• Tidak ada hasil yang ditemukan

Apakah Mahasiswa perlu tahu tentang ISO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Apakah Mahasiswa perlu tahu tentang ISO"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Pariwisata Trisakti setiap tahunnya mengadakan sosialisasi ISO dan SOP kepada Mahasiswa yang diwakili oleh Organisasi Mahasiswa, apakah dalam sosialisasi yang kurun waktunya 1 jam, mahasiswa mengerti dan memahami?, berikut secara singkat hasil angketnya dengan menggunakan model evaluasi Kirkpatrick (2008). Dari total peserta 106 di bulan Januari 2017.

Model 4 Level Evaluasi Pelatihan yang dikembangkan oleh Donald L. Kirkpatrick 2008) yang sering dikenal dengan Evaluating Training Programs: The Four Levels atau Kirkpatrick’s evaluation model. Dalam model ini, evaluasi terhadap program training dibedakan dalam empat Level evaluasi, yaitu: reaction, learning, behavior, dan result. Setiap Level evaluasi memiliki alatnya masing-masing, dan juga memiliki Level kesulitan yang berbeda dalam pelaksanakan. Model evaluasi Kirkpatrick ini digunakan sebagai alat instrumen penelitian dalam acara sosialisasi ISO 9001:2008 dan SOP di Keempat Level tersebut dapat dirinci sebagai berikut: Level 1: Evaluasi Reaksi (Reaction Evaluation)

Evaluasi Level 1 relatif lebih mudah dilaksanakan. Salah satu alat yang umum digunakan untuk mengevaluasi Level ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pendapat peserta tentang aspek pelatihan tersebut di atas.

Evaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan ditujukan untuk mengukur kepuasan peserta terhadap penyelenggaraan Pelatihan. Pelatihan dianggap berkualitas apabila pelatihan dapat memuaskan dan memenuhi harapan peserta peserta sehingga mereka mempunyai motivasi dan merasa nyaman untuk belajar.

Instrumen yang digunakan sebagai berikut :

a. Penjelasan tentang ISO berguna memahami Proses Belajar Mengajar

Apakah Mahasiswa perlu tahu tentang ISO dan SOP Proses Pembelajaran?

Kunci sukses bisnis itu sederhana, yaitu memuaskan semua stakeholders kita. Siapakah mereka?. Mereka adalah semua pihak yang terlibat dalam bisnis, dimana peran mereka sangat besar dalam mensukseskan bisnis. Kalau mereka tidak puas, pasti akan berdampak terhadap bisnis selanjutnya.

Di dunia global banyak sekali terdapat berbagai macam standar untuk menetapkan bahwa suatu produk itu dinyatakan “layak”, baik itu produk barang maupun produk jasa. Salah satu standar yang saat ini menjadi tolok ukur “layak-tidaknya” nya suatu produk adalah apa yang dinamakan dengan standar internasional ISO 9001.

(2)

b. Isi SOP yang dijelaskan berhubungan dgn Proses Belajar Mengajar c. SOP bermanfaat bagi Mahasiswa

d. Penjelasan tentang ISO dan SOP dapat dipahami dalam waktu singkat

Level 2: Evaluasi Belajar (Learning Evaluation)

Konsep belajar menurut Kirkpatrick dapat didefinisikan sebagai peningkatan pengetahuan, kenaikan ketrampilan dan perubahan sikap peserta setelah selesai mengikuti program pelatihan. Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan ketrampilan.

Mengevaluasi hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan

mengevaluasi reaksi. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan membandingkan hasil pre test dengan post test, yang dapat berupa tes tertulis maupun tes praktikum (performance test), sehingga jelas hasilnya. (Cox J:2012, dalam Bagyono: 2012)

Jika kemampuan peserta setelah mengikuti pelatihan meningkat secara signifikan, artinya program secara aktual menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan dan dikatakan proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran

Oleh karena itu untuk mengukur hasil belajar perlu dibuat instrument untuk menjawah pertanyaan satu atau lebih hal berikut: (Kirkpatrick, D.L: 2008). Instrumen yang digunakan sebagai berikut :

a. Penjelasan tentang ISO menambah pengetahuan

b. Penjelasan tentang SOP merubah sikap saya menjadi lebih peduli dgn hak sebagai mahasiswa c. Penjelasan tentang ISO dan SOP menyadarkan bahwa perlu adanya pengawasan dari mahasiswa

Level 3: Evaluasi Perilaku (Behavior Evaluation)

Subjek dan sasaran evaluasi perilaku ini berbeda dengan evaluasi pada Level 2. Penilaian sikap difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi setelah peserta kembali ke tempat kerja. Pada Level ini dapat juga dinilai bagaimana peserta dapat mentrasfer pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperoleh selama training untuk diimplementasikan di tempat kerjanya. Karena yang dinilai adalah perubahan perilaku setelah kembali ke tempat kerja maka evaluasi Level 3 ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap outcomes dari kegiatan training.

Mengevaluasi outcomes lebih kompleks dan lebih sulit dari pada evaluasi pada Level 1 dan 2. Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok kontrol dengan perilaku peserta training, atau dengan membandingkan perilaku sebelum dan setelah mengikuti training, maupun dengan mengadakan survey dan atau wawancara dengan atasan maupun bawahan peserta training setelah kembali ke tempat kerja. Apabila perilaku di tempat kerja tidak menunjukkan perbaikan, kesalahan barangkali terletak pada penilaian kebutuhan pelatihan, program pelatihan itu sendiri, atau lingkungan kerja yang tidak kondusif. Kemungkinan lain adalah isi pelatihan mungkin sudah tepat, tetapi kurang adanya penekanan pada transfer pelatihan pada pekerjaan mereka (Jonatan. S:2012 dalam Bagyono:2012).

Instrumen yang digunakan sebagai berikut :

e. Penjelasan tentang SOP akan saya implementasikan

Level 4: Evaluasi Hasil (Result Evaluation)

(3)

institusi, misalnya membandingkan kualitas dan kuantitas hasil kerja serta waktu proses kerja, sebelum dan sesudah ada pelatihan.

Model ke empat ini tidak digunakan dalam penelitian ini, karena sosialisasi tidak memungkinkan pemantauan terhadap perubahan kinerja pada unit kerja mengingat kemungkinan ada beberapa para peserta yang belum mengetahui dan memahami penerapan ISO dan SOP di kampus.

Pada level 1, evaluasi reaksi para peserta sosialisasi, dengan nilai mean 4.2 mereka dinyatakan puas dengan penjelasan tentang ISO dan SOP. Untuk level 2, evaluasi belajar, dengan nilai mean 4.1 mereka dinyatakan telah memiliki sikap belajar terhadap apa yang mereka terima dari penjelasan tentang ISO dan SOP, sedangkan pada level3, evaluasi perilaku dengan nilai mean 4.1 dinyatakan para peserta telah memiliki perilaku belajar. Antara level 1,2 dan 3 telah terlihat konsistensi dari para peserta baik dalam menjawab maupun dalam sikap dan perilaku selama menerima penjelasan dalam sosialisasi tersebut.

Sumber referensi :

Referensi

Dokumen terkait

Me nari k pe mi kiran yang ada sert a meli hat kenyat aan yang t erj adi dil apangan, ma ka peneliti menga mbil suat u st udi unt uk menget ahui sej auh mana pengar uh dari

Pada penelitian ini, akan digunakan model STAR sebagai salah satu alternatif model nonlinear untuk diterapkan pada runtun waktu kurs thai bath terhadap rupiah guna mencari model

Sementelahan lagi, jualan tiket bagi setiap acara dalam kejohanan juga mampu membawa kepulangan yang lumayan kepada negara dan boleh digunakan sebagai dana untuk

1) Purnomo (2011: 17) dalam penelitiannya yang berjudul “Keefektifan Model Penemuan Terbimbing dan Cooperative Learning pada Pembelajaran Matematika”, menyimpulkan bahwa

untuk berkembang. Di pihak lain dosen yunior yang dalam proses pematangan melalui assistantship' menggunakan kesempatan ini sebagai proses belajar yang tidak kecil artinya

Indeks Kekayaan Jenis (R) maupun Indeks Keanekaragaman Jenis (H) hutan kerangas yang telah 15 tahun ditambang pasir kuarsa lebih tinggi dibandingkan dengan yang baru 5

Dalam rangka mendukung pencapaian prioritas nasional sebagaimana telah ditetapkan dalam visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih yang dijabarkan dalam RPJMN periode

Lokasi pasti bangunan tempat tinggal Ki Ageng Pemanahan sampai saat ini masih belum dapat diketahui, namun mengacu dari legenda yang ada, maka kelompok bangunan yang