• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan Pekerja Hotel pada Manajemen Internasional dan Lokal tentang Bantuan Hidup Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengetahuan Pekerja Hotel pada Manajemen Internasional dan Lokal tentang Bantuan Hidup Dasar"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bantuan Hidup Dasar (Basic life support)

2.1.1. Definisi

Istilah basic life support mengacu pada mempertahankan jalan nafas dan

sirkulasi. Basic life support ini terdiri dari beberapa elemen: penyelamatan

pernapasan (juga dikenal dengan pernapasan dari mulut ke mulut) dan kompresi

dada eksternal. Jika semua digabungkan maka digunakan istilah Resusitasi

Jantung Paru (RJP) (Handley, 1997).

2.1.2. Tujuan

Tujuan utama dari bantuan hidup dasar adalah suatu tindakan oksigenasi

darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah yg

dioksigenasi ke jaringan tubuh (Alkatiri, 2007).

Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif

pada organ vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi

buatan sampai paru dan jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan

(2)

2.1.3. Tindakan

Gambar 2.1. Algoritma Bantuan Hidup Dasar (Sumber: European Resuscitation

(3)

2.1.3.1. Periksa Respon dan Layanan Kedaruratan Medis

Pastikan anda, korban dan setiap pengamat aman. Pemeriksaaan kesadaran

dilakukan untuk menentukan pasien sadar atau tidak dengan cara kocok perlahan

bahu dan bertanya dengan keras: "Apakah anda baik-baik saja?”. Jika pasien respon, biarkan sahaja di dalam posisi yang membuatnya merasa nyaman,

disediakan tidak ada bahaya yang lebih lanjut dan bila perlu lakukan kembali

penilaian kesadaran setelah beberapa menit. JIka pasien tidak sadar, segera

meminta bantuan dengan cara berteriak “TOLONG!” atau dengan memberitahu

dimana posis anda dengan alat komunikasi (ERC Guidelines, 2010).

Gambar 2.2. Pemeriksaan kesadaran korban (Sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010).

2.1.3.2. Pembebasan Jalan Napas

Airway adalah upaya untuk mempertahankan jalan napas yang dapat

dilakukan secara non invasif maupun invasif (Mansjoer, 2009).

Teknik-teknik mempertahankan jalan napas (airway) dengan cara non

invasif :

(4)

b. Tindakan dagu diangkat (chin lift)

Gambar 2.3. Head-tilt, chin-lift maneuver (sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation2010).

c. Tindakan mendorong rahang bawah (jaw-thrust)

Membuka jalan napas dengan mengangkat rahang (jaw-trust) dilakukan

bila dicuriga ada trauma kepala (Fraktur vertebra servikal) (Mansjoer,

(5)

Gambar 2.4. Jaw-thrust maneuver (sumber: European Resuscitation Council

Guidelines for Resuscitation2010).

2.1.3.3. Bantuan Napas dan Ventilasi (Breathing Support)

Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Pada keadaan normal, oksigen

diperoleh dengan bernafas dan diedarkan dalam aliran darah ke seluruh tubuh

(Smith, 2007).

Breathing support merupakan usaha ventilasi buatan dan oksigenasi dengan

inflasi tekanan positif secara intermitten dengan menggunakan udara ekshalasi

dari mulut ke mulut, mulut ke hidung, atau dari mulut ke alat (S-tube masker atau

bag valve mask) (Alkatri, 2007).

Breathing support terdiri dari 2 tahap :

1. Penilaian Pernapasan

Menilai pernapasan dengan memantau atau observasi dinding dada

pasien dengan cara melihat (look) naik dan turunnya dinding dada,

mendengar (listen) udara yang keluar saat ekshalasi, dan merasakan

(6)

Gambar 2.5. Look, listen, and feel (sumber: European Resuscitation Council

Guidelines for Resuscitation 2010).

2. Memberikan bantuan napas

Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut (mouth-to mouth),

mulut ke hidung (mouth-to-nose), mulut ke stoma trakeostomi atau mulut

ke mulut via sungkup (Latief, 2009).

a. Pada bantuan napas mulut-ke-mulut (mouth-to-mouth) jika tanpa alat,

maka penolong menarik napas dalam, kemudian bibir penolong

ditempelkan ke bibir pasien yang terbuka dengan erat supaya tidak

bocor dan udara ekspirasi dihembuskan ke mulut pasien sambil

(7)

Gambar 2.6 Ventilasi buatan mulut ke mulut (sumber: European

Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010).

b. Pada bantuan napas mulut-ke-hidung (mouth-to-nose), maka udara

ekpsirasi penolong dhembuskan kehidung pasien sambil menutup

mulut pasien. Tindakan ini dilakukan kalau mulut pasien sulit dibuka

(trismus) atau pada trauma maksilo-fasial.

c. Pada bantuan napas mulut-ke-sungkup pada dasarnya sama dengan

mulut. Bantuan napas dapat pula dilakukan dari

mulut-ke-stoma atau lubang trakeostomi pada pasien pasca bedah laringektomi.

Frekuensi dan besar hembusan sesuai dengan usia pasien apakah

korban bayi, anak atau dewasa. Pada pasien dewasa, hembusan

sebanyak 10-12 kali per menit dengan tenggang waktu antaranya

kira-kira 2 detik. Hembusan penolong dapat menghasilkan volum tidal

antara 800-1200 ml (Latief, 2009).

2.1.3.4. Sirkulasi (Circulation Support)

Merupakan suatu tindakan resusitasi jantung dalam usaha mempertahankan

sirkulasi darah dengan cara memijat jantung, sehingga kemampuan hidup sel-sel

saraf otak dalam batas minimal dapat dipertahankan (Alkatri, 2007).

Dilakukan dengan menilai adanya pulsasi arteri karotis. Penilaian ini

maksimal dilakukan selama 5 detik. Bila tidak ditemukan nadi maka dilakukan

kompresi jantung yang efektif, yaitu kompresi dengan kecepatan 100 kali per

menit, kedalaman 4-5 cm, memberikan kesempatan jantung mengembang

(pengisian ventrikel), waktu kompresi dan relaksasi sama, minimalkan waktu

terputusnya kompresi dada. Rasio kompresi dan ventilasi 30:2 (Mansjoer, 2009).

Tempat kompresi jantung luar yang benar ialah bagian tengah separuh

(8)

punggung sedalam 3-5 cm sebanyak 60-100 kali per menit.tindakan ini akan

memeras jantung yang letaknya dijepit oleh dua bangunan tulang yang keras yaitu

tulang dada dan tulang punggung. Pijatan yang baik akan menghasilkan denyut

nadi pada karotis dan curah jantung sekitar 10-15% dari normal (Latief, 2009).

Gambar 2.7. Posisi penolong pijat jantung (sumber: European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010)

Periksa keberhasilan tindakan resusitasi jantung paru dengan memeriksa

denyut nadi arteri karotis dan pupil secara berkala. Bila pupil dalam keadaan

konstriksi dengan reflex cahaya positif, menandakan oksigenasi aliran darah otak

cukup. Bila sebaliknya yang terjadi, merupakan tanda kerusakan otak berat dan

resusitasi dianggap kurang berhasil (Alkatiri, 2007).

2.1.3.5. Posisi Pemulihan (Recovery Position)

Recovery position dilakukan setelah pasien ROSC (Return of Spontaneous

Circulation). Urutan tindakan recovery position meliputi:

a. Tangan pasien yang berada pada sisi penolong diluruskan ke atas

(9)

c. Kaki pada sisi yang berlawanan dengan penolong ditekuk dan ditarik ke

arah penolong, sekaligus memiringkan tubuh korban ke arah penolong

Dengan posisi ini jalan napas diharapkan dapat tetap bebas (secure airway)

dan mencegah aspirasi jika terjadi muntah. Selanjutnya, lakukan pemeriksasn

pernapasan secara berkala (Resuscitation Council UK, 2010).

Gambar 2.8. Recovery position (sumber: European Resuscitation Council

Guidelines for Resuscitation 2010).

2.2. Indikasi Bantuan Hidup Dasar

Tindakan RJP sangat penting terutama karena 40% korban henti jantung

mendadak mengalami fibrilasi ventrikuler (VF) saat pertama kali diperiksa. VF

merupakan depolarisasi dan repolarisasi yang cepat dan tidak teratur di mana

jantung kehilangan fungsi koordinasi dan tidak memompa jantung secara efektif.

Banyak korban henti jantung dapat ditolong jika penolong segera bertindak saat

(10)

Pada beberapa keadaan, tindakan resusitasi tidak dimulai bila pasien

memilki keterangan DNAR (do not attempt resuscitation), pasien memiliki tanda

kematian yang irreversible (seperti rigormotaris, dekapitasi, dekomposisi, atau

pucat), atau tidak ada manfaat fisiologis yang dapat diharapkan karena fungsi vital

telah menurun walau telah diberi terapi maksimal (seperti syok septik atau syok

kardiogenik yang progresif).

RJP dihentikan bila sirkulasi dan ventilasi spontan secara efektif telah

membaik, perawatan dilanjutkan oleh tenaga medis di tempat rujukan atau di

tingkat perawatan yang lebih tinggi (Mansjoer, 2009).

2.2.1.Henti Napas (Respiratory Arrest)

Henti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal,

misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas,

obstruksi jalan napas oleh benda asing, tersengat listrik, tersambar petir, serangan

infark jantung, radang epiglottis, tercekik (suffocation), trauma dan lain-lain

(Latief dkk, 2009).

Pada awal henti nafas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,

pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai beberapa

menit. Kalau henti napas mendapat pertolongan dengan segera maka pasien akan

terselamatkan hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan berakibat henti

jantung yang mungkin menjadi fatal (Latief, 2009).

2.2.2.Henti Jantung (Cardiac Arrest)

Henti jantung adalah keadaan terhentinya alran darah dalam system sirkulasi

tubuh secara tiba-tiba akibat terganggunya efektifitas kontraksi jantung saat

(11)

Berdasarkan etiologinya henti jantung disebabkan oleh penyakit jantung

(82,4%); penyebab internal non jantung (8,6%) seperti akibat penyakit paru,

penyakit serebrovaskular, penyakit kanker, perdarahan saluran cerna

obstetrik/pediatrik, emboli paru, epilepsi, diabetes mellitus, penyakit ginjal; dan

penyebab eksternal non jantung (9,0%) seperti akibat trauma, asfiksisa, overdosis

obat, upaya bunuh diri, sengatan listrik/petir (Mansjoer, 2009).

Henti jantung biasanya terjadi beberapa menit setelah henti napas.

Umumnya walaupun kegagalan pernapasan telah terjadi, denyut jantung dan

pembuluh darah masih dapat berlangsung terus sampai kira-kira 30 menit. Pada

henti jantung dilatasi pupil kadang-kadang tidak jelas. Dilatasi pupil mulai terjadi

45 detik setelah aliran darah ke otak berhenti dan dilatasi maksimal terjadi dalam

waktu 1 menit 45 detik. Bila telah terjadi dilatasi pupil maksimal, hal ini

menandakan sudah 50% kerusakan otak irreversible (Alkatiri, 2007).

Henti jantung ditandai oleh denyut nadi besar tak teraba (karotis, femoralis,

radialas), disertai kebiruan (sianosis) atau pucat sekali, pernapasan berhenti atau

satu-satu (gasping, apnu), dilatasi pupil tak bereaksi dengan ranngsang cahaya dan

Gambar

Gambar 2.1. Algoritma Bantuan Hidup Dasar (Sumber: European Resuscitation
Gambar 2.2. Pemeriksaan kesadaran korban (Sumber: European Resuscitation
Gambar 2.3. Head-tilt, chin-lift maneuver (sumber: European Resuscitation
Gambar 2.4.  Jaw-thrust maneuver (sumber: European Resuscitation Council
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sistem informasi surat pengantar yang sedang berjalan saat ini dalam proses pengolahan datanya masih belum optimal, sehingga pengolahan data belum diperoleh secara cepat,

Laporan pelaksanaan tugas ini dibuat setiap triwulan I, II, III, dan IV untuk selanjutnya dikirimkan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Maluku

Pada kolom Trend tahun 2012 merupakan tahun dasar (data paling awal), tiap pos neraca selalu menunjukkan 100%, karena selalu berbanding dengan angka yang sama pada tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti tentang pemahaman perawat tentang penerapanRJPdipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, pendidikan,

Proses pembuatan bets-bets yang digunakan dalam uji stabilitas hendaklah identik dengan bets skala komersial , mempunyai kualitas yang sama dalam hal spesifikasi dengan bets yang

d) Janjang yang terlalu banyak dimasukkan sekaligus ke dalam drum , sehingga tandan buah segar tersebut hanya bergulir sesamanya. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

Jadi audit operasional bermanfaat untuk membantu manajemen dalam meningkatkan penjualan sewa kamar yang baik, memperbaiki prosedur kegiatan sewa kamar, menangani