• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Faktor Fundamental terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Dividen

Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau

Internal Financing (Sartono, 2001).

Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayar kepada para pemegang saham (Riyanto, 2001). Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yaitu perbandingan antara dividend per share dengan earning per share. Keputusan mengenai jumlah laba yang akan ditahan dan dividen yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

(2)

Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang saham maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan kepada pemegang saham.

Sebagaimana definisi dividen yang telah diungkapkan Ross et al. (2005 :

606) yang mendefinisikan “dividen sebagai pembayaran kepada pemilik

perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik dalam bentuk saham

maupun tunai”, artinya hanya perusahaan yang membukukan keuntungan yang

dapat membagikan dividen karena dividen diambil dari keuntungan perusahaan dan bahwa dividen tunai (cash dividend) umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham (stock dividend).

Bagi perusahaan go public, kebijakan dividen merupakan kebijakan yang penting di dalam semua kebijakan keuangan lainnya. Menurut Bangun et al.

(2007), kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan dalam menentukan apakah akan membayar dividen atau tidak, meningkatkan atau mengurangi jumlah dividen, atau membayar dividen dengan jumlah yang sama dengan yang dibagikan pada periode sebelumnya. Kebijakan dividen dapat dihitung dengan beberapa cara analisis diantaranya adalah Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend per Share

(DPS).

2.1.2 Kebijakan Dividen

1. Pengertian

(3)

dana di pasar modal. Pemegang saham lebih memilih dividen yang berupa kas dibandingkan dengan capital gain. Perilaku ini diakui oleh Gordon-Lintner sebagai “the bird in the hand theory” bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung diudara. Selain itu pemegang saham juga dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dengan menilai besarnya dividen yang dibagikan. Sedangkan dari sisi perusahaan, kebijakan dividen sangat penting, karena jika perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang ditahan perusahaan, dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau internal financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern

akan semakin besar.

2. Kebijakan Pembagian Dividen

Menurut (Sutrisno, 2003 : 304) ada beberapa bentuk dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham antara lain :

1. Pembagian dividen secara tunai atau cash dividend. Pembagian dividen secara tunai terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :

a. Kebijakan Pemberian Dividen Stabil

(4)

pemberian dividen yang stabil ini banyak dilakukan oleh perusahaan, karena beberapa alasan, yaitu : (1) dapat meningkatkan harga saham, sebab dividen yang stabil dan dapat diprediksi dianggap mempunyai risiko lebih kecil, (2) dapat memberikan kesan kepada para investor bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, (3) dapat menarik investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan konsumsi, sebab dividen selalu dibayarkan.

b. Kebijakan Dividen Meningkat

Dengan kebijakan ini, perusahaan akan membayarkan dividen kepada pemegang saham dengan jumlah yang selalu meningkat dengan pertumbuhan yang stabil.

c. Kebijakan Dividen dengan Ratio yang Konstan

Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya mengikuti besarnya laba yang diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh semakin besar dividen yang dibayarkan, demikian pula sebaliknya bila laba kecil, dividen yang dibayarkan juga kecil. Dasar yang digunakan sering disebut Dividend Payout Ratio.

d. Kebijan Pemberian Dividen Reguler yang Rendah ditambah Ekstra

(5)

2. Pembagian Stock Dividend

Salah satu kebijakan yang bisa diambil oleh perusahaan adalah dengan memberikan dividen tidak dalam bentuk uang, tetapi dividen diberikan dalam bentuk saham. Artinya, pemegang saham akan diberi tambahan saham sebagai pengganti cash dividend. Pemberian stock dividend tidak akan mengubah besarnya jumlah modal sendiri, tetapi akan mengubah komposisi modal sendiri perusahaan yang bersangkutan. Karena pada dasarnya pemberian stock dividend ini akan mengurangi pos laba ditahan di neraca dan akan ditambahkan ke pos modal saham.

3. Kebijakan Stock Split

Apabila harga pasar saham suatu perusahaan terlalu tinggi, mengakibatkan banyak investor kurang berminat terhadap saham perusahaan. Oleh karena itu perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan untuk meningkatkan jumlah lembar saham melalui stock split yaitu pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai nominal yang lebih kecil. Dengan stock split ini jumlah lembar saham menjadi lebih banyak, maka mengakibatkan harga saham turun. Oleh karena itu dengan

stock split harga saham menjadi lebih murah, sehinggan harga psar masih dalam

trading range tertentu.

4. Kebijakan Repurchase Stock

(6)

2.1.3 Bentuk Kebijakan Dividen

Menurut Kieso et al. (2005 : 358), ada beberapa jenis kebijakan dividen yang digolongkan menjadi beberapa bentuk, yaitu :

1. Dividen Tunai (Cash Dividend)

Dividen tunai adalah bentuk dividen yang paling wajib digunakan oleh pihak perusahaan. Bagi suatu perusahaan, dividen ini menyebabkan penurunan laba yang dibagi dan nilai kas, kewajiban lancar untuk hutang dividen diakui pada tanggal pengumuman dividen. Kewajiban ini dihapus ketika cek dividen dikirimkan kepada para pemegang saham.

2. Dividen Harta (Property Dividend)

Dividen harta adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham yang dibayarkan dengan aktiva selain kas. Seringkali aktiva yang akan didistribusikan adalah sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perusahaan. Dengan demikian, perusahaan memindahkan hak kepemilikannya dalam sekuritas tersebut kepada para pemegang saham. Dividen harta biasanya hanya terjadi dalam perseroan yang bersifat tertutup. Dividen harta dinilai dengan nilai terbawa

(Carrying Value), jika nilai pasar yang wajar tidak dapat ditentukan. 3. Dividend Likuidasi (Liquidating Dividend)

(7)

4. Dividen Saham (Stock Dividend)

Dividen saham merupakan pembagian dividen bukan dalam bentuk uang tunai, namun dengan memberikan dalam bentuk lembar saham. Jadi pembagian

stock dividend akan meningkatkan jumlah saham yang dimiliki shareholders.

Perusahaan sering kali membayar stock dividend sebagai pengganti atau pelengkap dividen kas. Dividen saham memungkinkan perusahaan untuk tetap menggunakan aset bersih yang dihasilkan dari laba bersih dan bersamaan dengan itu menawarkan tambahan saham kepemilikan kepada pemegang saham.

2.1.4 Teori Dividen

1. Residual Dividend Theory

Teori dividen yang dinamakan residual dividend theory, seperti yang dikutip dari Keown et al. (2003), menyatakan bahwa dividen yang dibayarkan seharusnya sejumlah modal yang tersisa dari alokasi pendanaan proyek atau investasi dalam gambaran menguntungkan. Van Horne (2005 : 299), berpendapat bahwa teori ini juga menyatakan bahwa dividen tidak relevan, karena mengasumsikan investor memiliki preferensi yang sama antara kas yang dijadikan dividen atau yang ditahan perusahaan. Apabila proyek atau investasi yang ditargetkan perusahaan menjanjikan return lebih besar dari pada required return,

(8)

1. Kesempatan investasi perusahaan, 2. Struktur modal, dan

3. Ketersediaan dari modal yang dihasilkan sendiri atau internal (

internally generated capital)

Menurut Keown et al. (2003), kebijakan dividen adalah pengaruh yang pasif karena tidak memiliki pengaruh langsung pada harga pasar saham. Maka teori diatas menyatakan bahwa dividen akan dibagikan bila perusahaan memiliki dana sisa (residu), dan apabila perusahaan tidak memiliki dana sisa tersebut maka tidak akanada pembagian dividen. Keputusan dividen adalah residual karena perusahaan lebih cenderung membiayai investasinya dengan pendanaan internal dari laba ditahan (retained earnings) dibandingkan pendanaan eksternal (hutang atau saham). Karena pendanaan internal tentu saja jauh lebih murah, dan tidak akan ada percampuran dari pihak perusahaan lain, baik dari dalam maupun dari luar perusahaan.

2. Clientele Effect Theory

Dalam Keown et al. (2003), teori mengenai clientele effect menjelaskan bahwa investor memiliki tipikal serta preferensi yang berbeda-beda atas return

(9)

3. Bird In The Hand Theory

Menurut Keown et al. (2003), bird in the hand theory merupakan teori yang memiliki keyakinan bahwa pendapatan dividen memberikan nilai yang lebih tinggi kepada investor dibandingkan pendapatan capital gain. Karena dividen dinilai memiliki tingkat kepastian yang lebih tinggi dari pada capital gain.

4. Signaling Theory

Selain itu perubahan dalam kebijakan dividen dapat dijadikan investor sebagai sinyal mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai

earnings power. Jadi, kenaikan dividen yang melebihi perkiraan dapat menjadi sinyal bagi investor bahwa manajemen memprediksikan kenaikan laba yang signifikan di masa depan, begitu pula sebaliknya. Hal ini berdasarkan pada

signaling theory.

(10)

akan bereaksi positif terhadap peningkatan dividen (harga saham meningkat) dan negatif terhadap pemotongan dividen (penurunan harga saham).

Dalam signaling theory ini juga mengatakan bahwa penurunan dividen terlihat manajemen yang tidak optimis terhadap kemajuan perusahaan dan akan memberikan sinyal negatif bagi pasar. Sebaliknya, peningkatan dividen menunjukkan bahwa manajemen yakin akan prospek masa depan perusahaan dan merupakan sinyal yang direspon positif oleh pasar.

5. Tax Preference Theory

Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki nilai pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Sebaliknya, jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian karena pajak atas capital gain akan dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antar pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividen yield yang tinggi dari pada saham dengan yield yang rendah.

(11)

mengarahkan investor untuk lebih memilih pembayaran yang lebih rendah dari pada pembayaran dividen dalam jumlah yang lebih tinggi.

Berdasarkan POH (Pecking Order Hypothesis), yang dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984), perusahaan lebih mengutamakan dana internal dari pada dana eksternal dalam aktivitas pendanaan. Kecukupan dana internal dapat dilihat dari besarnya laba, laba ditahan, atau arus kas. Apabila dana eksternal dibutuhkan, maka perusahaan lebih mengutamakan penggunaan utang dari pada ekuitas. Ide dasar POH sangat sederhana, yaitu perusahaan membutuhkan dana eksternal hanya apabila dana internal tidak cukup dan dana eksternal yang lebih diutamakan adalah utang daripada emisi saham. Myers dan Majluf (1984) menyatakan bahwa asimetri informasi menyebabkan perusahaan lebih mengutamakan dana internal dari pada dana eksternal karena asimetri informasi tersebut menyebabkan pendanaan eksternal terlalu mahal bagi perusahaan.

Myers dan Majluf (1984) berpendapat bahwa perusahaan tergantung pada

(12)

Hipotesis pecking order menurut Myers (1984). Didasarkan pada empat asumsi, yaitu :

1. Dividend policy bersikap konstan (sticky),

2. Lebih baik dana internal dibanding eksternal,

3. Bila menggunakan dana eksternal pilih surat berharga bebas risiko,

4. Jika diperlukan banyak dana eksternal maka memilih urutan surat berharga dari

risk free debt, risk debt, convertible security, saham preferen, common stock.

2.1.5 Return on Equity

Return on Equity yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total modal sendiri (ekuitas) yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain yang dikumpulkan oleh perusahaan. Semakin tinggi Return on Equity menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih. Return on Equity digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Sartono, 2001 : 124).

2.1.6 Debt to Equity Ratio

(13)

perusahaan, maka semakin besar kewajiban perusahaan untuk melunasi hutang ataupun membayar bunga atas hutang yang dimiliki secara periodik. Hal ini dapat mengurangi jumlah dividen yang akan didapatkan oleh pemegang saham.

2.1.7 Growth

Pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan total aset perusahaaan dan merupakan variabel yang dipertimbangkan dalam keputusan dividen. Pertumbuhan perusahaan yang tinggi lebih disukai untuk mengambil keuntungan pada investasi yang memiliki prospek yang baik (Saxena, 1999). Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang dimiliki perusahaan (Robert Ang, 1997). Manajemen sering mengalami kesulitan untuk memutuskan pembagian dividen apakah akan membagikan dividennya atau akan menahan laba untuk diinvestasikan kembali kepada proyek-proyek yang menguntungkan guna meningkatkan pertumbuhan (growth) perusahaan.

2.1.8 Collaterizable Assets

(14)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai kebijakan dividen telah banyak dilakukan oleh beberapa peneneliti, diantaranya adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Logit Regression 1.Likuiditas dan ukuran perusahaan

(15)

Lanjutan Tabel 2.1

3. collaterizable assets

1. leverage, growth,

dan coll. Asset tidak

(16)

Lanjutan Tabel 2.1

7. Sanjaya (2009) Analisis Faktor yang

Regresi Berganda 1. Kepemilikan Institusional dan

7. Fira (2009) Analisi Faktor-Faktor yang

1. Dari hasil analisis regresi dapat

(17)

2.3 Kerangka Konseptual

2.3.1 Pengaruh Return on Equity terhadap Dividend Payout Ratio

Sumarto (2007) mengungkapkan pada kebijakan pembayaran dividen yang berfluktuasi, besarnya dividen yang dibayarkan berdasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode. Apabila tingkat keuntungan tinggi, maka besarnya dividen yang dibayarkan cenderung tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah, maka besarnya dividen yang dibayarkan juga cenderung rendah. Return on equity mengukur kemampuan perusahan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono, 2001 :124). Tingkat return on equity perusahaan menunjukkan kemampuan dari modal untuk menghasilkan keuntungan, semakin besar return on equity semakin tinggi kemungkinan jumlah dividen yang dibayarkan karena ekuitas telah dapat menghasilkan laba.

2.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio

(18)

2.3.3 Pengaruh Growth terhadap Dividend Payout Ratio

Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen. Wahyudi dan Baidori (2008) mengungkapkan pertumbuhan pada total aset yang besa akan menurunkan pembayaran dividen kepada pemegang saham karena pengelola perusahaan memanfaatkan laba yang diperoleh perusahaan untuk aktivitas pendanaan internal peluang investasi yang ada, sehingga semakin besar pertumbuhan pada total aset akan mengakibatkan perusahaan menurunkan pembayaran dividen. Tingkat pertumbuhan (growth) perusahaan menjadi gambaran perusahaan yang memiliki keputusan investasi yang baik. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan akan menurunkan tingkat dividen yang didapatkan oleh investor sebagai dividen (Higgins, 2007 : 118).

2.3.4 Pengaruh Collaterizable Assets terhadap Dividend Payout Ratio

(19)

takut piutang mereka tidak terbayar. Semakin besar aset tetap yang digunakan sebagai jaminan, semakin banyak dana yang digunakan untuk menjamin kelangsungan pemakaian aset tetap tersebut, sehingga akan menurunkan nilai dividen dan dapat merugikan para pemegang saham.

Adapun kerangka konseptual yang menjadi dasar penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan uraian teoritis, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa : Return on Equity, Debt to Equity Ratio, Growth,

dan Collaterizable Assets berpengaruh terhadap kebijakan dividen pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Debt to Equity Ratio Return on Equity

Collaterizable Assets Growth

Gambar

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Di Jawa Barat sendiri, Pekan Olahraga Daerah (PORDA) XII- 2014 yang dilaksanakan di Kabupaten Bekasi Merupakan Momentum yang sangat berharga menyongsong PON ke

Dengan menggunakan program SPSS for window versi 16.0, maka dapat diketahui reliabilitas instrumen angket pendidikan seks.Setelah dilakukan pengujian reliabilitas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri dari ekstrak dan fraksi teripang Holothuria edulis yang diperoleh dari teluk Manado

Customer service sebagai ujung tombak perusahaan dalam melayani pelanggan atau nasabah dan menjual produk atau jasa yang ditawarkan, merupakan divisi terdepan dalam memberikan

Satu enzim yang masih ada dan terdapat sebelum pembekuan pada ikan dapat meneruskan pembentukan histamin di dalam daging ikan sel bakteri dalam keadaan injury selama

Untuk pelayanan angkutan massal Trans Kutaraja pada wilayah ini dilayani oleh koridor 1 dengan rute Pusat Pusat Kota – Darusalam, koridor 5 dengan rute Pusat

Keberadaan Kantor Diklatda Kabupaten Jembrana yang statusnya belum terakreditasi, selama ini dalam penyelenggaraan Diklat-Diklat masih bekerja sama dengan pihak-pihak