• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Optimasi Profil Rangka Baja Dalam Perencanaan Bangunan Industri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Optimasi Profil Rangka Baja Dalam Perencanaan Bangunan Industri"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

Baja adalah bahan komoditas tinggi terdiri dari Fe dalam bentuk kristal

dan karbon. Besarnya unsur karbon adalah 1,6%. Pembuatan baja dilakukan

dengan pembersihan dalam temperatur tinggi. Besi mentah tidak dapat ditempa.

Dimana pembuatan baja dengan menggunakan proses dapur tinggi dengan bahan

mentahnya biji besi (Fe) dengan oksigen (O) dan bahan-bahan lainnya. Baja juga

diartikan sebagai logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon

sebagai unsur paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara

0,21% sampai 2,1% berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah

sebagai unsur pengeras dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal

(crystal lattice) atom besi.

Unsur paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan,

krom, vanadium, dan tungsten. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan

unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan

kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa

didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan

kekerasan ( hardness ) dan kekuatan tariknya ( tensile strength ), namun disisi lain

membuatnya menjadi getas serta menurunkan keuletannya (ductility).

Di masa sekarang ini, kita harus bisa lebih lagi menerapkan ilmu

(2)

dalam hal bangunan, misalnya bangunan gedung perkantoran, pabrik, rumah sakit,

sekolah, dll.

2.1 Umum

Baja merupakan sauatu bahan konstruksi yang lazim digunakan

dalam struktur bangunan sipil. Karena kekuatan yang tinggi dan ketahanan

terhadap gaya luar yang besar maka baja ini juga telah menjadi bahan pilihan

untuk konstruksi menara air rangka baja. Struktur baja bisa dibagi atas tiga

kategori umum :

a. Struktur rangka (framed structure), yang elemennya bisa terdiri dari

batang tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan

lenturan dan beban aksial.

b. Struktur gantung (suspension), yang sistem pendukung

utamanya mengalami tarikan aksial yang dominan.

c. Struktur selaput (sheel), yang tegangan aksialnya dominan.

Pengetahuan mengenai karakteristik baja merupakan keharusan

apabila seorang insinyur menggunakan baja sebagai pilihan untuk merencanakan

suatu bagian struktur. Sifat mekanisme yang sangat penting pada baja diperoleh

berdasarkan hukum eksperimental tegangan dan regangan yang didapatkan oleh

Robert Hooke pada tahun 1678. jika benda mengalami pembebanan, didapatkan

bahwa untuk bahan tertentu perpanjangannya berbanding lurus dengan

(3)

elastic yang penampangnya sama dibebani menurut sumbunya, tegangannya

sama pada seluruh penampang dan besarnya sama dengan besar beban dibagi

dengan luas penampangnya. Regangan sumbu sama dengan pertambahan

panjang dibagi dengan panjang semula, sehinggga dapat ditulis:

A P  

U O

L L L   

E .   

dimana : P = gaya aksial yang bekerja pada penampang

A = luas penampang

Lo = panjang mula – mula

L = panjang batang setelah mendapatkan beban

E = modulus elastisitas

Baja untuk bahan struktur termasuk kedalam baja yang persentase

zat arang yang ringan ( mild carbon steel ), semakin tinggi kadar zat arang yang

terkandung didalamnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya. Sifat-sifat

(4)

1. Modulus Elastisitas ( E )

Modulus elastisitas untuk semua baja ( yang secara relative

tidak tergantung dari kuat leleh ) adalah 28000 sampai 30000 ksi

atau 193000 sampai 207000 Mpa. Nilai untuk desain lazimnya

diambil sebesar 29000 ksi atau 200000 Mpa.

Berdasarkan Peraturan Perencanaan Bangunan Indonesia ( PPBBI ),

nilai modulus elastisitas baja adalah 2,1 x 106 kg/cm² atau 2,1 x 105

MPa.

2. Modulus Geser ( G )

Modulus geser setip bahan elastis dihitung berdasarkan formula :

) 1 ( 2 

E

G

Dimana µ = perbandingan poisson yang diambil sebesar 0,3 untuk

baja. Dengan menggunakan µ = 0,3 maka akan memberikan G =

11000 ksi atau

77000 MPa.

Berdasarkan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (

PPBBI ), nilai modulus geser ( gelincir ) baja adalah 0,81 x 106

kg/cm² atau 0,81 x

(5)

3. Koefisien Ekspansi ( α )

Koefisien ekspansi adalah koefisien pemuaian linier. Koefisien

ekspansi baja diambil sebesar 12 x 10-6 per 0C.

4. Tegangan Leleh ( σ1 )

Tegangan leleh ditentukan berdasarkan mutu baja.

5. Sifat – sifat lain yang penting.

Sifat – sifat ini termasuk massa jenis baja, yang sama dengan 490

pcf atau 7,850 t/m3, atau dalam berat satuan, nilai untuk baja sama

dengan 490 pcf atau 76, 975 kN/m³, berat jenis baja umumnya

adalah sebesar 7,85 t/m3.

2.2. Mutu Baja

Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan pada baja

dapat dilakukan dengan uji tarik di laboratorium. Sebagian besar percobaan atas

baja akan menghasilkan bentuk hubungan antara tegangan dan regangan seperti

tergambar di bawah ini.

(6)

Keterangan gambar :

σ = tegangan baja

ε = regangan baja

A = titik proporsional A’ = titik batas elastis

B = titik batas plastis M = titik runtuh

C = titik putus

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sampai titik A hubungan antara

tegangan dan regangan masih linier atau keadaan masih mengikuti hukum Hooke.

Kemiringan garis OA menyatakan besarnya modulus elastisitas E. Diagram

regangan untuk baja lunak memiliki titik leleh atas ( upper yield point ), σyu dan

daerah leleh datar. Secara praktis, letak titik leleh atas ini, A’ tidaklah

terlalu berarti sehingga pengaruhnya sering diabaikan. Titik A’ sering juga

disebut sebagai titik batas elastis ( elasticity limit ). Sampai batas ini bila gaya

tarik dikerjakan pada batang baja maka batang tersebut akan berdeformasi.

Selanjutnya bila gaya itu dihilangkan maka batang akan kembali ke bentuk

semula. Dalam hal ini batang tidak mengalami deformasi permanen.

Bila beban yang bekerja bertambah, maka akan terjadi pertambahan

regangan tanpa adanya pertambahan tegangan. Sifat pada daerah AB inilah yang

disebut sebagai keadaan plastis. Lokasi titik B, yaitu titik batas plastis.

Daerah BC merupakan daerah strain hardening, dimana pertambahan

regangan akan diikuti dengan sedikit pertambahan tegangan. Disamping itu,

hubungan tegangan dengan regangannya tidak lagi bersifat linier.

Kemiringan garis setelah titik B ini didefenisikan sebagai Ez. Di titik M,

yaitu regangan berkisar antara 20 % dari panjang batang, tegangannya mencapai

(7)

strength ). Akhirnya bila beban semakin bertambah besar lagi maka titik C batang

akan putus.

Tegangan leleh adalah tegangan yang terjadi pada saat baja mulai

meleleh. Dalam kenyataannya, sulit untuk menentukan besarnya tegangan leleh,

sebab perubahan dari elastisitas menjadi plastis seringkali besarnya tidak

tetap.sebagai standar menentukan besarnya tegangan leleh dihitung dengan

menarik garis sejajar dengan sudut kemiringan modulus elastisitasnya, dari

regangan sebesar

0.2 %.

Harga konstanta – konstanta diatas untuk baja structural adalah :

• Modulus Elastisitas E = 2,1 x 106 kg/cm²

• Modulus Geser G = 0,81 x 106 kg/cm²

• Angka Poison = 0,30

• Koefisien Muai α1 = 12 x 10-6 per º C

Sifat fisik batangan tulangan baja yang paling penting, untuk digunakan

dalam perhitungan perencanaaan beton bertulangan adalah tegangan leleh (fc)

dan modulus elastiisitas (E). Tegangan leleh (titik leleh) baja ditentukan melalui

prosedur pengujian standar sesuai dengan SII 0136-84, dengan ketentuan bahwa

tegangan leleh adalah tegangan baja pada saat meningkatnya tegangan tidak

disertai lagi dengan peningkatan regangannya. Didalam perencanaan atau analisis

beton bertulang pada umumnya nilai tegangan leleh baja tulangan diketahui atau

(8)

Disamping usaha standarisasi yang telah dilakukan masing – masing

negara produsen baja, kebanyakan negara produsen baja pada dewasa ini masih

berorientasi pada spesifikasi teknis yang ditetapkan ASTM. Di Indonesia

produksi baja tulangan dan baja struktur telah diatur sesuai dengan

Standard Industri Indonesia.

Tabel 2.1 Daftar tegangan dari beberapa jenis baja

JENIS BAJA TEGANGAN LELEH (σ1) TEGANGAN ULTIMATE

(kg/cm2) (σu)

BJ 34 2100 3400

BJ 37 2400 3700

BJ 41 2500 4100

BJ 44 2800 4400

BJ 50 2900 5000

BJ 52 3600 5200

Baja merupakan bahan struktur yang sangat luas penggunaannya, sehingga

harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Menurut sifatnya baja merupakan

bahan yang keseragamannya dari komposisinya sangat baik dan homogenitasnya

sangat tinggi terutama Fe (Ferum) dalam bentuk Kristal dan zat arang (C), dalam

pembersihan kristalnya melalui panas yang tinggi serta proses selanjutnya,

kemudian akan diperoleh besi kasar dari dapur pemroses (tanur tinggi). Untuk

menjamin daktilitas dari baja, maka persentase maksimum dari zat arang, posfor

dan sulfur dibatasi. Pembatasan komposisi maksimum dari campuran tersebut

adalah 1,7 % zat arang(C) ; 1,65 % Mangan (Mn) ; 0,6 % Silikjon ; 0,60 %

Tembaga (Cu).

Kekuatan baja ini tergantung kepada kadar karbon dan mangan yang

(9)

tetapi mengurangi daktilitas, sehingga sukar dilas. Pengelasan akan ekonomis dan

memuaskan bila kandungan karbon baja tersebut tidak lebih dari 0,30 %.

Gambar 2.2 Penentuan tegangan leleh.

Dari titik regangannya 0,2 % ditarik garis sejajar dengan garis OB

sehingga memotong grafik tegangan regangan dan memotong sumbu

tegangan.Tegangan yang diperoleh ini disebut dengan tegangan leleh. Tegangan-

tegangan leleh dari bermacam-macam baja bangunan diperlihatkan pada tabel 2.1

di atas.

Kekuatan baja ini tergantung kepada kadar karbon dan mangan yang

dikandungnya. Penambahan persentase karbin meningkatkan tegangan leleh

tetapi mengurangi daktilitas, sehingga sukar dilas. Pengelasan akan ekonomis dan

memuaskan bila kandungan karbon baja tersebut tidak lebih dari 0,30 %.

(10)

• Nilai kesatuan yang tinggi per satuan berat

• Keseragaman bahan dan komposit bahan yang tidak berubah

terhadap waktu

• Dengan sedikit perawatan akan didapat masa pakai yang tidak

terbatas

• Daktilitas yang tinggi

• Mudah untuk diadakan pengembangan struktur

Disamping itu baja juga mempunyai kekurangan dalam hal

• Biaya perawatan yang besar

• Biaya pengadaan anti api yang besar ( fire proofing cost )

• Dibandingkan dengan kekuatannya kemampuan baja melawan tekuk

kecil

• Nilai kekuatannya akan berkurang, jika dibebani secara

berulang / periodik, hal ini biasanya disebut dengan leleh atau

fatigue.

Semua bahan bangunan yang telah dikenal dan dipakai dalam konstruksi

pada umumnya mempunyai beberapa kekurangan bila dibandingkan dengan

bahan baja, seperti misalnya kayu (terlalu lemah), batu (terlalu besar volumenya),

tanah liat dan bagian-bagian pohon (terlalu temporer) atau kurang

mempunyai daya tahan terhadap kekuatan tarik dan terlalu getas terhadap

benturan (batu dan beton). Disamping kekuatannya yang besar untuk menahan

(11)

mempunyai sifat-sifat lain yang menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai

salah satu bahan bangunan yang sangat umum dipakai dewasa ini. Penjelasan

singkat tentang beberapa sifat- sifat baja akan diutarakan berikut ini:

1. Kekuatan Tinggi

Dewasa ini baja diproduksi dengan berbagai kekuatan yang

bisa dinyatakan dengan kekuatan tegangan tekan lelehnya Fy

atau oleh tegangan tarik batas Fu. Bahan baja walaupun dari

jenis yang paling rendah kekuatannya tetap mempunyai

perbandingan kekuatan per volume lebih tinggi bila dibandingkan

dengan bahan-bahan bangunan lainnya yang umum dipakai. Hal

ini memungkinkan perencanaan sebuah konstruksi baja bisa

mempunyai beban mati yang yang lebih kecil untuk bentang

yang lebih panjang, sehingga memberikan kelebihan ruang dan

volume yang dapat dimanfaatkan akibat langsingnya profil yang

dipakai.

2. Kemudahan Pemasangan

Semua bahan-bahan baja bisa dipersiapkan di bengkel. Sehingga

satu-satunya kegiatan yang dilakukan di lapangan adalah kegiatan

pemasangan bagian-bagian konstruksi yang telah dipersiapkan.

Sebagian besar dari komponen-komponen konstruksi mempunyai

bentuk standard yang siap dan bisa diperoleh di toko-toko besi,

sehingga waktu yang diperlukan untuk membuat bagian-bagian

konstruksi baja yang telah ada juga bisa dilakukan dengan mudah

(12)

standard dan sifat-sifat yang tertentu dan mudah diperoleh

dimana-mana.

3. Keseragaman

Sifat-sifat dari baja, baik sebagai bahan bangunan maupun dalam

bentuk struktur terkendali dengan baik sekali, sehingga dapat

diharapkan elemen- elemen dari struktur bisa berprilaku sesuai

dengan yang diduga dalam perencanaan. Dengan demikian bisa

dihindari terdapatnya proses pemborosan yang biasanya terjadi

dalam perencanaan akibat adanya berbagai ketidakpastian.

4. Daktilitas

Sifat dari baja yang mengalami deformasi yang besar di bawah

pengaruh tegangan tarik yang tinggi tanpa hancur atau putus disebut

sifat daktilitas. Adanya sifat ini membuat struktur baja mampu

mencegah terjadinya proses robohnya bangunan secara tiba-tiba.

Sifat ini sangat menguntungkan ditinjau dari sudut keamanan

penghuni bangunan bila terjadi suatu goncangan yang tiba-tiba,

seperti misalnya pada peristiwa gempa bumi.

Disamping itu masih ada juga keuntungan lain yang

dapat kita peroleh dari struktur baja, seperti:

1. Proses pemasangan di lapangan berlangsung cepat.

2. Profil baja dapat dilas.

3. Komponen-komponen strukturnya bisa digunakan lagi untuk

(13)

4. Komponen-komponen yang sudah tidak dapat digunakan lagi

masih mempunyai nilai sebagai besi tua.

5. Struktur yang dihasilkan bersifat permanen dengan cara

pemeliharaan yang tidak terlalu sukar.

Di samping keuntungan-keuntungan tersebut, bahan baja

juga mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

1. Komponen-komponen struktur yang dibuat dari bahan baja

perludiusahakan supaya tahan api sesuai dengan peraturan yang

berlaju untuk bahaya kebakaran.

2. Diperlukannya suatu biaya pemeliharaan untuk mencegah

bajadari bahaya karat.

3. Akibat kemampuannya menahan tekukan pada batang-batang

yang langsing, walaupun dapat menahan gaya-gaya aksial,

tetapi tidak bisa mencegah terjadinya pergeseran horizontal.

Perlu diperhatikan bahwa pada suhu yang tinggi seperti yang

terdapat bila terjadi kebakaran pada bangunan, kekuatan dari struktur

baja akan menurun secara drastis dan untuk mencegah supaya bangunan

tidak roboh secara tiba-tiba, struktur baja harus dilindungi dengan bahan

tahan api atau dengan cara-cara perlindungan lainnya yang sejenis. Cara

umum untuk melindungi konstruksi baja dari bahaya api adalah dengan

melapisinya kurang lebih setebal 1 inchi dengan campuran semen, adukan

beton, atau dengan lapisan lain dari bahan yang tahan api seperti gips atau

(14)

2. 3 Profil Baja

Bentuk profil baja yang didasarkan cara pembuatannya, yaitu:

a. Hot rolled shapes: Disini profil baja dibentuk dengan cara blok-blok baja

yang panas diproses melalui rol-rol dalam pabrik. Hot rolled shapes ini

mengandung tegangan residu (residual stress). Jadi sebelum batang dibebani

pun sudah ada residual stress yang berasal dari pabrik.

b. Cold formed shapes: Profil semacam ini dibentuk dari pelat-pelat yang

sudah jadi, menjadi profil baja dengan temperatur atmosfir (dalam keadaan

dingin, ingat mengenai strain aging). Tebal pelat yang dibentuk menjadi

profil disini tebalnya kurang dari 3/16 inch. Profil macam ini ringan dan

sering disebut sebagai light gage form steel.

Terdapat banyak jenis bentuk profil baja struktural yang tersedia di

pasaran. Semua bentuk profil tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan

tersendiri. Beberapa jenis profil baja yang dipakai dalam penulisan Tugas

Akhir ini adalah profil profil siku (L), C dan IWF.

Profil S adalah balok standard Amerika. Profil ini memiliki bidang

flens yang miring, dan web yang relative lebih tebal. Profil ini jarang digunakan

dalam konstruksi, tetapi masih digunakan terutama untuk beban terpusat yang

sangat besar pada bagian flens.

Profil siku atau profil L adalah profil yang sangat cocok untuk digunakan

sebagai bracing dan batang tarik. Profil ini biasa digunakan secara

gabungan, yang lebih dikenal sebagai profil siku ganda. Profil ini sangat

(15)

Profil C atau kanal mempunyai karakteristik flens pendek, yang

mempunyai kemiringan permukaan dalam sekitar 1 : 6. Aplikasinya biasanya

digunakan sebagai penampang tersusun, bracing tie, ataupun elemen dari bukan

rangka (frame opening).

Profil HP adalah profil jenis penumpu (bearing type shape)

yang mempunyai karakteristik penampang agak bujursangkar dengan flens dan

web yang hampir sama tebalnya. Biasanya digunakan sebagai fondasi tiang

pancang. Bisa juga digunakan sebagai balok dan kolom, tetapi umumnya kurang

efisien.

Profil IWF terutama digunakan sebagai elemen struktur balok dan kolom.

Semakin tinggi profil ini, maka semakin ekonomis untuk banyak aplikasi.

2.4 Pembebanan

Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan

secara pasti besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur selama

umur layannya merupakan salah satu pekerjaan yang cukup sulit. Dan pada

umumnya penentuan besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi saja.

Meskipun beban yang bekerja pada suatu lokasi dari struktur dapat

diketahui secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke elemen,

dalam suatu struktur umumnya memerlukan asumsi dan pendekatan. Jika

beban – beban yang bekerja pada struktur telah diestimasi, maka masalah

berikutnya adalah menentukan kombinasi kombinasi beban yang paling

dominan yang mungkin bekerja pada struktur tersebut. Besar beban yang

(16)

berlaku, sedangkan masalah dari kombinasi beban – beban yang bekerja

telah diatur dalam PPBBI 1983.

Dalam analisis struktur, beban-beban yang bekerja pada struktur

selalu diberikan sebagai besaran yang diletahui. Dalam merencanakan

struktur bangunan, beban-beban yang bekerja pada struktur yang akan

dianalisis harus ditentukan oleh perencana.

Di Indonesia, peraturan perencanaan untuk bangunan gedung

memberikan berbagai spesifikasi beban rencana minimum, yang harus

digunakan di dalam perencanaan bangunan, sehingga keselamatan publik

dapat dijamin pada suatu tingkat keamanan tertentu.

Ada tiga jenis beban dalam keadaan statik yang bekerja pada

struktur yaitu : beban mati, beban, dan kejut. Sedangkan dampak

lingkungan akan memberikan beban berupa : angin, hujan, gempa bumi,

perubahan temperatur, penurunan pondasi, kesalahan pemasangan, toleransi

konstruksi, tekanan tanah serta tekanan hidrostatik, yang dikonversikan

menjadi beban-beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur sebagai

beban hidup, beban ini sering disebut sebagai beban sementara.

Struktur baja harus mampu memikul semua kombinasi

pembebanan dibawah ini :

a) 1,4 D

b) 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)

c) 1,2 D + 1,6 (La atau H) + ( γLL atau 0,8 W)

d) 1,2 D + 1,3 W + γLL + 0,5 (La atau H)

(17)

D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi

permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap,

tangga, dan peralatan layan tetap.

L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan

gedung, termasuk kejut.

La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan

oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan

biasa oleh orang dan benda bergerak.

H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.

W adalah beban angin.

E adalah beban gempa

γL γL = 0,5 bila L < 5 kPa, dan γL = 1 bila L ≥ 5 kPa

Beberapa jenis pembebanan antara lain : 2.4.1. Beban Mati

Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung / bangunan

yang bersifat tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur

tambahan, finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan

bagian tak terpisahkan dari gedung/bangunan tersebut. Termasuk dalam

beban ini adalah berat struktur, pipa - pipa , saluran listrik , AC,

penutup lantai dan plafon. Beberapa contoh berat dari beberapa

(18)

besarnya beban mati dari suatu gedung / bangunan diperlihatkan

berikut ini ;

Bahan Bangunan Berat

• Baja 7850 kg/m3

• Beton 2200 kg/m3

• Beton Bertulang 2400 kg/m3

• Kayu (kelas I) 1000 kg/m3

• Pasir (kering udara) 1600 kg/m3

Komponen Gedung Berat

• Spesi dari semem per cm tebal 21 kg/m3

• Dinding batu bata ½ batu 250 kg/m3

• Penutup atap genting 50 kg/m3

• Pentup lantai ubin semen per cm tebal 24 kg/m3

Beban mati yang terdapat pada struktur menara air adalah berat

tangki pelat baja dan berat air sebesar 25 m3

2.4.2. Beban Hidup

Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam

masa layannya, dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Termasuk

beban ini adalah berat manusia, perabotan yang dapat

(19)

lokasi beban yang senantiasa berubah-ubah, maka penentuan beban

hidup secara pasti adalah merupakan suatu hal yang cukup sulit.

Beberapa contoh beban hidup menurut kegunaan suatu bangunan :

Kegunaan Bangunan Berat

• Lantai dan tangga rumah sederhana 125 kg/m3

• Lantai dan tangga kantor, hotel & Rumahsakit 250 kg/m3

• Lantai ruang olahraga 400 kg/m3

• Lantai pabrik, gudang, bengkel & perpustakaan 400 kg/m3

• Lantai gedung parkir bertingkat 800 kg/m3

2.4.3. Beban Angin

Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat

tekanan – tekanan dari gerakan angin, beban angin sangat tergantung

dari lokasi dan ketinggian struktur. Besarnya tekanan tiup harus

diambil minimum sebesar 25 kg/m3 , kecuali untuk bangunan –

banguanan berikut :

• Tekanan tiup ditepi laut hingga 5 km dari pantai harus

diambil minimum 40 kg/m2

• Untuk bangunan didaerah lain yang kemungkinan tekanan

tiupnya lebih dari 40 kg/m2, harus diambil P = V2/16

(20)

• Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus

ditentukan dengan rumus (42,5 + 0,6 h ), dengan h adalah

tinggi cerobong seluruhnya dalam meter.

Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan di atas harus

dikalikan dengan suatu koefisien angin, untuk mendapatkan gaya

resultan yang bekerja pada bidang kontak tersebut.

2.4.4. Beban Gempa

Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada

struktur akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik

pergerakan arah vertikal maupun horizontal. Namun pada umumnya

percepatan tanah arah horizontal lebih besar daripada arah

vertikalnya, sehingga pengaruh gempa horizontal jauh lebih

menentukan daripada gempa vertikal. Besarnya gaya geser dasar

(statik ekivalen) ditentukan berdasarkan persamaan

R W I C

V    t

Dengan C adalah faktor respon gempa yang ditentukan berdasarkan

lokasi bangunan dan jenis tanahnya, I adalah faktor keutamaan

gedung, R adalah faktor reduksi gempa yang tergantung pada jenis

struktur yang bersangkutan, Wt adalah berat total bangunan termasuk

beban hidup yang bersesusaian.

Dari mekanika bahan kita ketahui bahwa batang tekan yang pendek akan

dapat dibebani sampai beban meleleh. Batang tekan yang panjang akan runtuh

(21)

keruntuhan akibat tekuk elastis, setelah bagian penampang melintang

meleleh, kedaan ini disebut tekuk inelastic (inelastic buckling).

Ada tiga jenis keruntuhan batang tekan yaitu :

1. Keruntuhan akibat tegangan yang terjadi pada penampang

telah melampaui kekuatan materialnya.

2. Keruntuhan akibat batang tertekuk elastic (elastic buckling).

Keadaan ini terjadi pada bagian konstruksi yang langsing. Disini

hukum hooke masih berlaku bagi serat penampang dan tegangan

yang terjadi tidak melebihi batas proposional

Keruntuhan akibat melelehnya sebagian serat disebut tekuk elastic

(inelastic buckling). Kasus semacam ini berada diantara kasus (1) dan kasus

(2), dimana pada saat menekuk sejumlah seratnya menjadi inelastic maka

modulus elastisitasnya ketika tertekuk lebih kecil dari harga awalnya.

2.5. Batang Tarik

Batang tarik adalah batang yang mendukung tegangan tarik

yang diakibatkan oleh bekerjanya gaya tarik pada ujung-ujung batang.

Kestabilan batang ini sangat baik sehingga tidak perlu lagi ditinjau dalam

perencanaan. Batang tarik biasa digunakan pada struktur rangka atap, struktur

jembatan rangka, struktur jembatan gantung, pengikat gording, dan penggantung

balkon. Pemanfaatan batang tarik juga telah dikembangkan untuk sistem

dinding, struktur atap gantung, dan batang prategangan struktur rangka batang

(22)

2.5.1 Tipe Batang Tarik

Terdapat beberapa tipe batang tarik yang biasa digunakan,

seperti tali kawat, batang bulat dengan ujung bandul berulir, batang mata,

dan plat sambungan pasak. Batang – batang tersebut merupakan batang

tarik efisiensi tinggi namun tidak dapat mendukung beban tekan. Selain tipe

diatas, terdapat juga profil – profil struktural dan profil tersusun yang dapat

dilihat pada gambar 2.6. Batang tarik tipe ini terutama dipakai dalam

struktur rangka batang (truss). Batang tarik tersusun digunakan bila :

a. Kapasitas tarik tunggal tidak memadai

b. Kekakuan profil tunggal tidak memadai

c. Detail sambungan memerlukan bentuk tampang lintang tertentu

2.5.2 Batas Kelangsingan

Pembatasan kelangsingan untuk batang – batang yang

direncanakan terhadap tarik dibatasi sebesar 240 untuk batang primer, dan

300 untuk batang sekunder.

2.5.3 Kuat Tarik Rencana

Komponen struktur yang memikul gaya aksial tarik terfaktor Nu,

harus memenuhi persyaratan :

Nu ≤ Nn

Dengan Nn adalah kuat tarik rencana yang besarnya diambil sebagai harga

terkecil diantara perhitungan di bawah ini :

pr n g

N A

(23)

U A Ang

Dengan : Ag = luas penampang kotor (mm2)

An = luas netto penampang (mm2)

U = koefisien reduksi

σpr = tegangan profil (Mpa)

Untuk batang tarik yang mempunyai lubang, misalnya untuk

penempatan baut, maka luas penampangnya tereduksi, dan dinamakan Luas

Netto (An). Lubang pada batang menimbulkan konsentrasi tegangan akibat

beban kerja. Faktor tahanan untuk kondisi fraktur diambil lebih kecil

daripada untuk kondisi leleh, sebab kondisi fraktur lebih getas/berbahaya,

dan sebaiknya tipe keruntuhan jenis ini dihindari.

2.5.4 Faktor Panjang Tekuk (Kc)

Kuat tekan batang dapat diketahui setelah kelangsingan batang

tersebut diketahui, sedangkan kelangsingan batang dapat diketahui setelah

faktor tekuknya diketahui. Menurut Padosbajayo (1994), secara umum

dapat dikemukakan bahwa faktor panjang tekuk untuk kolom portal yang

tidak bergoyang lebih kecil atau sama dengan 1 (Kc ≤ 1), sedangakan

faktor panjang tekuk untuk kolom yang bergoyang lebih besar dari 1 (Kc

> 1).

Kolom ideal adalah kolom yang berdiri sendiri dengan ujung –

ujung kolom bebas, sendi atau jepit sempurna. Kolom ideal jarang

(24)

struktur sesungguhnya, ujung – ujung kolom dihubungkan dengan batang –

batang lain menggunakan alat sambung berupa baut, paku keling, atau las.

Tentu saja sifat sambung tidak persis suatu anggapan untuk keadaan

sesungguhnya. Untuk tujuan perancangan anggapan kolom ideal umum

digunakan. Faktor panjang tekuk kolom ujung – ujung ideal disajikan

dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.2 Koefisien Panjang Tekuk Untuk Kolom – Kolom Ideal

Sistem rangka batang (truss) adalah struktur yang terbentuk dari

(25)

batang diasumsikan sendi sempurna. Struktur seperti ini dapat dipandang

sebagai struktur pada gambar, dimana nilai Kc adalah 1.

Nomogram di bawah ini digunakan untuk menentukan panjang

tekuk sebuah batang yang merupakan bagian dari portal kaku.

Untuk portal-portal digunakan nomogram koefisien panjang tekuk di bawah ini:

Gambar 2.3 Nomogram Panjang Tekuk

2.5.5 Pembatasan Kelangsingan

Batang – batang yang direncanakan terhadap tekan angka

perbandingan kelangsingan dibatasi sebesar 200

200 min

  

i K

L c

(26)

L = panjang batang

K = faktor panjang tekuk

imin = jari – jari girasi terkecil

Untuk batang – batang yang direncanakan terhadap

tarik, angka perbandingan kelangsingan dibatasi sebesar 300 untuk

batang sekunder dan sebesar 240 untuk batang primer. Batang – batang

yang ditentukan oleh gaya tarik, namun dapat berubah menjadi tekan yang

tidak dominan pada kondisi pembedaan yang lain, tidak perlu memenuhi

batas kelangsingan batang tekan.

2.6. Baja Tulangan beton

Baja tulangan beton adalah baja berbentuk batang berpenampang

bundar yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari

bahan baku billet dengan cara canai panas (hot rolling).

Berdasarkan bentuknya, baja tulangan beton dibedakan menjadi

2 (dua) jenis yaitu baja tulangan beton polos dan baja tulangan beton

sirip.

Baja tulangan beton polos adalah baja tulangan beton

berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip, disingkat

BjTP.

Baja tulangan beton sirip adalah baja tulangan beton dengan bentuk

khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk

(27)

menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton,

disingkat BjTS.

No. Penamaan

Diameter nominal (d) (mm)

Luas penampang Nominal (L)

(cm2)

Berat nominal per meter

(kg/m)

1. P.6 6 0,2827 0,222

2. P.8 8 0,5027 0,395

3. P.10 10 0,7854 0,617

4. P.12 12 1,131 0,888

5. P.14 14 1,539 1,12

6. P.16 16 2,011 1,58

7. P.19 19 2,835 2,23

8. P.22 22 3,801 2,98

9. P.25 25 4,909 3,85

10. P.28 28 6,158 4,83

11. P.32 32 8,042 6,31

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Tegangan – Regangan Uji Tarik Pada Baja Lunak.
Tabel 2.1 Daftar tegangan dari beberapa jenis baja
Gambar 2.2 Penentuan tegangan leleh.
Tabel 2.2 Koefisien Panjang Tekuk Untuk Kolom – Kolom Ideal
+2

Referensi

Dokumen terkait

Baja Ringan Sebagai Salah Satu Alternatif Pengganti Kayu Pada Struktur Rangka Kuda-Kuda Ditinjau dari Segi Konstruksi.. Jurnal Momentum Volume

Struktur baja (steel structure) adalah material yang banyak digunakan dalam bangunan industri khususnya bangunan dengan fungsi sebagai refinery dan fraksinasi.. Namun,

Bahan-bahan kerja untuk merangkai atap baja ringan pada perumahan ini sebagai berikut: (a) ukuran baja ringan adalah C72.35 mm dengan tinggi 72 mm, lebar 35 mm, dan

Pad bab terdahulu kita telah membahas tentang baja sebagai bahan bangunan. Dimana bahwa baja merupakan sauatu bahan konstruksi yang lazim digunakan dalam struktur

Struktur baja adalah bahan struktur modern yang biasa digunakan untuk kebutuhan membangun gedung dan jembatan.. Seiring berkembangnya perubahan zaman dengan pertumbuhan

Sampel bahan baja ringan diambil dari lapangan dibawa ke Laboratorium untuk diuji kuat tariknya, untuk tinjauan teknis perhitungan kekuatan dipakai analisa struktur disesuaikan dengan

Sampel bahan baja ringan diambil dari lapangan dibawa ke Laboratorium untuk diuji kuat tariknya, untuk tinjauan teknis perhitungan kekuatan dipakai analisa struktur disesuaikan

Pembahasan meliputi penentuan profil baja yang akan digunakan sebagai elemen struktur balok dan kolom, gaya geser, desain sambungan, penentuan profil Bresing.. Hasil desain