• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PENERAPAN HIMPUNAN DI KELAS VII MTs. ALKHAIRAAT PUSAT PALU | Puspita | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8623 28278 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PENERAPAN HIMPUNAN DI KELAS VII MTs. ALKHAIRAAT PUSAT PALU | Puspita | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8623 28278 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI

PENERAPAN HIMPUNAN DI KELAS VII

MTs. ALKHAIRAAT PUSAT PALU

Dewi Puspita

E-ma il:dewipuspita .dp47@gmail.com Sukayasa

E-ma il:suka yasa 08@yahoo.co.id Sutji Rochaminah

E-mail:suci_palu@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan di kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart, yakni perencanaan, pelaksanaan dan observasi serta refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini sebanyak 23 siswa dan dipilih tiga siswa sebagai informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan dengan mengikuti fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut: 1) penyampaian tujuan dan memotivasi siswa, 2) penyajian/penyampaian materi, 3) pengorganisasian siswa dalam kelompok-kelompok belajar, 4) pembimbingan kelompok bekerja dan belajar, 5) evaluasi dan 6) pemberian penghargaan.

Kata kunci: kooperatif,STAD, hasil belajar, soal cerita, himpunan.

Abstract: This study aimed to obtain a description of the a pplication of cooperative learning model STAD to improve student learning outcomes in resolving about the story on the application of the material in class VII set MTs Alkhairaat Pusat Palu. This r esearch is the Classroom Action Research (CAR), which refers to the study design Kemmis and Mc. Taggart, namely planning, action and observation and reflection. This study was conducted in two cycles. The subjects were students grade class VII MTs. Alkhair aat Pusat Palu registered in the academic year 2015/2016. Subjects of this study have as many as 23 students and three students as informants. The results showed that the implementing cooperative learning model STAD can improve student learning outcomes in solving the story on the subject of the application set to follow the phases of cooperative learning model STAD as follows: 1) present the objectives and motivate students, 2) present / conveying material, 3) organize the students in learning groups, 4) to lead the group work and learning, 5) evaluasi, and 6) provide awards.

Keywords: cooperative, STAD, learning outcomes, narrative test, the set.

Matapelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, serta kemampuan dengan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan bagian yang sangat penting dalam pelajaran matematika, seperti yang tercantum dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bahwa salah satu tujuan mata pelajaran matematika adalah siswa dituntut memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh (Depdiknas, 2006).

(2)

matematika berbentuk cerita memberikan pengalaman bagi siswa untuk memecahkan masalah matematika dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, ketika siswa diberikan soal cerita siswa sulit untuk menyelesaikannya. Sesuai dengan pendapat Usman (2007) menyatakan bahwa pada umumnya soal cerita dalam matematika sulit untuk diselesaikan. Hal ini terjadi karena siswa kurang memahami cara mengubah kalimat verbal menjadi model matematika.

Demikian halnya, ketika peneliti melakukan observasi awal berupa wawancara dengan salah satu guru matematika di MTs. Alkhairaat Pusat Palu antara lain diperoleh siswa masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan. Selain itu siswa malu bertanya kepada guru ketika mengalami kesulitan. Akan tetapi pada kenyataannya jika diberi soal, siswa masih banyak yang salah menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru tersebut. Sehingga berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah. Menindaklanjuti hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru MTs. Alkhairaat Pusat Palu, untuk memperoleh informasi mengenai kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan maka peneliti memberikan tes identifikasi pada siswa kelas VIII yang sudah mempelajari materi tersebut. Soal tes identifikasi yang diberikan yaitu: 1. Pada sebuah lembaga bimbingan belajar terdapat 32 orang siswa belajar matematika, 25 orang siswa belajar IPA, serta 17 orang siswa belajar matematika dan IPA. (a) Buatlah diagram Venn-nya. (b) Berapakah jumlah siswa yang belajar di lembaga tersebut?, dan 2. Dari 36 anak terdapat 15 anak suka voli, 21 anak suka sepak bola, dan 11 anak suka keduanya. (a) Tentukan banyak anak tidak suka voli dan sepak bola. (b) Tentukan banyak anak hanya suka sepak bola.

Hasil jawaban tes identifikasi menunjukkan bahwa soal nomor 1 terdapat 20 orang yang menjawab salah dan untuk soal nomor dua terdapat 17 orang siswa yang menjawab salah.

Gambar 1. Hasil Jawaban siswa AD

Gambar 1 menunjukan bahwa siswa menuliskan kembali nilai-nilai yang diketahui dari soal pada diagram Venn (ADTI01). Kemudian jawaban siswa AD terlihat (32-17) + 17 + (25-17) + x = x (ADT102) selanjutnya 15 + 17 +8 + x = x (ADT103) kemudian 40 = 40 (ADT104), namun jawaban siswa AD salah pada (ADT102) dan (ADT103) seharusnya jawaban AD (32-17) + 17 + (25-17) + x = 40 (ADT102) , 15 + 17 + 8 + x = 40 (ADT103), dan 40 = 40 (ADT104). Jadi banyaknya siswa yang belajar dilembaga tersebut adalah 40 siswa.

Gambar 2. Hasil Jawaban siswa FB

Gambar 2 menunjukan siswa FB menuliskan (15-11) + 17+ (25-17) = x = 36 (FBTI01), selanjutnya 4 + 11 + 10 + x = 36 (FBTI02), kemudian 25 = 36 (FBTI03), selanjutnya = 36-25 (FBTI04), kemudian 11 (FBTI05). Jawaban akhir siswa FB benar,

ADTI01

ADTI02

ADTI03

ADTI04

FBTI01

FBTI02

FBTI03 FBTI06

FBTI04

(3)

namun langkah-langkahnya masih keliru, harusnya jawaban siswa FB n(A) + n(B) +

n(A∩B) + n(A∩B)C = 36 (FBTI01), selanjutnya 4 + 10 + 11 + n(A∩B)C

= 36 (FBTI02),

kemudian 25 + n(A∩B)C = 36 (FBTI03), selanjutnya n(A∩B)C

= 36-25 (FBTI04),

kemudian n(A∩B)C

= 11 (FBTI05). Kemudian berdasarkan jawaban siswa FB bagian b (FBTI01) menuliskan 21-11 = 10. Namun jawaban siswa FB kurang lengkap, harusnya n(B-A) = n(B) - n(B∩A) (FBTI01), kemudian n(B-A) = 21-11 (FBTI02), selanjutnya n(B-A) = 10 (FBTI03).

Hasil analisis siswa menunjukkan masih rendahnya pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan, sehingga hasil belajar siswa tidak sesuai yang diharapkan.

Berdasarkan masalah di atas diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran agar siswa akan merasa berkesan dan melekat pada memori jangka panjang. Satu diantara model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran ini menekankan adanya interaksi antar siswa dalam kelompok dan juga adanya interaksi dengan guru sebagai pengajar. Sehingga peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Marsih (2010) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang soal cerita pecahan pada siswa kelas V. Penelitian yang dilakukan oleh Esmawati (2010) menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Rengat pada materi relasi dan fungsi. Penelitian yang dilakukan oleh Eminingsih (2010) menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi himpunan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa pada siswa kelas VII E SMP Negeri 3 Batang semester 2 tahun 2009/2010.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan di kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaiakan soal cerita pada materi penerapan himpunan di kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu?

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian yang digunakan mengacu pada desain Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa 23 orang yang terdiri siswa laki-laki semua. Peneliti memilih 3 orang subyek sebagai informan dengan kriteria siswa yang memiliki kemampuan rendah berinisial SS, kemampuan sedang berinisial YS dan kemampuan tinggi berinisial ZM.

(4)

telah memenuhi indikator keberhasilan yang diperoleh dari tes akhir tindakan. Indikator keberhasilan siklus I, yaitu siswa dapat menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan: siswa dapat menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan: dan dalam menggambarkan diagram Venn, siswa dapat memahami cara menentukan banyaknya anggota irisan dan gabungan dua himpunan, serta dalam menggambarkan diagram Venn tersebut dengan benar. Indikator keberhasilan pada siklus II, yaitu siswa dapat menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan dan siswa dapat menentukan banyaknya anggota komplemen dua himpunan. Selain itu, keberhasilan tindakan juga dilihat pada hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dinyatakan berhasil apabila hasil pengamatan setiap aspek yang termuat dalam lembar observasi dalam kategori minimal baik.

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini terbagi dalam dua bagian, yaitu: 1) hasil pra tindakan, dan 2) hasil tindakan. Kegiatan pada pra tindakan adalah melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika, melakukan tes identifikasi untuk mengetahui kesulitan siswa pada materi penerapan himpunan, serta melakukan tes awal yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan prasyarat siswa sebelum mempelajari materi penerapan himpunan serta untuk membentuk kelompok belajar yang heterogen. Tes awal diikuti oleh 21 siswa dari 23 siswa di kelas VII. Berikut adalah salah satu soal tes awal yang peneliti berikan kepada siswa 1) Dari pernyataan berikut, manakah yang termasuk himpunan? Jelaskan alasan kalian! (a) Kumpulan wanita cantik, (b) Kumpulan wanita berambut panjanng, (c) Kumpulan hewan berkaki empat, (d) Kumpulan orang kaya, (e) Kumpulan siswa kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu. Hasil analisis tes awal menunjukkan dari 21 siswa yang mengikuti tes hanya terdapat 8 siswa yang tuntas atau memperoleh nilai ≥ 75. Pada umumnya, siswa masih keliru dalam menentukan anggota himpunan dengan menggunakan irisan dan gabungan. Siswa masih kesulitan membedakan ketika mengoperasikan irisan dan gabungan. Selain itu, siswa juga belum dapat membedakan himpunan dan bukan himpunan. Oleh sebab itu, peneliti membahas kembali tes tersebut sebelum pelaksanaan tindakan.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Materi pembelajaran pada pertemuan pertama pada siklus I yaitu menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan: menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan: dan dalam menggambarkan diagram Venn. Sedangkan materi pembelajaran pada pertemuan pertama siklus II yaitu menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan, menentukan banyaknya anggota komplemen dua himpunan. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama siklus I dan siklus II, dilakukan dalam tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menerapkan fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu: 1) penyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2) penyajian materi, 3) pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4) pembimbingan kelompok dalam bekerja dan belajar, 5) evaluasi, dan 6) pemberikan penghargaan.

(5)

menyampaikan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada siklus I adalah diberikan soal cerita yang berkaitan dengan himpunan siswa dapat menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan, diberikan soal cerita yang berkaitan dengan himpunan siswa dapat menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan, dan siswa dapat menggambarkan diagram Venn, dan untuk siklus II adalah diberikan soal cerita yang berkaitan dengan himpunan siswa dapat menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan, dan diberikan soal cerita yang berkaitan dengan himpunan siswa dapat menentukan banyaknya anggota komplemen dua himpunan. Setelah tujuan pembelajaran disampaikan siswa menjadi tahu tujuan yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran.

Setelah itu peneliti memotivasi siswa dengan menyampaikan manfaat mempelajari materipenerapan himpunan dalam kehidupan sehari-hari. Satu diantara manfaat mempelajari materi penerapan himpunan dalam kehidupan sehari-hari yaitu, kemampuan logika akan semakin terasah dan akan memacu agar kita mampu berpikir secara logis, karena dalam hidup, logika memiliki peran penting karena logika berkaitan dengan akal pikir. Selanjutnya peneliti mengecek pengetahuan prasyarat siswa tentang anggota dan bukan anggota himpunan, menentukan irisan dan gabungan himpunan pada siklus I dan menentukan selisih dan komplemen himpunan pada siklus II. Pengetahuan prasyarat siswa ini dilakukan agar siswa dapat mengingat kembali materi sebelumnya sehingga siswa lebih siap untuk belajar.

Kegiatan inti dimulai dengan fase penyajian materi. Kegiatan dilakukan dengan ceramah dan tanya jawab serta memberikan contoh soal dan menjelaskannya kepada siswa. Pada siklus I materi yang dipelajari adalah menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan, menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan, serta dalam menggambarkan diagram Venn, dan materi yang dipelajari pada siklus II adalah menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan, menentukan banyaknya anggota komplemen dua himpunan. Pertemuan pertama pada siklus I peneliti menjelaskan tentang bagaimana menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan, menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan, dan juga cara menggambar diagram Venn pada papan tulis. Setelah itu peneliti memberikan contoh cara menyelesaikan soal cerita himpunan. Pada pertemuan pertama siklus II peneliti memberikan penjelasan tentang cara menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan, menentukan banyaknya anggota komplemen dua himpunan di papan tulis. Peneliti juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum dimengerti.

Kegiatan pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, peneliti mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen berdasarkan tingkat kemampuan dan jenis kelaminnya. Satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Peneliti menjelaskan bahwa setiap siswa harus bertanggung jawab terhadap kelompoknya sendiri. Oleh karena itu, semua siswa dalam kelompok harus berpartisipasi dan bekerja sama dalam mengerjakan LKS. Setelah siswa sudah bergabung dengan kelompoknya, peneliti membagikan LKS kepada setiap kelompok untuk dikerjakan. Kondisi siswa pada siklus I ketika bergabung dengan kelompoknya masih sedikit gaduh, dan pada siklus II siswa bergabung dengan kelompoknya secara tertib dan tenang.

(6)

pada siklus II, semua anggota kelompok lebih aktif dalam mengerjakan LKS dan siswa juga telah mampu mengerjakan LKS dengan teman kelompoknya.

Selanjutnya pada fase evaluasi kegiatan yang dilakukan adalah peneliti menunjuk perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Peneliti meminta kepada masing-masing kelompok yang presentase tidak hanya menuliskan jawaban mereka di papan, melainkan memberikan penjelasan mengenai jawaban kelompok mereka, dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi. Kegiatan ini bertujuan agar siswa terbiasa untuk menyampaikan pendapatnya dan menanggapi pendapat dari siswa lainnya.

Kegiatan pada fase penghargaan kelompok peneliti memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok setelah mengikuti evaluasi. Peneliti memberikan penghargaan berupa pujian. Tujuan dari penghargaan ini adalah untuk lebih meningkatkan lagi motivasi belajar siswa. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penutup, pada langkah ini peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari. Setelah itu, peneliti memberi informasi kepada siswa bahwa pertemuan selanjutnya akan diadakan tes tentang materi yang baru saja dipelajari. Peneliti juga berpesan kepada siswa agar kembali mempelajari materinya di rumah. Akhirnya peneliti menutup kegiatan pembelajaran dengan meminta salah satu siswa mempimpin temannya untuk berdoa bersama, kemudian mengucapkan salam dan keluar dari ruangan.

Selanjutnya pada pertemuan kedua dari masing-masing siklus, peneliti memberikan tes akhir tindakan kepada siswa. Peneliti menghimbau kepada siswa untuk tidak bekerja sama saat menyelesaikan soal. Satu diantara soal yang diberikan pada siklus I adalah di suatu daerah terdapat 50 orang pedagang, 30 orang berjualan tas, 20 orang berjualan sepatu, dan 15 orang berjualan kedua-duanya.Tentukan: a) Berapa banyak orang yang berjualan tas atau sepatu? b) Gambarkan diagram Venn-nya?

Hasil analisis tes akhir tindakan siklus I, diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu yang mampu menyelesaikan soal cerita himpunan yang berkaitan dengan irisan dan gabungan serta menggambar diagram Venn. Namun, masih ada beberapa siswa yang keliru dalam menyelesaikan soal tersebut seperti jawaban YS. Pada Gambar 3, yaitu YS keliru dalam menuliskan simbol gabungan (YSTS102).

Gambar 3. Hasil Jawaban siswa YS

Untuk menelusuri jawaban siswa YS tersebut maka dilakukan wawancara. Berikut petikan hasil wawancara peneliti dengan siswa YS.

YSS101P: Coba lihat hasil pekerjaaanmu yang kemarin. (sambil memperlihatkan hasil tes). Untuk no. 2 yang bagian a yang ditanya irisan apa gabungan? Kenapa yang kamu cari irisan tapi rumus yang kamu gunakan itu untuk mencari gabungan. YSS202S: Yang saya cari memang gabungan ustadzah. Tapi saya salah menulis simbol

gabungan. Sudah saya kumpul baru saya ingat kalau saya keliru menuliskan simbol gabungan ustadzah.

YSTS101

YSTS102 YSTS103

(7)

Analisis tes akhir siklus I menunjukkan bahwa yang mampu menyelesaikan soal cara menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan, menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan serta menggambar diagram Venn yaitu adalah 16 orang siswa dan siswa yang belum mampu menyelesaikan soal cara menentukan banyaknya anggota irisan dua himpunan, menentukan banyaknya anggota gabungan dua himpunan serta menggambar diagram Venn yaitu adalah 4 orang siswa.

Soal yang diberikan pada tes akhir tindakan siklus II diantaranya: jika diketahui banyaknya kepala keluarga RT 02 adalah 75 orang. Diantara kepala keluarga ini yang berlangganan koran ada 50 orang, yang berlangganan majalah dan koran ada 10 orang. (a) Tentukan banyaknya kepala keluarga RT 02 yang berlangganan majalah atau koran (b) Tentukan banyaknya kepala keluarga RT 02 yang hanya berlangganan koran (c) Tentukan banyaknya kepala keluarga RT 02 yang hanya berlangganan majalah (d) Gambarkan diagram Venn yang menggambarkan kejadian di atas. Hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa siswa telah mampu menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan selisih dan komplemen sebagaimana terlihat pada gambar 4. Namun, masih ada siswa yang tidak menulis dengan lengkap nilai-nilai pada gambar diagram Venn. Seperti jawaban YS berikut.

Gambar 4. Hasil Jawaban siswa YS

Gambar 4 menunjukan jawaban YS kurang lengkap, karena YS tidak menuliskan nilai komplemen dari kedua himpunan ketika menggambar diagram Venn (YSTS202), sehingga ketika nilai pada diagram Venn dijumlahkan hasilnya tidak sama dengan n(S). Untuk menelusuri jawaban YS tersebut peneliti melakukan wawancara. Berikut petikan hasil wawancara peneliti dengan YS.

YSS201P : Ustadzah mau tanya jawaban kamu no. 2 bagian d perhatikan diagram Venn yang kamu buat (sambil menunjuk lembar jawaban).

YSS202S : Iya ustadzah, sudah betul yang saya buat it ustzdah. Sudah semua saya tulis. YSS203P : Yakin? Coba kamu jumlahkan nilai-nilai yang kamu tulis pada diagram Venn

sama tidak dengan n(S) yang diketahui dari soal? YSS204S : (sambil menulis di kertas) tidak ustadzah. Kurang 10

YSS205P : berarti ada yang kurang lengkap nilai yang kamu tulis dalam diagram Venn. Kamu tidak tulis komplemennya

YSS206S : Iya ustadzah, saya kira tidak perlu ditulis karena di soal tidak disuruh ustadzah. YSS207P : Iya, tapi tetap kamu harus tulis nilainya ketika menggambar diagram Venn agar

nilai yang kamu peroleh nantinya sesuai dengan n(S) yang diketahui dari soal. YSTS202

(8)

Analisis tes akhir siklus II diperoleh informasi bahwa siswa yang mampu menyelesaikan soal cara menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan dan cara menentukan banyaknya anggota komplemen dua himpunan adalah 15 orang siswa, dan siswa yang belum mampu menyelesaikan soal cara menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan dan cara menentukan banyaknya anggota komplemen dua himpunan adalah 3 orang siswa.

Selain wawancara, observasi juga dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang dinilai dalam observasi aktivitas guru pada siklus I dan siklus II antara lain:1) Mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar, 2) Menyampaikan informasi tentang subpokok bahasan yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 3) Memberi motivasi dengan mengaitkan konsep yang akan dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, 4) Menyajikan materi penerapan himpunan dalam kehidupan sehari-hari dengan tanya jawab, 5) Mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukann bebagai pertanyaan dan memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, 6) Mengkordinir siswa agar duduk sesuai dengan teman kelompoknya, 7) Menyampaikan tugas siswa dalam kelompok membagi LKS kepada setiap kelompok, 8) Membimbing dan mengarahkan kelompok dalam menyelesaikan LKS, 9) Berjalan mengontrol dan memberi bantuan seperlunya jika siswa mendapat kesulitan, 10) Meminta perwakilan tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan kelompok lain menanggapi, 11) Meminta siswa untuk membuat kesimpulan, 12) Memberi penghargaan kepada kelompok-kelompok sesuai dengan keberhasilannya, 13) Memberikan PR, 14) Menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam, 15) Efektivitas pengelolaan waktu, 16) Penampilan guru dalam proses pembelajaran. Diperoleh hasil observasi aktivitas guru yang dilakukan oleh pengamat yaitu aspek nomor 1, 2, 5, 8, 14, 16, 18 mendapatkan nilai 5 yaitu kategori sangat baik, aspek nomor 3, 7, 9, 11, 12, 13, 15 mendapatkan nilai 4 yaitu kategori baik, sedangkan aspek nomor 4, 6, 10, 17 mendapatkan nilai 3 yaitu kategori cukup. Dari hasil observasi aktivitas guru diperoleh data hasil penelitian aktivitas guru yang dilakukan pengamat berada pada kategori baik dan nilai rata-rata (NR) sebesar 75. Untuk siklus II Diperoleh hasil observasi aktivitas guru yang dilakukan oleh pengamat yaitu aspek nomor 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 14, 15, 16, 18 mendapatkan nilai 5 yaitu kategori sangat baik, aspek nomor 3, 5, 12, 17 mendapatkan nilai 4 yaitu kategori baik. Hasil penelitian aktivitas guru yang dilakukan pengamat berada pada kategori sangat baik dan nilai rata-rata (NR) sebesar 91.

(9)

mendapatkan nilai 4 yaitu kategori baik, dan aspek nomor 6 dan 9 mendapatkan nilai 3 yaitu kategori cukup. Hasil ini menunjukkan aktivitas siswa berada pada kategori baik dan mendapat nilai rata-rata (NR) sebesar 52. Untuk siklus II, Hasil observasi aktivitas siswa yaitu aspek nomor 1, 2, 6, 7, 8, 9, 13, 15 mendapatkan nilai 5 yaitu sangat baik, sedangkan aspek nomor 3, 4, 5, 10, 11, 12, 14 mendapatkan nilai 4 yaitu kategori baik. Hasil ini menunjukkan aktivitas siswa berada pada kategori sangat baik dan mendapat nilai rata-rata (NR) sebesar 68.

PEMBAHASAN

Sebelum melaksanakan tindakan peneliti terlebih dahulu memberikan tes awal kepadasiswa yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap materi prasyarat siswa tentang penerapan himpunan serta untuk membentuk kelompok-kelompok belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutrisno (2012) yang menyatakan bahwa pelaksanaan tes sebelum perlakuan dilaksanakan untuk mengetahui pemahaman awal siswa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013)

Kegiatan pada pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan pembelajaran melalui tiga tahap yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam pelaksanaannya peneliti menerapkan fase-fase model pembelajaran kooperatif tipe STAD

yaitu: 1) menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2) penyajian materi pembelajaran, 3) pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4) pembimbingan kelompok dalam bekerja dan belajar, 5) evaluasi dan 6) penghargaan kelompok. Beberapa ahli mengatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya Isjoni (2010).

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dan siklus II dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang diawali dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama, dan mengecek kehadiran siswa. Peneliti juga menyampaikan dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, maka siswa dapat mengetahui tujuan kegiatan pembelajaran sehingga siswa terarah dalam belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Prawiradilaga (2009) bahwa menjelaskan tujuan yang akan mereka peroleh dari penyajian materi nanti sangat diperlukan pembelajar karena mereka akan belajar lebih terarah.

(10)

perlu memahami dulu konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B.

Kegiatan inti dimulai pada fase penyajian materi, peneliti menjelaskan materi kepada seluruh siswa serta memberikan contoh soal. Peneliti menyampaikan materi cara menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan kepada seluruh siswa dan melakukan tanya jawab kepada siswa. Melalui penyampaian materi, akan membantu siswa dalam menyelesaikan LKS.

Selanjutnya kegiatan pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, peneliti mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang heterogen berdasarkan tingkat kemampuan dan jenis kelaminnya. Pembagian kelompok ini bertujuan agar mempermudah siswa berinteraksi dengan siswa yang lainnya untuk bertukar pendapat dan bekerjasama dengan siswa lain di dalam kelompoknya. Hal ini sejalan dengan pendapat Karim (2011) bahwa dengan adanya pembagian kelompok maka akan mempermudah siswa melakukan aktivitas pembelajaran, karena siswa dapat berinteraksi dengan siswa lainnya. Selanjutnya peneliti membagikan LKS untuk setiap kelompok.

Fase selanjutnya adalah pembimbingan kelompok dalam bekerja dan belajar. Kegiatan yang dilakukan siswa yaitu mengerjakan LKS yang telah dibagikan oleh peneliti secara berkelompok. Peneliti memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Hal ini sejalan dengan pendapat Apriyanti (2011) bahwa ketika siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan, guru memberikan bantuan kepada anak tersebut dan mengurangi bantuan tersebut setelah anak dapat melakukannya. Pada siklus I ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam menentukan anggota irisan, sehingga peneliti membimbing dan memberi bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dalam menentukan banyaknya anggota irisan dengan cara menjelaskan rumus untuk menentukan irisan dua himpunan.

Kemudian pada fase evaluasi, peneliti meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka dan meminta kepada kelompok yang presentasi agar tidak hanya menuliskan jawabannya di papan tulis tetapi memberikan penjelasan mengenai jawaban kelompok mereka. Selanjutnya, meminta kelompok lain untuk menanggapi hasil presentasi temannya. Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa untuk mengemukakan pendapatnya mengenai jawaban yang diberikan temannya sehingga hal yang dipelajari lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang menyatakan perlunya pembiasaan untuk memberikan tanggapan terhadap jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga yang dipelajari siswa menjadi lebih bermakna.

Kegiatan pada fase penghargaan kelompok, peneliti memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok setelah evaluasi. Penghargaan yang peneliti berikan berupa predikat kelompok dan pujian. Penghargaan bertujuan untuk lebih meningkatkan lagi motivasi siswa dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Natalia (2014) bahwa penghargaan dapat menjadi suatu alat dalam motivasi belajar bagi anak didik.

Kegiatan penutup, peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa membuat rangkuman/simpulan pelajaran. Pada siklus I dan siklus II masing-masing siswa telah bisa untuk memberikan kesimpulan dengan baik.

(11)

menggambarkan diagram Venn. Pada siklus II, hasil tes menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menyelesaikan soal cara menentukan banyaknya anggota selisih dua himpunan dan cara menentukan banyaknya anggota komplemen dua dengan benar.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa pada siklus I berada dalam kategori baik. Sedangkan pada siklus II, aktivitas guru dan aktivitas siswa berada pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas peneliti sebagai guru dan aktivitas siswa telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan.

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat dikatakan bahwa indikator keberhasilan tindakan dan aktivitas belajar telah tercapai dan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut tercapai karena dalam pembelajaran diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada materi penerapan himpunan di kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII MTs. Alkhairaat Pusat Palu pada materi penerapan himpunan mengikuti langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut: fase 1) penyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, fase 2) penyajian materi pembelajaran, 3) pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4) pembimbingan kelompok dalam bekerja dan belajar, 5) evaluasi dan 6) pemberian penghargaan kelompok.

Kegiatan pada fase penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa penenliti menyampaikan tujuan pembelajaran secara lisan dan memotivasi siswa untuk bersemangat dan terlibat aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pada fase penyajian materi peneliti memberikan penjelasan dan contoh sebelum siswa mengerjakan LKS. Kegiatan pada fase pengorganisasian siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar penenliti membentuk kelompok belajar dengan anggota yang heterogen. Kegiatan pada fase pembimbingan kelompok dalam bekerja dan belajar peneliti membimbing siswa yang mengalami kesulitan saat mengerjakan LKS. Selanjutnya pada fase evaluasi peneliti memberi kesempatan kepada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Kemudian pada fase pemberian penghargaan kelompok, peneliti memberikan penghargaan kepada setiap kelompok. Kemudian kegiatan selanjutnya peneliti membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari kemudian menutup kegiatan pembelajaran.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan disarankan bagi guru, peneliti maupun para pemerhati pendidikan yang ingin melakukan penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, R. (2011).Pengaruh Metode Penemuan dengan Menggunakan Tekhnik Scaffolding Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas.Negeri.Jakarta:.diterbitkan.. [Online]..Tersedia:. http// respository uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/2636. [20 Oktober 2016].

Barlian,.I..(2013)..Begitu.Petingkah.Strategi.Belajar.Mengajar.Bagi.Guru?..Jurnal.Forum.Sosial.

[Online],.Vol..6.No..1..Tersedia:.http://eprints.unsri.ac.id/2268/2/isi. pdf. [16 April 2016].

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Eminingsih. (2010). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Pada Siswa Kelas VII E SMP Negeri 3 Batang. Jurnal Pendidika.[Online].Tersedia:http://jornal.unnes.ac.id/nju/index.php/LIK/article/download /2703/2768. [28 Oktober 2016].

Esmawati..(2010).,Penerapan,Pembelajaran,Kooperatif,tipe,STAD,untuk,Meningkatkan.Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 5 Rengat. Jurnal Pendidikan dan,,Pengajaran..[Online]..Tersedia: http://digilib.uir.ac.id/dmdocuments/mtk,esmawa ti.pdf. [28 Oktober 2015].

Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Isjoni, (2010). Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta.

Karim, A. (2011). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar., Jurnal ,Pendidikan., [Online], Edisi,khusus, No., 1., Tersedia:, http:// jurnal.upi.edu/file/3-Asrul_Karim.pdf. [16 Oktober 2016].

Kemmis,,S,dan,Mc,Taggart,,R.,(2013).,The,Action,Research,Planner:Doing,Critical,Participator y Action,Research.,Singapura:,Springer,Sience [Online]., Tersedia:, https:// books. google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kemmis+and+mcta ggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and%20mctaggart&f=fals e.,[23 April 2016].

Miles, M dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tantang Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi. Jakarta:UI Press.

Marsih. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang Soal Cerita Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan. [Online]. Tersedia: http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index. php/pgsdkebumen/article/download/1551/1137. [28 Oktober 2015].

Natalia. (2014). Pengaruh Pemberian Penghargaan oleh Guru Ekonomi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X MAN 2 Pontianak. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. [Online], Vol. 3 No. 6. Tersedia: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/ view/5823. [20Agustus 2016].

Prawiradilaga, D. S. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

(13)

Vol.,1,,No.,1,,225238.,Tersedia: http://jurnal.,fmipa.,unila.,ac.,id/index.,php/semirata/ article/view/882/701. [20 Oktober 2016].

Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran Dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika. [Online] Vol. 2 (1), 16 halaman [http://fkip.unila.ac.id/ojs/journals/II/ JPMU Vol1No4/016-Sutrisno.pdf] [16 Oktober 2016].

Gambar

Gambar 2. Hasil Jawaban siswa FB
Gambar 3. Hasil Jawaban siswa YS
Gambar 4. Hasil Jawaban siswa YS

Referensi

Dokumen terkait

Berita Acara Evaluasi Dokumen Kualifikasi nomor : Nomor : 08 / II / 2014 / PBJ Har Kapal / Dit Polair tanggal 20 Februari 2014 tentang hasil evaluasi calon penyedia jasa

Untuk jenis surat perjanjian tertentu, persyaratan lainnya bisa berlaku spesifik. Syarat perjanjian biasanya memuat tentang kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi

[r]

 Apakah penggunaan surat order yang diotorisasi akan memperbaiki salah saji penjualan kepada costumer yang tidak semestinyac. Otorisasi

[r]

NAMA : HUSNA HIDAYATI NIM : 1700017034 ASISTEN : SULTONIYAH.

(1) Setiap orang untuk memiliki SIPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a harus mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal yang memuat:.. tanggal dan waktu

Prediksi sedimentasi yang terjadi pada waduk dilakukan dengan memperhitungkan besar laju sedimentasi berdasarkan metode perhitungan analitik, namun untuk mempermudah