PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha perikanan Indonesia sudah sejak lama berlangsung dan terus
berkembang hingga saat ini. Bisnis perikanan yang cukup berkembang adalah bisnis ikan hias yang mulai menunjukkan peningkatan cukup signifikan. Sebagaimana terungkap dalam salah satu seminar Indonesia Fish, Indonesia telah
menjadi eksportir ikan hias sejak tahun 1970. Dengan pasar Singapura dan Hongkong, mencapai nilai ekspor sekitar US$ 100.000 setahun. Sejauh ini, devisa
ikan hias tertinggi adalah US$ 12 juta pada tahun 2002 ( Murtejo, 2008).
Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan salah satu komoditas ekspor di Indonesia. Pada
umumnya ikan hias masih diproduksi oleh petani dengan skala kecil. Ada banyak jenis ikan hias yang dibudidayakan oleh petani ikan hias di Indonesia. Salah
satunya adalah ikan Redfin (E. frenatum).
Ikan hias akan memiliki harga yang lebih tinggi jika memiliki ukuran panjang yang lebih besar atau penampilan yang menarik. Untuk memenuhi permintaan
pasar, maka budidaya dengan teknologi dan manajemen yang baik sangat diperlukan agar memperoleh hasil yang memuaskan. Salah satunya adalah dengan
melakukan pembudidayaan ikan intensif (buatan dengan perlakuan khusus) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas benih ikan Redfin (E. frenatum). Usaha
budidaya ikan Redfin dapat dikelompokkan menjadi usaha pembenihan dan pembesaran. Pembudidayaan ikan intensif dapat dilakukan dengan meningkatkan
Peningkatan padat penebaran akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya akan dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan. Akibat lanjut dari proses tesebut adalah
penurunan pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup mengalami penurunan. Sehingga peningkatan padat penebaran harus sesuai
dengan daya dukung (Setiawan, 2009).
Ikan Redfin (E. frenatum) adalah salah satu ikan family Cyprinidae yang populer dipelihara dalam akuarium air tawar. Ikan ini juga dikenal dengan nama
ruby shark, red-fin shark, red-finned shark, rainbow sharkminnow, green fringelip labeo, whitefin shark dan whitetail sharkminnow. Ikan Redfin adalah
salah satu komoditas ikan hias air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial (Yudhistira, 2010).
Meningkatnya padat penebaran tentu akan menurunkan kualitas air media
pemeliharaan. Untuk menjaga kualitas air budidaya dilakukan dengan menerapkan sistem resirkulasi air media pemeliharaan dalam budidaya. Sistem resirkulasi adalah suatu wadah pemeliharaan ikan yang menggunakan sistem perputaran air
yang dialirkan dari wadah pemeliharaan ikan ke wadah filter (treatment), lalu dialirkan kembali ke wadah pemeliharaan (Timmons dan Lososordo, 1994).
Dengan menerapkan sistem resirkulasi maka limbah atau amoniak yang akan dihasilkan oleh ikan di dalam wadah pemeliharaan akan dialirkan ke wadah filter (treatment) untuk disaring dan diserap secara mekanis dan biologis oleh
bahan-bahan yang terdapat dalam wadah pemeliharaan. Sistem resirkulasi akan membawa air dari Outlet filter dengan kualitas air yang lebih baik. Sehingga perlu
(E. frenatum) dengan sistem resirkulasi agar mendapatkan hasil produksi yang maksimal.
Perumusan Masalah
Ikan Redfin (E. frenatum) adalah salah satu ikan family Cyprinidae yang populer dipelihara dalam akuarium air tawar dan memiliki nilai ekonomis tinggi
dan merupakan salah satu komoditas ekspor di Indonesia. Untuk mendapatkan hasil yang maksimum maka dilakukan budidaya intensif yaitu dengan padat penebaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan permasalahan yang terjadi antara lain:
1. Apakah sistem resirkulasi air pada wadah pemeliharaan dapat mengoptimalkan padat penebaran Ikan Redfin (E. frenatum)?
2. Berapakah padat penebaran optimal benih ikan Ikan Redfin (E. frenatum)
pada sistem resirkulasi? Kerangka Pemikiran
Mengoptimalkan padat penebaran benih Ikan Redfin (E. frenatum) sangat
diperlukan untuk mengimbangi permintaan pasar yang tinggi. Dengan bantuan sistem resirkulasi dapat meningkatkan padat penebaran ikan dan tanpa menggangu
pertumbuhan optimum Ikan Redfin (E. frenatum). Dari beberapa Penelitian yang telah dilakukan dinyatakan bahwa padat penebaran dengan sistem resirkulasi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan hias.
Sistem resirkulasi dapat mengubah atau memperbaiki kualitas air dalam wadah pemeliharaan menjadi lebih baik. Sistem resirkulasi dapat meningkatkan
Amoniak (NH3) yang merupakan salah satu parameter utama dalam budidaya perikanan. Permintaan pasar ikan hias yang tinggi mengakibatkan perlu dilakukannya budidaya intensif. Sehingga perlu juga dilakukan penelitian
terhadap padat tebar optimum benih Ikan Redfin (E. frenatum). Secara ringkas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Permintaan Pasar
Ikan Hias Tinggi
Budidaya Ikan Hias
Intensif Ekstensif
Mengoptimalkan Padat Penebaran
Penambahan Hormon
Sistem Resirkulasi
Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari peneilitian ini adalah
1. Untuk mengetahui pengaruh padat penebaran Ikan Redfin (E. frenatum)
dengan sistem resirkulasi air media pemeliharaan terhadap pertumbuhan (bobot dan panjang mutlak) serta kelangsungan hidup.
2. Menentukan padat tebar optimum dalam pemeliharaan Ikan Redfin (E. frenatum) yang dipelihara dalam sistem resirkulasi.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada petani
budidaya ikan redfin dan pecinta ikan hias tentang padat penebaran optimum ikan redfin dengan sistem resirkulasi, serta untuk menambah informasi tentang
pengaruh padat penebaran terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup