• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Gambaran Klinis nya Hematuri dan gejala LUTS Pada Penderita Kanker Kanker Kandung Kemih Muscle Invasive dan Non-Muscle Invasive di RSUP H Adam Malik Periode 2011-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Gambaran Klinis nya Hematuri dan gejala LUTS Pada Penderita Kanker Kanker Kandung Kemih Muscle Invasive dan Non-Muscle Invasive di RSUP H Adam Malik Periode 2011-2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi

Kandung kemih adalah organ berongga yang terletak di rongga pelvis di bagian posterior symphisis pubis. Lapisan jaringannya memiliki struktur yang sama seperti ureter. Ketika kosong bentuknya seperti balon yang tidak berisi udara. Ketika berisi sedikit penuh bentuknya seperti sphere. Semakin terisi oleh urin kandung kemih akan berkembang menjadi seperti buah pir yang menonjol ke arah rongga abdomen (Rizzo, 2007).

Gambar 2.1. Struktur kandung kemih

(2)

Di lapisan tengah kandung kemih memiliki lapisan muskular yang terdiri dari dua macam otot polos yaitu otot bentuk sirkuler dan logitudinal. Kandung kemih memilki fungsi sebegai menahan agar urin tidak keluar. Di bagian dimana urin masuk dari ureter ada lipatan kecil yang berfungsi sebagai katup, yang berfungsi agar urin yang masuk dari ureter tidak kembali masuk ke area ureter. Di perbatasan antara uretra dan kandung kemih terdapat sfingter, dan sfingter ini memiliki dua bagian yaitu internal dan eksternal. Sfingter internal terdapat dibagian pembukaan uretra bagian dalam dan di bagian inferior-nya terdapat sfingter eksternal yang pembukaan dan penutupannya dapat di atur secara sadar dikarenakan dilapisi oleh otot rangka (Mader, 2005).

Kandung kemih memiliki vaskularisasi dari beberapa sumber termasuk arteri vesica, dan media ada juga cabang dari arteri obturator, arteri gluteal inferior, dan arteri illiaca interna. Cabang dari uterus dan vagina juga mempunyai peran dalam aliran darah kandung kemih pada perempuan. Muara vena kandung kemih bermuara di plexus santorini dan akhirnya aliran darah berujung di vena hipogastrica inferior. Jalur limfa kandung kemih bermuara di nodus Iliaca externa, nodus hipogastrica, dan nodus iliaca (Gray dan Moore, 2009).

Gambar 2.2. Vaskularisasi rongga pelvis

(3)

2.2. Histologi

Kandung kemih dan saluran kemih menampung urin yang keluar dari ginjal dan meyalurkannya ke luar. Saluran perkemihan memiliki struktur yang serupa. Mukosa organ ini terdiri atas epitel transisional dan lamina propria di jaringan ikat padat sampai longgar. Suatu selubung anyaman otot polos melapisi lamina propria jaringan trersebut. Epitel transisional kandung kemih dalam keadaan kosong memiliki tebal lima atau enam lapisan sel; sel-sel ini sering berbentuk polipoid atau binukleus. Bila epitel ini teregangkan epitel transisional akan setebal tiga atau empat, dan sel superfisial menjadi pipih (Junquiera dan Carneiro, 2007)

2.3. Fisiologi

Fungsi kandung kemih atau kandung kemih adalah untuk mikturisi atau berkemih. Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih yang telah terisi. Proses ini terjadi secara dua tahap, pertama kandung kemih mengisi secara progresif sampai tekanan dalam kandung kemih meningkat sampai ambang batas, ini memicu tahap kedua dari proses mikturisi yaitu reflex yang dinamakan "Micturition Reflex" yang mengosongkan isi kandung kemih. Jika proses ini gagal, setidaknya merangsang perasaan sadar keinginan berkemih. Meskipun reflex berkemih adalah proses otonom spinal, proses ini dapat dihambat atau di fasilitasi oleh sistem saraf pusat di korteks sereberi atau di batang otak (Guyton dan Hall, 2006).

(4)

kandung kemih, dan merekam tekanannya sementara kandung kemih diisi dengan 50 mL air atau udara. Dorongan pertama yang dapat dirasakan di kandung kemih volume sekitar 150 ml, dan rasa penuh ditandai di sekitar 400 mL. Hukum Laplace menyatakan bahwa tekanan dalam bola viskus adalah sama dengan dua kali ketegangan dinding dibagi oleh radius. Dalam kasus kandung kemih, ketegangan meningkat selama organ mengisi, tapi begitu juga peningkatan jari-jari. Oleh karena itu, tekanan naik sedikit demi sedikit sampai organ yang relatif penuh (Ganong, 2007).

Saat berkemih, otot-otot perineum dan sfingter uretra eksternal relaksasi, kontraksi otot detrusor, dan urin melewati keluar melalui uretra. Otot polos pada kedua sisi uretra tampaknya memainkan peran dalam berkemih, dan fungsi utama mereka pada laki-laki diyakini pencegahan refluks sperma ke dalam kandung kemih selama ejakulasi. Otot-otot perineum dan sfingter eksternal dapat dikontrakkan secara sadar, untuk mencegah aliran urin dari uretra atau mengganggu aliran setelah buang air kecil telah dimulai. Dengan adanya pembelajaran yang mengakibatkan sfingter eksternal dalam keadaan dikontraksi secara sadar sehingga orang dewasa dapat menunda buang air kecil sampai kesempatan untuk membatalkan proses berkemih itu sendiri. Setelah buang air kecil. Urin yang tersisa di uretra laki-laki dapat di keluarkan oleh beberapa kontraksi dari otot bulbokavernosus (Ganong, 2007).

2.4. Kanker kandung kemih

2.4.1. Pengertian

(5)

2.4.2. Epidemiologi

Kanker kandung kemih termasuk dalam sepuluh besar daftar keganasan pada pria, dengan peningkatan angka insiden sebesar 15% pertahun. Di Indonesia, mayoritas kasus kanker kandung kemih merupakan kanker jenis sel transisional yang besarnya 78% dari seluruh kasus tumor kandung kemih. Menurut data Globocan 2008, kanker kandung kemih merupakan jenis kanker dengan insiden kesebelas tertinggi di dunia dengan angka insiden ASR (W) 5,3 per 100.000. Dari data tersebut 90 persennya merupakan kanker kandung kemih dengan jenis karsinoma sel transisional.(Tiera & Umbas, 2013).

2.4.3.Klasifikasi

1. Tumor Urothelial (transisional) 2. Papiloma Inverted

3. Papiloma (excophytic)

4. Papilary Urothelial Carcinoma 5. Carcinoma In-situ

6. Squamous Cell Carcinoma 7. Mixed Carcinoma

8. Adenocarcinoma 9. Small Cell Carcinoma 10.Sarcoma

(Robins & Contran, 2010)

(6)

2.4.4.Etiologi dan Faktor Resiko

Tembakau merupakan faktor resiko yang paling di kenal untuk kanker kandung kemih jenis sel transisional. Terdapat 50-65% dari laki-laki dan 20-30% perempuan dengan kanker kandung kemih memiliki riwayat posistif merokok. Meskipun kanker kandung kemih lebih sering di temukan pada laki-laki dibandingkan perempuan (3.8:1). Kanker kandung kemih stadium muscle invasive lebih sering ditemukan di laki-laki dibadingkan wanita pada awal diagnosa. Papaparan derivat benzoyl dan amina aromatic telah di identifikasi sebagai faktor resiko sebanyak 20-25% dari semua kanker kandung kemih tipe transisional (Bründl et al., 2014 ).

Pajanan bahan kimia merupakan faktor resiko kedua paling penting untuk terjadinya kanker kandung kemih. Pajanan bahan kimia ini menyebab 20-25% dari keseluruhan pasien kandung kemih. Beberapa zat yang telah diketahui sebagai karsinogen adalah amino aromatik, hidrokarbon aromatik polisiklik, dan hidrokarbon yang diklorinisasi. Bahan-bahan ini berkaitan dengan pekerjaan yang berhubungan dengan zat pewarna, industri karet, tekstil, cat, logam dan penyamakan kulit (Umbas et al., 2014).

Insidensi kanker kandung kemih juga dapat meningkat pada pasien dengan infeksi berulang, contohnya seperti infeksi schistosomiasis dan iritasi kronis oleh batu dengan ukuran yang besar (Umbas et al, 2014).

2.4.5. Patogenesis

(7)

regulasi siklus sel, kematian sel, pertumbuhan sel, transuduksi sinyal, dan regulasi gen. Dan ada juga dua komponen pada proses ekstrinsik yang berkontribusi pada pengendalian tumor dan progresifitas dengan cara berinteraksi dengan elemen stroma dan penggabungan sel: angiogenesis dan invasi tumor (Mitra dan Cote, 2009).

2.4.6. Gejala Klinis

Gejala klinis seorang yang menderita kanker kandung kemih adalah hematuri yang bersifat: (1) tanpa disertai rasa nyeri (painless) (2) kambuhan (intermittent) dan (3) terjadi pada seluruh proses miksi (hematuri total). Meskipun seringkali karsinoma kandung kemih tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada karsinoma in-situ atau karsinoma yang telah mengalami infiltrasi luas tidak jarang menimbulkan gejala iritasi kandung kemih. Hematuri dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien datang dengan keluhan tidak dapat berkemih. Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungka. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh masa tumor yang memebesar pada daerah pelvis (Purnomo, 2011).

2.4.7. Diagnosis

(8)

Semua pasien yang dicurigai menderita kanker kandung kemih harus dilakukan evaluasi cystoscopy. Diagnosa kanker kandung kemih sangat bergatung pada pemeriksaan cystoscopy dan evaluasi secara histologis. Cystoscopy awal biasanya dilakukan di tempat praktek, dengan cara menggunakan instrumen yang fleksibel. Diagnosa Carsinoma In Situ (CIS) dapat di tegakkan dengan kombinasi cystoscopy, sitologi urin, dan evaluasi histologis dari biopsi multipel. Jika kanker kandung kemih telah di visualisasi dengan pencitraan (imaging), diagnostic cystoscopy dapat dilakukan karena pasien akan dilakukan TUR. Deskripsi yang terperinci sangat penting dilakukan, termasuk lokasi, ukuran, jumlah, dan bentuknya (Pappilary atau Solid) dan juga deskripsi dari abnormalitas mukosa. (Anastasiadis, 2012).

2.4.8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan untuk NMIBC adalah Trans Urethral Resection (TUR) secara komplit, dan di lanjutkan dengan Instilasi tergantung pada resiko stratifikasi NMIBC. TUR yang kedua dapat dilakukan pada resiko tinggi tumor NMIBC dapat dilakukan sebelum atau pun sesudah terapi intravesical. Jika terapi ini gagal, lakukan cystectomy untuk mencegah memperparahnya penyakit (Orsola et al., 2011).

(9)

2.4.9. Prognosis

Angka kehidupan (survival rate) adalah cara standard untuk menentukan prognosis. Angka dibawah ini adalah berdasarkan seribu pasien yang mendapat diagnosa kanker kandung kemih dari tahun 1988 sampai 2001. Angka ini didapatkan dari dara SEER National Cancer Institute.

Stage 0 98% Stage I 88% Stage II 63% Stage III 46% Stage IV 15%

(American Cancer Society, 2014)

Tabel 2.2. Prognosis kanker Kandung kemih (Sumber: Maase, et al., 2005)

2.5. Hematuri 2.5.1. Pengertian

(10)

keluhan atau sedang check-up. Dikatakan hematuri jika ditemukan sel darah merah 3 atau lebih per lapangan pandang besar urin yang di sentrifugasi, dari evauasi sedimen urin (Harrison et al., 2005).

2.5.2. Patofisiologi

Berdasarkan lokasi hematuri dapat dibagi menjadi glomerulus dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bagian nefrologi dan bagian urologi. Hematuri yang berasal dari nefron diebut juga hematuri glomerulus yang dimana pada keaadan normal, jarang ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada herediter maupun perubahan struktural glomerulus dan Integritas kapiler yang abnormal. Eritrosit bila berikatan dengan protein Taam-Horsfall sehingga dapat membentuk silinder eritrosit, ini adalah sebagai penanda penyakit ginjal kronik. Pada penyakit nefron/glomerulus biasanya ditemukan sel darah merah saja dan tidak ditemukan silinder eritrosit (Sudoyo et al., 2009).

2.6. LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms) 2.6.1. Pengertian

(11)

frekuensi pada siang hari yang meningkat, urgensi, inkontinensia, nocturia, disuria, dan terkadang enuresis. Gejala frekuensi biasa terjadi jika merasakan ingin berkemih kurang dari dua jam setelah berkemih. mengeluarkan jumlah urin yang berlebih disebut juga polyuri dan terkadang dapat disalah artikan menjadi gejala frekuensi. Frekuensi dapat juga terjadi bersamaan dengan gejala urgency, yang berarti perasaan tiba-tiba ingin berkemih dan tidak bisa di tahan. Nocturnal eniuresis adalah berkemih yang tidak bisa ditahan saat tidur. Retensi akut adalah terjadinya ketidakbisaan pasien mengeluarkan urin tanpa adanya gejala sebelumnya. Retensi kronis adalah retensi urin pada pasien yang dapat berkemih tetapi tidak lampias. Gejala sensoris termasuk insensibilitas kandung kemih, perasaan yang berkurang untuk berkemih, dan tidak ada perasaan kandung kemih yang penuh (Siroky, 2005).

2.6.2.Penyebab

1. Bening Prostate Hyperplasia 2. Stricture Urethra

3. Neurogenic Bladder 4. Urolithiasis

Gambar

Gambar 2.1. Struktur kandung kemih
Tabel 2.1. Staging kanker kandung kemih  Sumber: Yin & Leong, 2007
Tabel 2.2. Prognosis kanker Kandung kemih (Sumber: Maase, et al., 2005)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

KETIGA : Memberikan Honorarium kepada Penjaga Honorer sesuai dengan kemampuan keuangan Sekolah yang bersumber dari dana komite. KEEMPAT : Tenaga penjaga Sekolah Honorer

KELOMPOK KERJA GURU (KKG) MADRASAH IBTIDAIYAH KECAMATAN GENUK KOTA

[r]

Berapa biaya tetap, biaya variabel total dan per unit, biaya rata-rata dan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU.. SISWA DALAM

Penggunaan sensor suhu udara masuk ( intake manifold ) merupakan salah satu upaya untuk memberikan informasi tambahan pada injektor guna mensuplai bahan bakar yang

Teknik pembangunan WarNet pada penulisan ilmiah ini, menggunakan teknologi LAN (jaringan area lokal) yang berbasis jaringan secara Workgroups di Microsoft Networks, dengan PC