• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA) Teradap Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Tahun 2009-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA) Teradap Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Tahun 2009-2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

perbankan syariah, memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan

perbankan syariah di Indonesia.Undang-undang ini mengarahkan kepada bank

syariah di Indonesia agar menjalankan semua aktivitas perbankan sesuai dengan

nilai-nilai Islam.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dapat dilihat dengan

bertambahnya jumlah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS),

dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Berdasarkan Statistik Perbankan

Syariah tahun 2014 pada tabel 1.1, jumlah BUS pada tahun 2009 sebanyak 711

kantor meningkat menjadi 2151 kantor pada tahun 2014. Jumlah UUS pada tahun

2009 sebanyak 225 kantor dan meningkat menjadi 320 kantor pada tahun 2014.

Jumlah BPRS pada tahun 2009 sebanyak 185 kantor dan meningkat menjadi 401

pada tahun 2014.

Perkembangan perbankan syariah juga disebabkan oleh kebutuhan

masyarakat atas produk-produk yang dimiliki oleh bank syariah.Salah satu produk

bank syariah yang mendasari berkembangnya perbankan syariah di Indonesia

adalah produk dengan sistem bagi hasil.Sistem bagi hasil pada bank syariah lebih

adil jika dibandingkan dengan tingkat suku bunga pada bank konvensional. Hal

(2)

mengalami keuntungan, maka keuntungan tersebut dibagi berdasarkan nisbah

keuntungan yang telah disepakati.Sedangkan jika usaha tersebut mengalami

kerugian, maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pihak bank.Jika

kerugian yang dialami tersebut merupakan terjadi akibat kesalahan dari nasabah,

maka kerugian tersebut ditanggung oleh nasabah.

Tabel 1.1

Sistem bagi hasil lebih adil disebabkan oleh tingkat keuntungan yang di

distribusikan kepada pemilik modal disalurkan berdasarkan tingkat keuntungan

dari usaha yang dijalankan oleh mudharib.Sedangkan sistem bunga tidak

memandang dari sisi keuntungan atau kerugian usaha yang dijalankan.Sistem

bunga mewajibkan peminjam harus membayar cicilan kredit beserta bunga atas

pinjaman tersebut tanpa memperhatikan apakah usaha yang dijalankan tersebut

mengalami rugi atau untung.

Data Statistik Perbankan Indonesia pada tabel 1.2.menjelaskan bahwa

perkembangan perbankan Indonesia, khususnya pada pembiayaan dengan prinsip

bagi hasil, menunjukan peningkatan. Pembiayaan mudharabah mengalami

(3)

2010 meningkat menjadi 12,023 miliar pada tahun 2014 dan meningkat di tahun

2014 sampai 14,354. Sedangkan pembiayaan musyarakah mengalami peningkatan

dari tahun 2009-2012 sebesar 273,3%, yakni 10,412 miliar pada tahun 2009

meningkat menjadi 27,667 miliar pada tahun 2012 dan terus meningkat sampai

2014 sebesar 49.387.

Tabel 1.2

Komposisi Pembiayaan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (dalam jutaan rupiah)

Akad 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Mudharabah 6.597 8.631 10.229 12.023 13.625 14.354

Musyarakah 10.412 14.624 18.96 27.667 39.874 49.387

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Agustus 2015

Produk bank syariah yang menggunakan sistem bagi hasil ada 2 (dua),

yaitu pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah.Di dalam penelitian

ini, penulis hanya meneliti produk dengan sistem bagi hasil pada pembiayaan

mudharabah.

Menurut Rivai dan Arifin (2010:687) pembiayaan mudharabah adalah

perjanjian antara penanam dana (Shahibul Maal) dan pengelola dana (Mudharib)

untuk melakukan kegiatan usaha tertentu. Pembagian keuntungan antara kedua

belah pihak ditentukan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya di

awal akad.Pembiayaan mudharabah dilakukan dengan adanya unsur kepercayaan.

Nurhayati dan Wasilah (2012:120) menerangkan bahwa unsur kepercayaan

penting dalam akad mudharabah karena pemilik dana tidak boleh ikut campur di

(4)

dana tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-saran dan melakukan

pengawasan.

Dalam menyalurkan pembiayaan mudharabah, pihak bank

memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan

Return OnAsets (ROA). Menurut Rivai dan Arifin (2010:579) Dana Pihak Ketiga

adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai

individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain

dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Dana pihak ketiga ini diperoleh

dari produk simpanan yang ditawarkan oleh bank.Simpanan ini dibagi dalam

berbagai pilihan agar masyarakat dapat memilih jenis simpanan yang diinginkan.

Menurut Kasmir (2011:65) secara umum kegiatan penghimpunan dana ini dibagi

ke dalam 3 jenis yaitu: Simpanan Giro, Simpanan Tabungan, Simpanan Deposito.

Dana pihak ketiga ini akan disalurkan kembali dalam berbagai macam produk

pembiayaan bank syariah.

Menurut LPPS Bank Indonesia tahun 2012, pada Bank umum syariah

(BUS) kontribusi DPK mencapai 87,2% sedangkan pada UUS dan BPRS

kontribusi DPK masing-masing sebesar 77,3% dan 73,7%. Kontribusi DPK pada

BUS secara umum sedikit menurun dari tahun 2012 yang mencapai 90,6%.

Penurunan tersebut dikompensasi oleh peningkatan dana antar bank, diantaranya

dalam bentuk sertifikat investasi mudharabah antar bank, yang meningkat hingga

84,4% pada BUS, seiring meningkatnya preferensi terhadap instrumen likuid.

Dari sisi jangka waktu, sumber dana perbankan syariah masih sangat didominasi

(5)

bank dalam mengoptimalkan pengelolaan dana misalnya untuk segmen

pembiayaan proyek infrastruktur dan korporasi yang berjangka panjang, dengan

tetap menjaga kecukupan likuiditas. Hal ini terutama tercermin dari komposisi

DPK BUS dan UUS yang sebagian besar terdiri atas instrument giro dan tabungan

yang sifatnya dapat ditarik sewaktu-waktu, dengan pangsa 42,6% serta deposito

berjangka kurang atau sama dengan 1 bulan dengan pangsa 36,4% dari total DPK.

Berdasarkan LPPS Bank Indonesia tahun 2012, dana pihak ketiga yang

dihimpun BUS dan UUS sepanjang tahun 2012 tercatat tumbuh sebesar 27,8%,

sedangkan pada BPRS mencapai 40,2%. Dibandingkan tahun 2011 yang

mencapai 51,8%, pertumbuhan DPK BUS dan UUS tersebut melambat meskipun

masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK perbankan nasional sebesar

15,8%. Berdasarkan jenis instrument, pertumbuhan terendah dialami deposito

19,7% yang terjadi pada kelompok BUS. Sementara pertumbuhan tabungan

sedikit menurun dari 42,3% menjadi 38,2%, sedangkan pertumbuhan giro justru

meningkat dari 32,6% menjadi 47,5% dalam periode yang sama.

Dalam memperoleh dana pihak ketiga, bank syariah menawarkan

berbagai macam produk penghimpunan dana, seperti Giro, Tabungan, dan

Deposito. Semakin besar dana pihak ketiga maka semakin besar jumlah aset yang

dibiayai oleh dana pihak ketiga tersebut. Hal ini baik bagi bank syariah guna

menyalurkan dana pihak ketiga dalam berbagai produk pembiayaan serta dapat

menutupi risiko yang ditimbulkan dari penyaluran pembiayaan tersebut dengan

melihat rasio kecukupan modal yang dimiliki oleh bank syariah (CAR).

(6)

Penyediaan Modal Minimum Bank pasal 2 menjelaskan bahwa bank wajib

menyediakan modal minimum sebesar 8% (delapan persen) dari Aset Tertimbang

Menurut Risiko (ATMR). Menurut Pratama (2011) dalam Giannini (2013), CAR

adalah rasio permodalan yang menunjukan kemampuan bank dalam menyediakan

dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana

yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Rasio permodalan ini dapat

diketahui dengan membandingkan antara total modal terhadap Aktiva Tertimbang

Menurut Resiko (ATMR). Rasio permodalan ini merupakan alat ukur terhadap

ketersediaan modal yang harus dimiliki oleh bank dalam menyalurkan kembali

dana yang telah dihimpun sebelumnya serta digunakan untuk menampung segala

risiko atas penyaluran pembiayaan kepada nasabah.

Surat Edaran Bank Indonesia No.5/21/DPNP tahun 2003 tentang

penerapan manajemen risiko bagi bank umum menjelaskan bahwa bank wajib

menerapkan menajemen risiko sesuai dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan

kompleksitas usaha serta kemampuan bank. Bank yang menerapkan prinsip

syariah wajib menerapkan proses manajemen risiko sesuai dengan karakteristk

usaha bank yang dimaksud dan prinsip syariah.

Menurut LPPS Bank Indonesia tahun 2012 kapasitas permodalan bank

dalam mengantisipasi risiko (risk bearing capacity) yang tercermin dari jumlah

modal inti dan modal pelengkap masih menunjukkan peningkatan, masing-masing

sebesar Rp 1,8 triliun atau 19,3% dan 0,7 triliun atau 39,5%. Namun demikian

pertumbuhan ATMR bank-bank umum syariah mencapai 44,4%, sehingga CAR

(7)

pada akhir 2012. CAR tersebut mengindikasikan tingkat ketahanan risiko yang

masih cukup memadai mengingat masih melebihi standar sebesar 8%, terlebih

lagi rasio modal inti terhadap ATMR tergolong sangat memadai yaitu mencapai

11,5%. Sementara itu, kondisi permodalan BPRS juga tergolong memadai dengan

rasio kecukupan modal mencapai 25,2%.

CapitalAdequacyRatio (CAR) yang tinggi dapat melindungi nasabah dari

risiko pembiayaan yang diberikan sehingga nasabah akan percaya terhadap bank.

Rasio CAR yang tinggi juga mencerminkan kinerja yang baik dari bank syariah.

Salah satunya dengan melihat profitabilitas bank syariah, sehingga bank syariah

mampu mengantisipasi kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari kegiatan untuk

menghasilkan laba.

Menurut Meydianawati (2007) dalam Giannini (2013) ROA adalah rasio

yang menggambarkan persentase tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank

terhadap total dana yang ada di bank. Menurut Yowono (2012) dalam Pradana

dan Sampurno (2013) alasan yang mendasari pencapaian profitabilitas yang tinggi

adalah untuk memenuhi kewajiban kepada pemegang saham, untuk menilai atas

kinerja pimpinan dalam meningkatkan daya tarik investor.Dalam hal ini,

perbankan syariah bertanggung jawab atas penggunaan aset yang sebagian besar

berasal dari masyarakat, guna menghasilkan laba (return) atas pengolahan aset

tersebut.Return yang tinggi pada suatu bank akan mendapatkan reputasi serta

pandangan yang baik dari masyarakat.

Berdasarkan LPPS tahun 2012, selama tahun 2013 laba BUS dan UUS

(8)

tersebut berdampak pada kenaikan ROA dari 1,8% pada tahun 2011 menjadi 2,1%

pada tahun 2013. Dibandingkan dengan perbankan secara nasional yang memiliki

ROA 3,1% tingkat profitabilitas bank-bank syariah sebenarnya masih cukup

bersaing jika tidak memperhitungkan kemampuan menghasilkan pendapatan

selain dari kegiatan penyaluran dana dimana Bank Umum Konvensional (BUK)

memiliki kapasitas yang melebihi bank-bank syariah.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardjanto (2010) tentang dana

pihak ketiga menjelaskan bahwa dana pihak ketiga memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap pembiayaan yang disalurkan. Menurut Siswati (2013)

menjelaskan bahwa secara parsial dana pihak ketiga berpengaruh positif

signifikan terhadap penyaluran dana Bank Syariah Mega Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Giannini (2013) menjelaskan bahwa

Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap

pembiayaan mudharabah pada Bank Umum Syariah.Sedangkan menurut Pratama

(2010) menjelaskan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh negatif

dan sigfikan terhadap penyaluran kredit perbankan.

Penelitian Return OnAsets (ROA) yang dilakukan oleh Giannini (2013)

menjelaskan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah

pada Bank Umum Syariah. Semakin tinggi return yang dihasilkan dari investasi

pada pembiayaan mudharabah, maka semakin besar pula penyaluran pembiayaan

mudharabah yang dilakukan oleh Bank Umum Syariah.

Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan salah satu faktor yang menjadi

(9)

dalam bentuk pembiayaan mudharabah. Semakin tinggi dana yang tersedia untuk

disalurkan maka semakin besar pula kemungkinan bank akan mengambil

keputusan untuk menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pembiayaan.

Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk mendeteksi sejauh

mana bank syariah akan mengantisipasi kerugian yang timbul akibat dari

penyaluran dana tersebut. Rasio CAR ini menunjukkan tingkat kesehatan bank

syariah. Semakin tinggi CAR bank syariah maka semakin tinggi kemungkinan

dalam menyalurkan pembiayaan mudharabah serta memungkinkan bank untuk

menutupi kerugian yang akan timbul.

Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur keuntungan yang

diterima atas pengolahan aset perusahaan. Pembiayaan mudhrabah termasuk

investasi yang merupakan bagian dari aset, sehingga pengolahan investasi

pembiayaan mudharabah yang baik akan memberikan return yang baik pula. Jika

return yang diperoleh dari pembiayaan ini baik, maka penyaluran pembiayaan

mudharabah juga akan meningkat.

Berdasarkan uraian dan penelitian-penelitian terdahulu maka penulis

tertarik untuk meneliti “PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK),

CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASETS (ROA)

(10)

1.1Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut:

1) Apakah Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, dan Return OnAssets

secara bersama-sama berpengaruh terhadap Pembiayaan Mudharabah pada

Bank Umum Syariah.

2) Apakah Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap Pembiayaan Mudharabah

pada Bank Umum Syariah.

3) Apakah Capital Adequacy Ratio berpengaruh terhadap Pembiayaan

Mudharabah pada Bank Umum Syariah.

4) Apakah Return On Assets berpengaruh terhadap Pembiayaan Mudharabah

pada Bank Umum Syariah.

1.2Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh:

1) Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio, dan Return OnAssets secara

bersama-sama terhadap Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum Syariah.

2) Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum

Syariah.

3) Capital Adequacy Ratio terhadap Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum

Syariah.

4) Return On Assets terhadap Pembiayaan Mudharabah pada Bank Umum

(11)

1.3 Kegunaan Hasil Penelitian 1.3.1 Kegunaan Akademis

Kegunaan akademis penelitian ini diharapkan:

1) Memberikan pemahaman serta wawasan kepada penulis terkhusus pada

produk-produk perbankan syariah serta pengembangan produk-produk

tersebut.

2) Menjadi bahan referensi dan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya,

khususnya pada sektor perbankan syariah.

1.3.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan

bagi bank dalam mengambil keputusan dalam memberikan pembiayaan dengan

Referensi

Dokumen terkait

Rohana Oktavia,”Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Pendapatan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Return On Assets (ROA) Studi Pada Bank Umum Syariah yang terdaftar di

Laporan laba rugi komprehensif (statement of compherensive income) PSAK 1 memperkenalkan laba rugi komprehensif yaitu laporan yang memberikan informasi mengenai kinerja entitas

9 Mahasiswa diharapkan memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Mekanika Zat Padat dan Fluida. Bab

Pada hadist diatas secara implisit menunjukkan bahwa manusia dianjurkan untuk senantiasa melakukan kegiatan berdo’a secara rutin. Dimana dalam hadist tersebut Nabi

2) Pengembangan jaringan jalan nasional yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pertumbuhan dengan pelabuhan dan bandar udara untuk mendukung pemasaran

bahwa bagi mahasiswa baru Universitas Diponegoro Tahun Akademik 2015/2016 yang telah terdaftar sebagai mahasiswa baru Universitas Diponegoro akan diterima secara resmi

• Able to explain examples of a series of interface applications and data communication and programming features and peripherals of microcontroller - Timer - Counter

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis pada identifikasi typographical error pada dokumen bahasa Indonesia menggunakan metode N-gram dan Levenshtein Distance dapat