FUNGSI DAN MAKNA ARAK PUTIH DALAM BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA DI MEDAN
中国白酒文化对棉兰华裔的作用、意义分析
(Zhōngguó báijiǔ wénhuà duì mián lán huáyì de zuòyòng, yìyì fēnxī)
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
EIRENE P. NAPITUPULU 090710022
PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
The title of the paper is “Fungsi dan Makna Arak Putih dalam Budaya Masyarakat Tionghoa di Medan”. The Chinese people still carry on the tradition of white wine in the city of Medan.The purpose of the research is carried out to determine the function of white wine as a function of traditional medicine and the meaning of white wine as a spiritual significance in the Chinese community in the city of Medan. Methods of research conducted in this paper is a qualitative research method is descriptive. This paper used theory is the theory of functionalism and semiotic theory. Source of data obtained from several Chinese community in Medan, books and journals. This paper also described the history and the types of white wine. Types of white wine used in Medan is Samsu Putih and Sari Ketan. For the Chinese community in the city of Medan, they used white wine for rheumatism and gout, as a stamina enhancer, as drug waist and bones and helps cleanse the blood after childbirth. And the meaning of white wine is as spiritual sense. Chinese people during praying to the gods or ancestors, presenting offerings seem habits. One of the perks such as white wine which is a sign of respect. Where the white wine has the symbol of sacrifice. They assume that the gods or ancestors need to be respected and white wine is a beverage that is very valuable to offer.
Key words: Chinese culture; wine; white wine
Penulis mengucap syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa karena berkat dan
karunianya sehingga penyusunan dan penulisan skripsi dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul “Fungsi dan Makna Arak
Putih dalam Budaya Masyarakat Tionghoa di Medan” ini masih belum sempurna
karena keterbatasan dan daya serap penulis masih kurang. Untuk itu, penulis berharap
saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mengalami banyak hambatan
mulai dari perencanaan sampai penyelesaiannya. Tetapi, berkat ketekunan dan
dorongan dari berbagai pihak baik moril dan materil, skripsi ini dapat terselesaikan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A.,selaku Ketua Program Studi Sastra Cina
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang
telah memberikan dukungan, masukan dan motivasi dalam penyelesaian
4. Ibu Cao Xia, MTCSOL., selaku dosen pembimbing II, yang telah
menyediakan waktu untuk membimbing saya dalam menulis skripsi ini ke
dalam bahasa Mandarin.
5. Yang terhormat, seluruh dosen Jinan University yang mengajar di
Program Studi Sastra Cina dan seluruh staf pengajar Program Studi Sastra
Cina lainnya yang telah memberikan ilmu dan didikan selama masa
perkuliahan.
6. Bapak dan ibu staf pengajar Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.
7. Para informan yang telah bersedia memberikan informasi tentang budaya
arak putih dalam masyarakat Tionghoa.
8. Orangtuaku tercinta, ayahanda Olden Napitupulu dan ibunda Regina
Tampubolon yang setia memberikan dukungan terhadap saya, baik
dukungan moral, kasih sayang, doa dan bentuk materil.
9. Saudara-saudaraku tercinta, Anju Napitupulu, Josua Napitupulu,
Wundung Napitupulu, Radot Napitupulu, Juni Yanti Napitupulu dan Geby
Napitupulu, terkhususnya keluarga besar NAPITUPULU yang selalu
setia memberikan dukungan.
10.Teman-teman mahasiswa Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara stambuk 2009, Fenny, Anne, Junita,
Harry, Yurisa, Efi, Devi, Harry, Fitria, Elvy, Denbay, Dita, Tiwi, Indri,
Rahma, Tri, Sofia .
11.Kakak, abang dan sahabat serta adik Sastra Cina yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, Terimakasih untuk doa dan dukungannya.
12.Untuk kakak, sahabat, teman, adik-adik Asrama Putri Universitas
Sumatera Utara, Kak Bemvi, Kak Citra, Kak Cory, Kak Irma, Kak Betty,
Fenny, Anne, Monika, Nyerli, Shinta, Delvina, Dina, Pesta, Romian, Rani,
Ivo, Devi, Bernadetta, terimakasih telah memberikan dukungan dan
semangat buat saya. Terkhususnya Shinta, teman saya bimbingan, suka
dan duka kita lewati bersama dalam bimbingan dengan mengendarai
sepeda. terimakasih sahabatku.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Terimakasih.
Medan, Agustus 2013
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
KATA PENGANTAR ··· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ·· ii
DAFTAR ISI ··· ···· ···· ···· ··· ··· ··· ·· ··· ·· ·· ··· ·· ··· ·· v
DAFTAR GAMBAR ··· ··· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ·· viii
BAB I PENDAHULUAN · ··· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· 1
1.1Latar Belakang Masalah ··· 3
1.2Batasan Masalah ··· 3
1.3Rumusan Masalah ··· 4
1.4Tujuan Penelitian ··· 4
1.5Manfaat Penelitian ··· 4
1.5.1 Manfaat Teoritis ··· 4
1.5.2 Manfaat Praktis ··· 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI · · · · ·· · · 6
2.1Tinjauan Pustaka ··· 6
2.2Konsep ··· 7
2.2.1 Fungsi ··· 8
2.2.2 Makna ··· 8
2.2.3 Arak ··· 9
2.2.4 Arak Putih ··· 12
2.2.5 Kebudayaan ··· 13
2.2.6 Masyarakat Tionghoa ··· 14
2.3Landasan Teori ··· 15
2.3.1 Teori Fungsionalisme ··· 16
BAB III METODE PENELITIAN · ···· ·· ·· ·· · ·· ·· · ·· · ·· ··· · · ·· · ·· · · ·· · ·· · ·· · ·· 19
3.1Data dan Sumber Data ··· 20
3.2 Teknik Pengumpulan Data ··· 20
3.2.1 Wawancara ··· 20
3.2.2 Observasi ··· 21
3.2.3 Studi Pustaka ··· 22
3.3 Teknik Analisa Data ··· 22
3.4 Lokasi Penelitian ··· 23
BAB IV GAMBARAN UMUM ··· ·· ··· ·· ··· ·· ··· ··· ·· · 24
4.1Masyarakat Tionghoa di kota Medan ··· 24
4.1.1 Sejarah kedatangan masyarakat Tionghoa ··· 24
4.1.2 Bahasa ··· 26
4.1.3 Sistem Kemasyarakatan ··· 27
4.1.4 Mata Pencaharian ··· 28
4.2Gambaran Umum Budaya Masyarakat Tionghoa ··· 30
4.3Sejarah Arak Putih ··· 30
4.4Jenis-jenis Arak Putih ··· 31
4.4.1 Guizhou Maotai Jiu ··· 31
4.4.2 Wuliangye ··· 32
4.4.3 Fenjiu ··· 32
4.4.4 Huzhou Laoyao ··· 33
4.4.5 Gujiang gongjiu ··· 34
4.4.6 Quanxingdaqu ··· 34
4.4.7 Jiannanchun ··· 35
4.4.8 Dongjiu ··· 35
4.4.9 Langjiu ··· 36
4.4.10 Shuanggou Daqu ··· 37
4.4.11 Taibian mingjiu ··· 37
4.4.13 Sari Ketan ··· 39
BAB V FUNGSI DAN MAKNA ARAK PUTIH DALAM BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA DI MEDAN · · ·· · ·· ·· · · ·· · ·· · ·· · · 41
5.1 Fungsi Arak Putih sebagai Obat ··· 42
5.1.1 Sebagai Obat Rematik dan Asam Urat ··· 43
5.1.2 Sebagai Penambah Stamina ··· 44
5.1.3 Sebagai Obat Pinggang dan Tulang ··· 45
5.1.4 Membantu membersihkan darah setelah melahirkan ··· 45
5.2 Makna Arak Putih ··· 49
5.2.1 Makna Spiritual ··· 49
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ·· ·· ·· ··· · ·· · ·· ·· · · · ·· ·· · · ·· · ·· · ·· · · 51
6.1Simpulan ··· 52
6.2Saran ··· 54
DAFTAR PUSTAKA · · ·· · ·· ·· ·· ···· ·· ·· ·· ···· ··· · · ·· ·· · · · ·· ·· · · ·· · · ·· 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Guizhou maotai jiu
Gambar 4.2 Wuliangye
Gambar 4.3 Fenjiu
Gambar 4.4 Huzhou
Gambar 4.5 Gujiang gongjiu
Gambar 4.6 Quanxingdaqu
Gambar 4.7 Jiannanchun
Gambar 4.8 Dongjiu
Gambar 4.9 Langjiu
Gambar 4.10 Shuanggou daqu
Gambar 4.11 Taibian mingjiu
Gambar 4.12 Samsu Putih
Gambar 4.13 Sari Ketan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu colere yang memiliki arti bercocok-tanam (culvation) atau disebut juga mengerjakan tanah, mengelolah, memelihara ladang (Poerwanto, 2005:51). Budaya berasal dari Bahasa Sansekerta
yaitu buddhayah, bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal), yang diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia (Koentjaraningrat, 1982:9).
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar (Koentjaraningrat, 2005:25).
Cina merupakan salah satu negara yang memiliki kebudayaan yang
beranekaragam. Cina dikenal sebagai bangsa dengan peradaban yang begitu tinggi.
Masyarakat dunia mengenal nilai-nilai budaya Cina sebagai sesuatu yang
terus-menerus berkembang. Salah satu contoh yaitu tradisi minum arak. Tradisi minum
arak memiliki sejarah selama ribuan tahun dan dikenal di Cina bahkan seluruh dunia.
Arak adalah minuman keras yang difermentasikan. Kata arak, dalam Bahasa
Mandarin adalah jiǔ (hanzinya: 酒). Kata ini digunakan untuk semua jenis minuman yang mengandung alkohol. Arak memiliki hubungan yang sangat dekat dengan
The Spring and Autumn in the Cup (2000), menjelaskan bahwa minum arak tidak hanya sekedar berhubungan dengan makan dan minum saja, tetapi dari tradisi ini kita
dapat belajar banyak hal dalam aspek kehidupan, misalnya: dalam bidang religi, etika,
moral, ekonomi, politik dan kekuasaan.
Arak selalu dikaitkan dengan persahabatan baru, baik hubungan pribadi,
politik dan dagang. Arak menjadi bagian dari kehidupan politik karena fakta
membuktikan bahwa banyak kaisar dan menteri Cina kuno menyukai arak dan itu
sering mempengaruhi kehidupan, kekuasaan dan kehancurannya. Contohnya, pada
tahun 961 Kaisar Taizu dari Dinasti Song kehilangan seorang komandan militer
karena kasus kesalahan komando (perintah) saat melayani persembahan arak. Begitu
juga ketika terjadi hubungan persahabatan baru ataupun kesepakatan dagang, selalu
ditandai dengan tradisi minum arak.
Dahulu, arak merupakan salah satu jenis minuman yang disukai oleh
masyarakat Tionghoa. Jika arak tidak ada pada saat upacara pernikahan, upacara
kematian, perayaan hari besar, berkumpul bersama dengan teman dan acara-acara
tertentu maka acara tersebut tidak akan dimulai. Pada masa sekarang, jika arak tidak
ada dalam acara penting tersebut, maka acara dianggap sangat tidak sempurna.
Salah satu jenis arak yang akan diteliti pada penelitian ini adalah arak putih.
Arak putih merupakan minuman keras yang unik, sebagai minuman tradisional yang
terkenal dan diproduksi secara luas di seluruh negeri Cina. Arak putih adalah
minuman keras yang dihasilkan dengan destilasi atau penyulingan dan memiliki
Arak putih memiliki berbagai fungsi yaitu sebagai salah satu sajian dalam
memperingati kematian leluhur, sajian di dalam upacara perkawinan, sebagai obat
tradisional, untuk etika dalam bisnis Cina, pelunak makanan yang dibakar (seperti
ikan bakar, daging panggang atau barbeque). Arak putih juga bisa berbahaya bagi kesehatan apabila dikonsumsi secara sembarangan dan berlebihan.
Selain dari fungsi, arak putih juga memiliki makna yaitu makna spiritual
dimana masyarakat Tionghoa meyakini pengaruh arak putih terhadap dewa dan
leluhur sebagai suatu penghormatan. Masyarakat Tionghoa masih meneruskan tradisi
arak putih tersebut termasuk juga masyarakat Tionghoa yang berada di Kota Medan.
Fenomena yang dapat ditemui salah satu contohnya adalah pada saat mereka
melakukan sembahyang. Di meja altar tersebut ada beberapa makanan dan minuman
yang telah disediakan untuk persembahan kepada dewa dan leluhur. Salah satu
minuman yang terdapat di meja altar tersebut adalah arak putih.
Hal ini menarik buat penulis karena walaupun mereka udah menetap di
Indonesia tetapi mereka tetap melakukan tradisi leluhur. Begitu juga jika masyarakat
Tionghoa sakit, mereka cenderung masih lebih menggunakan arak putih sebagai obat
daripada obat-obatan medis atau kedokteran.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin meneliti makna dan fungsi arak
putih pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan karena tradisi arak putih ini tetap
1.2 Batasan masalah
Karena luasnya ruang lingkup tentang arak putih, maka penulis membatasi
masalah pada fungsi arak putih sebagai obat tradisional dan makna arak putih sebagai
makna spiritual terhadap masyarakat Tionghoa di Kota Medan.
1.3 Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apa fungsi arak putih bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan?
2. Apa makna arak putih bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui fungsi arak putih bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui makna arak putih bagi masyarakat Tionghoa di Kota Medan.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap fungsi
dan makna arak putih bagi masyarakat Tionghoa adalah :
1. Mengetahui dan menambah wawasan tentang fungsi arak putih bagi
masyarakat Tionghoa.
3. Sebagai sumber pengetahuan bagi penulis di bidang kebudayaan dan dapat
dijadikan sebagai sumber penelitian selanjutnya oleh masyarakat secara luas.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktisnya adalah sebagai informasi kepada masyarakat atau
kalangan umum yang berminat atau tertarik pada kebudayaan Cina, khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
Uraian yang terdapat pada bab dua yaitu terdiri dari tinjauan pustaka, konsep
dan landasan teori tentang Fungsi dan Makna Arak Putih dalam budaya masyarakat
Tionghoa.
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki
atau mempelajari (KBBI, 2003:1998). Pustaka adalah kitab-kitab; buku; buku
primbon (KBBI, 2003:912). Jadi, tinjauan pustaka yaitu hasil meninjau, pandangan,
pendapat terhadap buku-buku maupun jurnal-jurnal yang sudah diselidiki atau
dipelajari sebelumnya.
Jurnal 中国白酒文化的剖析Zhongguo baijiu wenhua de pouxi (Zhang Guo Hao, dkk, 2008). Terjemahan jurnal tersebut adalah Analisis Budaya Arak Putih.
Dalam jurnal ini, peneliti membahas arak putih dari aspek sejarah, ekonomi dan
psikologi. Tulisan ini memberikan kontribusi berupa penjelasan singkat mengenai
Jurnal 传统文化元素—白酒文化的助推器 Chuantong wenhua yuanxu-baijiu wenhua de zu tuiqi (Wu Xin Ran, 2008). Terjemahan jurnal ini adalah Unsur Tradisi Budaya- Alat Pedoman Budaya Arak Putih. Jurnal ini menganalisa minuman
arak putih Cina dan mencari tahu kisah sukses dari budaya arak putih yang
menggunakan unsur-unsur budaya tradisional. Selain itu juga menjelaskan beberapa
masalah yang mempengaruhi perkembangan merek minuman arak putih. Tulisan ini
memberikan kontribusi tentang sejarah singkat dan perkembangan arak putih di Cina.
Buku 中国酒文化 Zhongguo jiu wenhua (Lijingping, 2007). Terjemahan buku tersebut adalah Budaya Minuman Keras Cina. Dalam buku ini, penulis menulis
tentang sejarah arak, jenis-jenis arak, tradisi dan upacara arak, nama-nama penyair
yang terkenal erat dengan arak dan lain-lain. Tulisan ini memberikan kontribusi
berupa paparan jenis-jenis arak putih di Cina.
Dari uraian diatas, penelitian terhadap Fungsi dan Makna Arak Putih Dalam
Budaya Masyarakat Tionghoa di Medan menggunakan teori Fungsionalisme dan teori
Semiotik.
2.2 Konsep
Konsep merupakan suatu pernyataan singkat tentang fenomena. Konsep juga
dapat diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah
komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir (Hamidi,
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588), konsep adalah gambaran
mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan
oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Oleh karena itu konsep yang ada dalam penelitian ini adalah mengenai :
2.2.1 Fungsi
Dalam pengertian sehari-hari, fungsi adalah guna atau manfaat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007:323) fungsi adalah kegunaan suatu hal bagi hidup
suatu masyarakat.
Fungsi secara budaya yaitu fungsi dimana setiap pola kelakuan, setiap
kepercayaan dan sikap menjadi suatu kebiasaan. Kebudayaan mempunyai fungsi
yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Fungsi kebudayaan adalah untuk
mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat
untuk menentukan sikap kalau akan berhubungan dengan orang lain didalam
menjalankan hidupnya. Kebudayaan berfungsi sebagai suatu pedoman hubungan
antar manusia atau kelompok, wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan
kehidupan lainnya, pembimbing kehidupan manusia dan sebagai pembeda antar
manusia dan binatang. (Soekanto, 2009:155)
2.2.2 Makna
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:703), makna adalah :
2. Pengertian yang diberikan kepada benda kebahasaan.
3. Aktif makna emotif, denotasi makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas
hubungan lugas antara satuan dan wujud diluar bahasa, seperti orang, benda,
tempat, sifat, proses dan kegiatan.
Makna secara budaya yaitu arti yang terkandung dalam budaya tersebut.
Dimana setiap tradisi memiliki arti atau maksud tertentu. Makna kebudayaan
adalah arti dari setiap tradisi atau kebiasaan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat.
2.2.3 Arak
Arak merupakan salah satu minuman keras yang memiliki kandungan etanol.
Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran.
Dalam bahasa mandarin kata arak yaitu 酒 (baca: jiǔ) artinya kata yang digunakan untuk semua jenis minuman yang mengandung alkohol.
Hamami Amiek (2005:3) menyatakan pembuatan minuman keras sebagai
berikut:
lebih tinggi karena itu untuk maksud tersebut sering dilakukan dua atau tiga kali penyulingan, sehingga kadar alkohol yang dihasilkan tinggi sekali ”
Asal usul minuman beralkohol dari fermentasi biji-bijian belum dapat ditelusuri
dengan pasti. Arak merupakan salah satu jenis minuman budaya masyarakat
Tionghoa. Arak sejak dulu selalu dikaitkan dengan penyajian makanan atau perayaan
dan upacara tradisional seperti perkawinan dan kematian. Arak juga digunakan
sebagai alat rekreasi karena sifat perangsang yang dimilikinya. Salah satu contohnya
adalah sekelompok penyair yang minum sampai mabuk untuk merangsang kecakapan
kreatifnya. Mereka disebut penyair Naga Mabuk. (Boye De Mente, 1991:255)
Arak juga berhubungan dengan pergaulan, membina baik yang berhubungan
dengan pribadi, politik dan dagang. Ada beberapa kisah tentang perkembangan
kehidupan, kekuasaan maupun kehancuran kaisar dan menteri pada zaman Cina kuno
karena pengaruh arak. Demikian juga dengan fakta tentang terjadinya kehancuran
kehidupan usaha ekonomi.
Budaya minum arak mempunyai sejarah yang panjang di Cina. Arak telah
diproduksi dan digunakan sejak zaman kuno dan sering menyebabkan
kesalahpahaman yang besar karena pengaruh alkohol yang menyebabkan mabuk.
Boye De Mente, dalam buku Etiket dan Etika Bisnis Dengan Orang Cina (1991:255)
menjelaskan :
Arak merupakan minuman yang penting pada acara santai maupun perjamuan
resmi. Pada saat acara perjamuan, masyarakat Tionghoa cenderung menganggap
makan itu tidak nikmat tanpa sajian minuman arak. Itulah sebabnya pada waktu
makanan disediakan di atas meja terdapat tiga gelas disamping piring yaitu: satu
untuk bir yang paling bagus (large bir) yang umumnya bisa memabukkan tetapi tidak begitu keras, satu untuk anggur (tipe vermut atau di Cina ada yang manis seperti sirup anggur yang diproduksi sendiri) dan gelas yang kecil untuk minuman keras seperti
maotai yang dibuat dari sorghum dengan kadar 65%-70%.
Maotai pada umumnya dipakai untuk toas, dalam Bahasa Inggris disebut
“cheers”. Persamaan mengenai cheers di Cina adalah mengucapkan selamat sambil angkat gelas untuk toas. Dalam bahasa mandarinnya disebutkan “gānbēi” 干杯 yang arti literaturnya adalah gelas kering (Helmut Morsbach 1993:75-76). Setiap orang
Tionghoa minum arak dan mengatakan toas maka terlihat mereka langsung
meminumnya sampai habis atau gelasnya terlihat kosong.
Maotai adalah salah satu jenis arak putih yang terkenal. Arak memiliki banyak
2.2.3.1Arak Putih
Di berbagai negara, seni membuat arak dan penyulingannya sangat rumit. Hal
ini dikarenakan asalnya bervariasi. Teknik membuat arak putih sampai saat ini masih
terus berkembang.
Larutan alkohol murni tidak memiliki aroma dan rasa, tetapi minuman keras
arak putih memiliki aroma, rasa yang unik dan warna. Hal ini karena di dalam arak
putih tidak hanya mengandung alkohol tetapi juga mengandung karbohidrat, gliserol,
asam amino, ester organik dan berbagai vitamin. Salah satu keistimewaan Cina
adalah penyulingan arak putih. Arak putih dibuat dari biji-bijian yang
difermentasikan dengan ragi lalu disuling. (Lijingping, 2007:49).
Arak putih memiliki banyak jenis. Salah satu arak putih Cina yang umum
dipakai adalah maotai. Maotai merupakan minuman resmi pemerintah Cina yang
paling terkenal yang dibuat dari sorghum. Kadar alkoholnya berkisar 140-150 cc per
liter. Tidak semua pedagang atau pejabat Cina kebal terhadap pengaruhnya seperti
sering terjadi. Banyak yang menggantinya dengan air atau cairan lain yang tidak
berwarna. Itu adalah suatu taktik yang harus selalu diingat oleh penguasa asing (Boye
De Mente, 1991: 258).
Fungsi arak putih yaitu sebagai salah satu sajian dalam memperingati
kematian leluhur, sajian di dalam upacara perkawinan, sebagai obat tradisional, untuk
etika dalam bisnis Cina, pelunak makanan yang dibakar (seperti ikan bakar, daging
2.2.4 Kebudayaan
Kata kebudayaan berasal dari Bahasa Sanskerta buddahyah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal (Koentjaraningrat, 2002:181).
Adapun istilah culture, yang berasal dari kata Latin colere. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Dari asal kata tersebut yaitu colere
kemudian culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soekanto, 2003:172).
Defenisi kebudayaaan menurut E.B Tylor (1871:1) adalah kompleks yang
mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain
kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Selo Soermardjan dan Soelaeman Soemardi (1964:113)
juga mengemukakan pendapat bahwa kebudayaan sebagai hasil karya, rasa dan cipta
masyarakat.
Soerjono Soekanto (2003:173) menjelaskan mengenai karya, rasa dan cipta
sebagai berikut,
berwujud teori murni, maupun yang telah disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan masyarakat.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:432), kebudayaan adalah :
1. Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan dan adat- istiadat.
2. Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang
digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan
menjadi pedoman tingkah lakunya.
Dari defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaaan dapat
berubah seiring perkembangan, dalam arti dinamis.
2.2.5 Masyarakat Tionghoa
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam waktu
yang lama di suatu daerah tertentu yang mengikuti aturan-aturan yang ada untuk
menuju kepentingan dan tujuan bersama. Defenisi masyarakat menurut Selo
Soemardjan (1997:29) ialah orang orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan.
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontiniu yang terikat oleh suatu rasa
Tionghoa adalah salah satu etnis yang telah lama tinggal di Indonesia. Etnis
Tionghoa merupakan kaum minoritas yang jumlahnya sedikit di Indonesia dan
merupakan etnis pendatang yang berasal dari bagian tenggara Cina. Seiring dengan
perkembangan zaman, keberadaan masyarakat Tionghoa ini mulai diakui oleh
masyarakat asli Indonesia. Hal ini ditandai dengan adanya libur Nasional untuk Hari
Raya Imlek. Masyarakat Tionghoa memiliki berbagai jenis kebudayaan yang unik
dan menarik.
Masyarakat Tionghoa yang tinggal di Indonesia sebagian besar menetap di
Pulau Jawa. Selain daerah tersebut, masyarakat Tionghoa juga menetap dalam jumlah
besar di daerah perkotaan seperti di Sumatera Utara, Bangka-Belitung, Sumatera
Selatan, Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin dan beberapa tempat di
Sulawesi Selatan.
2.3 Landasan Teori
Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena.
Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan
ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Teori merupakan rujukan utama
dalam memecahkan masalah penelitian didalam ilmu pengetahuan.
Adapun teori yang penulis gunakan adalah teori fungsionalisme dan teori
2.3.1 Teori Fungsionalisme
Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu
sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi
(pranata-pranata) dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Teori
fungsionalisme dalam ilmu Antropologi mulai dikembangkan oleh seorang pakar
yaitu Bronislaw Malinowski (1884-1942). Dalam Warsani (1978:111), Malinowski
mengemukakan,
“Setiap kebudayaan yang hidup merupakan kesatuan yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu, tidak ubahnya sebagai suatu tubuh yang hidup dimana setiap bahagian mempunyai fungsi yang berhubungan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan tidak dapat dipelajari dan dipahami, kalau tidak dihubungkan dengan kebudayaan sebagai keseluruhan”.
Malinowski beranggapan bahwa setiap unsur kebudayaan memiliki fungsi dan
tujuan yang berbeda, tetapi saling berhubungan satu sama lain. Beliau menjelaskan
bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat dimana unsur itu
terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan
mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap
kepercayaan dan sikap merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat,
memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan.
Penulis menerapkan teori ini karena penulis ingin melihat bahwa arak putih
memiliki fungsi yang saling mendukung dalam beberapa budaya masyarakat
Tionghoa. Dimana arak putih itu memiliki fungsi yang bermacam-macam terhadap
sajian di dalam upacara perkawinan, sebagai obat tradisional, untuk etika dalam
bisnis Cina, membawa sukacita, melupakan kekhawatiran, memperpanjang usia,
pelunak makanan yang dibakar. Dan pada dasarnya penulis ingin melihat fungsi
sebagai obat dalam budaya masyarakat Tionghoa.
2.3.2 Teori Semiotik
Dalam membahas makna arak putih bagi masyarakat Tionghoa secara lebih
mendetail, penulis menggunakan teori Semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Semiotik berasal dari kata Yunani, yaitu Semeion yang berarti tanda.
Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda
tersebut dianggap mewakili sesuatu objek secara representative. Istilah semiotik sering digunakan dengan istilah semiologi. Istilah pertama merujuk pada sebuah
disiplin sedangkan istilah kedua merujuk pada ilmu tentangnya. Baik semiotik atau
semiologi sering digunakan bersama-sama, tergantung dimana istilah itu popular.
(Endaswara, 2008:64)
Menurut Barthes (Kusumarini, 2006), denotasi adalah tingkat pertandaan yang
menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna
eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan
hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak
Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks
pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi
kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan
makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Oleh karena itu, penulis
juga menggunakan teori semiotik untuk membahas makna arak putih terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah atau tahapan yang dilakukan dalam
sebuah penelitian. Tahapan tersebut diawali dengan menggunakan sebuah pendekatan
sampai pada teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. Pendekatan sering
disamakan dengan metode. Jika ditelusuri lebih jauh maka pendekatan akan lebih
dekat dengan pembicaraan suatu ilmu, sedangkan metode mengarah pada teknik
pengumpulan dan penganalisisan data.
Menurut Djajasudarma (1993:3), metode penelitian merupakan alat, prosedur
dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam menggunakan data).
Penelitian fungsi dan makna arak putih Cina pada masyarakat Tionghoa
menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menekankan pada kualitas data atau kedalaman data yang diperoleh.
Kedalaman data yang dimaksud yaitu dimana peneliti mengejar dan mencoba
mencari kedalaman data untuk mendapatkan jawaban tentang kondisi penelitian.
Penelitian ini bersifat deskriptif, bertujuan menjelaskan secara tepat sifat-sifat
individu, keadaan gejala atau kelompok tertentu dan untuk menentukan frekuensi
adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat.
3.1 Data dan Sumber Data
Data merupakan hal yang sangat penting bagi setiap penulis dalam melakukan
sebuah penelitian. Data adalah kumpulan kejadian yang benar dan nyata yang dapat
dijadikan bahan kajian atau analisis. Data yang digunakan dalam penulisan skripsi
ini adalah data masyarakat Tionghoa di Kota Medan, internet, buku-buku dan
jurnal-jurnal.
Sumber data adalah semua orang atau benda yang dapat memberikan
informasi. Adapun sumber data primer diperoleh dari informan atau orang yang
diwawancarai sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari buku dan jurnal.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Wawancara
Wawancara (interview) merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan responden dimana peneliti akan
memperoleh data-data atau informasi yang lebih aktual dan rinci. Koenjaraningrat
(1981:136) mengatakan bahwa, “…kegiatan wawancara secara umum dapat dibagi
tiga kelompok yaitu : persiapan wawancara, teknik bertanya dan pencatatan data hasil
wawancara.”
Sedangkan pendapat Soerharto (1995:67) mengatakan bahwa, “…wawancara
secara langsung oleh pewawancara, jawaban reponden akan dicatat atau direkam
dengan alat perekam (tape recorder).”
Penulis menggunakan metode yang telah dikemukakan oleh Koenjaraningrat
dan Soerharto demi kelancaran wawancara. Sebelum melakukan wawancara, penulis
mempersiapkan beberapa daftar pertanyaan dan tape recorder. Pada kegiatan wawancara, penulis mengajukan pertanyaan berdasarkan daftar pertanyaan dan
responden menjawab lalu penulis mencatatnya. Pencatatan hasil wawancara ada
beberapa yang tidak sempat dicatat, oleh karena itu tape recorder berfungsi sebagai pemutaran ulang agar dapat didengar ulang oleh penulis.
Wawancara dilakukan penulis dengan beberapa masyarakat Tionghoa yang
ditemui di Yayasan Balai Persemayaman Angsarapura, masyarakat yang berada di
restoran kota Medan, masyarakat yang berada di pasar kota Medan dan beberapa
mahasiswa etnis Tionghoa yang berada di Kota Medan.
3.2.2 Observasi
Teknik observasi disebut juga teknik pengamatan yaitu setiap kegiatan yang
dilakukan untuk mengukur dengan menggunakan indera penglihatan atau dengan arti
lain yaitu melihat tanpa melakukan pertanyaan-pertanyaan (Soehartono, 1995:69).
Peneliti berusaha dapat diterima sebagai warga atau orang yang sedang
mengumpulkan data para responden. Teknik ini berfungsi untuk menghilangkan rasa
Dalam penelitian ini, penulis secara langsung melakukan observasi/ pengamatan
terhadap upacara kematian budaya Tionghoa dan melihat beberapa sesajian yang
disediakan dalam upacara tersebut termasuk salah satunya arak putih.
3.2.3 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Kegiatan
studi kepustakaan dilakukan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan dalam
melengkapi penulisan dan penyesuaian data dari hasil wawancara. Dalam penelitian
ini, penulis mencari sumber bacaan, buku-buku atau tulisan yang berhubungan
dengan arak putih dan menyesuaikannya dengan data dari hasil wawancara.
3.3Teknik Analisa Data
Analisis data merupakan sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh peneliti
ketika proses pengumpulan data atau informasi berlangsung, sampai pada penarikan
kesimpulan berupa konsep atau hubungan antarkonsep (Hamidi, 2010:97). Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.
Peneliti mengupayakan kedalaman data untuk menjawab keseluruhan pertanyaan
Peneliti melakukan proses : wawancara terhadap beberapa masyarakat
Tionghoa yang menggunakan arak putih, mengumpulkan buku-buku atau
jurnal-jurnal yang mendukung dalam penulisan ini dan memilih data yang dianggap penting
dalam penyusunan penelitian ini. Lalu, berdasarkan data-data yang diambil, penulis
membuat kesimpulan dari hasil yang diteliti.
3.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kota Medan dimana saya mendatangi beberapa
tempat seperti Yayasan Balai Persemayaman Angsapura, di kampus Universitas
Sumatera Utara, di restoran yang berada di daerah Multatuli, di pasar dan tempat
BAB IV
GAMBARAN UMUM
Pada bab empat ini, peneliti membahas tentang bagaimana masyarakat
Tionghoa di kota Medan, bagaimana budaya masyarakat Tionghoa, sejarah arak putih
dan jenis-jenis arak putih.
4.1 Masyarakat Tionghoa di Kota Medan
4.1.1 Sejarah kedatangan masyarakat Tionghoa
Masyarakat Tionghoa atau biasa disebut juga Cina, merupakan salah satu
etnis yang ada di Indonesia yang sebelumnya adalah etnis pendatang yang tinggal
menetap dan berbaur dengan penduduk asli. Biasanya mereka menyebut dirinya
dengan istilah Tenglang Tengnang Thongnyin
Dalam bahasTangren (唐人) atau lazim
disebut dengan Huaren (华人) . Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa Tangren
adalah orang Tionghoa yang mayoritas berasal dari Cina Selatan dan menyebut
dirinya sebagai orang Tang, sementara orang Cina Utara menyebut dirinya sebagai
Leluhur masyarakat Tionghoa bermigrasi secara bergelombang sejak ribuan
tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam
sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk.
Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia telah
berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina.
Migrasi kelompok masyarakat Tionghoa ke Indonesia khususnya Medan,
dapat digolongkan menjadi 3 tahapan. Gelombang kedatangan mereka disebabkan
oleh latar belakang tertentu yang datang dari negara Cina sendiri maupun dari
Indonesia.
Kedatangan gelombang pertama terjadi sebelum datangnya Belanda ke
Indonesia. Tujuan gelombang pertama adalah sebagai kelompok pedagang tetapi
karena beberapa faktor, kelompok tersebut akhirnya tinggal dan menetap di Indonesia.
Kelompok pertama ini dikatakan sebagai kelompok etnis Cina Peranakan, dimana
budaya asli masyarakat Tionghoa mulai berkurang dan mereka lebih banyak
mengikuti budaya lokal.
Gelombang kedua terjadi karena faktor dari dalam Nusantara sendiri yaitu
setelah masa eksploitasi Belanda terhadap sistem perekonomian di Indonesia.
Perdagangan yang dibuka oleh Belanda, khususnya kongsi dagang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Aktivitas VOC berpusat di Pulau Jawa, sehingga kelompok migran Cina pada masa itu berpusat di Pulau Jawa.
distributor pertama yaitu Cina dan seterusnya akan diserahkan kepada distributor
kedua yaitu VOC.
Kedatangan gelombang ketiga masyarakat Tionghoa karena faktor tenaga
kerja yang dijadikan sebagai buruh di perkebunan Sumatera Timur. Hal ini
merupakan aktivitas baru yang dilakukan mayarakat Tionghoa. Mereka yang
didatangkan langsung dari negeri Cina ke Medan sebagai buruh yang siap kerja di
perkebunan.
Tjong A Fie adalah seorang tandel yang bertugas sebagai kepala rombongan
dan bertanggung jawab penuh kepada kelompok masyarakat Tionghoa selama masa
kontrak di perkebunan milik Belanda yang sebelumnya melakukan kontrak kerja di
Medan. Kehidupan di perkebunan mengawali aktivitas masyarakat etnis Tionghoa
pada gelombang ketiga.
4.1.2 Bahasa
Di Medan (Sumatera Utara), orang Cina lebih senang disebut orang Tionghoa.
Hal ini dikarenakan Tionghoa menunjukkan makna kultural dibanding dengan
penyebutan orang Cina yang menunjukkan makna geografis. Dalam kehidupan
sehari-hari istilah ini sama-sama dipergunakan. Bahasa yang umum digunakan adalah
Bahasa Hokkian, bukan Bahasa Mandarin. Hal ini karena mereka lebih akrab
dengan Bahasa Hokkien. Kedua bahasa ini juga tetap diajarkan dan dipraktekkan
4.1.3 Sistem Kemasyarakatan
Dalam masyarakat Tionghoa di Indonesia ada perbedaan antara lapisan buruh
dan lapisan majikan, golongan orang miskin dan golongan orang kaya, tetapi
perbedaan ini tidak begitu ditunjukkan. Hal ini disebabkan karena sering masih
adanya ikatan kekeluargaan antara si buruh dan si majikan.
Tionghoa Peranakan yang kebanyakan terdiri dari orang Hokkien, merasa
dirinya lebih tinggi dari Tionghoa Totok yang umumnya berasal dari kuli dan buruh.
Sebaliknya Tionghoa Totok menganggap rendah Tionghoa Peranakan karena mereka
dianggap mempunyai darah campuran.
Sekarang ini, dengan adanya pemisahan pendidikan bagi anak-anak Tionghoa
yaitu sebagian yang mengikuti pendidikan Cina berorientasi ke negara Cina dan
sebagian lagi mengikuti pendidikan Indonesia dan Barat maka, telah timbul
pemisahan antara golongan yang berpendidikan. Masing- masing menganggap diri
lebih baik.
4.1.4 Mata Pencaharian
Sejarah kedatangan masyarakat Tionghoa ke Medan dapat kita ketahui bahwa
mata pencahariannya adalah sebagai pedagang, bekerja di bidang bisnis dan petani.
Saat ini, masyarakat Tionghoa lebih dominan bekerja sebagai pedagang dan di
sesamanya sehingga dapat membuat masyarakat setempat atau pribumi merasa iri hati
atas keberhasilan mereka di bidang ekonomi.
4.2 Gambaran Umum Budaya Masyarakat Tionghoa
Budaya Tionghoa merupakan salah satu budaya yang paling tua dan kompleks
di dunia. Keturunan Tionghoa banyak terdapat di hampir seluruh belahan dunia.
Kebudayaan Tionghoa banyak dikenal secara luas. Banyak klenteng yang telah
dibangun di berbagai kota yang membuat semua lapisan masyarakat mulai mengerti
ritual dan budaya Tionghoa.
Budaya masyarakat Tionghoa yang telah dikenal luas mencakup kepercayaan,
perayaan-perayaan, bahasa, musik, kesenian, makanan, minuman, pakaian,
obat-obatan dan sebagainya. Contoh perayaan yang dimaksud adalah perayaan pernikahan,
perayaan kematian, kelahiran, Imlek, Cengbeng dan perayaan lainnya.
Budaya-budaya tersebut memiliki hubungan antara satu sama yang lain.
Salah satu budaya yang terdapat dalam masyarakat Tionghoa yaitu makanan
dan minuman. Menurut Dorothy Perkins (1999:104-105), “seni makanan dan
minuman telah lama dikembangkan secara tinggi di Cina”. James Danandjaja
(2007:417) juga berpendapat bahwa, “makanan dan minuman selalu memegang
peranan utama dalam adat-istiadat, festival, upacara-upacara seperti kelahiran,
Masyarakat Tionghoa adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
leluhur. Mereka adalah masyarakat yang berpegang teguh terhadap kebudayaan dan
berusaha mempertahankan tradisi-tradisi leluhur serta adat istiadat. Seperti
mempercayai arwah leluhurnya yang tampak dari kebiasaan menyediakan sesajian
kepada nenek moyang. Adat istiadat ini merupakan suatu bentuk penggambaran
kebiasaan sehari-hari, tradisi dan mitos yang berkembang di masyarakat.
Masyarakat Tionghoa memiliki tiga ajaran pokok yang dikenal dengan
sebutan Tridarma. Ketiga ajaran tersebut terdiri dari Taoisme, Konfusianisme dan
Buddhisme. Sebagian besar agama dan kepercayaan masyarakat Tionghoa berasal
dari ketiga ajaran tersebut dan biasanya dalam praktek masyarakat Tionghoa
menggabungkan ketiga ajaran tersebut menjadi satu. Penggabungan ketiga ajaran
tersebut terlihat pada pemujaan terhadap nenek moyang.
4.3 Sejarah Arak Putih
Arak telah terkenal di Cina beberapa ribuan tahun yang lalu dan diproduksi
serta digunakan sejak zaman kuno. Sebuah legenda mengatakan bahwa pembuat arak
pertama kali adalah Yidi sekitar 2100 sebelum Masehi. Legenda lain mengatakan
kalau Dukang adalah pencipta arak.
Sejarah singkat penggunaan arak putih sebagai obat tradisional adalah pada
zaman dinasti Xia, Shang dan Zhou. Pada dinasti tersebut berkuasa di Cina sudah
masyarakat Tionghoa sebagai salah satu bahan untuk perawatan kesehatan.
Dokter-dokter Cina pada zaman tersebut telah merekomendasikan arak putih sebagai obat
untuk berbagai penyakit.
Menurut buku Lijingping (2007:49), ada empat pendapat tentang asal mula
arak putih Cina yaitu pendapat dari Dinasti Han Timur, Dinasti Tang, Dinasti Song
dan Dinasti Yuan. Dari keempat pendapat tersebut Dinasti Song yang paling diyakini
kebenarannya bahwa arak putih itu ditemukan kira-kira 1000 tahun yang lalu.
Perkembangan sejarah arak putih dapat dilihat dari kualitasnya. Dalam
Festival Arak Sedunia yang diadakan pertama kali pada tahun 1952, arak putih
terpilih sebagai delapan besar arak yang terkenal. Sedangkan Festival Arak Sedunia
ketiga yang diadakan pada tahun 1979, arak putih dinilai dari beberapa bagian yaitu
jiang xiang酱香 (saus beraroma), jing xiang 清香(jernih dan beraroma), nong xiang 浓香(aroma pekat) , mi xiang 米香(aroma beras), dan jian xiang 兼香(aroma yang berlapis). Arak putih memiliki aroma khas dan rasa yang sangat dihargai dalam
budaya kuliner Cina. Biasanya penikmat minuman sangat berfokus pada aromanya.
Dilihat dari jumlah produksi, pada tahun 1949 jumlah produksi arak putih di
seluruh negara hanya 108.000 ton. Pada tahun 1996 jumlah produksi arak putih
berkembang hingga mencapai 80.130.000 ton. Hal itu menunjukkan terdapat
peningkatan 80 kali lipat dan memberikan kontribusi besar bagi pembangunan negara
di Cina.
Di dunia ada enam arak yang dihasilkan melalui penyulingan, salah satunya
adalah arak putih. Sedangkan arak yang lain adalah brandy, wiski, rum, vodka dan
gin. Arak putih merupakan arak yang memiliki warna putih, transparan, tidak keruh,
rasa wangi dan pekat, kualitas materinya murni dan lembut serta mengandung alkohol
yang tinggi dan lebih kuat. Jika arak putih diminum maka arak ini akan menyisakan
rasa dan wangi yang tahan lama. Arak putih juga memiliki banyak jenis. Berikut
penjelasan berbagai arak putih.
4.4.1 Guizhou maotai jiu (贵州茅台酒)
Gambar 4.1 Guizhou maotai jiu
Jenis arak ini biasanya disebut Maotai. Maotai adalah jenis arak putih yang terkenal di Cina karena nama maotai berasal dari Kota Maotai, Propinsi Guizhou.
Kota Maotai memiliki iklim yang unik yang dapat memberikan kontribusi untuk rasa
minuman ini. Maotai diklasifikasikan sebagai jiangxiang (saus beraroma) karena dapat dijadikan seperti kecap yang memiliki aroma yang sangat murni, ringan dan
lembut. Arak putih ini merupakan minuman resmi pemerintah Cina yang paling
4.4.2 Wuliangye (五粮液)
[image:41.612.170.237.135.227.2]
Gambar 4.2 Wuliangye
Wuliangye adalah arak putih yang sangat mahal dari Kota Yibin, Sichuan Selatan. Dahulu, arak putih ini ada harganya sampai US$30000 per botol. Wuliangye
merupakan arak putih yang memiliki aroma yang kuat, terbuat dari 5 dasar pangan
yaitu gandum, beras, jagung, sorgum dan tanaman biji-bijian.
4.4.3 Fenjiu (汾酒)
Arak putih Fenjiu sudah lama diproduksi sejak zaman klasik. Arak ini terbuat dari sorghum dan kadar alkoholnya 63%-65%. Fenjiu memiliki sebuah teknik seni
yang istimewa atau proses pembuatan yang unik. Yaitu setiap proses ditandai dengan
fermentasi ganda.
4.4.4 Huzhou laoyao (泸州老窑)
Gambar 4.4 Huzhou
Huzhou laoyao adalah salah satu arak putih bersejarah yang diproduksi di Luzhou, Sichuan. Huzhou laoyao merupakan minuman keras yang memiliki empat karakteristik yaitu harum, murni, rasa manis dan memiliki aroma yang tahan lama.
4.4.5 Gujiang gongjiu (古井贡酒)
Minuman keras (arak putih) gujianggongjiu diproduksi di Kota Bozhou, Provinsi Anhui. Gujiang gongjiu memiliki sejarah ribuan tahun, asal-usulnya dimulai
pada tahun 196. Sejak saat itu, Caocao mendedikasikan sembilan minuman arak putih
untuk Kaisar Xian dan saat itu juga arak menjadi upeti kerajaan kuno. Gujiang
gongjiu dikenal sebagai minuman keras nasional Cina. Arak putih Gujiang gongjiu
berwarna terang dan transparan seperti kristal serta memiliki aroma yang wangi
seperti anggrek.
4.4.6 Quanxingdaqu (全兴大曲)
Quanxingdaqu atau disebut dengan arak putih quanxing adalah arak putih yang terkenal di Cina dan juga memiliki sejarah panjang. Arak ini tidak memiliki
pesona atau keanggunan tetapi orang-orang memuji arak ini karena memiliki sejarah
yang panjang. Quanxing berwarna terang dan jelas, memiliki alkohol yang tidak terlalu kuat kira-kira 58º-60º.
Gambar 4.6 Quanxingdaqu
Gambar 4.7 Jiannanchun
Jiannanchun ialah minuman keras yang diproduksi di Kota Mianzhu, Propinsi Sichuan. Minuman keras ini sangat terkenal di Cina dan merupakan
minuman keras klasik. Arak putih Jiannachun terbuat dari sorgum, beras, beras
ketan, gandum dan jagung.
4.4.8 Dongjiu (董酒)
Dongjiu merupakan minuman keras Cina yang diproduksi di Provinsi Guizhou Zhunyi, sekitar candi Kung Dong. Dalam sejarah, minuman ini adalah harta
yang paling unik. Dongjiu memiliki gaya yang unik karena merupakan minuman jernih, bersih, dan aroma yang sangat elegan serta memiliki fungsi yaitu dapat
meningkatkan sirkulasi darah dan menghilangkan kelelahan.
Gambar 4.8 Dongjiu
Gambar 4.9 Langjiu
Langjiu adalah minuman keras yang berwarna jelas dan transparan, aroma yang sedap, kualitas anggur yang lembut, murni dan segar. Saat orang meminumnya,
rasanya seperti makan buah segar, harum, memiliki wangi yang tahan lama dalam
mulut.
4.4.10 Shuanggou daqu (双沟大曲)
Shuang daqu atau biasa disebut dengan Shuanggou adalah minuman keras yang diproduksi di Suqian Sihong, Provinsi Jiangsu, Cina. Shuanggou menggunakan bahan baku dari sorgum, gandum, dan kacang polong, difermentasi dengan suhu yang
tinggi.
Shuanggou adalah minuman keras yang bersih dan transparan, memiliki aroma yang langsung menusuk hidung , memiliki rasa murni, lembut, wangi tahan
lama, tetapi minuman keras ini tidak memiliki alkohol yang kuat.
4.4.11 Taibian mingjiu (台湾名酒)
Gambar 4.11 Taibian mingjiu
Taibian mingjiu dikenal sebagai pusaka arak yang pertama di Taiwan. Taibian
mingjiu disebut Kinmen yaitu minuman keras budaya yang memiliki sejarah panjang
di Cina. Arak ini diproduksi di Pulau Kinmen, Taiwan. Pembuatan arak ini didukung
oleh air, udara, iklim dan lingkungan yang sangat baik. Sehingga arak ini memiliki
4.4.13 Samsu putih
[image:47.612.115.272.237.446.2]
Gambar 4.12 Samsu Putih
Samsu putih merupakan arak putih yang diproduksi oleh UD. Timur Jaya,
Medan, Indonesia. Samsu Putih terbuat dari beras ketan, gula merah dan air. Arak
putih ini memiliki warna putih terang, jelas, mengandung 19% alkohol dan memiliki
aroma yang wangi, serta rasa yang manis. Arak putih ini sering digunakan sebagai
obat. Arak putih ini memiliki cap kuda bola.
Sari Ketan adalah arak putih yang memiliki warna putih, dan aroma yang
harum. Arak putih ini juga dapat digunakan sebagai obat. Sari ketan diproduksi di
Deli Serdang, Sumut, Indonesia. Sari ketan terbuat dari beras ketan atau pulut dan air.
[image:48.612.151.287.207.354.2]Cap yang dimiliki arak putih ini adalah Cap Bola Dunia.
Gambar 4.13 Sari Ketan
Dari semua jenis arak putih ini, arak putih yang terdapat di Medan hanya dua
jenis yaitu Samsu Putih dan Sari Ketan. Dimana kedua jenis arak putih ini dapat
ditemukan di pasar dan toko obat Cina. Sementara jenis arak putih lainnya, dilarang
keras oleh pemerintah dan karena harganya juga sangat mahal maka, orang yang
membawa dan membeli arak putih tersebut adalah orang-orang kalangan tertentu saja,
BAB V
FUNGSI DAN MAKNA ARAK PUTIH DALAM BUDAYA
Fungsi arak putih bermacam-macam yaitu sebagai salah satu sajian dalam
memperingati kematian leluhur, di dalam upacara perkawinan, obat tradisional, untuk
etika dalam bisnis Cina dan sebagai pelunak makanan yang akan dibakar.
Berdasarkan fungsi tersebut, peneliti membahas tentang Fungsi Arak Putih
sebagai obat tradisional dan Makna Spiritual Arak Putih bagi masyarakat Tionghoa di
kota Medan.
5.1 Fungsi Arak Putih sebagai Obat
Arak putih adalah suatu minuman yang berupa larutan alkohol murni yang
mengandung karbohidrat, gliserol, asam amino, ester organik dan berbagai vitamin.
Kandungan vitamin dan mineralnya yang cukup lengkap, arak putih baik digunakan
untuk manfaat kesehatan. Salah satu fungsi arak putih di dalam budaya masyarakat
Tionghoa adalah sebagai bahan pengobatan secara tradisional.
Obat tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional. Resep obat
tradisional diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang dari generasi ke
generasi, menurut tradisi dan kepercayaan setempat. Bahan bahan yang digunakan
untuk mengolah obat tradisional merupakan bahan alami dari alam sekitar, misalnya
daun-daunan, akar-akaran, umbi-umbian atau biji-bijian. Pengolahan obat tradisional
merupakan pengetahuan tradisi warisan leluhur. Arak putih termasuk dalam kategori
Arak putih sebagai obat tradisional berasal dari berbagai bahan dasar seperti
beras, beras ketan, gandum, jagung dan sorgum. Bahan-bahan ini diolah menjadi
minuman keras, dengan cara difermentasikan lalu disuling agar menghasilkan alkohol
yang berkualitas tinggi.
Beberapa aspek efektivitas arak putih adalah :
1. Sebagai pencegahan penyakit kardiovaskuler, dimana hanya meminum sedikit
dapat meningkatkan sirkulasi darah.
2. Arak putih dapat menghilangkan kelelahan dan ketegangan. Arak putih
mengandung alkohol sehingga melalui alkohol dapat meringankan atau
merelaksasikan sistem saraf pusat. Jika meminumnya berlebihan akan
mengakibatkan mabuk.
3. Pada saat makan sambil minum arak putih dapat meningkatkan nafsu makan.
4. Menyingkirkan rasa kedinginan karena arak putih mengandung banyak kalori.
Meminum arak putih maka tubuh akan terasa panas karena cepat menyerap.
5. Dalam pengobatan sendi-sendi, arak putih berfungsi dalam sirkulasi darah.
6. Meningkatkan metabolisme karena arak putih mengandung lebih banyak alkohol
dan kualitas yang tinggi, yang dapat meningkatkan sirkulasi darah tubuh.
Dari beberapa efektivitas yang terlihat, arak putih merupakan bahan obat yang
baik jika digunakan dalam jumlah sedang atau sesuai standar. Sebaliknya, apabila
mengakibatkan resiko yang serius seperti keguguran, mabuk hingga muntah-muntah
dan lain-lain.
Bagi masyarakat Tionghoa di kota Medan, penggunaan arak putih adalah sebagai
obat rematik dan asam urat, sebagai penambah stamina tubuh, sebagai obat pinggang
dan tulang serta membantu membersihkan darah setelah melahirkan.
5.1.1 Sebagai Obat Rematik dan Asam Urat
Masyarakat Tionghoa sangat meyakini fungsi arak putih sebagai obat
tradisional. Hal ini sudah diyakini sejak dulu, dimana masyarakat Tionghoa
menggunakannya secara turun-temurun. Berdasarkan wawancara dengan beberapa
informan menyatakan bahwa penggunaan arak putih baik bagi penyakit rematik.
Rematik adalah penyakit yang terdapat pada persendian yang menunjukkan rasa nyeri,
kaku dan dapat menyebabkan peradangan.
Para informan meyakini fungsi arak putih sebagai pengobatan tradisional.
Penggunaan arak putih sebagai obat tradisional untuk bagian luar saja. Pengobatan itu
telah dibuktikan bahwa arak putih dicampur dengan ragi dan mengoleskan ke bagian
kakinya maka penyakit rematik yang dideritanya berkurang, tidak separah dulu lagi.
Mereka meyakini arak putih sebagai obat untuk menyembuhkan dan
pengetahuan tentang pengobatan ini sudah tertanam dalam kehidupannya. Tradisi ini
Informan lainnya mengatakan kalau arak putih juga berfungsi sebagai obat
asam urat. Mereka mengatakan telah terbiasa menggunakannya karena orangtua dulu
secara turun-temurun memakai arak putih. Dalam arti kebiasaan ini dilakukan secara
warisan. Arak putih yang biasa digunakan adalah Samsu Putih. Cara pemakaian obat
ini adalah cara dengan mencampurkan ragi dan menempelkannya dibagian yang sakit.
Fungsinya yaitu sebagai pengurang rasa sakit dan dapat menimbulkan rasa dingin.
5.1.2 Sebagai Penambah Stamina
Stamina adalah hal penting bagi tubuh dalam menunjang metabolisme dan
mobilitas sehari-hari. Jika stamina menurun dapat menganggu pelaksanaan aktivitas
dan juga bisa memicu menurunnya daya kekebalan tubuh sehingga tubuh dengan
mudah terserang kuman dan virus penyakit. Beberapa gejala yang ditimbulkan oleh
turunnya stamina tubuh adalah badan mudah lelah, lemas, letih, lesu dan sebagainya.
Arak putih juga dipercayai sebagai penambah stamina tubuh. Masyarakat
Tionghoa dengan meminum arak putih dalam jumlah kecil/standar, dapat merangsang
semangat dan memberikan kesegaran serta meningkatkan daya tahan tubuh. Bahan
dasar yang dimiliki arak putih ini adalah beras ketan yang mengandung macam
alkohol dan mineral seperti zat besi, zinc dan mangan. Kandungan yang terdapat
didalamnya memberikan energi tinggi dan membantu meningkatkan stamina tubuh.
Kebanyakan masyarakat Tionghoa mengkomsumsi arak putih disaat melakukan
Pada zaman dulu, sebelum berperang para prajurit Cina meminum arak putih
untuk meningkatkan stamina. Arak putih mengandung alkohol. Secara budaya
masyarakat Tionghoa, alkohol bersifat Yang. Dalam ajaran Taoisme Yang berarti
kuat dan keras.
5.1.3 Sebagai obat Pinggang dan Tulang
Sampai saat ini masyarakat Tionghoa masih menggunakan arak putih sebagai
obat pinggang dan tulang. Pengobatan yang dilakukan dengan cara mencampurkan
arak putih dengan anggur. Pengobatan ini diyakini oleh masyarakat Tionghoa dan
sudah dikenal dari dulu sebagai obat tradisional. Pengobatan ini merupakan proses
pewarisan budaya leluhur dengan masyarakat Tionghoa terhadap alam dan
lingkungan sekitarnya.
Pengobatan tradisional arak putih yang dicampurkan dengan anggur tersebut
dioleskan ke bagian pinggang dan tulang yang sakit dan berfungsi untuk meringankan
sakit pinggang dan tulang. Masyarakat Tionghoa meyakini arak putih ini sebagai obat
tradisional yang ampuh untuk penyakit pinggang dan tulang. Hal ini telah dibuktikan
oleh beberapa masyarakat Tionghoa yang berada di Kota Medan.
5.1.4 Membantu membersihkan darah setelah melahirkan
Sejak dahulu masyarakat Tionghoa meyakini arak putih dapat membersihkan
melancarkan peredaran darah dengan cara meminumnya. Seiring perkembangan
zaman, tidak semua masyarakat Tionghoa yang menggunakan arak putih sebagai
pembersih darah sehabis melahirkan. Pengobatan tradisional ini sudah mulai
mengalami perubahan karena saat ini mereka lebih mempercayai para dokter.
Hal ini dikarenakan, masyarakat Tionghoa mengalami perubahan pemikiran
terhadap pengobatan modern. Pengobatan modern yaitu pengobatan yang telah teruji
secara ilmiah sehingga dipercaya sebagai pengobatan yang resmi digunakan.
Pengobatan ini menggunakan alat-alat kesehatan yang canggih dan harganya sangat
mahal.
Fungsi arak putih sebagai pembersih darah kotor setelah melahirkan diyakini
dalam masyarakat Tionghoa karena manfaatnya dirasakan secara empiris yaitu
menjaga tubuh tetap hangat. Tradisi minum arak putih setelah melahirkan dibawa dari
Cina karena wanita yang baru melahirkan memiliki suhu tubuh lebih rendah
daripadaa suhu tubuh normalnya. Sehingga saat melahirkan pada musim dingin,
wanita yang baru melahirkan memerlukan arak putih untuk menghangatkan tubuhnya.
Berdasarkan penelitian tersebut, fungsi arak putih adalah sebagai obat
tradisional. Arak putih berfungsi sebagai obat rematik dan asam urat, sebagai
penambah stamina tubuh, sebagai obat pinggang dan tulang serta membantu
turun-temurun. Hal tersebut mendasar pada suatu keseimbangan perilaku masyarakat
Tionghoa secara horizontal.
5.2 Makna Arak Putih
5.2.1 Makna Spiritual
Spiritual adalah suatu hal yang berhubungan dengan kejiwaan (rohani atau
batin). Hal ini berhubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta,
tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Masyarakat Tionghoa
adalah masyarakat yang masih sangat meyakini atau mempercayai hal-hal yang
berhubungan dengan spiritual.
Spiritual dari setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan dan
konsepnya tentang kehidupan. Budaya masyarakat Tionghoa dipengaruhi oleh
kekuatan spiritual yang kuat. Hal ini dapat kita temui pada praktek penyembahan
terhadap dewa dan leluhur yang dilakukan hingga saat ini.
Masyarakat Tionghoa di Kota Medan melakukan doa dan penyembahan
terhadap dewa dan leluhur pada saat upacara atau sembahyang. Hal tersebut telah
mendasar pada suatu keseimbangan perilaku masyarakat Tionghoa yang
melaksanakan sembahyang. Keseimbangan secara vertikal, masyarakat Tionghoa
Keseimbangan secara horizontal yaitu supaya manusia dapat menjaga keseimbangan
alam yang terwujud oleh Yin dan Yang.
Pada umumnya masyarakat Tionghoa saat melakukan sembahyang tampak
kebiasaan untuk menyediakan sesajian kepada dewa dan leluhur. Sesajian itu berupa
air (air mineral, teh dan arak), kue-kue, buah-buahan (seperti : pisang, jeruk, apel,
nenas) dan lain-lain. Sajian yang dipersembahkan dalam persembahyangan
merupakan simbolis atau sebagai lambang.
Setiap sajian yang dipersembahkan mengandung nilai-nilai luhur atau petuah
dari leluhur yang pada masa lalu tidak dipaparkan secara nyata. Dalam sesajian
tersebut salah satu arak yang dipakai adalah arak putih. Arak putih terdapat dalam
cawan atau cangkir kecil yang selalu tersaji dalam altar dianggap sebagai simbol
pengorbanan. Arak putih menandakan kesucian.
Melalui hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan diketahui bahwa
pada saat ini masyarakat Tionghoa di Medan menggunakan arak putih tidak secara
terus-menerus. Masyarakat Tionghoa menggunakan arak putih hanya pada waktu
tertentu saja yaitu pada saat upacara kematian, memperingati hari ulangtahun leluhur
dan tahun baru. Hal ini dikarenakan, adanya larangan dari pemerintahan terhadap
minuman keras termasuk arak putih. Alasan lain yang membuat arak putih sulit
didapatkan adalah harganya mahal.
Peneliti mendatangi sebuah tempat Yayasan Balai Persemayaman Angsapura
Tionghoa sedang melakukan upacara kematian. Dari beberapa masyarakat Tionghoa
yang melakukan upacara tersebut, mereka menyediakan beberapa sajian terhadap
[image:58.612.151.510.175.396.2]dewa dan leluhur.
Gambar 5.2 Sesajian persembahan
Gambar di atas terdapat beberapa sajian yang telah ada di depan altar
persembahan kepada dewa. Di dalam gambar terdapat tiga mangkuk merah. Salah
satu yang ada di dalam mangkuk merah tersebut adalah arak putih, dan yang dua lagi
adalah teh dan air mineral. Agar terlihat lebih jelas, sebuah lingkaran yang terlihat
dalam gambar itu adalah arak putih, sedangkan di sebelah lingkaran kanan adalah teh
dan di sebelah lingkaran kiri adalah air mineral.
Adanya persembahan sesajian arak putih tersebut karena masyarakat
Tionghoa mempercayai para dewa atau leluhur suka atau gemar terhadap minuman
meyakini arak putih sebagai minuman rohani yang dapat mencapai kemampuan
supranatural.
Makna yang terdapat dalam arak putih tersebut adalah sebuah bentuk
penghormatan terhadap dewa dan leluhur. Penghormatan terhadap dewa dan leluhur
yang didasari atas kepercayaan yang mempunyai tujuan supaya para leluhur
melindungi keturunannya serta meminta pertolongan saat diminta.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Arak putih merupakan minuman terkenal di Cina beberapa ribuan tahun yang
memiliki banyak jenis dan diproduksi di berbagai negara dan kota. Jenis arak putih
yang terdapat di Kota Medan adalah Samsu Putih dan Sari Ketan.
Arak putih adalah suatu minuman keras yang memiliki warna yang terang,
transparan, jelas, aroma yang wangi dan berbagai rasa serta mengandung alkohol
yang tinggi. Arak putih berasal dari berbagai bahan dasar seperti beras, beras ketan,
gandum, jagung atau sorgum. Bahan-bahan ini diolah, dengan cara difermentasikan
lalu disuling agar menghasilkan alkohol yang berkualitas tinggi.
Arak putih mengandung karbohidrat, gliserol, asam amino, ester organik dan
berbagai vitamin lainnya. Kandungan vitamin, mineral dan kandungan lainnya yang
cukup baik digunakan untuk manfaat kesehatan. Salah satu fungsi arak putih di
dalam budaya masyarakat Tionghoa adalah sebagai bahan pengobatan secara
tradisional.
Berdasarkan pembahasan tentang Fungsi dan Makna Arak Putih dalam
budaya masyarakat Tionghoa di Medan, ternyata dalam kehidupan masyarakat
Tionghoa menggunakan arak putih yaitu fungsi arak putih sebagai obat dan makna
arak putih yaitu makna spiritual.
Bagi masyarakat Tionghoa di kota Medan, penggunaan arak putih adalah
sebagai obat rematik dan asam urat, sebagai penambah stamina, sebagai obat
pinggang dan tulang serta membantu membersihkan darah setelah melahirkan. Hal ini
Pengobatan tradisional arak putih sudah digunakan sejak dahulu kala hingga sampai
saat ini. Dengan kata lain, pengobatan arak putih diwariskan secara turun-temurun.
Masyarakat Tionghoa menggunakan arak putih sebagai fungsi obat tidak
berhubungan pada hal-hal yang spiritual. Mereka menggunakan arak putih sebagai
hal fungsinya sebagai obat, sama seperti obat lain karena arak putih ini diyakini atau
dipercayai baik untuk kesehatan.
Makna arak putih yaitu sebagai makna spiritual. Masyarakat Tionghoa saat
melakukan sembahyang kepada dewa atau leluhur, tampak kebiasaan menyajikan
sesajian. Salah satu sajian seperti arak putih yang merupakan tanda penghormatan.
Dimana arak putih memiliki lambang pengorbanan. Mereka menganggap bahwa
dewa ataupun leluhur perlu dihormati dan arak putih merupakan minuman yang
sangat bernilai tinggi untuk dipersembahkan.
Adapun hal larangan dari pemerintahan Indonesia tentang minuman keras
termasuk arak putih menyebabkan budaya arak putih mengalami perubahan jenis
yang disajikan dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Tradisi budaya arak putih
yang dilakukan di Medan tidak seperti halnya yang dilakukan di negara Cina.
6.2 Saran
Dari hasil penelitian mengenai Fungsi dan Makna Arak Putih dalam budaya
diperhatikan demi kelestarian budaya ini sebagai wujud kepedulian kita terhadap
budaya arak putih masyarakat Tionghoa.
Dalam penelitian ini, masih banyak lagi yang perlu diteliti mengenai budaya
arak putih. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap para
mahasiswa ataupun masyarakat lain berminat untuk meneliti budaya arak putih.
DAFTAR PUSTAKA
Amiek, Hamami. 2005. Pengetahuan Minum dan Bar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Boye de Mente. 1994. Etiket dan Etika Bisnis Dengan Orang Cina. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamidi. 2010. Metode Penelitian kualitatif.Malang: UMM Press.
. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press.
diperhatikan demi kelestarian budaya ini sebagai wujud kepedulian kita terhadap
budaya arak putih masyarakat Tionghoa.
Dalam penelitian ini, masih banyak lagi yang perlu diteliti mengenai budaya
arak putih. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis berharap para
mahasiswa ataupun masyarakat lain berminat untuk meneliti budaya arak putih.
DAFTAR PUSTAKA
Amiek, Hamami. 2005. Pengetahuan Minum dan Bar. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Boye de Mente. 1994. Etiket dan Etika Bisnis Dengan Orang Cina. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamidi. 2010. Metode Penelitian kualitatif.Malang: UMM Press.
. 2010. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press.
. 2000. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Lijingping. 2007. Zhongguo Jiu Wenhua 中 国 酒 文 化 . Beijing:
Shishichubanshe.
Morsbach, Helmut dkk. 1993. Etiket Sederhana di Jepang, Cina dan Korea. Jakarta: Bumi Aksara.
Oetomo, Dede. 1990. Cina dan Masyarakatnya. Jakarta: Erlangga.
Pengzhiping, 2010. Hanyu Yuedu Jiaocheng Di Er Ce汉语阅读教程第二册. Beijing: Beijingyuyandaxue.
Poerwanto. 2005. Kebudayaan dan Lingkungan dalam Perspertif Antropologi