia dagang dalam mempertahankan eksistensi

rahasia dagangnya untuk mengatasi persaingan usaha tidak sehat yang

dilakukan oleh kompetitor yang tidak beritikad baik?

c. Bagaimana bentuk upaya penyelesaian sengketa pelanggaran rahasia dagang?

Dengan demikian jelas bahwa penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan

asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka.Sehingga penelitian ini

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo kata teori berasal dari kata theoria

yang artinya pandangan atau wawasan, kata teori mempunyai banyak arti dan

biasanya diartikan sebagai pengetahuan yang hanya ada dalam alam pikiran tanpa

dihubungkan dengan kegiatan yang bersifat praktis.14 Teori adalah untuk

(12)

menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.15

Sedangkan kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam

membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.

Kerangka teori atau landasan teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau

butir-butir pendapat teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang bagi si

pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis yang mungkin disetujui atau

tidak disetujui, yang dijadikan masukan eksternal dalam membuat kerangka berpikir

dalam penulisan.16

Sedangkan menurut H.R. Otje Salman dan Anthon F. Susanto, teori berasal

dari kata theoria dalam bahasa Latin yang berarti perenungan yang pada gilirannya

berasal dari katathea dalam bahasa Yunani yang secara hakiki menyiratkan sesuatu

yang disebut dengan realitas. Dalam banyak literatur beberapa ahli menggunakan kata

ini untuk menunjukkan bangunan berpikir yang tersusun secara sistematis, logis

(rasional), empiris (kenyataannya), juga simbolis.17

Tugas teori hukum ialah memberikan suatu analisis tentang pengertian hukum

dan tentang pengertian-pengertian lain yang dalam hubungan ini relevan, kemudian

menjelaskan hubungan antara hukum dengan logika dan selanjutnya memberikan

suatu filasafat ilmu dari ilmu hukum dan suatu ajaran metode untuk praktek hukum.18

15 JJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-Asas, (Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Penyunting M. Hisyam , 1996), hal. 203.

16M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian,(Bandung : Mandar Madju, 1994), hal. 80. 17H.R. Otje Salman S dan Anthon F. Susanto,Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan dan

Membuka Kembali, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2010), hal. 21.

18B. Arief Sidharta, Meuwissen, Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum,

(13)

Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau proses tertentu terjadi19, Menurut Soerjono Soekanto bahwa “Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian

dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori”20

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perlindungan

hukum yang dikemukakan oleh Philipus M Hadjon. Perlindungan hukum artinya

suatu perlindungan yang diberikan oleh perangkat hukum baik yang bersifat preventif

maupun yang bersifat represif, baik melalui hukum tertulis maupun hukum tidak

tertulis yang diberikan terhadap subjek hukum dengan tujuan memberikan suatu rasa

aman, damai, tertib dan pasti dalam kehidupan sehari-hari subjek hukum.21

Perlindungan hukum preventif merupakan sebuah bentuk perlindungan yang

mengarah pada tindakan yang bersifat pencegahan. Tujuannya adalah meminimalisasi

peluang terjadinya pelanggaran rahasia dagang. Langkah ini difokuskan pada

perlindungan terhadap hak eksklusif pemilik dan pemegang hak atas rahasia dagang.

Perlindungan hukum represif yang dilakukan untuk menyelesaikan atau

menanggulangi suatu peristiwa atau kejadian yang telah terjadi, yaitu berupa

pelanggaran hak atas rahasia dagang. Tentunya dengan demikian peranan lebih besar

berada pada lembaga peradilan dan aparat penegak hukum lainnya.22

19

S. Mantayaborbir, Sistem Hukum Pengurusan Piutang Negara, (Jakarta : Pustaka Bangsa Press, 2004), hal. 13.

20 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia (UI Press), 1986), hal.6.

21 Otje Salman, Teori Hukum (Suatu Pencarian/Penelaahan), (Jakarta : Grenada Media ,2007), hal. 19.

(14)

Perlindungan hukum menunjukkan arti bahwa hukum itu melindungi sesuatu.

Sesuatu yang dilindungi oleh hukum adalah kepentingan manusia, karena memang

hukum itu dibuat oleh dan untuk manusia atau masyarakat. Kepentingan pada

hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam

melaksanakannya.

Perlindungan hukum diperlukan untuk mewujudkan fungsi hukum dan tujuan

hukum. Pada umumnya ahli-ahli hukum sudah sepakat mengatakan bahwa fungsi

hukum merupakan perlindungan kepentingan manusia, sementara tujuan pokok

hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang terbit, menciptakan ketertiban

dan keseimbangan. Dengan terciptanya ketertiban di dalam masyarakat diharapkan

kepentingan manusia terlindungi.

Hukum juga memberikan perlindungan terhadap hak yang dimiliki oleh

manusia. Sanusi Bintang dalam bukunya yang berjudul “Hak Cipta” mengartikan hak

sebagai Kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk dipergunakan secara

bebas.23Menurut Satjipto Raharjo Hak tidak saja berarti kewenangan yang dilindungi

oleh hukum namun juga menekankan pada pengakuan atas wewenang dari hak

tersebut.24

Diantara hak-hak yang diakui oleh masyarakat global harus mendapat

perlindungan adalah Intelectual Property Rights atau disebut juga hak kekayaan

intelektual, hak yang secara khusus diperuntukkan bagi perlindungan hasil karya atau

(15)

pikiran manusia. Beberapa penulis hukum adapula yang menggunakan istilah Hak

Milik Intelektual. Hak Milik Intelektual tersebut meliputi:

a. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya, bersifat tetap

dan eksklusif;

b. Hak yang diperoleh pihak lain atas izin dari pemilik, bersifat sementara.25

Secara konseptual, rahasia dagang dapat dikelompokkan dan menjadi bagian

dari Hak Kekayaan Intelektual Nasional. Hal ini sejalan dengan pemahaman bahwa

objek rahasia dagang pada dasarnya adalah informasi yang merupakan karya

intelektual manusia yang oleh pemiliknya sengaja disimpan atau dirahasiakan dan

dijaga sedemikian rupa untuk melindungi kepentingannya.26

Bagi Indonesia, upaya untuk memberikan perlindungan terhadap rahasia

dagang makin mendesak untuk diatur dengan Undang-undang terutama untuk

menjamin perlindungan bagi pemilik atau pemegang rahasia dagang. Adanya

perlindungan tersebut akan mendorong timbulnya penemuan baru meskipun

diperlakukan sebagai rahasia, tetap mendapat perlindungan hukum dalam rangka

kepemilikan, penguasaan atau pemanfaatan oleh penemunya. Perlindungan rahasia

dagang juga diperlukan untuk mengamankan dan menjamin kepentingan pemiliknya,

terutama yang berkaitan dengan mobilitas perpindahan tenaga kerja antar perusahaan

dan bahkan antar negara yang kemungkinan besar membawa serta rahasia dagang

milik perusahaan.

25 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2001), hal. 1.

(16)

Pada dasarnya perlindungan rahasia dagang adalah untuk mewujudkan dan

mengembangkan etika bisnis dengan cara mencegah praktek dagang yang tidak wajar

atau curang yang dapat merugikan kepentingan orang lain. Praktek serupa itu dapat

berlangsung dalam bentuk pencurian atau penyadapan informasi, spionase industri

maupun bentuk-bentuk pelanggaran lain yang berupa pengingkaran terhadap

kesepakatan untuk menjaga kerahasiaan suatu rahasia dagang.

Dari segi lingkup perlindungan, yang diatur adalah rahasia dagang yang

berupa informasi yang bersifat rahasia, mempunyai nilai ekonomi, dan dipertahankan

kerahasiaan melalui upaya-upaya sebagaimana mestinya. Undang-undang memberi

batasan bahwa suatu informasi dianggap rahasia apabila hanya diketahui secara

terbatas oleh pihak tertentu saja atau tidak diketahui secara umum. Meskipun bersifat

abstrak, nilai ekonomi informasi tersebut harus dapat dikuantifikasi karena dapat

digunakan untuk menjalankan kegiatan usaha atau usaha yang menghasilkan

keuntungan. Informasi tersebut akan tetap menjadi rahasia dagang apabila dijaga

kerahasiaannya dengan melakukan upaya perlindungan melalui langkah-langkah yang

memadai.27

Guna menentukan kualitas suatu informasi, apakah rahasia ataupun bukan,

serta memiliki nilai ekonomi, sehingga perlu dilindungi, maka bisa diuji dengan

melihat 4 (empat) kriteria, yaitu:28

27

Ibid.,hal.251.

(17)

1. Apakah dengan terbukanya informasi itu mengakibatkan pemiliknya memperoleh

kerugian.

2. Pemilik informasi itu yakin bahwa informasinya itu mempunyai nilai yang perlu

dirahasiakan dan tidak semua orang memilikinya.

3. Pemilik informasi tersebut mempunyai alasan tertentu atas kerugian maupun

keyakinan kerahasiaan informasi tersebut.

4. Informasi rahasia tersebut mempunyai kekhususan dan bermula khusus dari atau

dalam praktek perdagangan dan perindustrian.

Dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat diketahui bahwa yang menjadi subjek

perlindungan rahasia dagang adalah pemilik rahasia dagang. Pemilik rahasia dagang

adalah orang yang memiliki dan menjaga kerahasiaan infomasi yang mempunyai nilai

ekonomi di bidang teknologi dan/atau bisnis karena informasi tersebut berguna dalam

kegiatan usahanya.29

2. Konsepsi

Konsep adalah salah satu bagian terpenting dari teori.Konsepsi diterjemahkan

sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang

disebut denganoperational definition.30Pentingnya definisi operasional adalah untuk

menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu

29Yusran Isnaini, Buku Pintar Haki, ( Bogor : Ghalia Indonesia, 2010 ) hal. 98.

30Sutan Remi Para y Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang

(18)

istilah yang dipakai.31 Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional

diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu :

1. Perlindungan Hukum adalah penegakan hak yang diberikan oleh hukum kepada

pemilik rahasia dagang apabila kepentingan/haknya dilanggar oleh orang lain

yang tidak berhak.

2. Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang

teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam

kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik rahasia dagang32.

3. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik

orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik

swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan

membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; usaha sosial dan

usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan

membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.33

4. Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh

berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan

perintah.34

31Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia : Suatu Tinjauan Putusan

Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, Disertasi (Medan : PPs-USU, 2002) hal. 35. 32Pasaal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang. 33Pasal 1 angka 6 -Unadang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

(19)

G. Metode Penelitian

Metode ( Inggris : method, Latin : methodus, Yunani : methodos – meta

berarti sesudah, di atas, sedangkan hodos, berarti suatu jalan, suatu cara ). Mula-mula

metode diartikan secara harfiah sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi

penyelidikan atau penelitian berlangsung menurut suatu rencana tertentu. Metode

penelitian secara harfiah menggambarkan jalan atau cara penelitian tersebut dicapai

atau dibangun.35 Metodologi penelitian merupakan penelitian yang menyajikan

bagaimana cara atau prosedur, maupun langkah-langkah yang harus diambil dalam

suatu penelitian ecara sistematis dan logis sehingga dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya.36

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian hukum

yuridis normatif atau penelitian hukum doktrinal yaitu penelitian hukum yang

menggunakan sumber data sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan

pustaka dengan meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian,

meliputi penelitian terhadap azas-azas hukum, sumber-sumber hukum, teori hukum,

buku-buku, peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah serta dapat

menganalisa permasalahan yang dibahas.37

Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal dikonsepkan

sebagai apa yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law as it is

35Johnny Ibrahim,Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif,(Malang : Bayu Media Publishing, 2008), hal. 25 – 26.

36Sutrisno Hadi,Metodologi Riset Nasional, (Magelang : Akmil, 1987) hal. 8.

(20)

written) atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan

patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.38

Penelitian hukum doktrinal dilakukan dengan cara melakukan pengumpulan

peraturan perundangan. Peraturan tersebut dikumpulkan dengan cara mengkoleksi

publikasi-publikasi dan dokumen-dokumen yang mengandung peraturan-peraturan

hukum positif. Setelah bahan-bahan tersebut terkumpul, kemudian diklasifikasi

secara sistematis untuk melakukan inventarisasi data sebagai bahan perpustakaan saat

melakukan penelitian serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam

peraturan perundangan di Indonesia.39

Penelitian ini bersifat preskriptif analitis, yang mempelajari tujuan hukum,

nilai-nilai keadilan, validalitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan

norma-norma hukum. Suatu penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan saran-saran

mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tertentu.40

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan perundang-undangan (statute

aprroach) yang dilakukan dengan mencari dan menelaah semua peraturan

perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang

ditangani. Oleh karena itu untuk memecahkan suatu isu hukum harus menelusuri

berbagai produk peraturan perundang-undangan.41Dalam hal ini dilakukan studi

38 Muslan Abdurrahman, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum, (Malang: UMM Press, 2009),hal. 127.

39Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), hal. 81-82.

40Soekanto, Soerjono,Op.Cit.,hal.10.

(21)

pustaka yang segala sesuatunya berkaitan dengan pengaturan hukum mengenai

Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang Perusahaan Dalam Hubungan Kerja.

2. Sumber Data Penelitian

Berhubung metode penelitian adalah penelitian hukum normatif maka sumber

data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari bahan penelitian

yang berupa bahan-bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder dan bahan hukum tersier, seperti:42

a. Bahan Hukum Primer yaitu : bahan-bahan hukum atau dokumen peraturan yang

mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang berupa bahan pustaka yang

berisikan peraturan perundang-undangan, yang antara lain terdiri dari :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

2. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.

3. Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang.

4. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tantang Ketenagakerjaan.

5. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

6. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

7. Peraturan perundangan lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

b. Bahan Hukum Sekunder yaitu :bahan-bahan hukum yang berkaitan erat dan

memberikan penjelasan bahan hukum primer yang ada dan dapat membantu

untuk proses analisis seperti buku-buku yang ditulis para ahli hukum, doktrin /

(22)

pendapat / ajaran dari para ahli hukum, hasil seminar, sumber dari laman dunia

maya / internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang menjadi

objek penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier yaitu : semua bahan yang memberikan petunjuk,

penjelasan dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer

dan sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan

studi pustaka, yaitu menghimpun data dari hasil penelaahan bahan pustaka atau data

sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan

hukum tersier. Untuk memperoleh data sekunder yang berupa bahan hukum primer,

sekunder dan tersier, dalam penelitian ini akan menggunakan alat penelitian studi

dokumen/pustaka atau penelitian pustaka (library research) dengan cara

mengumpulkan semuaperaturan perundangan, dokumen-dokumen hukum dan

buku-buku yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.43 4. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke

dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.44

Dalam penelitian ini bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan

hukum tersier yang sebelumnya telah disusun secara sistematis kemudian akan

43Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmad,Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010), hal. 156-159.

(23)

dianalisa dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif.

Kualitatif berarti akan dilakukan analisa data yang bertitik tolak dari penelitian

terhadap asas atau prinsip sebagaimana yang diatur di dalam bahan hukum primer

dan kemudian akan dibahas lebih lanjut menggunakan sarana pada bahan hukum

sekunder, yang tentunya akan diupayakan pengayaan sejauh mungkin dengan

didukung oleh bahan hukum tersier. Dalam hal penelitian ini menggunakan metode

deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari yang umum ke yang khusus.

Adapun tahapan untuk menganalisa bahan-bahan hukum yang telah ada

tersebut, secara sederhana dapat diuraikan dalam beberapa tahapan :

1. Tahapan pengumpulan data, yakni mengumpulkan dan memeriksa bahan-bahan

pustaka misalnya ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan

langsung dengan permasalahan yang sedang diteliti.

2. Tahapan pemilahan data, dalam tahapan ini seluruh data yang telah dikumpulkan

sebelumnya akan dipilah-pilah secara sistematis dengan mempedomani konteks

yang sedang diteliti, sehingga akan lebih memudahkan dalam melakukan kajian

lebih lanjut terhadap permasalahan di dalam penelitian tesis ini;

3. Tahapan analisis data dan penulisan hasil penelitian, sebagai tahapan klimaks

dimana seluruh data yang telah diperoleh dan dipilah tersebut akan dianalisa dengan

seksama dengan melakukan interpretasi / penafsiran yang diperlukan dengan

berpedoman terhadap konsep, asas dan kaidah hukum yang dianggap relevan dan

sesuai dengan tujuan utama daripada penelitian ini. Hasil penelitian kemudian akan

dituangkan dalam bentuk tertulis yang diharapkan akan dapat menjawab

permasalahan yang ada, sehingga hasil penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi ini mengunakan metode pendekatan normatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan

ini. 20 Dan nantinya akan dihubungkan dengan data primer yang diperoleh dari penelitian langsung dilapangan. Data sekunder terdiri. dari bahan hukum primer, bahan

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :.. 1) Bahan hukum primer. Bahan hukum primer diperoleh berdasarkan

Data sekunder yaitu data yang mendukung keterangan atau menunjang kelengkapan data primer. Data sekunder terdiri dari:.. 1) Bahan-bahan hukum primer, meliputi:

Bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah sumber bahan hukum berasal dari Undang-Undang Dasar

Data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini, adalah data yang diperoleh dari sumbernya baik bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, yaitu:.. Bahan hukum

dalam penelitian ini Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui bahan pustaka yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan

“Pendekatan yuridis normatif yaitu menekankan pada ilmu hukum dengan menitik beratkan pada data sekunder, yang berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tertier”, dan untuk melengkapi