• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA FENG SHUI BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT TIONGHOA KOTA MEDAN 印尼棉兰华裔对风水的理解和意义分析研究 (Yìnní Mián Lán Huáyì Duì Fēngshuǐ De Lǐjiě Hé Yìyì Fēnxī Yánjiū) Chapter III VI"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan kebenaran Mardalis (2003:24). Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Nawawi dan Martini (1995:209), ”penelitian kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses menjaring data ataupun informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada obyeknya”. Metode dapat juga diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud

(dalam ilmu pengetahuan, dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan Djajasudarma (2006:1). Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan Narbuko dan Achmadi (1997:1). Jadi metode penelitian adalah suatu rangkaian langkah-langkah yang teratur dan terpikir baik yang dilakukan guna mendapatkan pemecahan masalah. Dalam penelitian ini, digunakan metode kualitatif deskriptif.

Untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam penulisan tulisan ini, penulisan menggunakan metode studi kepustakaan (library research) dan pengamatan lapangan (field research).

(2)

Data dan sumber data untuk penulisan skripsi ini diambil dari buku-buku, jurnal, majalah, dan sumber-sumber lainnya yang dapat memberikan informasi akurat yang berhubungan dengan topik penulis. Data yang didapatkan melalui pengamatan lapangan adalah hasil wawancara dan dokumentasi. Data diperoleh dari sumber primer dan sekunder.

Sumber data primer adalah:

1. Sumber : Effendi (Wu Chang Sung) Profesi : Juru Tulis Vihara

Alamat : Jl. Binjai pasar V gg. Lapangan tua no. 14 kampung lalang

2. Sumber : Andie Arif Wicaksono

Profesi : Arsitek dan Konsultan Feng Shui Alamat : Jl. Kantal Baru no. 5 Yogyakarta

Sumber data sekunder adalah:

1. Sumber : Solusi Feng Shui Halaman : 307 Halaman

Penerbit : PT Elex Media Koputindo

Tahun : 2008

Warna cover : Hitam

(3)

Halaman : 107 Halaman Penerbit : Griya Kreasi

Tahun : 2011

Warna cover : Kuning

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan penting dalam proses penelitian karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai penelitian mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang diteliti.

Teknik pengumpulan data dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu dengan cara: studi kepustakaan (library research) dan pengamatan lapangan (field research). Library research yaitu pengumpulan data-data dan informasi yang bersumber dari naskah, catatan, artikel, buku-buku kepustakaan yang berkaitan dengan Feng Shui. Langkah berikutnya adalah melakukan pencatatan yang berhubungan dengan data yang mendukung analisis penulis; melakukan pengaturan data setelah mendapatkan data dari berbagai sumber data; menelaah data yang sudah didapat, mengklasifikasian data-data tersebut dan penganalisisan data, serta yang terakhir adalah menyimpulkan data. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan dengan penggarapan masalah dan untuk mengetahui sejauh mana data yang sudah diperoleh dari peneliti terdahulu.

(4)

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penlitian berada di Kota Medan, tepatnya Jl. Bandar Baru Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Medan Timur. Lokasi penelitian ini dihuni oleh masyarakat Tionghoa yang sebagian besar memiliki mata pencaharian dibidang perdagangan. Alasan pemilihan lokasi adalah karena banyaknya masyarakat Tionghoa yang bermukim disana dan mengerti dengan Hong Shui (Feng Shui). Penduduk di daerah ini juga mayoritas bersuku Tionghoa yang pada umumnya juga mengerti tentang Feng Shui.

3.3.2 Obervasi

Observasi berarti setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan indera penglihatan yang juga berarti tidak melakukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 1995:69). Dalam pengumpulannya pengamatan dilakukan secara langsung terhadap subyek yang akan diteliti. Selama penelitian dilakukan tiga kali observasi ke tempat pemukiman masyarakat Tionghoa yang menggunakan Feng Shui.

3.3.3 Wawancara

(5)

mengatakan, ”...kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatat data hasil wawancara.”

Berdasarkan pendapat Koentjaraningrat tersebut, maka penulis juga mengacu pada pendapat Soehartono (1995:67) yang mengatakan,”...wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung oleh si pewawancara, jawaban responden akan dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder)”. Koentjaraningrat (1981:139) juga mengemukakan bahwa wawancara terdiri dari beberapa bagian yaitu,

”...wawancara terfokus, bebas dan sambil lalu. Wawancara terfokus diskusi berpusat pada pokok permasalahan. Dalam wawancara bebas diskusi langsung dari suatu masalah ke masalah lain tetapi tetap menyangkut pokok permasalahan. Wawancara sambil lalu adalah diskusi langsung yang dilakukan untuk menambah/melengkapi data yang sudah terkumpul.”

Sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat dan Soeharto mengenai hal kegiatan wawancara, maka sebelum wawancara dilakukan penulis mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan wawancara demi kelancaran, yaitu alat tulis dan daftar pertanyaan.

3.3.4 Dokumentasi

(6)

3.3.5 Studi Kepustakaan

Pengumpulan data-data dan informasi yang bersumber dari naskah, catatan, artikel, buku-buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan Feng Shui dan penerapannya. Langkah berikutnya penulis akan melakukan pencatatan yang berhubungan dengan data yang mendukung analisis penulis; melakukan pengaturan data setelah mendapatkan data dari berbagai sumber data; menelaah data yang sudah didapat, mengklasifikasian data-data tersebut dan penganalisisan data, serta yang terakhir adalah menyimpulkan data. Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan data yang relevan dengan penggarapan masalah dan untuk mengetahui sejauh mana data yang sudah diperoleh dari peneliti terdahulu dan mendukung serta melengkapi hasil wawancara.

3.4 Teknik Analisis data

Data adalah informasi yang didapat melalui pengukuran-pengukuran tertentu, untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi logis menjadi fakta. Fakta adalah kenyataan yang telah diuji kebenarannya secara empiris, antara lain melalui analisis data (Abdurahman, 2005:104).

(7)

lima puluh persen kegiatan dalam seluruh proses penelitian adalah membaca. Karena itu, sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian (Abdurahman, 2005:17).

Setelah data diperoleh baik dari observasi, wawancara dan dokumentasi maupun informasi mengenai Feng Shui maupun informasi mengenai yang diperoleh dari buku, jurnal, artikel, dsb, maka penulis melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan data yang diperoleh antara bentuk, fungsi dan makna Feng Shui. 2. Memutar ulang hasil wawancara yang didapatkan dari informan berupa rekaman dari

tape recorder, agar data yang dikumpulkan dapat digunakan dengan benar sesuai dengan penelitian.

(8)

BAB IV

GAMBARAN UMUM FENG SHUI

4.1 Gambaran Umum Feng Shui

Secara harafiah arti kata Feng Shui dalam bahasa mandarin adalah:

Feng ( ฀ )= Angin, Shui ( 水 )= Air. Feng/Angin mewakili anasir Yang atau positif, sedangkan Shui/Air mewakili anasir Yin/Negatif. Anasir Yang dan Yin adalah dasar filosofi dari semua pengetahuan Tiongkok purba yang akhirnya juga diakui sebagai dasar dari logika yang ada di dunia. Gabungan kata Feng dan Shui dijadikan simbol pengetahuan tentang pengaruh alam lingkungan tehadap bangunan, bangunan terhadap kehidupan penghuninya.

Gambar 4.1 Hanyu Pinyin Feng Shui dalam Bahasa Indonesia Sumber : Buku Solusi Feng Shui

(9)

terjadi penyimpangan ketika Feng Shui disalahgunakan untuk ramalan nasib manusia yang kesannya menjadi mistik/klenik. Penerapan Feng Shui yang benar dapat mendatangkan keberuntungan-keberuntungan fisik dan non-fisik dalam berbagi aspek dalam kehidupan (Junianto, 2009:3).

Feng Shui memiliki intisari, intisari Feng Shui diantaranya adalah Yin-Yang. Yin melambangkan pasif (hitam) dan Yang melambangkan aktif (putih). Yin-Yang digunakan sebagai simbol keseimbangan dan keselarasan. Dalam Feng Shui dikenal juga lima unsur. Lima unsur ini merupakan lima unsur utama dari alam yakni kayu, api, tanah, logam dan air. Jika lima unsur tersebut berada dalam urutan yang benar dan posisi yang tepat, maka kelima unsur ini akan saling mendukung dan menghasilkan dalam kehidupan manusia (Junianto, 2009:3)

(10)

Dalam penyebarannya pada zaman dahulu, Feng Shui sering kali identik dengan mitos. Hal ini karena masyarakat zaman dahulu lebih cepat tunduk pada sesuatu yang berhubungan dengan supranatural. Namun dalam perkembangannya saat ini, mitos dewa-dewa ini tidak dipercaya begitu saja oleh orang-orang. Hal ini terkait dengan semakin rasionalnya cara berpikir manusia masa kini, walaupun pemahaman Feng Shui sebagai ilmu empiris belum dipahami oleh semua orang. Masih ada sebagian orang yang menganggap bahwa Feng Shui adalah mitos belaka (Wicaksono, 2010:6)

4.2 Sejarah dan Perkembangan Feng Shui

Munculnya Feng Shui tidak serta merta terjadi secara instan, namun melewati berbagai proses yang panjang. Feng Shui merupakan sebuah metamorphosis yang telah ada sejak lebih dari 4700 tahun yang lalu. Ilmu telah mengalami perubahan yang begitu besar jika ditilik dari waktu ke waktu. Proses ini diawali dengan ditemukannya I Ching (kitab perubahan), yaitu sebuah kitab kuno Cina yang sangat termasyur berisi prinsip kebenaran yang dianggap sebagai perubahan alam dan segala isinya. Karya klasik Cina ini dimuliakan selama ribuan tahun sebagai tuntutan atas keberhasilan dan sumber kebijakan. Hampir semua falsafah Cina berakar dari kitab ini.

(11)

mengikutu hukum kehidupan (Hukum alam/ Li). Kaisar Fu Xi berhasil menemukan perhitungan kotak ajaib, kala itu ia menemukan kura-kura raksasa hitam merayap keluar dari sungai Lo. Ia sangat terpukau pada pola titik-titik air yang terdapat pada punggung kura-kura tersebut. Dari punggung kura-kura itulah perhitungan akan kotak Lo Shu didapat. Lo Shu adalah perhitungan Feng Shui yang menggunakan pola angka 1 sampai 9. Setiap angka terdapat pada satu kotak kecil yang terdapat pada punggung kura-kura, terdiri dari 3 vertikal dan 3 horizontal. Jika semua vertikal maupun horizontal dijumlahkan, maka akan selalu menghasilkan angka 15.

Gambar 4.2 Diagram Lo Shu Sumber : Ambiente, 1994

(12)

Peta Lo Shu berubah menjadi sumber inspirasi utama yang mempengaruhi konsep peta manusiawi dan dimualailah era dimana Ba Gua dipakai sebagai alat memperediksi perubahan tingkah pola kehidupan manusia. Ba Gua susunan langit awal ini sering disebut sebagai Xian Tian Ba Gua atau peta surgawi. Ba Gua cenderung dipakai sebagai alat memprediksi fenomena yang terjadi di alam untuk menghitung bangunan yang bersifat monumental, seperti rumah ibadah, istana kerajaan, formasi kota, makam, dan lain-lain. Metode utama yang digunakan pada era ini masih sederhana sekali, yaitu: mengevaluasi bentuk-bentuk tanah dataran tinggi dan dataran rendah, kecukupan air dan pola aliran air. Pakar Feng Shui pada masa itu disebut dengan istilah Fang Shi atau seseorang yang mempelajari ilmu metafisika.

Gambar 4.2 Ba Gua Susunan Langit Awal

Sumber :

(13)

zaman yang lebih maju untuk memahami nama-nama benda beserta hukum alam yang harus diketahui. Perubahan Ba Gua menjadi 64 Hieragram akhirnya disimpulkan sebagai akar kebudayaan dan pengetahuan Cina kuno. Selanjutnya isi peta manusiawi ini disempurnakan oleh Khong Hu Cu (551-479 SM) dan dikenal dengan nama kitab I Ching. Ia menambahkan sepuluh sayap dalam I Ching sebagai tafsir penjelasan dan mengembangkannya secara khusus sebagai sumber penghayatan hidup dan pendalaman spiritualitas.

Kaisar Chin Shi Huang Ti (221-206 SM) adalah pendiri Dinasti Qin, yang berkuasa dengan masa jabatan yang singkat, tetapi merupakan kaisar lalim yang berkuasa dengan tangan besi dan telah berhasil menyatukan Cina kembali setelah porak-poranda akibat pertikaian dalam negeri, dimana hanya tersisa tujuh Negara yaitu : Qin, Qi, Chu, Yan, Han, Zhao dan We. Kaisar inilah yang meninggalkan karya sejarah spektakuler berupa dua keajaiban dunia yaitu Tembok Besar Cina dan Terracotta. Kaisar Chin juga mengharuskan pemusnahan terhadap kitab-kitab yang tidak sesuai dengan misi kekaisaran Qin. I Ching termasuk salah satu dari sebagian kecil kitab yang berhasil diselamatkan.

(14)

Pada zaman kejayaan Dinasti Han dibangun perlintasan Jalur Sutra yang merupakan jalur lalu lintas darat. Jalur ini dipakai sebagai jalur perlintasan luar negeri, yang menghubungkan Cina, Turki, india bahkan sampai Afganistan. Jalur ini juga digunakan untuk penyebaran agama Budha di Cina oleh para Biksu dari India dan akhirnya agama ini membaur dengan agama pribumi di Cina yaitu agama Tao dan Khong Hu Cu, kemudian berkembang kembali sebagai agama Chinesse Buddhism yang di Indonesia dikenal sebagai agama Kelenteng. I Ching dikembangkan secara resmi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum pendidikan, bahkan dijadikan sebagai bahan pelajaran wajib yang harus dikuasai oleh para Sia Cai (sarjana) saat mengikuti ujian tingkat nasional. Kemudian berkembang pula I Ching versi Buddhis dan Taoisme. Perpaduan inilah yang kemudian menghasilkan teks standar I Ching. I Ching perpaduan ini dijadikan oleh para ilmuan dunia dalam menelaah dan kemudian mempelajari I Ching yang kemudian disusun lagi pada zaman Dinasti Tang hingga akhirnya muncullah Feng Shui.

(15)

Buku ini dikembangkan menjadi dasar-dasar Feng Shui dan dikenal sebagai Feng Shui aliran bntuk yang mengacu pada penentuan letak Naga Hijau dan Macan Putih sebagai faktor penentu kedudukan Nafas Kosmis (Qi/Energi Pembawa Keberuntungan). Wang Zhi seorang ahli perbintangan yang hidup di zaman Dinasti Sung (960 M), memperkenalkan Feng Shui aliran kompas yang berpengaruh pada planet terhadap kualitas baik buruknya suatu tempat/lahan/bangunan. Pada akhir abad ke 19 dengan awal abad ke 20 kedua aliran yang tadinya berjalan sendiri-sendiri ini, digabungkan menjadi prinsip perhitungan Feng Shui yang saling mengisi dan berkaitan.

Gambar 4.2 Luo Ban yang biasa dipakai pakar Feng Shui Aliran Kompas

Sumber: www.google.id

4.3 Elemen-elemen Feng Shui

(16)

setiap elemen saling berpengaruh dalam siklus produktif/menguntungkan dan destruktif/menghancurkan.

Gambar 4.3 Simbol Unsur Kayu, Api, Tanah, Logam dan Air (kiri ke kanan)

Sumber :

(17)

Gambar 4.3 Siklus Hubungan Antar Unsur

Sumber: www.google.id

4.4 Aspek Pengamatan dalam Feng Shui

Menurut Wicaksono (2004), aspek pengamatan dalam Feng Shui terdiri dari:

1. Letak

(18)

dijelaskan secara logis dalam ilmu arsitektur. Bangunan yang dapat menimbulkan damapak negatif ini lebih pada tinjauan psikologis karena aktivitas yang ada di dalam bangunan tersebut.

1. Lokasi

Tiga karakteristik yang paling penting dalam hunian adalah: “lokasi, lokasi dan lokasi” (Kau dan Sirmans, 1985: 22-23). Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa lokasi merupakan karakteristik yang paling penting dalam hunian.

Memilih lokasi yang tepat, baik untuk residensial maupun komersial sangatlah penting. Seorang pemilik rumah dengan memilih lokasi yang tepat, mengharapkan terjadinya kenaikan nilai. Pemilihan lokasi yang tidak tepat dapat mengarah pada penurunan nilai dan potensi untuk dijual kembali.

Pengertian lokasi menurut Dasso dan Ring (1992) adalah “Location is the result of fixity and concerns relationship to a property”. Bila diterjemahkan: “lokasi adalah suatu ketetapan dan menyangkut hubungan dengan suatu properti”.

Faktor lokasi yang berkaitan dengan sebuah properti antara lain:

a. Convenience or accessibility, yaitu kemudahan mencapai suatu lokasi dari lokasi tertentu dihitung berdasar biaya dan waktu.

b. Environment or exposure, yaitu kondisi lingkungan sekeliling yang melingkupi suatu daerah seperti pemandangan alam, udara bersih, dan jarak dengan fasilitas.

c. Protection from externalities, yaitu perlindungan dari aspek negatif yang berasala dari luar lokasi.

(19)

a. Bentuk

Bentuk dan ukuran merupakan asosiasi yang sangat erat. Bentuk menunjukkan konfigurasi umum suatu objek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh. Bentuk mempunyai dua makna yakni:

1. Bentuk luar atau umum

Empat macam tipe lahan rumah dengan bentuk oktagonal, persegi, persegi panjang, dan segitiga.

2. Bentuk rinci atau susunan bentuk yang lebih rinci dan spesifik b. Skala ukuran

Sedangkan ukuran merupakan bagian informasi kontkstual selain bentuk dan letak. Menurut Sutanto (1986), ukuran merupakan atribut objek yang berupa jarak, luas, tinggi, lereng dan volume.

4.5 Arti dan Pengaruh Warna Dalam Feng Shui

Pengaruh warna dalam ajaran Feng Shui sangat penting dan kompleks sebab perhitungannya selalu melibatkan unsur warna. Warna dalam ajaran Feng Shui dinilai sebagai

berikut:

1. Mengandung energi kekuatan dan getaran.

2. Mencerminkan sifat dan karakter magnetik dan alam semesta. 3. Secara psikologis dapat dirasakan pengaruhnya.

(20)

5. Berinteraktif dalam kehidupan (Dian, 2002:2)

Warna berdasarkan pengaruh yang dibawanya meliputi: Too (2002:166)

1. Merah

Warna merah menurut ajaran Feng Shui dianggap sebagai warna yang member kekuatan berpengaruh dan kekuasaan.

2. Merah dan Emas

Paduan warna merah dan emas merupakan lambang kekayaan dan kemakmuran, penggunaannya dalam rumah tidak boleh terlalu dominan, disarankan hanya sebagai hiasan.

3. Ungu

Ungu merupakan lambang kemakmuran yang kuat. Penggunaan warna ini sebagai tema merupakan keputusan Feng Shui yang tepat.

4. Ungu dan Perak

Kombinasi warna tersebut merupakan kombinasi warna yang mendekati kesan Hi-Tech dan warna ini adalah warna logam.

5. Hijau dan Biru

Warna-warna tersebut adalah warna yang harmonis dan seimbang, merupakan perpaduan warn yang baik bagi ruangan anak-anak yang sedang tumbuh, karena Qi pertumbuhan yang dibawa oleh Qi kedua warna tersebut adalah pertumbuhan Qi yang sehat.

6. Hijau dan Merah

(21)

7. Putih dan Kuning

Warna kuning menyebarkan kehangatan dan harapan baik, warna ini bisa merupakan warna kerajaan yang tidak sembarang orang bisa menggunakannya, karena seseorang yang tidak kuat meggunakan warna kerajaan ini maka orang tersebut bisa keberatan penyakit. Sedangkan warna putih merupakan warna penetralisir, maka apabila ruangan didominasi oleh warna kuning, gunakan warna putih sebagai penetralisir.

8. Merah dan Kuning

Kombinasi warna ini membawa keberuntungan dalam rumah, apabila penggunaannya mndominasi ruangan maka keberuntungan akan datang.

9. Hitam dan Putih

Paduan warna tersebut melambangkan keharmonisan, warna hitam tidak boleh mendominasi ruangan. Warna putih merupakan warna yang mengandung semua warna pelangi sehingga mempunyai keseimbangan semua warna, oleh sebab itu dalam penggunaannya warna putih boleh mendominasi.

10.Hitam dan Hijau

(22)

BAB V

PEMBAHASAN DAN HASIL

5.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Berdasarkan Sektor Eksternal

Feng Shui memiliki bentuk, fungsi, dan makna. Bentuk pada Feng Shui merupakan aturan-aturan yang digunakan dalam penerapan Feng Shui pada suatu bangunan. Fungsi dan makna Feng Shui mengacu pada fungsi dari setiap aturan dan bagaimana Feng shui memiliki makna dalam kehidupan penggunanya. Dalam penerapannya Feng Shui dibagi atas dua sektor, yaitu sektor eksternal dan sektor internal. sektor internal mencakup hal-hal yang berada di dalam bangunan. Sektor eksternal adalah keseluruhan yang berada di luar rumah seperti jalan raya, keadaan sekitar rumah, dan juga sungai.

5.1.1 Rumah di Atas Bantaran Sungai

Sungai dan jalan raya merupakan dua objek yang berbeda, tetapi sama-sama merupakan sarana transportasi. Sungai dikenal sebagai sarana transportasi masa lalu dan jalan raya sebagai transportasi yang lebih banyak digunakan pada masa kini.

(23)

ke dalam air . Feng Shui yang paling baik adalah membangun sebuah rumah tinggal di atas tanah, bukan air (Dian, 2008:68).

Gambar 5.1.1 Rumah di atas bantaran sungai

Sumber: Solusi Feng Shui

Perumahan pada lokasi penelitian tidak dibangun di atas bantaran sungai. Perumahan pada penelitian ini dibangun di atas tanah kering, bukan timbunan dari perairan atau semacamnya, karena di perumahan tersebut tidak ditemukan aliran sungai. Dalam pembangunannya perumahan di kelurahan Sidodadi telah menerapkan Feng Shui secara benar.

5.1.2 Air di Sekitar Rumah

(24)

orang yang membuat air terjun dalam bentuk miniatur dan meletakkan di sisi depan rumahnya.

Demikian juga lokasi rumah di jalan atau sungai yang meliuk merupakan pilihan yang baik untuk Feng Shui. Sebab gerakan meliuk akan memperlambat aliran sungai atau kendaraan yang lalu lalang. Dengan demikian, Qi dapat berhimpun dan tidak mudah buyar oleh gerakan yang keras. Akan tetapi, baik tidaknya lokasi bangunan di dekat jalan atau sungai yang meliuk, harus dilihat dari mana datang dan perginya air atau kendaraan. Air yang datang ke arah rumah nilainya baik, sebaliknya air yang menjauh pergi dinilai kurang baik (Dian, 2008).

Perumahan pada lokasi penelitian tidak memiliki air disekitar rumah baik air terjun, kolam ikan maupun aliran air yang mengalir ke arah rumah. Hal ini karena keterbatasan tanah yang dimiliki oleh setiap perumahan. Perumahan dalam penelitian memiliki bentuk yang rata-rata tidak memiliki ruang untuk penataan taman, karena keterbatasan ukuran tanah yang mereka miliki. Pada kasus ini, perumahan pada lokasi penelitian tidak memenuhi standar Feng Shui untuk masalah pengaliran air sebagai nilai tambah Feng Shui. Kasus Feng Shui seperti ini bukan merupakan kasus yang berat dan tidak memerlukan pembenaahan, karena air dalam kasus ini hanya merupakan nilai tambah, jika tidak ada tidak merupakan suatu masalah, dan jika ada akan memberi value yang lebih baik.

(25)

Rumah di ujung pertigaan jalan dan bertatapan langsung dengan jalan dikatakan berada di posisi ujung jalan “T” atau sebutan populernya “Tusuk Sate”. Letak rumah ini dinilai jelek dalam Feng Shui sebab sering mendatangkan kendala. Banyak orang mengatakan bahwa rumah “tusuk sate” sangat angker sebab sering dijadikan jalan tembus bagi makhluk halus. Akibatnya, penghuni sering sakit aneh yang berat dan harus mengeluarkan banyak biaya untuk pengobatan sehingga mengorbankan seluruh tabungan.

Menurut logika, faktor setan dan roh halus dapat diartikan sebagai debu dan kuman penyakit yang dibawa oleh angin, yang bergerak lurus dan langsung masuk ke rumah yang berada di ujung jalan. Hal ini menyebabkan rumah di posisi ”Tusuk Sate” memang beresiko tinggi dimasuki debu dan kuman penyakit, bahkan tertabrak mobil yang ngebut.

Gambar 5.1.3 Posisi Rumah Tusuk Sate

Sumber: Solusi Feng Shui

Ada beberapa cara dan siasat untuk pembenahan rumah “tusuk sate”, di antaranya:

(26)

2. Membuat dinding penghalang yang solid untuk benteng perlindungan, untuk menghindari msuknya mobil/motor secara tiba-tiba ke dalam rumah (rumah “tusuk sate” paling sering ditabrak mobil).

3. Membuat sebuah kolam dengan bentuk cembung ke luar. Kolam dimaksudkan sebagai filter atau penyaring udara kotor.

4. Memasang cermin di depan pintu yang digunakan ssebagai reflektor agar kendaraan yang lewat waspada dan hati-hati. Cermin mempunyai daya pantul yang baik dan dipercaya dapat mengusir hawa jahat/Sha Qi. Oleh sebab itu, banyak orang yang tinggal di rumah “tusuk sate” memasang cermin cembung sebagai penangkal (Dian, 2008).

Gambar 5.1.3 Pembenahan pada rumah tusuk sate Sumber: Solusi Feng Shui

(27)

pada tusuk sate. Menurut konsultan Feng Shui rumah Pak Huang Ta Tung dapat menyebabkan rejeki yang dihasilkan dari rumah tersebut akan pindah ke seberang rumah Pak Huang Ta Tung. Konsultan Feng Shui menganjurkan agar Pak Huang Ta Tung menutup setengah pintu rumah yang berada pada posisi tusuk sate. Pintu rumah ini dibuka ketika hendak melakukan pekerjaan yang mengharuskan pintu terbuka, seperti keluar masuk rumah dan mengeluarkan kendaraan.

5.1.4 Rumah di Sudut atau Hook

(28)

Gambar 5.1.4 Rumah pada posisi Hook

Sumber : Dokumen Pribadi

5.1.5 Rumah di Ujung Jalan Buntu dan Rumah Menghadap Jalan Buntu

Rumah di ujung jalan buntu dinilai kurang baik sebab Qi menjadi stagnan dan tidak bisa bertahan lama. Akibatnya, rezeki kehidupan juga semakin susah didapat. Rumah di ujung jalan buntu secara umum tidak memiliki sirkulasi angin yang baik sehingga Qi berubah menjadi Sha Qi yang jahat dan udara juga terasa lebih panas. Situasi ini sering mengundang musibah kebakaran bahkan pencurian. Qi dapat tumbuh dan bersemai dengan baik jika dibuat sebuah kolam dengan air terjun di depan rumah. Dengan demikian, Qi dapat bersikulasi

dengan pertumbuhan yang panjang.

(29)

pembenahannya tidak berbeda dengan cara menyiasati rumah “tusuk sate”. Hal yang paling baik apabila pintu tidak dihadapkan dengan jalan buntu (Dian, 2008).

Gambar 5.1.5 Rumah berada di jalan buntu (atas), Rumah menghadap ke jalan buntu (bawah).

Sumber: Solusi Feng Shui

(30)

5.1.6 Rumah Berhadapan dengan Pemakaman

Rumah yang berada di dekat kuburan (khususnya yang berhadapan langsung dengan area kuburan) atau rumah duka akan memberikan pengaruh buruk bagi orang yang tinggal di sana sebab kuburan adalah tempat berkumpulnya energi Yin/negatif dalam kadar yang sangat besar. Dalam dunia metafisika, rumah tinggal ini disebut sebagai tempat berkumpulnya roh. Agar panas tubuh manusia stabil, manusia membutuhkan energi Qi dari elemen Yang/Positif. Elemen Yin yang mendominasi kehidupan manusia mengakibatkan rasa lesu, frustasi, dan tidak memiliki semangat juang untuk menyongsong kehidupan sebab jiwa dan fisik sering mengalami gangguan dan tekanan berat.

Gambar 5.1.6 Rumah berhadapan dengan pemakaman

Sumber: Solusi Feng Shui

(31)

kuburan dan ada pendapat dalam Feng Shui yang menganggap penanaman bunga kamboja di lingkungan rumah karena dapat menimbulkan efek sendu (Wicaksono, 2011:76).

Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang berhadapan dengan kuburan, karena di dalam atau di sekitar komplek perumahan tersebut tidak terdapat pemakaman.

5.1.7 Rumah Berhadapan dengan Rumah Ibadah

Rumah ibadah dalam Feng Shui termasuk elemen Yin besar karena bersifat spiritual untuk alam batin, pengaruhnya kurang baik untuk rumah tempat tinggal yang sangat membutuhkan energi Yang/positif. Dengan demikian, pengaruh elemen ini juga kurang baik untuk rumah yang berhadapan langsung dengan rumah ibadah atau yang tinggal dalam radius 50 atau 60 meter dari objek yang dipermasalahkan.

(32)

Gambar 5.1.7 Rumah berhadapan dengan rumah ibadah Sumber: Solusi Feng Shui

Menurut Bapak Effendi pada wawancara tanggal 12 Juli 2012, rumah yang terletak di depan rumah ibadah memiliki Feng Shui yang tidak baik. Rumah ibadah adalah tempat memanjatkan doa, oleh karena itu harus dipelihara kesuciannya. Manusia yang berada di dalam rumah sering kali melakukan pelanggaran terhadap ajaran sang pencipta, seperti berkata kasar, atau bertindak kurang sopan. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk yang lebih rendah derajatnya dengan sang pencipta, sehingga sudah sepantasnya memelihara dan menjaga tingkah laku agar kesucian rumah Tuhan terjaga. Feng Shui ini dinilai tidak baik ditinjau dari hal kepantasan, sebaik-baiknya manusia pasti memiliki dosa walau sekecil apapun, sedangkan Tuhan adalah pemilik kesempurnaan.

(33)

Wicaksono (2011:73) bahwa:

”Rumah di depan tempat ibadah tidak sepenuhnya baik. Perlu diingat bahwa ada beberapa ritual yang membawa jenazah ke tempat ibadah sebelum di makamkan ke tempat pemakaman. Hal ini sering membuat penghuni rumah di depan bangunan peribadatan sering melihat dan ikut merasakan kesedihan dari prosesi jenazah yang berlangsung”.

Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang berhadapan dengan rumah ibadah, karena komplek perumahan tidak terdapat rumah ibadah.

5.1.8 Rumah Berhadapan dengan Gedung Tinggi

Rumah yang berhadapan dengan gedung tinggi, diibaratkan menatap gunung tinggi, menyebabkan Qi/hawa rezki tidak dapat mengalir masuk karena terhalang rintangan besar. Untuk jarak yang terlalu dekat, pengaruh tekanannya sangat terasa sehingga pembenahannya sulit dilakukan (Dian, 2008).

(34)

Gambar 5.1.8 Rumah berhadapan dengan gedung tinggi Sumber: Solusi Feng Shui

Perumahan pada penelitian ini dibangun dari kawasan yang bebas dari gedung tinggi, sehingga tidak satu rumahpun berada diantara gedung tinggi. Baiknya penataan rumah juga tidak menyebabkan sinar matahari untuk masuk ke dalam rumah.

5.1.9 Dua Pintu Saling Berhadapan dari Rumah yang Berseberangan

(35)

Bapak Huang juga mengatakan bagi masyarakat Tionghoa kasus seperti ini banyak diperhatikan walaupun penghuni rumah tidak menggunakan penerapan Feng Shui. Posisi seperti ini memang sudah diperhatikan dalam tempat tinggal tanpa harus menggunakan jasa-jasa konsultan Feng Shui. Sebagian kecil rumah terkena kasus seperti ini dan membuat cermin di atas pintu untuk pembenahannya. Hal seperti ini ditemui karena ada beberapa rumah yang pintu utamanya berbentuk sliding door yang besar sehingga seluruh luas bangunan adalah pintu masuk utama. Meskipun begitu mereka tetap menggunakan cermin pada bagian atas rumahnya.

Gambar 5.1.9 Dua pintu saling berhadapan dari rumah yang berseberangan

Sumber: Solusi Feng Shui

5.1.10 Objek berbentuk Seram atau Aneh di Depan Rumah

(36)

Janganlah memasang patung yang mencerminkan pertarungan atau peperangan agar hawa pembunuh atau sifat kejam tidak tumbuh di sana, misalnya patung orang memanah, singa yang siap menerkam, atau senjata meriam yang semuanya mengarah pada objek rumah. Jangan membuat dekorasi taman dengan bebatuan aneh dan patung abstrak yang bentuknya mirip dengan makhluk aneh serta bentuk runcing lain yang terkesan mengerikan di depan rumah. Bentuk ini akan mengundang rasa tidak nyaman.

Gambar 5.1.10 Objek berbentuk seram di depan rumah Sumber: Solusi Feng Shui

Perumahan lokasi penelitian tidak ditemukan rumah yang memiliki objek berbentuk seram atau aneh di depan rumah.

5.1.11 Objek tajam di sekitar rumah

Objek tajam di sekitar rumah perlu diwaspadai, yang termasuk dengan objek tajam di antaranya (Dian, 2008):

(37)

2. Bentuk runcing dari bangunan tetangga, seperti balkon atau dinding yang didesain segitiga. Bentuk ini menyerupai panah yang dapat melukai bangunan di depannya. 3. Bentuk runcing dari atap tetangga yang mengarah langsung ke posisi rumah,

khususnya pintu dan jendela.

4. Jika ditarik garis lurus, perbatasan dua rumah di seberang akan berada tepat di tengah pintu utama.

Gambar 5.1.11 Objek tajam di sekitar rumah Sumber: Solusi Feng Shui

Bapak Cen Fang Chien dalam wawancara tanggal 5 Juli 2012 mengatakan bahwa rumah yang terkena objek tajam akan merugikan. Pada pembenahannya pasanglah Ba Gua yang terdapat cermin cembung di bagian tengahnya tepat di titik pukulan itu mengenai rumah. Hal ini bertujuan agar sudut tersebut terpantul, dan malapetaka terhindar dari rumah penghuninya.

(38)

Gambar 5.1.11 Cermin Ba Gua Sumber: Dokumen Pribadi

5.1 Bentuk, Fungsi dan Makna Feng Shui Berdasarkan Sektor Internal

Feng Shui untuk tempat tinggal tidak hanya mengamati lahan dan faktor-faktor di sekitar rumah saja, melainkan secara keseluruhan. Bagian-bagian dalam rumah yang juga menjadi aspek pengamatan Feng Shui seperti pintu, kamar mandi, kamar, dapur, teras dll.

5.2.1 Pintu dan Lantai Teras

(39)

Gambar 5.2.1 Lantai teras lebih tinggi dari ruang tamu

Sumber: Solusi Feng Shui

Posisi pintu utama dengan pintu belakang saling bertatapan atau tembus, dalam Feng Shui dinilai sangat tidak baik. Posisi pintu yang seperti ini dapat menyebabkan tidak tersebarnya sirkulasi udara secara merata ke seluruh rumah. Oleh karena itu kehidupan biasanya berjalan dengan biaya yang tinggi/boros sebab rezeki kehidupan yang didapat sulit dikumpulkan, terkait dengan naiknya pengeluaran dengan membeli pendingin ruangan dan membayar tagihan listrik karena sirkulasi udara yang tidak baik. Hal ini menyebabkan rejeki selalu habis.

(40)

Sumber: Solusi Feng Shui

Tidak hanya letak pintu yang diperhatikan dalam Feng Shui, model juga tidak luput dari perhatian. Model pintu dan kusen sebaiknya dibuat dengan model kotak. Jangan buat bagian atasnya setengah bulat atau berbentuk cekung. Sebaiknya buatlah model pintu yang kotak agar dapat menampilkan kekokohan batin. Bahan pintu utama sebaiknya terbuat dari bahan yang berkualitas, seperti kayu jati atau sejenisnya, jangan ada retakan atau mata kayu yang berlubang. Hal ini bertujan agar pintu bertahan lama dan tidak menyebabkan pemborosan karena perbaikan pintu yang keropos. Untuk ukuran sebaiknya disesuaikan dengan ukuran rumah, agar tidak terjadi ketimpangan. Pintu utama tidak harus dibuat terlalu besar, cukup disesuaikan dengan ukuran rumah.

Gambar 5.2.1 Pintu Utama dengan berbentuk kotak Sumber : Dokumen Pribadi

(41)

sliding door. Peraturan dalam memasang pintu juga harus diperhatikan. Dalam

pemasangannya engsel pintu sebaiknya terletak di bagian penampang dalam agar rumah terhindar dari pencurian.

5.2.2 Kamar Tidur

Dalam Feng Shui, kamar tidur yang tidak berbentuk kotak dinilai tidak baik. Kamar tidur yang benar dalam Feng Shui ditentukan beberapa pengamatan, yaitu:

(42)

Gambar 5.2.2 Kamar tidur terletak di bawah kamar mandi (kiri), kamar tidur terletak di atas dapur (kanan)

Sumber: Solusi Feng Shui

Wawancara bersama Andie Arif Wicaksono pada tanggal 8 Juli 2012, mengatakan bahwa kamar tidur paling tidak disarankan dalam Feng Shui jika terletak di bawah kakus/WC dan kamar mandi. Bentuk ini dapat menciptakan hawa sial yang besar sehingga karir,

kesehatan, dan hubungan keluarga meenjadi bermasalah. Komposisi ini harus dibetulkan, yaitu dengan cara memindahkan kakus yang ada di atas jika kita ingin memfungsikan kamar tidur. Sebaliknya, kalau kita ingin menggunakan kamar mandi/WC tersebut, lebih baik fungsikan kamar yang terletak di bawahnya sebagai gudang, bukan sebagai kamar tidur atau kantor.

(43)

malam tidak ketahuan karena teras langsung menuju pintu ke kamar. Oleh karena itu dalam Feng Shui sangat tidak dianjurkan membuat posisi seperti itu. Pintu kamar yang langsung tembus ke depan/teras memberikan peluang bagi penghuninya untuk dapat pergi dan pulang langsung ke ruang tidur.

Gambar 5.2.2 Pintu kamar terhubung langsung dengan teras

Sumber: Solusi Feng Shui

(44)

Gambar 5.2.2 Dua kamar yang saling berhubungan

Sumber: Dokumen Pribadi

Kamar tidur yang dibangun di atas septic tank sangatlah buruk dalam Feng Shui. Penghuni kamar tersebut akan menderita sakit. Sebaiknya, saat akan menambah atau membangun kamar tidur lakukanlah penelitian lahan agar tidak terjadi kesalahan fatal. Septic tank adalah sumber Sha Qi/virus pembunuh yang ganas. Bagaimanapun rapatnya menutup permukaan lantai, virus yang sangat kecil akan tetap bisa menerobos keluar dan terhirup oleh orang yang menempati kamar tersebut.

(45)

Apabila hal ini dibiarkan terus, lama-lama orang tersebut dapat terserang penyakit jantung/syaraf. (Wicaksono, 2011)

Gambar 5.2.2 Cermin berhadapan langsung dengan tempat tidur

Sumber: Solusi Feng Shui

Pada lokasi penelitian semua posisi kamar sudah baik. Pembangunan rumah dari awal sudah memposisikan kamar pada posisi yang tepat.

5.2.3 Dapur

(46)

sana semakin banyak sehingga kondisinya pun menjadi tidak baik. Dapur adalah tempat untuk memproduksi makanan sehingga banyak menghasilakan limbah padat dan cair. Jika lantai dapur lebih tinggi, tentu akan lebih mudah dibersihkan, dan faktor kesehatan lebih mudah dijaga.

Gambar 5.2.3 Lantai dapur lebih tinggi dari ruangan lainnya Sumber : Dokumen pribadi

(47)

kesehatan. Untuk itu dapur sebaiknya diatur sedemikian rupa agar tidak terlihat dari pintu utama. (Wicaksono, 2011:52)

Gambar 5.2.3 Dapur terlihat langsung dari pintu masuk

Sumber : Dokumentasi pribadi

Pada lokasi penelitian ini hanya satu rumah yang posisi dapur terlihat langsung dari pintu masuk. Posisi seperti ini walaupun tidak baik dalam Feng Shui dianggap tidak menjadi persoalan oleh pemilik rumah, karena pemilik rumah tidak menggunakan Feng Shui.

5.2.4 WC/Kamar Mandi

(48)

magnetik negatif dari bidang tanah karena dapat menekan kekuatan jahat/Sha Qi yang diproduksi oleh WC dan kamar mandi. Posisi kloset kurang baik jika dihadapkan ke jalan raya, karena dapat memudahkan energi jelek/Sha Qi membunuh energi kehidupan/Sheng Qi. Posisi kloset membelakangi jalan masih diperbolehkan, tetapi paling baik lagi posisi kloset WC dihadapkan ke samping rumah.

Gambar 5.2.4 Kloset menghadap jalan raya

Sumber: Solusi Feng Shui

(49)

Gambar 5.2.4 WC lebih maju dari pintu utama

Sumber: Solusi Feng Shui

Posisi WC dengan letak pintu yang langsung berhubungan dengan ruang tamu akan mengundang rasa tidak nyaman pada kehidupan dan komposisi ini merupakan Feng Shui yang buruk. Formasi ini sering mematikan hawa rezeki kehidupan/Sheng Qi yang masuk ke rumah sehingga karir usaha penghuni tidak dapat berjalan lancar dan dapat mengundang rasa iri orang luar tanpa alasan yang jelas. Sebaiknya pintu WC tidak ada ada di ruang tamu karena secara tidak langsung akan mempertontonkan WC sehingga terlihat oleh tamu yang sedang berkunjung ketika penghuni menggunakan kamar mandi.

(50)

Sumber: Solusi Feng Shui

Posisi WC yang terletak di bagian belakang, jika ruang WC dan kamar mandi terlihat dari jalan raya, tetap saja memiliki nilai Feng Shui yang buruk sangat buruk. Hal ini akan lebih diperberat kalu pintu WC serta kedudukan klosetnya mengarah ke luar/jalan raya. Posisi ini membuat ketidaknyamanan yang sangat berat, karena secara psikis kegiatan di dalam kamar mandi yang begitu privasi tidak akan bisa dilakukan dengan nyaman dengan posisi hadap WC kearah jalan raya.

Pada lokasi penelitian, semua posisi WC terletak di bagian belakang rumah, dan menempati posisi yang tepat.

5.2.5 Arti dari Bentuk Atap

Setiap bangunan memiliki bentuk yang mencerminkan pribadi dari pemilik bangunan itu sendiri. Dalam Feng Shui penjabaran tentang atap sering kali diabaikan. Zaman sekarang banyak sekali atap dengan berbagai model yang menarik dan sedap dipandang mata. Hal ini mengakibatkan banyak orang memilih atap tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga mengakibatkan penghuni yang tinggal di rumah secara langsung terkena dampak dari gaya atau sifat madan magnetik yang terbentuk dari atap itu sendiri.

(51)

2. Atap piramid kurang baik untuk mereka yang masih berada dalam dunia usaha karena atap ini bersifat memberikan penentraman batin.

(52)

4. Atap palang melintang menunjukkan kepraktisan dan kesederhanaan dalam berpikir dan bertindak.

5. Atap tidak teratur member kesan adanya pergerakan gelombang, memberi pancaran aura bersifat komunikatif namun tak ada penegasan.

(53)

Sebagian besar atap pada perumahan menggunakan atap cor, karena perumahan pada lokasi penelitian didominasi oleh rumah berbentuk ruko/rumah toko. Beberapa rumah memakai atap limas. Ketika ditanyakan perihal atap, seluruh penghuni perumahan mengatakan tidak terlalu mempersoalkan tentang atap. Atap cor memang sudah ada ketika rumah dibeli oleh mereka, sedangkan atap limas digunakan atas alasan model saja.

BAB VI

SIMPULAN

6.1 Simpulan

Melalui hasil penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian, maka dapat

diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

(54)

ada pada Feng Shui dalam kehidupannya. Letak dan penataan bangunan pada rumah telah mengikuti aturan-aturan dalam Feng Shui.

2. Masyarakat Tionghoa menganggap Feng Shui telah memberikan pengajaran yang baik bagi pengguna Feng Shui. Masyarakat Tionghoa yang menjadi objek penelitian mempercayai bahwa Feng Shui memberikan peruntungan yang lebih baik jika diaplikasikan dengan tepat.

3. Sebagian kecil dari masyarakat Tionghoa yang menjadi objek penelitian belum memaknai tentang Feng Shui, namun tetap menerapkan Feng Shui. Hal ini dikarenakan Feng Shui hanya dianggap sebagai suatu kebudayaan turun temurun dan dipercaya bisa mendatangkan keberuntungan.

DAFTAR PUSTAKA

Adzim, Dian Rhomadlonal.2008. Feng Shui dalam Tinjauan Hukum Islam. Malang:Universitas Negeri Malang.

Ching, Francis D. K. 1996. Ilustrasi Desain Interior. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Dasso, Jerome dan Ring, Alfred A. Principles and Practise. (11th ed.): Englewood Cliffs. Dian, Mas MRE. 2011. Solusi Feng Shui. Jakarta:Gramedia.

Gambar

Gambar 4.1 Hanyu Pinyin Feng Shui dalam Bahasa Indonesia
Gambar 4.2 Diagram Lo Shu
Gambar 4.2 Ba Gua Susunan Langit Awal
Gambar 4.2 Luo Ban yang biasa dipakai pakar Feng Shui Aliran Kompas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian deskriptif, peneliti tidak melakukan manipulasi variabel dan tidak menetapkan peristiwa yang akan terjadi tetapi menyangkut peristiwa- peristiwa mengenai objek

Akan tetapi dalam perayaan Imlek juga terdapat pantangan atau hal-hal yang tidak boleh dikerjakan pada saat menyambut Tahun Baru Imlek dan Tahun Baru Imlek tersebut sedang

Hasil penemuan dalam penelitian ini adalah adanya faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi eksistensi Fēng Shuǐ; perbedaan sudut pandang di antara generasi tua dan generasi