• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Sebagai Bahan Alternatif Irigasi Saluran Akar Terhadap Porphyromonas gingivalis (In Vitro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Sebagai Bahan Alternatif Irigasi Saluran Akar Terhadap Porphyromonas gingivalis (In Vitro)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu tujuan dari perawatan endodonti adalah mencegah dan menghilangkan periodontitis apikalis. Periodontitis apikalis merupakan proses inflamasi jaringan periradikular yang disebabkan oleh bakteri pada saluran akar yang terinfeksi. Oleh karena itu, keberhasilan perawatan endodonti sangat bergantung pada eliminasi bakteri dari dalam saluran akar. Salah satu prosedur dalam perawatan endodontiuntuk mengeliminasi bakteri dari saluran akar adalah melakukan preparasi dengan teknik kemomekanis yang merupakan kombinasi preparasi secara mekanis dan irigasi saluran akar dengan bahan yang mengandung antibakteri.17

Namun, terdapat dua tantangan yang mempengaruhi prosedur ini, yaitu anatomi saluran akar dan keberadaan bakteri di saluran akar.Tantangan yang berasal dari anatomi saluran akar terbagi menjadi kompleksitas sistem saluran akar, struktur dentin, dan komponen-komponen dentin. Saluran akar merupakan ruang tertutup yang kompleks dengan bentuk yang berliku-liku dan adanya konstriksi apikal. Lebih dari 35% permukaan saluran akar tidak tersentuh saat instrumentasi secara konvensional.Sistem saluran akar terbagi menjadi dua bagian, yaitu kamar pulpa dan saluran akar. Selain itu, terdapat pula kanal aksesori terdiri dari kanal lateral dan kanal furkasi yang memiliki ukuran lebih kecil dari saluran akar utama dan terhubung ke periodonsium. Penelitian Zolty et al menunjukkan kegagalan perawatan endodonti salah satunya diakibatkan oleh kanal aksesori yang terinfeksi kembali, hal ini dikarenakan oleh ukuran yang kecil dan letak kanal aksesori yang sering ditemukan pada seperti apikal akar sulit untuk dijangkau oleh bahan irigasi.33

(2)

irigasi saluran akar karena bahan irigasi harus memiliki tegangan permukaan yang rendah untuk masuk ke dalam tubulus dentin tersebut.33Tantangan yang kedua adalah keberadaan bakteri dalam saluran akar, bakteri tidak hanya berada dalam bentuk koloni, agregasi, dan ko-agregasi, tetapi juga dapat membentuk biofilm yang lebih sulit untuk disingkirkan.Salah satu bakteri yang sering ditemukan pada infeksi endodonti adalah Porphyromonas gingivalis.6Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan bahan alami sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar, salah satunya adalah biji alpukat.Ekstrak etanol biji alpukat diharapkan mampu dikembangkan sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar dengan sifat antimikroba yang maksimal dan tidak toksik terhadap jaringan apikal.

2.1 Penggunaan BahanIrigasi Saluran Akar

Penggunaan bahan irigasi merupakan bagian penting dalam perawatan endodonti.18Irigasi saluran akar memiliki tiga tujuan utama yaitu tujuan kimiawi, biologikal, dan mekanikal. Secara kimiawi irigasi saluran akar bertujuan untuk melarutkan jaringan organik dan anorganik, mencegah pembentukan smear layer saat melakukan preparasi dan melarutkan smear layer jika terbentuk. Tujuan biologikal dari irigasi saluran akar berkaitan dengan efek antiseptik dan nontoksiknya seperti memiliki kemampuan untuk melawan bakteri fakultatif anaerob (planktonik dan

biofilm), kemampuan menginaktivasi endotoksin, dan bersifat nontoksik. Selain itu,

(3)

Gambar 1. Tindakan irigasi saluran akar34

2.2 Teknik Irigasi Saluran Akar

Teknik irigasi saluran dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu secara manual dan

machine-assisted irrigation. Teknik irigasi manual terbagi lagi menjadi manual agitation dan manual-dynamic irrigation. Teknik manual agitation merupakan teknik

konvensional yang paling sering digunakan. Teknik ini menggunakan syringe dan jarum untuk menyalurkan bahan irigasi ke dalam saluran akar baik secara pasif atau melakukan agitasi dengan menggerakkan jarum naik turun pada ruang saluran akar tanpa mengenai dinding saluran akar. Hal ini memungkinkan untuk melakukan kontrol kedalaman jarum dan volume bahan irigasi saat masuk ke saluran akar. Namun, semakin dekat ujung jarum dengan bagian apikal, semakin besar kemungkinan ekstrusi bahan irigasi ke dalam saluran akar. Teknik manual-dynamic menggunakan gutta-percha master cone yang digerakkan naik turun 2-3 mm gerakan pendek di dalam saluran akar yang telah diinstrumentasi, hal ini dilakukan untuk menghasilkan efek hidrodinamis dan terjadi pertukaran bahan irigasi yang signifikan.35

(4)

dan jenis jarum yang digunakan untuk irigasi saluran akar juga bervariasi. Awalnya jarum ukuran besar (21-25G) lebih sering digunakan dalam tindakan irigasi, namun karena sulit untuk berpentrasi ke bagian bawah sepertiga koronal saluran akar maka digunakan jarum dengan ukuran yang lebih kecil (28G, 30G, 31G) yang dapat menjangkau hingga ke panjang kerja. Jenis jarum irigasi terbagi yaitu open end dan

closed end.Jarum open end terdiri dari flat, bevel, dan notched. Sedangkan jarum closed end terdiri dari side vented, double side vented dan multivented.36

Salah satu sistem terbaru dari machine-assisted irrigation technique adalah Endovac. Tujuan dari pengembangan sistem Endovac salah satunya agar dapat mengalirkan bahan irigasi secara aman dan dapat mencapai bagian apikal sehingga mampu berpenetrasi ke dalam saluran akar yang kompleks. Endovac menggunakan

negative-pressure yang dapat mengalirkan dan menyedot kembali bahan irigasi

saluran akar. Endovac terdiri dari 3 komponen yaitu Master Delivery Tip,

macrocannula, dan microcannula.Master Delivery Tip berfungsi untuk mengalirkan

bahan irigasi ke dalam saluran akar sekaligus mengatasi bahan irigasi yang berlebih yang keluar dari kamar pulpa. Macrocannula berfungsi untuk menyingkirkan debris

Gambar 2. Jenis-jenis jarum irigasi open end: a. flat, b.

bevel,c. notcheddan closed end: d. side vented, e. double side vented, dan f.multivented36

(5)

kasar dan jaringan pulpa yang tertinggal setelah preparasi pada bagian koronal dan tengah saluran akar. Microcannula berfungsi untuk mengangkat debris hingga ke bagian apikal. Penggunaan macrocannula dan microcannula dapat menimbulkan aliran bahan irigasi baru yang konstan ke dalam saluran akar.35

2.3 Bahan Irigasi saluran akar 2.3.1Sodium Hypochlorite(NaOCl)

Dalam bidang endodontiNaOCl pertama diperkenalkan pada tahun 1919 oleh Gutheridge.22NaOCl bahan irigasi yang paling sering digunakan dalam perawatan saluran akar.6,21Biasanya NaOCl digunakan dalam bentuk larutan pada konsentrasi 0,5%-5,25%.22 Namun, saat ini ada juga yang menggunakan hingga konsentrasi 6%. NaOCl memiliki aktivitas antimikroba yang sangat baik dan bersepektrum luas. NaOCl mampu membunuh bakteri dengan cepat bahkan pada konsentrasi terendah.Daya kerja antibakterinya didapatkan melalui beberapa cara antara ain dengan melepaskan oksigen bebas yang bergabung dengan sel protoplasma sehingga merusak sel, kombinasi Cl2 dengan sel membran membentuk N-chlorocompound

yang akan mengganggu metabolisme sel, kerusakan sel secara mekanis oleh Cl2 dan

oksidasi Cl2 pada enzim sehingga menghambat kerja enzim dan berakibat pada

kematian sel.21

Selain itu, NaOCl mampu menghilangkan debris, sisa-sisa jaringan lunak, dan dapat berperan sebagai pelumas.6,21 Namun, NaOCl memiliki beberapa kekurangan seperti bau yang tidak enak, bersifat toksik terhadap jaringan periodonsium jika ekstrusi ke bagian apikal, dan tidak mampu menghilangkan smear

(6)

NaOCl juga dapat mengganggu polimerisasi sealer berbahan resin karena dapat mengoksidasi kolagen dan komponen matriks lainnya pada dinding dentin sehingga mengganggu polimerisasi resin tersebut.37

2.3.2Ethylenediaminetetraacetic acid(EDTA)

EDTA pertama kali diperkenalkan dalam perawatan akar oleh Naygaard-Østby dengan tujuan untuk melunakkan dentin sehingga preparasi saluran akar lebih mudah. EDTA biasa digunakan pada bentuk gel ataupun larutan.22Konsentrasi yang biasa digunakan adalah 15-17%.21 Kandungan chelating agent pada EDTA berfungsi untuk menghilangkan smear layer dan melebarkan saluran akar. Hal ini dikarenakan EDTA mampu mendemineralisasi dentin dan menurunkan tegangan permukaan dinding saluran akar. EDTA juga merupakan bahan irigasi yang sangat biokompatibel.6 Namun, EDTA hampir tidak memiliki sifat antimikroba sehingga penggunaan EDTA akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan NaOCl.22 Selain itu, paparan dentin terhadap EDTA yang berkepanjangan dapat menyebabkan dentin menjadi lemah sehingga meningkatkan resiko terjadinya perforasi saat preparasi dengan instrumentasi.6

2.3.3Chlorhexidine (CHX)

(7)

irigasi yang utama karena tidak mampu melarutkan jaringan nekrotik, tidak mampu menyingkirkan smear layerataupun menetralisir lipopolisakarida dan kurang efektif melawan bakteri gram negatif.6,2

2.3.4 The Mixture of Tetracycline and Disinfectant(MTAD)

MTAD merupakan campuran antara tetrasiklin (doksisiklin 3%), citric acid (4,25%), dan deterjen (Tween 80 0,5%).6MTAD pertama kali diperkenalkan oleh Torabinejad et al sebagai alternatif dari EDTA untuk mengangkat smear layer. Pada saat melakukan preparasi, kandungan asam sitrat pada MTAD membantu untuk mengangkat smear layer. Ketika smear layer telah terangkat dan tubulus dentin terbuka, doksisiklin pada MTAD akan masuk ke tubulus dentin dan mengeluarkan efek antibakterinya.18Kemampuan untuk menghilangkan smear layer MTAD akan bertambah jika digunakan bersamaan dengan NaOCl pada saat preparasi mekanis.6Selain itu, MTAD memiliki sitotoksisitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan NaOCl 5,25% dan EDTA.20Namun, beberapa penelitian memperlihatkan kandungan antibiotik pada MTAD dapat menyebabkan stain pada gigi. Selain itu, beberapa bakteri yang ditemukan pada saluran akar tidak tertutup kemungkinan akan resisten terhadap antibiotik tetrasiklin yang terkandung di dalam MTAD.6

2.4Biofilmpada Infeksi Saluran Akar

Bakteri pada infeksi saluran akar tidak hanya tumbuh sebagai sel planktonik, agregat, ataupun koagregat tetapi juga dapat membentuk suatu biofilm.4Biofilm dapat

didefinisikan sebagai komunitas mikrobial multiseluler yang memiliki karakteristik melekat pada suatu permukaan dan ditutupi oleh matriks substansi polimer ekstraseluler (EPS).5Biofilm terdiri atas mikrokoloni sel-sel bakteri (15%) yang

(8)

radiasi ultraviolet, perubahan pH, dan osmotic shock. Selain itu, EPS juga berperan dalam mengatur zat yang masuk dan keluar dari dalam sel bakteri.1,4

Kemampuan untuk membentuk biofilm merupakan salah satu faktor virulensi dari bakteri. Bakteri dapat membentuk biofilm pada semua permukaan yang mengandung cairan nutrisi. Pembentukan biofilm diawali dengan proses adsorpsi molekul organik dan anorganik pada permukaan dinding saluran akar yang menghasilkan lapisan disebut conditioning layer. Pada tahap kedua terjadi perlekatan bakterike conditioning layer (adhesi) dan tahap ketiga terjadi pertumbuhan sel bakteri pada conditioning layerdan perluasan biofilm ke permukaan dinding saluran akar lainnya. Pada proses ini, bakteri yang awalnya hanya terdiri dari satu lapisan akan mengikat bakteri lain sehingga terbentuk mikrokolonisebagai tahap akhir pembentukan biofilm.1Bakteri pada biofilm memperoleh nutrisi dari jaringan nekrosis, cairan jaringan, dan eksudat inflamasi yang merupakan sumber utama karbon, nitrogen, garam, dan energi bagi bakteri.3

Bakteri pada biofilm memiliki kemampuan untuk saling berkomunikasi, bertukar materi genetik, dan juga memperoleh sifat-sifat baru. Komunikasi dalam

biofilm terdiri dari dua jenis yaitu komunikasi intraspesies dan antar

spesies.Komunikasi intraspesies dapat terjadi melalui sinyal molekul yang disebut

quorum sensing. Quorum sensing diperantarai oleh molekul dengan berat rendah

(9)

dimana pada konsentrasi yang cukup dapat merubah aktivitas metabolik dari sel bakteri tetangganya dan mengkoordinasikan fungsi sel-sel bakteri yang berada pada

biofilm. Quorum sensing juga mampu mengatur properti bakteri seperti faktor

virulensi dan penggabungan DNA ekstraseluler.1,38

Penelitian menunjukkan bahwa mikroorganisme pada biofilm 1000-1500 kali lebih resisten terhadap antimikroba.11Hal ini dikarenakan bakteri dalam bentuk

biofilm memiliki virulensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bakteri dalam

bentuk planktonik sehingga bakteri tersebut lebih sulit untuk dieliminasi dari saluran akar dan bertanggung jawab dengan terjadinya infeksi pulpa kronis.1

2.5Porphyromonas gingivalis sebagai bakteri pada infeksi saluran akar dengan lesi endo-perio

Bakteri merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pulpa dan periapikal.1Lebih dari 90% saluran akar yang terinfeksi didominasi oleh bakteri obligat anaerob dalam bentuk polimikrobial.2 Bakteri obligat anaerob yang sering ditemukan antara lain Actinomyces, Campylobacter, Eubacterium, Lactobacillus,

PeptostreptococcusFusobacterium, Porphyromonas, Prevotella, Selenomonas,

Streptococcus, dan Veilonella.3 Black pigmented bacteria (BPB) merupakan bakteri

yang sering ditemukan pada infeksi saluran akar primer, seperti Prevotella dan

Porphyromonas.4

Bakteri Porphyromonas gingivalisadalah bakteri golongan

Porphyromonas,gram negatif obligat anareob, berpigmen hitam,asaccharolytic,

(10)

Berdasarkan taksonominya, Porphyromonas gingivalis diklasifikasikan sebagai berikut:39

Kingdom : Bacteria Filum : Bacteroidetes Ordo : Bacteroidales

Famili : Porphyromonadaceae Genus : Porphyromonas

Spesies : Porphyromonas gingivalis

Porphyromonas gingivalis ditemukan sebanyak 10%-15,2% pada penelitian

degnan metode kultur pada infeksi saluran akar primer. Sedangkan pada penelitian menggunakan metode PCR ditemukan Porphyromonas gingivalis dengan prevalensi 28%-43,3%.4,9,10Persentase Porphromonas gingivalis pada infeksi endodonti primer lebih tinggi dibandingkan pada infeksi endodonti sekunder. Hal ini dibuktikan pada penelitian Kipalev dkk (2014) menggunakan metode PCR menemukan

Gambar 4. Morfologi bakteri Porphyromonas

gingivalispada gambaran TEM. R:

(11)

Porphyromonas gingivalis sebanyak 54.2% pada infeksi saluran akar primer dan

45,7% pada infeksi saluran akar sekunder.11

Porphyromonas gingivalis merupakan bakteri yang dominan ditemukan pada

periodontitis.7Penelitian menunjukkan keberadaan bakteri ini mencapai 85% pada daerah yang mengalami periodontitis dan pada daerah yang sehat hanya ditemukan dalam jumlah yang sedikit.40 Menurut Simring dan Goldberg (1964) penyakit jaringan pulpa dan periodontal memiliki hubungan yang erat sehingga digunakanlah istilah lesi endo-perio untuk mendeskripsikan lesi yang sering ditemukan dengan derajat yang bervariasi pada jaringan pulpa dan periodontal.8 Penelitian menunjukkan terdapat persamaan antara bakteri yang terdapat pada periodontitis dan penyakit jaringan pulpa, salah satunya Porphyromonas gingivalis.15

Prevalensi Porphyromonas gingivalis dengan berbagai bentuk lesi periapikal menunjukkan angka yang cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan Lačevic S et al

(2015) menunjukkan Porphyromonas gingivalis pada gigi dengan infeksi saluran akar primer dengan periodontitis apikalis yaitu 53% pada poket periodontal dan 70% saluran akar yang terinfeksi.12Selain itu, penelitian Loo T et al (2009) menemukan

Porphyromonas gingivalis pada infeksi saluran akar primer yang disertai

periodontitis apikalis kronis sebesar 39,5%.13

Bakteri Porphyromonas gingivalis, Treponema denticola,dan Tannerella

forsythia termasuk dalam kelompok bakteri red complex yang mendominasi poket

periodontal dan berperan dalam perkembangan periodontitis.7Selain itu, penelitian menunjukkan bakteri red complex juga ditemukan pada infeksi saluran akar dengan lesi endo-perio. Penelitian yang dilakukan oleh Selcuk dan Ozbek (2010) menemukan bakteri red complex 84% pada kasus abses periapikal akut dengan persentase bakteri

Porphyromonas gingivalis sebanyak 43,7%. Selain itu, Rôças et al (2001)

menemukan 33 dari 50 gigi dengan nekrosis pulpa yang disertai lesi periapikal terdapat setidaknya satu bakteri dalam kelompok red complex.15

Kolonisasi Porphyromonas gingivalis dengan bakteri lain membentuk biofilm dapat meningkatkan keparahan infeksi saluran akar. Keberadaan Porphyromonas

(12)

masing-masing 43% dan 28% sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit periapikal dan abses akut yang disertai dengan rasa sakit dan pembengkakan.4,14Penelitian lain menunjukkan infeksi silangPorphyromonas gingivalis dan Bacteroides forsythus saluran akar dapat meningkatkan keparahan periodontitis apikalis kronis.13 Selain itu, studi in vivo yang dilakukan terhadap tikus menunjukkan resiko terjadinya flare-up

endodonticpada saluran akar yang terinfeksi oleh Enterococcus faecalis dan Porphyromonas gingivalis.1

Kemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan penyakit disebut patogenisitas, sedangkan derajat patogenisitas mikroorganisme disebut virulensi. Faktor virulensi yang berkontribusi terhadap patogenisitas terdiri dari produk, komponen struktural, ataupun strategi-strategi yang dimiliki oleh mikroorganisme tersebut. Faktor virulensi bakteri terdiri dari komponen seluler struktural dan produk-produk yang dihasilkan. Strategi-strategi bakteri yang terlibat dalam patogenisitas termasuk diantaranya kemampuan untuk berkoagregasi dan pembentukan biofilm yang melindungi bakteri dari sistem pertahanan tubuh dan agen antimikroba.29

Porphyromonas gingivalis memiliki faktor-faktor virulensi meliputi

lipopolisakarida, fimbria, kapsul, gingipain, outer membrane vesicle, proteinase, fibrinolisin, fosfolipase, asam fosfatase, DNase, hialuronidase, chondroitin sulfatase, hemolisin, metabolit, dan heat-shock proteins.16Faktor-faktor virulensi ini dapat memicu mekanisme pertahanan tubuh yang mengarah kepada kerusakan jaringan.7

Lipopolisakarida (LPS) merupakan bagian dari dinding sel bakteri gram negatif yang juga disebut dengan endotoksin. LPS terbagi atas hidrofilik polisakarida dan hidrofobik glikolipid yang disebut juga Lipid A. Hidrofilik polisakarida terdiri atas

O-antigent dan core oligosaccharide. LPS dapat memicu reaksi sistem imun jika

dilepaskan dari membran sel saat bakteri mengalami multiplikasi ataupun saat bakteri tersebut mati. 16

Beberapa efek biologis yang ditimbulkan LPS yaitu:16

(13)

oksida, dan oxygen derived free radical yang merupakan mediator inflamasi dan mampu memicu resorpsi tulang.

2. Mengaktifkan sistem komplemen yang dapat melakukan opsonisasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.

3. Menstimulasi diferensiasi osteoklas dan resorpsi tulang.

4. Keberadaan LPS juga dikaitkan dengan adanya nyeri pulpa, inflamasi periapikal, pengaktifan komplemen kerusakan tulang.

5. LPS pada infeksi saluran akar lebih banyak pada gigi periodontitis apikalissimptomatis, kerusakan tulang periradikular, ataupun pada gigi dengan eksudat yang persisten.

Fimbria merupakan makromolekul berfilamen yang banyak ditemukan pada permukaan bakteri gram negatif.1 Pada satu sel bakteri terdiri dari 10 hingga 1000 fimbria yang terdistribusi pada seluruh permukaan, tetapi pada beberapa bakteri fimbria hanya terletak pada satu permukaan saja. Fimbria berfungsi untuk melakukan perlekatan ke sel host dan bakteri lain melalui reseptor spesifik. Selain itu, fimbria juga terlibat dalam pengeluaran sitokin oleh sel makrofag seperti IL-1α, IL-1β, IL-6, CXCL-8, dan TNF-α.16

Kapsul merupakan lapisan luar pada dinding sel bakteri yang pada umumnya tersusun oleh polisakarida. Kapsul berfungsi untuk melindungi bakteri dari kekeringan,fagositosis, virus bakteri, dan bahan-bahan hidrofobik yang toksik seperti deterjen. Keberadaan kapsul pada bakteri BPB merupakan salah satu faktor yang membuat bakteri tersebut persisten di dalam saluran akar karena mampu menghindari atau bertahan hidup setelah difagositosis.1

Gingipain merupakan kelompok dari enzim cysteine protease pada permukaan Porphyromonas gingivalisyang berperan 85% dari aktivitas proteolitiknya.Gingipain

terdiri dari arginine-specific proteinase(Arg-X) dan lysine-specific proteinase(Lys-X). Arg-X terdiri dari dua jenis yaitu RgpA dan RgpB, sedangkan Lys-Xadalah Kgp.

Gingipain berperan dalam melindungi Porphyromonas gingivalis dengan cara

(14)

komplemendari antibakterial. Selain itu, gingipain juga berperan dalam pelepasan mediator inflamasi seperti IL-1α, IL-1β, dan IL-18.40

Outer membrane vesicle(OMV)merupakan struktur kecil yang terbentuk dari

permukaan membran luar yang dilepaskan pada saat pertumbuhan bakteri. OMV mampu mengatur interaksi dengan sel tetangga (ko-ageragasi) dan menangkap

lytic-enzymes untuk menghancurkan molekul besar dan impermeable agar dapat masuk ke

dalam sel bakteri serta menangkap enzim yang menyebabkan bakteri resisten terhadap antibiotik. Lipoprotein biasanyaterlihat pada dinding sel bakteri gram negatif dan bertanggungjawab untuk menjangkarkan membran luar bakteri ke lapisan peptidoglikan. Lipoprotein terlibat dalam pelepasan IL-1β, IL-6, IL-12 dan TNF-α oleh makrofag.16

2.6 Penggunaan Bahan Alami dalam Bidang Endodonti

(15)

2.7 Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.)

Berdasarkan taksonominya Persea americana Mill. diklasifikasikan sebagai berikut:42

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Ranales

Famili : Lauraceae Genus : Persea

Spesies : Persea americana Mill.

Gambar 5. Biji dan buah alpukat (Persea americana Mill.)42

Persea americana Mill.merupakan salah satu spesies dari 150 varietas buah pir

(16)

berwarna hijau dan bunga berjenis kelamin tunggal.23,27 Daun alpukat (Persea

americanaMill.) memiliki panjang 7-41 cm dengan bentuk yang bervariasi mulai dari

bentuk elips hingga oval. Bunga dari buah alpukat (Persea americana Mill.) memiliki warna hijau kekuningan dengan diameter 1-1,3 cm. Satu buah alpukat (Persea americanaMill.) bisa memiliki berat hingga 2,3 kg.Persea americana Mill.Memiliki sebutan yang berbeda-beda pada setiap negara. Di Indonesia disebut dengan alpukat atau avokad, di Inggris disebut avocado, di Filipina disebut avocado, di Malaysia disebut apukado atau avocado, di Spanyol disebut pagua, di Thailand disebut awokado, di Khmer disebut avôkaa, di Vietnam disebut bo ataulê dâù dan di Jerman disebut Alligatorbirne atau Avocadobirne.43

Buah alpukat (Persea americana Mill.) dapat tumbuh subur di Indonesia dan merupakan salah satu jenis buah yang digemari masyarakat karena selain rasanya yang enak juga memiliki kandungan antioksidan yang tinggi.28 Semua bagian dari buah alpukat (Persea americana Mill.)mulai dari buah, daun, dan biji memiliki berbagai manfaat medis. Pada pengobatan tradisional daun alpukat (Persea

americanaMill.) biasanya digunakan unruk mengobati nyeri saraf, nyeri lambung,

menurunkan tekanan darah dan mengobati batu ginjal. Penelitian yang dilakukan Adayemi et al (2002) melaporkan daun alpukat (Persea americanaMill.) memiliki aktivitas antiinflamasi dan analgesik. Penelitian in vitro menunjukkan buah alpukat (Persea americana Mill.) mampu menghambat pertumbuhan sel penyebab terjadinya kanker prostat.28,30

Gambar 6. Pohon buah alpukat (Persea

(17)

2.7.1 Senyawa Fitokimia Biji Alpukat (Persea americana Mill.)

Biji alpukat (Persea americana Mill.) diketahui memiliki senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, saponin, tanin, dan steroid yang berperan sebagai antibakteri dengan mekanisme yang berbeda sebagai berikut:31,32,44,45

a. Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang diproduksi oleh tumbuhan ketika terjadi infeksi mikroba. Mekanisme flavonoid sebagai antimikroba dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel, dan menghambat metabolisme energi. Mekanisme antibakteri flavonoid dalam menghambat sinstesis asam nukleat adalah cincin A dan B yang memegang peranan penting dalam proses interkalasi atau ikatan hydrogen dengan menumpuk basa asam nukleat yang menghambat pembentukan DNA dan RNA. Dalam menghambat fungsi membran sel flavonoid dapat membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut sehingga merusak membran sel bakteri dan diikuti dengan keluarnya senyawa intraseluler. Flavonoid dalam menghambat metabolisme energi adalah dengan cara menghambat penggunaan oksigen oleh bakteri yang dibutuhkan untuk biosintesis makromolekul.

b. Saponin merupakan zat yang mempunyai sifat seperti sabun yang dapat melarutkan kotoran. Mekanisme kerja saponin sebagai antibakteri yaitu dapat menyebabkan kebocoran protein dan enzim dari dalam sel. Saponin dapat menjadi antibakteri karena zat aktif permukaannya mirip detergen, akibatnya saponin akan menurunkan tegangan permukaan dinding sel bakteri dan merusak permbeabilitas membran sehingga sitoplasma keluar dari sel yang mengakibatkan kematian sel. Selain itu, karena sifatnya seperti deterjen saponin juga mampu melarutkan debris organik dan anorganik (smear layer) pada dentin.

(18)

untuk menginaktifkan adhesion sel mikroba, menginaktifkan enzim, dan mengganggu transport protein pada lapisan dalam sel.

d. Mekanisme steroid sebagai antibakteri berhubungan dengan membran lipid dan sensitivitas terhadap komponen steroid yang menyebabkan kebocoran pada lisosom. Steroid dapat berinteraksi dengan membran fosfolipid sel yang bersifat permeabel terhadap senyawa-senyawa lipofilik sehingga menyebabkan integritas membran menurun serta morfologi membran sel berubah yang menyebabkan sel rapuh dan lisis.

2.7.2 Nilai Farmakologi Biji Alpukat (Persea americana Mill.)

Biji alpukat (Persea americana Mill.) awalnya banyak digunakan dalam pengobatan tradisional seperti obat penyakit diare, disentri, ulser, sakit gigi, asma, rematik, menurunkan kolesterol, mencegah penyakit kardiovaskular, dan digunakan untuk kecantikan kulit. Berdasarkan dari laporan tersebut, banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang manfaat medis dari senyawa metabolik sekunder dari biji alpukat. Biji alpukat memiliki aktivitas biologis yaitu sebagai antibakteri, antifungi, antilarva, antidiabetes, antihipertensi, antikarsinogenik, antiinflamasi, antialergi, dan sebagai obat penenang. Selain itu, biji alpukat juga mampu menghambat pertumbuhan sel penyebab kanker payudara.23,27,28

2.7.3 Aktivitas Antibakteri Biji Alpukat (Persea americana Mill.)

(19)

penelitian ekstrak etilasetat biji alpukat terhadap menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap S. aureus, S. pyogenes, C. ulcerans dan C. albicans.30

2.8Metode Penentuan KHM dan KBM Bahan Coba

Efek antibakteri dari suatu bahan coba dapat diketahui dengan menentukan Kadar Hambat Minimum dan Kadar Bunuh Minimum. Kadar Hambat Minimum (KHM) merupakan konsentrasi terendah bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil yang dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau kekeruhan pada pembiakan cair, sedangkan Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah konsentrasi terendah antimikroba yang dapat membunuh 99,9% pada biakan selama waktu yang ditentukan. Penentuan KHM bahan coba dapat dilakukan dengan teknik dilusi yang bertujuan untuk penentuan akitivitas antimikroba secara kuantitatif dan kualitatif antimikroba dilarutkan ke dalam media agar atau kaldu yang kemudian ditanami bakteri yang akan dites. Setelah diinkubasi selama satu malam, konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri itulah yang dinamakan dengan KHM.46

(20)

2.9 Kerangka Teori membran sel berubah yang

menyebabkan sel rapuh

•Bersifat toksik terhadap

jaringan periodonsium jika ekstrusi ke bagian

apikal

•Tidak mampu

menghilangkan smear

layeranorganik

•Mengganggu ikatan dan

polimerisasi sealer

• Beberapa bakteri pada

Gambar

Gambar 1. Tindakan irigasi saluran akar34
Gambar 2. Jenis-jenis jarum irigasi open end: a. flat, b. bevel,c. notcheddan closed end: d
Gambar 3. Skema ilustrasi perkembangan biofilm pada saluran akar. Aderen dan koaderen mikroorganisme yang diikuti dengan pembelahan dan pertumbuhan yang bergantung pada nutrisi dari lingkungan.3
Gambar 4. Morfologi bakteri Porphyromonas gingivalispada gambaran TEM. R: Ribosomal, N: Nucleus, C: Capsule, PS: Periplasmic Space, CM: Cellluler Membrane, PG: Peptidoglycan, OM: Outer Membrane.40
+3

Referensi

Dokumen terkait

dengan kriptografi dan akan digunakan sebagai perumusan masalah serta tujuan dari penelitian ini. Tahap kedua : Kajian pustaka dilakukan dengan mengumpulkan

trailing edge , cross passage flow tersebut ber- tumbukan secara frontal dengan curl flow yaitu aliran yang berasal dari sisi tekan menuju sisi hisap sudu itu sendiri

Gambaran demikian yang akan dibahas lebih mendalam dalam penelitian ini.Mengungkapkan sebuah tuturan dalam berbahasa tidak ada yang berhak melarang, menyalahkan dan

Seni Teater, termasuk di dalamnya teater tradisional bukan hasil kerja individu, tetapi merupakan hasil kreativitas bersama (kolektif) dengan beberapa awak pendukung pentas.

Invited Adjudicators adalah adjudicator yang dipilih langsung oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan atas dasar kompetensi debat atau pengalaman menjadi

Berdasarkan Peraturan MENP AN-RB Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 143

Ruan g lin gkup petun juk tekn is in i m eliputi keten tuan um um , tujuan pen ggun aan Ban tuan Operasion al Pon dok Pesan tren , pem beri Ban tuan Operasion al Pon dok Pesan

[r]