• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergeseran Makna Upacara Ulang Tahun Kelahiran Masyarakat Tionghoa di Kota Medan 棉兰华人生日文化分析 (Mian lan huaren shengri wenhua fenxi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pergeseran Makna Upacara Ulang Tahun Kelahiran Masyarakat Tionghoa di Kota Medan 棉兰华人生日文化分析 (Mian lan huaren shengri wenhua fenxi)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERGESERAN MAKNA UPACARA ADAT MASYARAKAT TIONGHOA DALAM MERAYAKAN ULANG TAHUN KELAHIRAN DI KOTA MEDAN

棉兰华人生日文化分析

(Mian lan huaren shengri wenhua fenxi)

SKRIPSI Oleh:

SRI JULIANA TJIOE 100710040

PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana yang pernah saya peroleh.

Medan, 26 Juli 2012 Penulis, Sri Juliana

(3)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Pergeseran Makna Upacara Ulang Tahun Kelahiran Masyarakat Tionghoa di Kota Medan”. The aim of this writing is to find out the ethical value of Nongli Calendar, Chinese birthday ritual, the symbol’s value and the degeneration of Chinese birthday’s value. The methodology used in this thesis is find out the primary data with observation and the secondary data from books and then analyze the data with the normative ethical theory. The result shows that the meaning of birthday has changed compare to the values from Chinese birthday from Nongli calendar, Chinese people in Medan prefer to use common calendar, the ritual has changed to west and modern tradition and the symbols of Chinese birthday has degenerate and not be used anymore in Medan, so this research is based thinking that the value of Chinese Birthday in Medan is began to degenerate now.

(4)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya panjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih dan berkatNya hingga saat ini selalu menyertai dan mengiringi langkah saya dan mengajarkan saya kesabaran dalam menulis skripsi, dan berkatnya yang menuntun saya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul “Pergeseran Makna Upacara Ulang Tahun Kelahiran Masyarakat Tionghoa di Kota Medan”.

Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Budaya, Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Sepanjang penyusunan skripsi tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, materi, waktu, bimbingan dan doa kepada penulis. Oleh karena itu saya ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A, selaku Ketua Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera

Utara.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara dan sekaligus dosen spiritual saya.

4. Bapak Drs. Jhonson Pardosi, M.Si selaku pembimbing I yang saya anggap sebagai bapak sendiri yang telah banyak membantu saya memberikan masukan, kritik dan meluangkan banyak waktunya selama penulisan skripsi.

5. Yang Yang Laoshi selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan banyak masukan, kritikan, dan semangat kepada saya selama menulis skripsi Mandarin.

(5)

7. Kedua orang tua yang saya sayangi Ayahanda Halim Kanggara yang telah memberi saya inspirasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, dan Ibunda tercinta Lina yang terus memberikan doa, nasehat, semangat, kasih sayang dan pengorbanan baik moril dan materil.

8. Teman-teman seperjuangan saya yang selalu ada disaat suka maupun duka, yang telah banyak membantu dalam memberikan semangat, saran, kritik, dan canda tawa yang menghibur dikala hati gundah. teman-teman angkatan 2014 yang sama-sama berjuang dalam menulis skripsi ini.

9. Teman-teman spesial saya Ferry, Rudy, Erwin, Lestari dan semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas doa dan dukungannya.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi yang disajikan ini sangat jauh dari sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun skripsi ini.

Akhir kata, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu. Demikianlah ucapan terima kasih ini saya sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Tuhan Memberkati!

Medan, 3 Juni 2014

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Ruang Lingkup Penelitian………. ... 7

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis……….8

1.5.2 Manfaat Prraktis……….9

BAB II Tinjauan Pustaka, Konsep, dan Landasan Teori 2.1 Tinjauan Pustaka ...10

2.2 Konsep ...….. 12

2.2.1 Pergeseran Makna ... 12

2.2. 2 Upacara………...13

2.2. 3 Masyarakat Tionghoa………. ... ... 13

2.2.4 Ulang Tahun Kelahiran………......... 14

2.2.5 Simbol………..14

2.2.6 Nongli………15

2.3 Landasan Teori ... 16

(7)

3.2 Lokasi Penelitian………. ... 17

3.3 Data dan Sumber Data……… ... 18

3.4 Teknik Pengumpulan Data……… ... 18

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Sekunder………..19

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Primer………...19

3.5 Teknik Analisis Data………..20

BAB IV GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TIONGHOA MEDAN 4.1 Sejarah Masuknya Masyarakat Tionghoa di Indonesia………... 21

4.2 Sejarah Masuknya Masyarakat Tionghoa di Medan………... 22

4.3 Sistem Perdagangan Masyarakat Tionghoa di Medan………... 24

4.4 Interaksi Sosial Masyarakat Tionghoa di Medan……….. ... 29

4.4.1 Paguyuban Sosial Marga Tionghoa………... 31

4.4.2 Yayasan Buddha Tzu Chi………... 32

4.5 Adat Istiadat Masyarakat Tionghoa di Medan……….. 33

4.5.1 Perayaan Imlek………34

4.5.2 Perayaan Ceng Beng………35

4.5.3 Perayaan Ulang Tahun Kelahiran………36

BAB V PERGESERAN MAKNA ULANG TAHUN KELAHIRAN TIONGHOA 5.1 Sistem Perhitungan dan Makna Nongli pada Masyarakat Tionghoa……….37

5.1.1 Sejarah Nongli……….37

5.1.2 Sistem Perhitungan Nongli………..40

5.1.3 Makna Nongli terhadap Perayaan Ulang Tahun Kelahiran Tionghoa……….44

5.2 Makna Upacara Ulang Tahun Kelahiran Masyarakat Tionghoa………52

5.2.1 Interaksi dalam Perayaan Ulang Tahun Kelahiran Tionghoa………..54

5.2.2 Ucapan-Ucapan Selamat dalam Ulang Tahun Kelahiran Tionghoa………57

(8)

5.3.1 Makna Hadiah Pemberian Tamu dalam Acara Ulang Tahun………..59

5.3.2 Hadiah yang Tidak Boleh Diberikan dalam Perayaan Ulang Tahun………...60

5.3.3 Makna Dekorasi dalam Perayaan Ulang Tahun………..64

5.4 Pergeseran Makna Nongli dan Acara Ulang Tahun Kelahiran pada Masyarakat Tionghoa di Kota Medan………..……….…67

5.4.1 Pergeseran Makna Nongli dalam Ulang Tahun Kelahiran………..67

5.4.2 Pergeseran Makna Acara Ulang Tahun Kelahiran Tionghoa………..68

5.4.3 Pergeseran Makna Simbol Ulang Tahun Kelahiran Tionghoa………69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….71

6.2 Saran………...72

DAFTAR PUSTAKA……….74

(9)

ABSTRACT

The title of this thesis is “Pergeseran Makna Upacara Ulang Tahun Kelahiran Masyarakat Tionghoa di Kota Medan”. The aim of this writing is to find out the ethical value of Nongli Calendar, Chinese birthday ritual, the symbol’s value and the degeneration of Chinese birthday’s value. The methodology used in this thesis is find out the primary data with observation and the secondary data from books and then analyze the data with the normative ethical theory. The result shows that the meaning of birthday has changed compare to the values from Chinese birthday from Nongli calendar, Chinese people in Medan prefer to use common calendar, the ritual has changed to west and modern tradition and the symbols of Chinese birthday has degenerate and not be used anymore in Medan, so this research is based thinking that the value of Chinese Birthday in Medan is began to degenerate now.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Tionghoa di Kota Medan sebagian besar masih melaksanakan tradisi yang diharuskan oleh leluhurnya. Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan misalnya cara berpakaian, upacara adat, simbol-simbol kepercayaan, kesenian, etika dan sopan santun, dimana setiap suku bangsa memiliki tradisi yang berbeda-beda. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan budayanya masing-masing, salah satunya adalah suku bangsa Tionghoa. Menurut Wikipedia arti Tionghoa adalah :

Tionghoa (bent中华 [中華], yang berarti Bangsa Tengah; dalam untuk orang-orang dari suku atau r negatif karena sering digunakan dalam nada merendahkan. (http://id.wikipedia.org, 18:02, 1 Januari 2014)

(11)

perkebunan. Pada tahun 1930-1960, Hamdani (2012 : 6) menyatakan bahwa : “…dalam waktu kurang dari 25 tahun, Medan sudah disemarakkan oleh kota-kota baru lengkap dengan sarana transportasi, komunikasi dan akomodasi modern khas Eropa”. Berdasarkan sejarah Tionghoa di atas, dapat disimpulkan bahwa budaya masyarakat Tionghoa sangat mempengaruhi tata cara dan pemikiran serta metode bisnis sehingga dapat terus berkembang sampai sekarang, Hal ini dapat dilihat dari pengaruh dalam sektor bisnis, maupun politik. Semua ini tidak terlepas dari pengaruh budaya dan gaya hidup masyarakat Tionghoa, upacara adat, etika bisnis, dan sebagainya. Setiap upacara dalam merayakan suatu hal terdapat makna, simbol, kepercayaan dalam setiap peristiwa yang dilalui misalnya tahun baru imlek , festival-festival perayaan, pernikahan, kematian sampai dengan ulang tahun kelahiran.

Aktivitas tradisi yang dilakukan masyarakat Tionghoa masih dilakukan masyarakat Tionghoa sampai sekarang baik generasi tua maupun muda, namun hanya untuk perayaan-perayaan festival besar seperti imlek dengan suasana merah, petasan dan lampion yang menghiasi kota Medan setiap tahun baru imlek, chengbeng dengan mengunjungi makam leluhur atau saudara yang sudah meninggal, festival kue bulan dan bacang yang terlihat dari toko-toko yang menjual makanan tersebut saat festival. Namun dalam melaksanakan acara ulang tahun kelahiran dengan tradisi Tionghoa hanya dilaksanakan oleh generasi yang lebih tua karena pengaruh perkembangan zaman.

(12)

digunakan sebagai penentu sifat dan peruntungan seseorang setiap tahunnya, berikut adalah penentuan sifat dan peruntungan berdasarkan nongli, misalnya:

Orang yang lahirnya tanggal 1: Anda sangat ingin tahu dan berdedikasi. Ketika anda berminat pada sesuatu, segala sesuatu yang lain harus menunggu. Hal ini adalah kualitas anda. Tetapi jika anda belajar untuk lebih sabar dan mengakhiri apa yang anda mulai, anda akan menemui kesuks

Pada masyarakat Tionghoa tradisional, seseorang yang merayakan ulang tahun tidak dapat mengundang teman dari keluarga jauh. Namun setelah orang yang merayakan ulang tahun berusia 50 tahun baru boleh mengundang kerabat dan keluarga jauh, Menurut Li Xiao Xiang (2001 : 98) “…Ulang tahun di dalam adat Tionghoa kuno biasanya tidak dirayakan secara terbuka sebelum umur 50 tahun. ”..Apabila anak yang berulang tahun, biasanya orang tua akan memberi hadiah dan nasehat yang baik untuk anaknya. Apabila orang tua yang berulang tahu, maka anak akan memberi hormat kepada orang tuanya dan memberi ucapan-ucapan selamat kepada orang tua. Perayaan ulang tahun terbuka biasanya dimulai dari ulang tahun ke-50.

Biasanya teman-temannya hanya dapat diundang oleh orang tuanya. Nio Joe Lan (2013: 237) menyatakan: “…Merayakan sendiri hari ulang tahunnya dan mengundang sendiri sahabat-sahabatnya, dianggap tidak sesuai dengan peradaban Tionghoa. Bahkan dianggap dengan kesombongan!.” Ucapan-ucapan selamat dan etika perayaan harus dilaksanakan agar masyarakat Tionghoa dapat terus mengingat pesan moral dan etika yang telah diajarkan oleh leluhur.

(13)

para tamu dengan makanan. Saat menjamu tamu, tokoh yang berulang tahun harus memakai pakaian baru dan duduk di tengah ruangan untuk menerima ucapan selamat dari para tamu, menurut Li Xiao Xiang ( 2001 : 102 ) “…Jika orang yang memberi ucapan selamat berasal dari generasi yang sama, ia akan berdiri untuk menunjukkan rasa hormatnya. Untuk anak-anak yang orang tuanya merupakan generasi yang lebih muda, ia akan memberi mereka angpao, setelah perayaan pesta pun dimulai.”

Setelah upacara, hal yang harus diperhatikan adalah simbol yang berhubungan dengan acara ulang tahun kelahiran yaitu kado pemberian dan makanan. Fu ChunJiang (2012: 133) mengatakan; “…Kunci 100 Keluarga adalah kunci umur panjang yang dibuat dari sumbangan keluarga dan teman”. Kunci tersebut terbuat dari gelang yang dimasukkan koin tembaga Tiongkok zaman dahulu yang memiliki lubang di tengah koin tersebut. Koin ini biasanya diberikan tetangga dan kerabat sebagai hadiah bentuk berkat dan doa. Semakin banyak koin yang diterima maka semakin banyak relasi dan kekerabatan yang baik. Untuk itu, harus berusaha lebih baik kepada semua orang dan melakukan instropeksi diri. Selain hadiah yang diberikan juga terdapat hadiah yang dianggap pantangan seperti jam yang berarti kematian, gunting sebagai pemutusan hubungan, dan sebagainya.

Makanan dalam ulang tahun kelahiran Tionghoa memiliki arti masing-masing yaitu : Mie berarti panjang umur, Telur Merah berarti kesederhanaan dan kehidupan baru, Anggur panjang umur dimana dalam aksara China kata anggur sama artinya dengan lama atau panjang waktunya sehingga berarti panjang umur, Persik berarti keabadian yang berarti berkah yang tidak terbatas. Dan masih banyak lagi seperti kue kura-kura merah, mantou, dan sebagainya.

(14)

tahun dirayakan lebih bebas pada umur berapa saja dan sebagian besar masyarakat Tionghoa di Kota Medan menggunakan kalender masehi.

Upacara ulang tahun kelahiran yang dilaksanakan masyarakat Tionghoa di Medan adalah merayakan dengan mentraktir teman, merayakan acara di restoran dan di rumah dengan menyediakan kue tar, melakukan prosesi peniupan lilin, dekorasi yang digunakan menggunakan balon berwarna, dimana semua prosesi acara ulang tahun kelahiran tersebut lebih condong ke budaya barat seperti di Eropa dan Amerika. Hal ini disebabkan oleh faktor keluarga dan lingkungan, sebagian besar menganggap hal-hal yang terdapat dalam tradisi masyarakat Tionghoa dalam merayakan ulang tahun kelahiran adalah takhayul dan kuno, terutama bagi kalangan muda. Bagi kalangan yang lebih tua terpengaruh dari keturunannya yang sudah tidak ingin melaksanakannya.

Saat ini masyarakat Tionghoa di kota Medan, banyak yang merasa simbol-simbol dalam merayakan ulang tahun terlalu merepotkan dan banyak pantangan . Sebagian besar masyarakat Tionghoa tidak menghiraukan tradisi tersebut, sedangkan untuk makanan dan kado disesuaikan dengan kesukaan orang yang sedang berulang tahun. Kado yang seharusnya tidak boleh diberikan, tetapi diberikan juga. Sedangkan makanan, dekorasi, dan benda yang seharusnya menjadi simbol tradisi tionghoa sudah mulai terlupakan.

(15)

mengutamakan hal-hal yang praktis dan memilih mengikuti budaya tersebut. Sehingga, apabila ditanya mengenai makna perayaan ulang tahun kelahiran Tionghoa, makna yang dijawab berbeda dengan makna yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis termotivasi untuk melakukan penelitian mengenai ulang tahun kelahiran masyarakat Tionghoa.. Penulis akan mencoba mengkaji lebih jelas mengenai pergeseran makna ulang tahun kelahiran di kota Medan dengan judul “Pergeseran Makna Upacara Ulang Tahun Kelahiran Masyarakat Tionghoa di Kota Medan

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian difokuskan pada penjelasan mengenai tata cara, penggunaan kalender nongli dan makna budaya perayaan ulang tahun masyarakat Tionghoa serta pergeseran makna yang terjadi di kota Medan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana sistem perhitungan nongli menurut masyarakat Tionghoa?

2. Bagaimana makna upacara ulang tahun kelahiran pada masyarakat Tionghoa?

3. Apakah makna dari setiap simbol dalam upacara ulang tahun bagi masyarakat Tionghoa? 4. Bagaimanakan pergeseran makna upacara adat ulang tahun Masyarakat Tionghoa?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah :

(16)

3. Untuk mengetahui makna dari setiap simbol dalam ulang tahun kelahiran bagi masyarakat Tionghoa.

4. Untuk mengetahui pergeseran makna upacara adat ulang tahun Masyarakat Tionghoa.

1.5Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat member manfaat sebagai berikut :

1. Bahan acuan yang dapat digunakan sebagai informasi akurat tentang nongli dan kegiatan tradisi ulang tahun kelahiran masyarakat Tionghoa bagi mahasiswa.

2. Menambah wawasan bagi pembaca untuk lebih mengerti upacara kelahiran kebudayaan masyarakat Tionghoa di Indonesia sebagai salah satu etnis di Indonesia

3. Untuk memberikan informasi bagi pemerhati budaya dan generasi muda untuk lebih menghargai tradisi dan budaya leluhurnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Nio Joe Lan (1960) menulis buku yang berjudul Peradaban Tionghoa Selayang Pandang. Buku ini menceritakan peradaban dan budaya Tionghoa sejak masyarakat Tionghoa masuk ke Indonesia sampai sekarang. Dalam buku ini penulis mengetahui bahwa makna perayaan hari ulang tahun adalah bukan suatu peralatan yang dirayakan sendiri oleh orang yang berulang tahun, melainkan oleh anak-anaknya.

Fu ChunJiang (2012) menulis buku yang berjudul Asal Mula simbol-simbol keberuntungan Cina Buku ini berisi makna hari ulang tahun yang dirayakan dengan meriah. Orang tua, kerabat dan orang-orang di masyarakat mengadakan perayaan itu sebaik-baiknya, dengan harapan orang yang berulang tahun akan mendapat keberuntungan dengan memakai benda-benda seperti kunci panjang umur. Orang yang lebih tua menerima hadiah-hadiah seperti buah persik, mi, anggur yang melambangkan panjang umur. Bagi anak-anak semoga sehat selalu dan bagi orang tua adalah semoga panjang umur. Dalam buku ini banyak membantu memberi bahan penelitian mengenai simbol dan makna dalam budaya masyarakat Tionghoa.

Li Xiao Xiang (2003) menulis buku Asal Mula Budaya dan Bangsa Tionghoa. Buku ini berisi makna hari ulang tahun adalah mendoakan bagi yang berulang tahun dapat panjang umur dan selalu sehat. Dalam buku ini penulis dapat mengetahui bahwa masyarakat Tionghoa perlu memperhatikan detail seperti dekorasi, makanan dan kebiasaan bukan hanya membeli kue ulang tahun dan meniup lilin.

(18)

orang Tionghoa mempunyai cara-cara mengucapkan selamat untuk setiap kejadian. Buku ini memberikan wawasan kepada penulis mengenai ucapan-ucapan selamat yang tidak boleh dikatakan dan makna makan malam bersama yang biasanya dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Tionghoa yang berulang tahun.

Bertens dalam bukunya Etika (2013) Buku ini membahas mengenai teori-teori etika di mana dalam penelitian ini didasarkan kepada pendekatan secara etika kebudayaan Tionghoa. Buku ini memberikan pengetahuan yang lebih mendalam kepada penulis mengenai teori etika sehingga berguna sebagai dasar dalam melakukan penelitian.

Koentjaraningrat menulis buku Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (2004). Buku ini berisi sejarah dan demografi masyarakat Tionghoa, buku ini memberi penulis wawasan mengenai data demografi masyarakat, sistem sosial dan kemasyarakatan serta budaya masyarakat Tionghoa di Indonesia secara umum sehingga dapat dilakukan perbandingan dengan masyarakat Tionghoa di Medan.

Rafael Raga Maran dalam bukunya yang berjudul Manusia dan kebudayaan (2007) menjelaskan secara lengkap mengenai ilmu budaya dasar sehingga penulis dapat mengetahui hal-hal yang termasuk budaya dan tradisi serta mengetahui perbedaan arti dari budaya, tradisi dan simbol dalam masyarakat.

Nasrul Hamdani menulis buku Komunitas Cina di Medan berisi sejarah masuknya Tionghoa di kota Medan dan perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat Tionghoa di kota Medan, sehingga bagi penulis dapat dijadikan bahan referensi mengenai sejarah dan budaya Tionghoa di kota Medan.

2.2 Konsep

(19)

proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Penulis akan menggambarkan objek yang diteliti secara abstrak, yaitu gambaran berupa pengertian dari hal-hal yang berkaitan dengan nilai moral dalam ulang tahun kelahiran Tionghoa yang terdiri dari : Pergeseran makna, Upacara, Masyarakat Tionghoa, Ulang Tahun Kelahiran, Simbol dan Nongli

2.2.1 Pergeseran Makna

Makna adalah arti dan penjelasan mengenai suatu hal dan biasanya bersifat rasional. Sedangkan pergeseran adalah perubahan dan perbedaan. Menurut Hamdani (2013 : 7) “…Pergeseran budaya dan makna suatu hal terjadi karena faktor lingkungan, politik dan budaya suatu masyarakat.”. sehingga dapat disimpulkan bahwa pergeseran makna adalah perubahan perilaku dan sikap yang dilakukan oleh suatu kalangan terhadap suatu hal, sehingga menunjukkan arti yang berbeda dengan yang sebelumnya.

2.2.2 Upacara

(20)

2.2.3 Masyarakat Tionghoa

Sesuai dengan pasal 2 UU nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia bahwa “Orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional”. Dengan demikian secara tidak langsung UU itu menjamin masyarakat Tionghoa memiliki hak yang sama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Koentjaraningrat (2002 : 147) menyatakan bahwa : “…Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.”

Masyarakat Tionghoa di Medan adalah “…Masyarakat yang berasal dari berbagai provinsi di China yaitu Kwang Tung, Kwang Si, Swatow, Hainan, Fukien, Hunan, dan Amoy yang merupakan daerah asal etnis Hakka, Canton, Hokkien, Hailokhongs, Hainan, Teochew, Luchius, Choachow, Hock dan Macao.” (Lubis, 1995: 15), walaupun berbeda logat dan bahasa, namun memiliki budaya yang sama yaitu budaya Tiongkok. Tionghoa adalah salah satu etnis di Indonesia dan menjadi salah satu etnis yang berpengaruh di Indonesia dalam segala bidang.

2.2.4 Ulang Tahun Kelahiran

(21)

2.2.5 Simbol

Simbol adalah sesuatu yang dapat mengekspresikan atau memberikan makna, simbol bisa berupa barang sehari-hari, barang berguna yang sudah memperoleh arti khusus. Mobil-mobil tertentu menunjukkan kekayaan; Mobil-mobil-Mobil-mobil tertentu menunjukkan keberanian, gengsi dan gaya hidup pemiliknya. Sementara di daerah tertentu seekor sapi atau seekor babi dengan warna tertentu membangkitkan perasaan serupa. Menurut Maran (2007: 43) menyatakan bahwa “…Simbol adalah objek yang sama kalu dipakai untuk tujuan yang sama pun bisa berbeda sekali artinya dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda.” dalam hal ini simbol-simbol dalam ulang tahun kelahiran Tionghoa memiliki arti tersendiri dari setiap makanan, dekorasi dan hadiah ulang tahun yang diterima.

2.2.6 Nongli

(22)

2.3 Landasan Teori

Penulisan skripsi yang berjudul “Pergeseran Makna Upacara Adat Masyarakat Tionghoa dalam Merayakan Ulang Tahun Kelahiran di Kota Medan” menggunakan landasan teori etika untuk membahas lebih dalam lagi nilai ulang tahun kelahiran Tionghoa.

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Etika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas nilai moral manusia dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988) mempunyai arti : ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak); kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat yang membahas nilai moral manusia berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Bertens (2013: 15) menyatakan bahwa:

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam penelitian “Pergeseran Makna dalam Upacara Adat Masyarakat Tionghoa dalam Merayakan Ulang Tahun Kelahiran” adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif analisis yakni suatu metode yang akan menguraikan masalah berdasarkan data-data yang didapatkan kemudian di analisis secara baik untuk mendapatkan keterkaitan dan pemahaman yang mendalam dari tinjauan yang ada.

Penelitian kualitatif yaitu rangkaian kegiatan atau proses menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya.

4.2Lokasi Penelitian

Di kota Medan terdapat banyak tempat atau rumah makan yang biasanya dipakai untuk acara-acara ulang tahun bagi masyarakat Tionghoa. Lokasi yang dipilih oleh peneliti adalah Party Garden Jalan Kejaksaan No 7 A-B. Alasan pemilihan lokasi adalah :

1. Party Garden merupakan salah satu tempat pelaksanaan acara ulang tahun bagi masyarakat Tionghoa di kota Medan.

2. Lebih mudah mencari objek yang diteliti karena Party Garden sering melayani pelaksanaan acara ulang tahun bagi masyarakat Tionghoa

(24)

Selain di Party Garden, juga dilakukan wawancara di sekitar lingkungan peneliti melalui kerabat dan teman.

3.3 Data dan Sumber Data

Data adalah keterangan yang di simpan atau yang dicari untuk mendapat kebenaran dan jika dilihat dari KBBI “…data adalah keterangan yang benar dan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian.”

Data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan data utama yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu berupa hasil wawancara dengan para informan di lokasi penelitian atau field research. Sedangkan data sekunder adalah data yang di peroleh melalui buku-buku, majalah, internet, jurnal-jurnal, artikel-artikel di surat kabar dan lain-lain yang berkaitan dengan ulang tahun kelahiran Tionghoa, simbol, masyarakat Tionghoa maupun teori fungsional.

3. 4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian yang terdiri dari : Teknik pengumpulan data sekunder dan teknik pengumpulan data primer.

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data Sekunder

1. Mengumpulkan buku, jurnal, majalah dan artikel yang berhubungan dengan nongli dan makna ulang tahun kelahiran masyarakat Tionghoa.

(25)

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data Primer

1. Menentukan lokasi penelitian yang cocok dengan apa yang ingin diteliti penulis. 2. Melakukan observasi lapangan dengan meninjau lokasi secara langsung.

3. Peneliti akan berfokus untuk melihat dan mengamati setiap keadaan yang berlangsung di lokasi penelititan.

4. Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung, dilakukan wawancara terhadap berbagai narasumber.

5. Selama wawancara, penulis akan mencatat segala informasi yang disampaikan oleh narasumber.

6. Setelah hasil wawancara dikumpulkan, penulis akan membaca ulang hasil data wawancara yang berisi adat pemberian undangan, etika pertemuan, ucapan selamat dan pemberian hadiah dalam upacara ulang tahun kelahiran Tionghoa.

7. Mengumpulkan dokumentasi yang berupa foto-foto yang berhubungan dengan acara ulang tahun kelahiran masyarakat Tionghoa di kota Medan.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis, maka teknik analisis yang dilakukan berhubungan dengan makna ulang tahun kelahiran bagi masyarakat Tionghoa. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Setelah data sekunder dan primer diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan penelitian, maka dilakukan analisis dengan menggunakan teori etika menurut Bertens.

(26)

BAB IV

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT TIONGHOA MEDAN

4.1 Sejarah Masuknya Masyarakat Tionghoa di Indonesia

Masyarakat Tionghoa di Indonesia, tidak berasal dari satu daerah di daratan Cina, tetapi terdiri beberapa suku yang berasal dari 2 daerah yaitu Fujian dan GuangDong. Hal ini dapat terlihat dari bahasa setiap suku tersebut, Hokkian, Tiociu, Hakka dan Kanton. Setiap bahasa tidak dapat dimengerti oleh pemilik bahasa yang lain. Menurut Koentjaraningrat (2004 : 353) “…Imigrasi Tionghoa yang terbesar ke Indonesia dimulai pada abad ke-16 sampai pada pertengahan abad ke-19”. Asal suku bangsa Hokkian berasal dari provinsi Fujian Selatan, daerah ini merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan perdagangan Cina ke Indonesia. Bangsa Hokkian merupakan suku yang sangat ulet dan rajin dalam berdagang.

(27)

4.2 Sejarah Masuknya Masyarakat Tionghoa di Medan

Kota Medan merupakan kota yang berkembang berkat Sumber Daya Alam perkebunannya sejak abad ke-19, namun terdapat bukti sejarah yang menunjukkan aktivitas masyarakat Tionghoa di Medan sejak abad ke-7. Di Belawan dekat Labuhan Deli, jejak sejarah masyarakat Tionghoa terdapat di sebuah kampung yang bernama Kotacina yang menjadi salah satu bandar penting kerajaan Haru. Dari kampung di antara sungai Deli dan sungai Buluhcina itu juga ditemukan barang-barang peninggalan Cina yang jumlahnya lebih banyak dan variatif. Arca Buddha dan Syiwa ditemukan dalam berbagai ukuran, juga inskripsi, pecahan dan tembikar utuh dan berbagai artefak Cina lainnya dapat ditemukan di kedalaman 1 meter di bawah permukaan tanah. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat Tionghoa telah melakukan kegiatan perdagangan dan berbaur dengan masyarakat pribumi di kota Medan pada abad ke-7 Masehi. Menurut Sinar (2001 : 5) “…Keberadaan Masyarakat Tionghoa di Medan disandarkan kepada penemuan benda-benda arkeologis, disebutkan Masyarakat Tionghoa sudah membangun pemukiman sendiri di sekitar Labuhan Deli dan Deli Tua, Pusat Kerajaan Haru.”. Kerajaan Haru merupakan kerajaan bangsa Karo dari marga Karo dan Karo-Karo. Dua lokasi tersebut, ditemukan piring porselen dan mata uang Cina kuno yang berangka tahun 756 Masehi.

(28)
(29)

4.3 Sistem Perdagangan Masyarakat Tionghoa di Medan

Masyarakat Tionghoa di Medan banyak yang menjadi pengusaha dan pedagang sejak abad ke-19 perkembangan ekonomi kota Medan banyak dipengaruhi oleh masyarakat Tionghoa. Hal ini tidak terlepas dari sistem perdagangan yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa.

Sistem perdagangan atau bisnis masyarakat Tionghoa adalah harus bekerja dengan lebih keras dan rajin. Mereka yang sudah berhasil masih melaksanakan kebiasaan kerja keras. Bangun dan mulai bekerja sepagi mungkin dan tidur tengah malam. Jumlah jam kerja mereka melebihi jumlah jam kerja masyarakat lain. menurut Ann Wan Seng (2006 : 85-86 ) “…Jam bekerja biasa 8 hingga 10 jam sehari, Kebanyakan pengusaha China yang sukses bekerja minimal 18 jam sehari”. Berdagang merupakan proses yang berkelanjutan. Tidak ada istilah berhenti dan dihentikan. Hanya sang pebisnis itu sendiri yang dapat membuat keputusan.

Kebanyakan pedagang Tionghoa berasal dari keluarga miskin dan tidak berpendidikan tinggi. Diantara mereka merupakan imigran yang datang dari Cina tanpa pengalaman berdagang sama sekali. Dunia masyarakat Tionghoa adalah di bidang perdagangan. Mereka suka dan tertarik untuk berdagang. Ann Wang Seng (2006 : 73-74) menyatakan bahwa “…Masyarakat Tionghoa percaya bahwa hanya dengan berdagang dapat menjadi kaya dan meningkatkan taraf hidupnya. Dunia dagang adalah dunia yang menjanjikan kesenangan, kemewahan, dan kebahagiaan”. Masyarakat Tionghoa dan perdagangan sudah bersatu padu serta sudah menjadi satu entitas yang tidak dapat dipisahkan. Mereka yang berdagang sama dengan bekerja untuk diri sendiri. lebih baik kerja sendiri dari pada bekerja untuk orang lain.

(30)

dan lawan. Menurut Fu ChunJiang (2012 : 53) “…Ajaran Konfusianisme sudah ditafsir kembali dan diberi nafas baru sebagai pencetus semangat bagi masyarakat Tionghoa agar melibatkan diri dalam perdagangan”. Sejarah Masyarakat Tionghoa menunjukkan bahwa kebanyakan mereka terlibat pertanian, hanya segelintir orang yang melibatkan diri dalam perdagangan. Berdagang dapat di jadikan sebagai hobi, tetapi bukan untuk mengisi waktu luang. Perdagangan adalah bidang yang serius menuntut perhatian penuh juga tenaga, komitmen,waktu dan pengorbanan.

Bagi masyarakat Tionghoa tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak menjadi sukses bekerja dengan tekun. Ketekunan merupakan salah satu faktor keberhasilan. Masyarakat Tionghoa dalam kegiatan berdagang mampu menghadapi segala rintangan dan kesulitan untuk menyukseskan kegiatan perdagangan mereka. Ann Wang Seng (2006 : 75) menyatakan bahwa “…Bagi masyarakat Tionghoa, orang yang bekerja keras layak hidup senang”. Ketika orang sedang tidur Masyarakat Tionghoa sudah keluar untuk bekerja dan mencari rezeki. Mereka memang layak mendapatkan upah sebagai hasil dari apa yang sudah mereka usahakan.

(31)

Seseorang akan kalah apabila kalah dalam bertindak. Gabungan cepat, pandai dan keteguhan hati adalah dasar falsafah budaya bagi pedagang yang sukses.

(32)

Petuah untuk berhasil dalam bidang perdagangan adalah menjadi pedagang yang dapat dipercaya, mudah kalau berurusan, dan tidak banyak bicara. Untuk menjadi pedagang yang berhasil, mereka harus dapat memberikan dan mendapatkan keyakinan dari para pelanggannya. Fu ChunJiang (2012 : 173) menyatakan bahwa “…Pedagang Tionghoa tidak takut dan tidak pelit untuk mengeluarkan sedikit biaya agar mereka dapat menangkap dan memikat hati pelanggannya”. Masyarakat Tionghoa memegang teguh tingkat kepercayaan. Mereka berpegang teguh dengan janji yang telah dibuatnya. Setiap janji akan dipenuhi karena itu merupakan dasar sari suatu keberhasilan suatu urusan dagang.jika janji tidak di penuhi pedagang akan kehilangan integritas dan kredibilitas bukan saja di kalangan pelanggan melainkan juga pada masyarakat dagang.

Masyarakat Tionghoa tidak suka mencari cari alasan. Mereka berusaha menghilangkan alasan apapun dan menjauhkan diri dari pendapat pendapat yang tidak membantu mereka. Pandai atau tidaknya seorang pedagang hanya dapat diketahui setelah berhasil mengatasi segala rintangan yang dihadapi dalam perdagangan yang beresiko tinggi.

Sekali melangkah mereka akan terus melangkah tidak ada kata mundur. Menurut Ann Wan Seng (2006 :104) “…Masyarakat Tionghoa percaya nasib buruk dapat diubah. sial dan malang dapat dibuang dan digantikan dengan nasib yang baik”. Apabila mengikuti tradisi yang ada. Masyarakat Tionghoa percaya keberhasilan pasti akan tercapai.

Berdasarkan kajian mengenai sistem perdagangan masyarakat Tionghoa dapat disimpulkan bahwa budaya dan tradisi sangat penting dalam kehidupan berbisnis masyarakat Tionghoa.

4.4 Interaksi Sosial Masyarakat Tionghoa di Medan

(33)

(2004 : 355) menyatakan bahwa “…Kemajemukan ditandai oleh adanya suku-suku yang masing-masing mempunyai cara hidup yang berlaku dalam masyarakat”. Kehidupan yang mencerminkan adanya perbedaan dan persamaan antara etnik yang satu dengan etnik lainnya, tetapi secara bersama-sama hidup dalam satu wadah masyarakat.

Hal lain adalah mereka masih enggan bekerjasama dalam bidang usaha tertentu dengan kelompok pribumi. Ikatan solidaritas yang dilakukan adalah ikatan solidaritas antara sesama mereka. Indikasi tersebut menunjukkan bahwa peran orang Tionghoa dalam berbagai bidang kehidupan ekonomi, sosial, dan agama belum dapat memberikan kesan yang berarti dalam peningkatan pembauran dengan penduduk setempat, termasuk pula tingkat solidaritas yang relatif rendah. Seperti yang dikemukakan oleh Suparlan (1989:66) “…hubungan etnik Cina dengan kelompok etnik pribumi pada umumnya tidak terlalu “dekat” dan tidak telalu “jauh”. Etnik lokal di satu pihak kurang menyenangi golongan etnik Tionghoa lainnya, tetapi di pihak lain dapat bekerjasama bahkan hidup berdampingan. Masing-masing kelompok etnik yang berbeda berdasarkan identitas-identitas yang dimiliki melakukan interaksi hanya sebatas kepentingan masing-masing serta disesuaikan dengan kondisi yang melahirkan interaksi sosial.

Secara Umum Etnis Tionghoa di Medan membuat lingkungannya sendiri untuk dapat hidup secara eksklusif dengan tetap mempertahankan kebudayaan atau tradisi leluhur. Ong Hok Khan ( Ning,1992 ) menyatakan bahwa “…Eksklusivisme masyarakat Tionghoa itu disebabkan oleh kehendak mereka sendiri, bukan disebabkan oleh pemisahan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia sebagai kelompok minoritas”. Sebagian orang Tionghoa ada yang beradaptasi dengan masyarakat setempat. Namun ada pula yang berperilaku eksklusif, yang mengakibatkan kehidupan mereka terpisah dari kelompok masyarakat pribumi.

(34)

masyarakat pribumi sehingga segala kegiatan sosial dan budaya masyarakat Tionghoa telah dapat diterima dengan baik.Masyarakat Tionghoa di Kota Medan dalam melakukan interaksi sosial dengan masyarakat pribumi maupun sesama masyarakat Tionghoa dapat dilihat dari organisasi-organisasi masyarakat yang ada di Kota Medan seperti Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa dan berbagai yayasan sosial yang dipelopori oleh masyarakat Tionghoa di kota Medan. Salah satunya adalah yayasan Buddha Tzu Chi.

4.4.1 Paguyuban Sosial Marga Tionghoa

Organisasi masyarakat adalah kelompok masyarakat yang memiliki pemikiran yang sejalan untuk mencapai tujuan yang sama, dalam pembentukan organisasi masyarakat Tionghoa seperti Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia di kota Medan, masyarakat Tionghoa juga memiliki visi dan misi. Dalam pembentukannya masyarakat Tionghoa yang menjadi anggota memikirkan secara kritis untuk membantu pembangunan ekonomi, sosial dan politik demi kemajuan kota Medan.

Solidaritas organisasi Tionghoa di Medan bersifat universal atau untuk semua kalangan tanpa memandang ras, agama dan status sosial. Beberapa contoh kegiatan organisasi Tionghoa di Medan yaitu penggalangan dana untuk pengobatan pasien tidak mampu, acara berbuka puasa, pemberian bantuan sembako ke panti asuhan dan panti jompo, serta kegiatan donor darah.

Beberapa organisasi Tionghoa di kota Medan meliputi Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI), Perhimpunan Masyarakat Indonesia Tionghoa Sumatera Utara Peduli Sosial dan Pendidikan (MITSU-PSP), dan Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia Medan (PSMTI Medan).

(35)

PSMTI adalah Suku Tionghoa Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia bersama komponen Bangsa Indonesia seluruhnya mempunyai hak dan kewajiban membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan misinya adalah :

1. Meningkatkan terus kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Masuk dalam Arus Besar Bangsa Indonesia dengan turut serta secara aktif dalam pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam segala aspek kehidupan. 3. Memperhatikan lingkungan dimana ia bekerja dan berdomisili.

4. Memantapkan jati diri sebagai salah satu suku dalam Keluarga Besar Bangsa Indonesia.

Berdasarkan visi dan misinya dapat dilihat bahwa masyarakat Tionghoa juga ikut serta dalam pembangunan kota Medan. Dalam hal ini, PSMTI banyak melakukan kegiatan sosial dan pembangunan di kota Medan meskipun anggotanya hanya etnis Tionghoa namun setiap anggota tidak membeda-bedakan ras dan agama dalam melakukan kegiatan-kegiatannya.

4.4.2 Yayasan Buddha Tzu Chi

(36)

Mengingat agama Buddha adalah agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Tionghoa Medan. Dalam melakukan kegiatan sosial, yayasan ini bersifat universal dalam menerima anggota, maupun tujuan bantuannya, yayasan ini menerima semua ras dan agama dalam membantu dan memberikan bantuan.

Yayasan ini memberikan kesan positif terhadap masyarakat Tionghoa bagi masyarakat pribumi yang berdasarkan sejarah kota Medan sebagai etnis yag sombong dan eksklusif dalam bersosialisasi, sehingga lebih diterima oleh masyarakat pribumi di kota Medan.

4.5Adat Istiadat Masyarakat Tionghoa di Medan

(37)

4.5.1 Perayaan Imlek

Imlek bagi umat agama Konghucu merupakan salah satu bentuk ibadah, karena perayaan imlek dicetuskan sebagai penghormatan atas jasa Konghucu. Pada zaman dinasti Han, Kaisar Han Wudi menetapkan tahun kelahiran Konghucu yaitu tahun 551 SM sebagai tahun ke 1 yang berlaku sampai sekarang sehingga tahun 2014 kalender umum adalah perayaan imlek ke 2565. Imlek merupakan perayaan penting bagi masyarakat Tionghoa yang mengandung nilai-nilai luhur yang masih dilaksanakan secara antusias. Tahun baru Imlek dirayakan dengan penuh suka cita sebagai perayaan dalam menyambut tahun baru dan sebagai wadah untuk berkumpul bersama keluarga..

Berbagai tradisi leluhur dilakukan saat merayakan Imlek. Kebanyakan tradisi yang dilakukan mengandung makna tertentu dalam masyarakat Tionghoa. Menyambut perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa biasanya mendekorasi ulang rumahnya. Umumnya, rumah dicat ulang dan ditempeli kertas bertuliskan kalimat atau kata-kata baik. Dekorasi didominasi warna merah yang melambangkan sejahtera, kuat, dan keberuntungan. Di kota Medan biasanya terlihat masyarakat Tionghoa membersihkan rumah dan lingkungan sekitar rumah saat menjelang imlek.

(38)

4.5.2 Perayaan Ceng Beng

Perayaan CengBeng merupakan perayaan sembahyang dan berziarah ke kuburan untuk menghormati nenek moyang. Masyarakat Tionghoa biasanya selesai berziarah ke kuburan kemudian melakukan sembahyang di Vihara. Mereka bersama keluarga datang dengan membawa makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang dan berbagai aksesoris, sebagai persembahan kepada nenek moyang.

Pada perayaan Ceng Beng keluarga yang jauh merantau pulang ke kampung halaman, hanya untuk melakukan sembahyang di kuburan. Terlihat mereka berdoa di depan nenek moyang, menyapu pusara dan bersembahyang dengan makanan yang dibawa dari rumah dan dipersembahkan kepada arwah nenek moyang.

Halim Loe Ketua Paguyuban Masyarakat Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) kota Medan (Tribun,2012) mengungkapkan bahwa “…tradisi Ceng Beng di Indonesia sudah berlangsung lama dan diwariskan turun-temurun. perayaan Ceng Beng sebenarnya dilakukan jatuh pada hari ke 104 setelah titik balik Matahari pada musim dingin.” (atau hari ke 15 dari hari persamaan panjang siang dan malam pada musim semi dan pada umumnya jatuh pada tanggal 5 April setiap tahun kabisat. Namun biasanya dapat dilaksanakan 10 hari sebelum atau sesudah tanggal 5 April.

4.5.3 Perayaan Ulang Tahun Kelahiran

(39)
(40)

BAB V

PERGESERAN MAKNA ULANG TAHUN KELAHIRAN TIONGHOA

5.1 Sistem Perhitungan dan Makna Nongli pada Masyarakat Tionghoa

Dalam merayakan ulang tahun kelahiran, hal yang pertama diperhatikan adalah tanggal kelahiran dan umur seseorang. Dalam masyarakat Tionghoa, tanggal kelahiran dan umur seseorang ditentukan melalui kalender yang dinamakan Nongli atau disebut juga kalender lunar.

Nongli biasanya digunakan untuk menentukan waktu festival seperti imlek, festival bacang, kue bulan dan lain-lain. Selain itu Nongli juga dikembangkan sebagai penentu hari baik dalam melakukan hal penting bagi masyarakat Tionghoa seperti pernikahan, peresmian toko, pindah rumah dan lain sebagainya. Cara penentuan hari baik tersebut dicocokkan berdasarkan tanggal kelahiran dan umur orang tersebut berdasarkan Nongli.

5.1.1 Sejarah Nongli

Kalender Tionghoa mulai dikembangkan pada milenium ke-3 SM, menurut Kang Hong Kian (2012 : 23) “…konon ditemukan oleh penguasa legendaris pertama, Huáng Dì, yang memerintah antara tahun 2698 SM-2599 SM, dan dikembangkan lagi oleh penguasa legendaris ke-4, Kaisar Yáo. Siklus 60 tahun (gānzhī atau liùshí jiǎzǐ) mulai digunakan pada milenium ke-2 SM”. Kalender yang lebih lengkap ditetapkan pada tahun 841 SM pada zaman Dinasti Zhōu dengan menambahkan penerapan bulan ganda dan bulan pertama setiap tahun dimulai dekat dengan titik balik Matahari pada musim dingin.

(41)

oleh negara Qín, kemudian diterapkan di seluruh negeri Cina setelah Qín mengambil alih keseluruhan negeri Cina dan menjadi Dinasti Qín”. Kalender ini tetap digunakan sepanjang separuh pertama Dinasti Hàn Barat.

Pada zaman Dinasti Han Kaisar dari Dinasti Han Barat memperkenalkan reformasi kalender baru. Kalender Tàichū (Permulaan Agung) pada tahun 104 SM mempunyai tahun dengan titik balik Matahari musim dingin pada bulan ke-12 dan menentukan jumlah hari untuk penanggalan bulan (1 bulan lamanya 29 atau 30 hari) dan bukan sesuai dengan prinsip terminologi Matahari (yang secara keseluruhan sama dengan tanda zodiak), karena gerakan Matahari digunakan untuk mengkalkulasi Jiéqì (ciri-ciri musim). Koentjaraningrat (2004 : 294) menyatakan “…Dengan pengenalan ilmu astronomi Barat ke Cina melalui misi penyebaran agama Kristen, gerakan bulan dan Matahari mulai dihitung pada tahun 1645 dalam Kalender Shíxiàn Dinasti Qīng, yang dibuat oleh Misioner Adam Schall”.

Penanggalan Cina yang berlaku sekarang adalah penanggalan yang diubah semasa Dinasti Qing tahun ke-7 masa pemerintahan Qian Long. Ini menggunakan 1723 sebagai awal penanggalan. Dan untuk sistem kalender imlek (cina) adalah sistem kalender dinasti He. Sistem kalender tersebut dicanangkan kembali oleh Nabi Konghucu yang hidup pada tahun 551-479 SM sehingga tahun pertama dari kalender imlek tersebut dihitung mulai tahun kelahiran beliau, yaitu tahun 551 SM, dan hal tersebut berlangsung sampai sekarang.

(42)

konstelasi bintang atau astrologi shio, 4 musim, dan 5 unsur. (air, api, angin, tanah dan logam). Menurut Koentjaraningrat (2004 :356) “…Masyarakat Cina adalah masyarakat yang berdikari dan gemar merantau. Saat ini dapat dikatakan hampir 1/5 penduduk dunia adalah orang Cina”. Oleh karena itu, Tahun Baru Cina hampir dirayakan oleh seluruh pelosok dunia. Sekarang ini banyak bangsa yang memiliki warga negara keturunan Cina turut merayakan Tahun Baru Cina, seperti: Taiwan, Korea, Mongolia, Vietnam, Nepal, Mongolia, Bhutan, dan Jepang. Khusus di daratan Cina, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand. Tahun Baru Cina dirayakan dan telah berakultrasi dengan budaya setempat. Di kota Medan, kalender Nongli biasanya terlihat dalam kalender sobek dan meja dalam tulisan dialek hokkian maupun mandarin. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Nongli bagi masyarakat Tionghoa di kota Medan.

5.1.2 Sistem Perhitungan Nongli

Pengaruh kemajuan kebudayaan Sungai Huang Ho (Kuning) dan Yang Tze di daratan Cina tempo dulu, memberi pengaruh besar terhadap aspek kehidupan bangsa-bangsa yang bertetangga dengan Cina. Negara-negara Korea, Jepang dan Vietnam mengadopsi sistem penanggalan Cina, kultur serta aksara negaranya. Kang Hong Kian (2012 : 15) menyatakan “… Dalam 1 Tahun Cina terdiri dari 12 bulan atau 13 bulan jika Tahun Kabisat. Dalam 1 bulan terdiri 29 atau 30 hari. Sehingga dalam setahun terdiri dari 355 hari atau 385 hari (Tahun Kabisat)”. Secara sistem penanggalan Masehi, Tahun Baru Cina pasti jatuh antara 21 Januari (paling awal) hingga 20 Februari (paling akhir) setiap tahunnya.

(43)

Dengan demikian dalam kurun waktu 19 tahun solar terdapat tujuh kali bulan sisipan lunar (Adhikamasa). Cara mengisi bulan sisipan ini berbeda pada bulan daur tahun kabisat lunar (Lun Gwee) atau biasa dikenal Leap Month.

Dengan adanya bulan sisipan ini/ Lun Gwee/ Leap Month maka tahun baru Imlek tidak akan bergerak maju terus-menerus. Berbeda dengan kalender Hijriyah yang murni menggunakan penanggalan bulan sehingga hari raya idul fitri bergerak mundur terus menerus. Kang Hong Kian (2012 :58) menyatakan “…Nama asli kalender Tionghoa adalah He Lik atau Tarikh Dinasti He, disebut He Lik karena Dinasti He (2205-1766 SM) adalah yang pertama kali menggunakan kalender ini”. Nama lainnya adalah Nongli artinya penanggalan petani karena perhitungan tahun barunya dimulai saat menjelang musim semi dan perhitungan musimnya cocok untuk petani.

Dalam penentuan umur bagi masyarakat Tionghoa, umur seseorang ditambah 1 tahun dari tahun kelahiran masehi. Hal ini dikarenakan masyarakat Tionghoa menghitung umur seseorang dimulai dari seseorang berada di dalam kandungan ibunya. Sedangkan tanggal lahir seseorang ditentukan berdasarkan kalender Nongli. Apabila bulan dan tanggal lahir seseorang jatuh pada Lun Gwee maka ulang tahun yang diadakan adalah pada bulan dan tanggal Nongli yang pertama.

Bagi masyarakat di kota Medan, kalender Nongli telah ada namun hanya dipakai oleh masyarakat Tionghoa yang lebih tua dan mengerti bahasa mandarin karena kebanyakan kalender Nongli menggunakan bahasa mandarin. Namun, di Medan terdapat beberapa keluarga Tionghoa tidak menggunakan kalender Tionghoa karena beberapa alasan seperti kebiasaan dan agama.

(44)

adalah tanggal 1, bulan 1. Maka setiap tahun ulang tahun kelahirannya menurut Nongli, jatuh pada tanggal 1, bulan 1 Nongli. Setiap bulan pada kalender Nongli terdapat 30 atau 29 hari. Apabila seseorang yang lahir pada tanggal 1, bulan 1 tahun 2015 pada kalender Nongli, maka ulang tahunnya akan dirayakan pada tanggal 19 Februari pada kalender masehi.

Gambar. 5.1

Ilustrasi kalender tanggal 31 Januari 2014 dan 19 Februari 2015 lingkaran merah menunjukkan kalender Nongli bulan 1 tanggal 1

(zhen yue chu yi)

(45)

Gambar 5.2

Kalender menunjukkan terjadinya pengulangan bulan pada bulan 9 Nongli

Pada kalender Masehi, tahun 2015-2016 akan terjadi kemunduran karena tidak terdapat Lun Gwee, sehingga tanggal Nongli tidak dapat bergerak mundur atau maju terus menerus. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa standar tanggal Nongli apabila tidak memiliki pengulangan bulan memiliki jumlah hari yang lebih sedikit dari tanggal masehi. Pada tahun 2015-2016 tanggal Nongli hanya memiliki 354 hari sehingga terjadi kemunduran tanggal Nongli sebanyak 11 hari daripada tanggal masehi yang berjumlah 365 hari.

Gambar 5.3

kalender tanggal Nongli bulan 1 tanggal 1 tahun 2015 dan 2016

(46)

5.1.3 Makna Nongli terhadap Perayaan Ulang Tahun Kelahiran Tionghoa

Makna Nongli terhadap perayaan ulang tahun kelahiran terdapat dalam penentuan umur. Setiap orang Cina umumnya menggunakan dua ‘jenis’ umur. Primer adalah umur berdasarkan sistem kalender Cina sedangkan yang sekunder adalah sistem masehi. Menurut Fu ChunJiang (2012 : 48) “…Menurut sistem penanggalan Cina, usia manusia dihitung sejak masa kehamilan. Sedangkan sistem masehi mulai menghitung usia sejak masa kelahiran”. Umur seorang Cina menurut penanggalan Cina adalah ‘umur Masehi + 1 tahun. Seseorang yang lahir di Mei 1990, maka usianya pada tahun Maret 2009 adalah 20 tahun (Cina) atau 19 tahun Masehi.

(47)

Etika dan moral pada kalender Nongli adalah anak hidup dalam janin seorang ibu seorang anak telah hidup selama 1 tahun. Menghisap energi dan darah ibu. Untuk itu, dalam merayakan ulang tahun kelahiran seorang anak harus selalu mengingat jasa ibu yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkannya. Bakti terhadap ayah maupun ibu adalah hal paling utama dalam kehidupan masyarakat Tionghoa seperti kata pepatah Tionghoa : ”百善 孝为先 (bai shan xiao wei xian)” yang berarti diantara ratusan kebaikan yang terpenting

adalah bakti kepada orang tua.

Makna ulang tahun Nongli dirayakan untuk mengenang jasa ibu yang telah mengandung. Orang yang melaksanakan ulang tahun berarti umurnya ditambah 1 tahun, Dia sudah dianggap hidup saat berada di dalam perut ibunya selama hampir 1 tahun. Bagi masyarakat Tionghoa, orang yang berbakti kepada orang tua akan memiliki masa depan yang cerah walau sesulit apapun keadaannya pasti akan memperoleh kesuksesan kelak. Hal ini telah tertanam dalam diri masyarakat Tionghoa, sampai saat ini dari cerita masyarakat Tionghoa yang dikompilasikan dalam buku “24 bakti kepada orang tua” dimana setiap orang yang berbakti akan mendapat anugerah dan kesuksesan dari Tuhan dan tahun lahir Nongli bertambah satu tahun akan tetap mengingatkan bahwa tentang keharusan berbakti dan ibu yang telah bersusah payah mengandung dan melahirkan anaknya.

(48)

sifat dan peruntungan seseorang menurut tanggal lahir Nongli ( wawancara ; Fengshui Kalender ) :

1. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 1, 9 & 24

Orang yang lahir pada tanggal ini, pada umumnya manusia ini bersifat pendiam & konservatif. Namun dengan orang-orang tertentu dia cepat mesra. Tapi manusia yang lahir tanggal ini mudah tersinggung. Karena sifatnya itu menyebabkan banyak orang yang tidak menyukainya. Namun begitu dia tetap dikagumi karena bersikap serius terutama yang berhubungan dengan orang ramai. Dalam hal percintaan, dia sanggup berbuat apa saja semata-mata untuk memenuhi segala keinginan manusianya. Tapi hati-hati kadangkala dia lebih mementingkan persahabatan daripada percintaan dan lebih rela memutuskan cintanya demi sebuah persahabatan yang telah terjalin lama. 2. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 2, 11 & 30

Orang yang lahir pada tanggal ini, orangnya perasa dan mudah tersinggung. Sifatnya yang suka menyendiri membuatkan dia lebih suka tinggal di rumah. Banyak orang suka bergaul dengannya karena perwatakannya yang lembut dan ramah. Dia paling benci jika cintanya ditolak atau dikhianati oleh orang yang benar-benar dicintainya. Namun begitu dia selalu bersikap sabar dan tidak terburu-buru dalam bertindak. Sayangnya untuk urusan masa depan dia bersikap pesimis sering mengalah sebelum mencoba. Oleh karena itu mesti ada yang mendorongnya agar tidak terus terjebak dengan sikap pesimisnya.

3. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 3, 18 & 29

(49)

bergaul. Tapi dalam soal cinta dia merupakan manusia yang susah untuk dimengertikan.

4. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 4, & 13

Orang yang lahir pada tanggal ini adalah seorang yang pandai, suka bergaul dan mudah berubah pendapat. Dia seringkali tidak yakin dengan diri sendiri. Dalam soal cinta, dia tergolong manusia yang mata keranjang dan suka bertukar-tukar partner. Sifat ini membuatkan orang tidak suka apa lagi untuk bersimpati dengannya. Dia sering bersifat dingin kepada orang lain karena menganggap orang lain merupakan faktor penyebab timbulnya masalah. Tapi dia memiliki sifat kelakar, mudah ketawa dan kadangkala bersikap keanak-anakkan.

5. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 5 & 17

Orang yang lahir pada tanggal ini adalah seorang yang optimis, bercita-cita tinggi dan punya kecederungan untuk berprestasi. Namun begitu dia adalah seorang yang berwatak keras dan apa yang diinginkan selalunya dipenuhi. Memandangkan sesuatu selalu dari segi yang menguntungkan. Tapi sayangnya dia suka menganggap remeh pada orang lain. Dalam soal cinta, berhati-hatilah karena dia suka bertukar-tukar manusia.

6. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 6, 14 & 27

(50)

7. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 7, 28 & 31

Orang yang lahir pada tanggal ini adalah seorang yang bersifat terbuka berterus terang & jujur. Namun dia mudah sekali terpengaruh dan ingin mencapai sesuatu itu dengan cara mudah. Cinta baginya sering diertikan sebagai pengisi masa lapang.Semasa bercinta dia sangat berhati-hati dan suka sekali merayu dan kalau manusianya curang dia dengan mudah meninggalkannya.

8. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 8 & 23

Orang yang lahir pada tanggal ini bersifat ramah dan mudah perasa. Kepada teman-teman dia bersifat lembut & bijaksana. Namun begitu dia tersisih dari teman-teman-teman-teman karena rasa rendah diri yang terlalu menebal. Dia memerlukan suasana yang seimbang baik sewaktu berfikir mahupun dalam kehidupan seharian.Kelemahan yang paling menonjol ialah gugup dan selalu dihantui perasaan khuatir tetapi dia adalah seorang yang penjimat. Dalam urusan cinta, dia seorang yang tabah dan rela berkorban.

9. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 10, 16 & 21

Orang yang lahir pada tanggal ini suka bekerja keras, memiliki nafsu yang tinggi dalam usaha mencapai cita-citanya. Dalam pergaulan sehari-hari dia merupakan orang yang mudah tersinggung. Namun begitu dia seorang yang jujur & tabah dalam menghadapi persoalan. Soal cinta dia sangat setia dan sebab itulah dia mudah disenangi. Tapi dia seorang yang terlalu cemburu. Kalau baik dia sangat baik dan kalau jahat dia merupakan orang yang paling jahat.

10. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 12 & 19

(51)

disegani karena bakat kepimpinannya. Sifatnya yang bijaksana membuatkan dia disegani dalam pergaulan. Dalam urusan cinta, dia adalah manusia yang sangat susah untuk dipercayai.

11. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 15, 20 & 26

Orang yang lahir pada tanggal ini tidak romantis. Dia tergolong dalam orang yang kurang serius, bersikap bodoh dalam menghadapi sesuatu. Namun begitu dia selalu bersikap penuh pengertian bila menghadapi sesuatu masalah. Dia sangat benci pada perkara-perkara yang berbau keributan terutama yang menimbulkan huru-hara. Dalam hal percintaan dia menuntut untuk lebih diberi perhatian tapi dia jarang mengambil berat pada manusianya. Namun begitu sikapnya disenangi oleh kawan-kawan.

12. Sifat manusia yang lahir pada tanggal 22 & 25

Orang yang lahir pada tanggal ini paling susah untuk dimengerti. Kadangkala dia disukai karena kebaikannya dan kadangkala dia dibenci karena perbuatannya. Namun buat teman-teman dia merupakan orang penuh pengertian. Dalam pelbagai situasi dia lebih suka merendahkan diri jarang sekali mau menonjolkan kelebihannya pada orang lain. Manusia jenis ini terkenal sebagai perayu dan sebab itulah dia diberi julukan seniman asmara.

Makna peruntungan dalam masyarakat Tionghoa sesuai tanggal Nongli pada awalnya bukan dianggap sebagai ramalan melainkan sebagai nasehat dan bahan instropeksi diri agar lebih baik dari tahun ke tahun. Contohnya apabila seseorang dikatakan terlalu pendiam berarti orang tersebut harus mulai belajar untuk lebih banyak bergaul kepada masyarakat.

(52)

untuk mengingatkan masyarakat Tionghoa untuk berinstropeksi diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Dalam aplikasinya secara normatif, apabila menginngat tanggal lahir Nongli, seseorang harus mengingat ibu terlebih dahulu dengan mengucapkan terima kasih karena jasanya telah mengandung dan melahirkan. Beberapa inti tradisi masyarakat Tionghoa dalam melaksanakan bakti kepada orang tua berdasarkan sikap yaitu:

1. Berbicara harus lembut dan jelas kepada orang tua. 2. Wajah harus memberikan senyuman sebelum berbicara. 3. Pagi dan malam harus menyapa dengan hormat.

4. Perintah orang tua harus segera dilaksanakan.

5. Pulang harus menyapa dan pergi dari rumah harus pamit.

6. Harus selalu berpikir bahwa tidak ada orang tua maka tidak ada kita.

Sikap yang tidak berbakti pada orang tua, maka dapat mendatangkan ketidakberuntungan dan masalah dalam hidup. Hal ini dikarenakan, masyarakat Tionghoa percaya bahwa orang tua adalah utusan dari langit untuk melahirkan dan membesarkan anaknya. Apabila anaknya tidak berbakti maka melanggar kehendak langit dan akan memperoleh hidup yang sulit. Sebaliknya, apabila melakukan bakti kepada orang tua maka dapat memperoleh anugerah dan kesuksesan dalam hidup.

(53)

5.2 Makna Upacara Ulang Tahun Kelahiran Masyarakat Tionghoa

Setiap acara yang diadakan masyarakat Tionghoa memiliki makna yang terkandung di dalamnya. Sama juga halnya dalam merayakan upacara ulang tahun kelahiran Tionghoa, juga terdapat makna upacara dan etika yang harus dilaksanakan karena masyarakat Tionghoa adalah masyarakat yang menjunjung tinggi etika kesopanan.

Seseorang tidak boleh merayakan ulang tahun sebelum hari ulang tahun. Saat ini, hari ulang tahun dirayakan sebelum atau sesudah hari ulang tahunnya karena perkembangan zaman dan kesibukan sehari-hari. Perayaan ulang tahun sering diadakan pada akhir pekan. Bagi masyarakat Tionghoa, seseorang harus merayakannya tepat pada hari ulang tahunnya atau sesudahnya. Phillip Cheong (2012 : 58) menyatakan bahwa “…Karena kita hanya makhluk yang tidak hidup selamanya, umur kita sudah ditentukan takdir. Merayakan hari ulang tahun anda lebih awal dipercaya akan sama seperti memperpendek umur.”

Perayaan ulang tahun pada masyarakat Tionghoa memiliki aturan. Nio Joe Lan (2013: 237) menyatakan: “…Merayakan sendiri hari ulang tahunnya dan mengundang sendiri sahabat-sahabatnya, dianggap tidak sesuai dengan peradaban Tionghoa. Bahkan dianggap dengan kesombongan!.”. dalam merayakan ulang tahun seseorang tidak boleh mengundang sendiri teman dan kerabat. Undangan atau orang yang mengundang hanya dapat dilakukan oleh orang tuanya.

(54)

Dalam acara ulang tahun seseorang harus menghormati orang tua. Sesuai dengan etika masyarakat Tionghoa, harus menghormati orang tuanya sebagai orang yang membesarkan dan melaksanakan perayaan ulang tahun kelahiran. Dengan adanya acara ulang tahun orang tua dapat memperkenalkan anaknya kepada para tamu agar semua tamu undangan dapat memberikan doa.

Secara etika normatif, dalam upacara ulang tahun yang pertama sekali yang harus dilakukan adalah mendapat izin daripada orang tua. Apabila tidak diizinkan tetap harus dengan rasa hormat mengucapkan terima kasih. Setelah mendapat izin, segala hal mengenai acara ditentukan oleh orang tua. Untuk orang yang diundang juga ditentukan oleh orang tua, dalam memberikan undangan orang tua dapat memerintah untuk membagikan undangan dan harus dijalankan.

5.2.1 Interaksi dalam Perayaan Ulang Tahun Kelahiran Tionghoa

Setiap acara pasti ada pertemuan antara tamu dan tuan rumah, begitu pula interaksi yang dilakukan dalam acara tersebut pasti memiliki etika. Etika yang dilakukan masyarakat Tionghoa dalam acara ulang tahun kelahiran adalah etika interaksi dalam pertemuan dan perpisahan.

Etika pertemuan dalam ulang tahun adalah etika sosial yang sudah dilakukan orang Tionghoa secara umum. Masyarakat Tionghoa sangat mementingkan kesopanan dan perilaku yang dilakukan di depan umum. Ada etika sosial yang harus dipatuhi. Aturan ini bertujuan untuk menyenangkan tuan rumah dan tamu. Jika tamu merasa senang dengan penghormatan yang ditunjukkan, maka tamu akan merasa bangga.

(55)

duduk di tengah ruangan untuk menerima ucapan selamat dari keluarga dan tamu. Jika orang yang memberi ucapan selamat berasal dari generasi yang sama, ia akan berdiri untuk menunjukkan rasa hormatnya.” Setelah dilakukan perayaan penerimaan tamu maka jamuan makan pun dimulai. Dalam hal menerima hadiah dari para tamu, orang yang berulang tahun harus menerima dengan kedua tangan sebagai bentuk penghargaan. Kado tidak boleh dibuka di depan pemberi karena dianggap kasar.

Saat seseorang datang dalam perayaan ulang tahun, yang pertama dilakukan adalah menawarkan makanan dan minuman. Minuman merupakan menu utama karena tamu sudah datang dari perjalanan baik jauh maupun dekat pasti merasakan kehausan. Dalam menawarkan teh pada tamu merupakan kebiasaan, apapun status sosialnya. Minuman teh, selalu disajikan walaupun status sosialnya kelas rendah atau tinggi. Menurut Li Xiao Xiang (2003 : 142) “…Jika tuan rumah menawarkan teh, ia harus melakukannya dengan kedua tangan untuk menunjukkan rasa hormat. Cangkir harus ¾ penuh, jangan diisi penuh,. Tamu kemudian menerima teh tersebut dengan kedua tangan dan menghirupnya beberapa kali, haus atau tidak untuk menunjukkan rasa hormat dan penghargaan.”

(56)

Etika interaksi perpisahan, yang berulang tahun mengantar kepergian tamu. Apabila tamu pamit mintalah untuk tinggal lebih lama dan undanglah untuk datang kembali. Tuan rumah harus berdiri saat mengantarnya ke pintu. Setelah mengantarnya keluar, lihatlah sampai cukup jauh. Jangan membalikkan punggung segera, setelah mengatakan selamat tinggal karena hal tersebut dianggap kasar. Li Xiao Xiang menyatakan : “…Jika tamu anda adalah senior anda atau seseorang yang lebih tua, antarkan tamu anda turun tangga, atau ke halte bis atau panggilkan taksi untuknya.”. Hal ini menunjukkan etika kesopanan sangat penting dalam budaya Tionghoa.

Masyarakat Tionghoa dalam berinteraksi sangat menjunjung tinggi etika kesopanan. Sedikit kesalahan dalam berinteraksi dapat berarti fatal bagi kehidupan sosial orang tersebut karena dapat dikucilkan apabila dianggap tidak sopan. Oleh karena itu, hal ini merupakan salah satu makna terpenting dalam kehidupan masyarakat Tionghoa dalam melakukan segala hal.

Menurut teori etika normatif, interaksi sosial dalam masyarakat Tionghoa adalah menghormati orang yang lebih tua tanpa memandang status sosial. Saat bertemu siapapun di dalam acara ulang tahun harus bersikap santun, wajah harus tersenyum dan bersahabat. Setiap aturan yang tidak tertulis dalam masyarakat Tionghoa mengenai cara berinteraksi adalah tradisi yang harus dipatuhi dalam bersosialisasi. Etika kesopanan bagi masyarakat Tionghoa yaitu :

1. Menghormati orang yang lebih tua. 2. Bersikap sopan.

3. Wajah harus bersahabat. 4. Bersikap rendah hati.

(57)

Etika Kesopanan adalah salah satu faktor penting dalam kesuksesan masyarakat Tionghoa karena bersifat normatif. Apabila tidak dilaksanakan akan dikucilkan dari masyarakat dan dianggap tidak memiliki rasa hormat kepada semua orang. Masyarakat Tionghoa sangat teliti dan sensitif dalam melihat kesopanan seseorang dalam suatu acara terlebih lagi kepada tuan rumah. Oleh karena itu, hal ini harus sudah mulai dipelajari sebelum masuk ke dalam masyarakat. Dimulai dari sopan santun terhadap orang tua dan saudara di rumah. Dalam acara ulang tahun, bagi generasi muda sebagai proses pembelajaran dan para orang tua dapat mengajarkan hal tersebut.

5.2.2 Ucapan-Ucapan Selamat dalam Ulang Tahun Kelahiran Tionghoa

Setiap perayaan dalam masyarakat Tionghoa memiliki ucapan selamat yang memiliki makna. Pada perayaan hari ulang tahun, para orang tua tidak suka pada ucapan selamat, seperti : “Semoga anda hidup sampai seratus tahun (zhu ni huo dao yi bai nian)”. Apabila orang tersebut sudah berumur 99 tahun, karena dianggap anda mendoakan agar orang yang yang berumur 99 tahun tersebut akan meninggal tahun depan yaitu pada umur 100 tahun. Sebaiknya tidak menggunakan ungkapan tersebut, jika merayakan ulang tahun untuk orang yang berumur 60 tahun ke atas karena dapat menyakiti perasaan orang tersebut.

Untuk orang yang sudah lanjut usia, mempunyai kesehatan yang baik, dan hidup bahagia sampai tua sungguh pencapaian yang luar biasa. Orang Tionghoa sangat menyukai analogi, beberapa analogi yang sering diucapkan, yaitu : “Semoga anda diberkahi energi yang berlimpah”, “ Semoga umur anda setua pohon cemara” atau “ Semoga energi dan kekuatan menyertai anda selalu”.

(58)

keluar dari mulut. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Tionghoa harus sangat berhati-hati dalam bertutur kata.

Secara etika normatif, dalam bertutur kata masyarakat Tionghoa harus mengerti dan berpikir terlebih dahulu maksud yang ingin disampaikan kepada seseorang. Kata-kata harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Kesalahan bertutur kata dapat mencerminkan kecerobohan dan ketidaksopanan, sehingga dapat dikucilkan dan dijauhi dari masyarakat.

5.3 Makna Setiap Simbol dalam Ulang Tahun Kelahiran Tionghoa

Setiap perayaan besar masyarakat Tionghoa memiliki simbol yang berupa benda-benda seperti imlek menggunakan petasan untuk mengusir roh jahat. Sama halnya dalam merayakan ulang tahun masyarakat Tionghoa, juga memiliki simbol-simbol seperti hadiah pemberian, makanan dan dekorasi. Setiap simbol tersebut memiliki makna yang sangat penting. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Tionghoa sangat memperhatikan benda atau simbol dalam melakukan segala hal sesuai dengan tradisi dan kepercayaan.

5.3.1 Makna Hadiah Pemberian Tamu dalam Acara Ulang Tahun

(59)

kekerabatan yang baik. Untuk itu, harus berusaha lebih baik kepada semua orang dan melakukan instropeksi diri.

Pada masyarakat Tionghoa, merah dihubungkan dengan kehidupan. Oleh karena itu, orang Tionghoa menghargai warna merah. Mereka menggunakan kertas merah untuk membungkus benda-benda sebagai tanda perayaan dan mengusir kejahatan. Angpao juga merupakan salah satu hadiah yang diberikan dalam ulang tahun kelahiran.

Pada masyarakat Tionghoa, hadiah yang diberikan kepada orang yang berulang tahun harus berguna bagi orang yang berulang tahun, pemberian angpao bagi masyarakat Tionghoa saat ini adalah agar orang yang berulang tahun dapat membeli sendiri barang yang dibutuhkan sehingga lebih berguna.

Secara etika normatif, ritual kunci 100 keluarga harus dilaksanakan agar para tamu dapat memberikan doa secara simbolik dan orang yang berulang tahun dapat memperoleh nasehat dari para tamu. Apabila hal ini tidak dilaksanakan akan mengurangi makna dalam perayaan ulang tahun. Tidak terjalin komunikasi yang baik dengan kerabat dan saudara yang datang. Sedangkan angpao adalah benda yang wajib diberikan dan jumlah uang di dalamnya adalah sukarela atau tidak ada patokan jumlah yang harus diberikan. Pemberian sebagai bentuk doa kepada orang yang berulang tahun agar dapat bahagia dan banyak rezeki. Undangan yang memberikan kado, akan dianggap pelit dan tidak sopan sebagai tamu undangan.

5.3.2 Hadiah yang tidak boleh diberikan dalam Perayaan Ulang Tahun

Gambar

Gambar. 5.1
Gambar 5.4 Poster Huruf Shou

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah bahwa hanyu pinyin adalah suatu komponen dasar yang penting dalam mempelajari bahasa Mandarin di sekolah

In this paper, the writer hope to reveal the form, function, and meaning of Feng Shui such as interior, exterior, and the rule for using Feng Shui thing.. The methodology of this

Feng Shui juga dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang aliran yang masuk ke dalam sebuah bangunan.. Angin dan air adalah aliran dan merupakan faktor

Dengan demikian, pengaruh elemen ini juga kurang baik untuk rumah yang berhadapan langsung dengan rumah ibadah atau yang tinggal dalam radius 50 atau 60 meter dari objek

ApakahAnda terlebih dahulu merancang rumah ini berdasarkan ilmu feng shui sebelum dibangun, atau anda terlebihi dahulu menempati rumah Anda kemudian menerapkan ilmu feng shui