NOMOR
TENTANG
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 ayat (3) UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 66 ayat (3) UndangUndang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Kebidanan;
Mengingat : 1. UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 169);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak (
5. Permenkes nomorr 97 tahun 2014 ttg…………
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 954);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1508);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar Pelayanan Kebidanan adalah pedoman yang diikuti oleh bidan dalam melakukan pelayanan kebidanan.
2. Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
4. Asuhan Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. 5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
6. Pasien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan Kebidanan.
7. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
8. Organisasi Profesi adalah wadah untuk berhimpun bidan secara nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan perundangundangan.
Pasal 2
Pengaturan Standar Pelayanan Kebidanan bertujuan untuk:
a. memberikan acuan bagi penyelenggaraan pelayanan Kebidanan yang bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan;
b. memberikan acuan dalam pengembangan pelayanan Kebidanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
c. memberikan kepastian hukum bagi Bidan; dan d. melindungi Pasien sebagai penerima pelayanan.
Pasal 3
(2) Standar Pelayanan Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diterapkan dalam pemberian pelayanan kepada Pasien pada semua kasus.
(3) Penatalaksanaan pada masingmasing kasus disusun oleh Organisasi Profesi dan disahkan oleh Menteri. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Standar Pelayanan
Kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Standar Pelayanan Kebidanan sesuai dengan kewenangan masingmasing.
(2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melibatkan organisasi profesi.
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk:
a. meningkatkan mutu pelayanan Kebidanan; dan b. mengembangkan pelayanan Kebidanan yang
efektif dan efisien.
(4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. pendidikan dan pelatihan; dan/atau c. pemantauan dan evaluasi.
Pasal 5
tentang Standar Asuhan Kebidanan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
NILA FARID MOELOEK
Diundangkan di Jakarta pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANGUNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR Telah diperiksa dan disetujui
Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan
Sekretaris Jenderal
tanggal tanggal tanggal tanggal
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
TENTANG STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya dapat terwujud. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan berdasarkan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, kesetaraan gender, non diskriminatif dan kesesuaian dengan norma norma agama, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak dan usia lanjut, serta keluarga miskin.
Pelayanan kebidanan yang bermutu merupakan kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan berupa asuhan kebidanan yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi (interprofesional health provider collaboration), dan/atau rujukan dilaksanakan oleh tenaga bidan yang kompeten, memegang teguh falsafah kebidanan, dilandasi oleh etika dan kode etik, standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional serta didukung sarana dan prasarana yang terstandar.
Untuk memenuhi ketentuan Pasal 24 ayat (3) UndangUndang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Pasal 66 ayat (3) UndangUndang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, serta guna memenuhi tuntutan pelayanan kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan diperlukan standar pelayanan kebidanan, sehingga pelayanan kebidanan di setiap jenjang fasilitas pelayanan kesehatan memiliki keseragaman, bermutu, dan dapat dipertanggungjawabkan.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk menstandarisasi pelayanan kebidanan di setiap tatanan fasilitas pelayanan kesehatan, mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer dan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat sekunder dan tersier
Tujuan Khusus
1. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
2. Sebagai acuan bagi Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan di setiap fasilitas pelayanan kesehatan
3. Sebagai acuan bagi Penanggung jawab fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer dan fasilitas pelayanan kesehatan rujukan tingkat sekunder dan tersier dalam pembinaan pelayanan kebidanan.
4. Sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam pembinaan pelayanan kebidanan.
BAB II
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KEBIDANAN
A. Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan, promosi kesehatan, pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga berencana yang berfokus pada aspek pencegahan melalui pendidikan kesehatan dan konseling, promosi persalinan normal, dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan perempuan, serta melakukan deteksi dini, pertolongan pertama pada kegawatdaruratan dan rujukan yang aman.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup persiapan menjadi orang tua, dan pendidikan pada masa antenatal, kesehatan perempuan, kesehatan reproduksi serta asuhan anak.
Akan ditambahkan terkait renstra persalinan di fasyankes oleh dit. Kesga
Bidan dapat melakukan pelayanan keprofesiannya di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan, berdasarkan kompetensi dan kewenangannya sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang undangan, diantaranya pada pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan jaringannya, klinik, rumah sakit, tempat praktik mandiri bidan,dan unit kesehatan lainnya.
1. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas dan jaringannya
a. Pelayanan kebidanan di Polindes/Poskesdes, merupakan pelayanan kebidanan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga berencana, meliputi :
2) Upaya promotif dan preventif,
3) Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi
4) Pertolongan pertama pada kegawatdaruratan obstetri neonatal (PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan dilanjutkan dengan tindakan rujukan (kesga akan memberikan masukan).
5) Pembinaan Posyandu dan menghimpun berbagai UKBM yang ada di desa.
6) Pengelolaan pelayanan KIA termasuk PWS KIA di wilayah kerjanya.
7) Melaksanakan tugas pelimpahan dalam menjalankan program Pemerintah.
8) Selain melakukan tugas pokoknya, juga berupaya meningkatkan peran aktif masyarakat melalui penggerakan peran serta masyarakat, pemberdayaaan masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan dasar, melaksanakan kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan masyarakat (survailens sederhana), kesiapsiagaan kesehatan dan bencana.
b. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Non PONED dan Puskesmas Pembantu, merupakan pelayanan kebidanan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga berencana, meliputi :
1) Asuhan kebidanan essensial dan komprehensif 2) Upaya promotif dan preventif,
3) Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi
4) Pertolongan pertama pada kegawatdaruratan obstetri neonatal (PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan dilanjutkan dengan tindakan rujukan
5) Pembinaan Posyandu dan menghimpun berbagai UKBM yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pembantu.
7) Melaksanakan tugas pelimpahan dalam menjalankan program Pemerintah
8) Selain melakukan tugas pokoknya, juga berupaya meningkatkan peran aktif masyarakat melalui penggerakan peran serta masyarakat, pemberdayaaan masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan dasar, melaksanakan kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan masyarakat (survailens sederhana), kesiapsiagaan kesehatan dan bencana.
Catt: akan ditambahkan oleh Kesga, gradasi pelayanan yang dapat dilakukan di polindes dan pustu ( a dan b).
c. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas dengan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), merupakan pelayanan kebidanan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga berencana, meliputi :
1) Asuhan kebidanan esensial dan komprehensif 2) Upaya promotif dan preventif,
3) Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi
4) Kolaborasi (Interprofessional health provider collaboration) pada kasuskasus non fisiologis maternal neonatal, dan kasuskasus fisiologis dengan penyakit penyerta.
5) Pelayanan kebidanan kolaborasi dengan tim kesehatan lain (interprofesional health provider collaboration) dalam Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama untuk tindakan pra rujukan dilanjutkan dengan tindakan rujukan. 6) Pembinaan Posyandu dan berbagai UKBM yang ada di
wilayah kerja Puskesmas.
7) Pengelolaan pelayanan KIA termasuk PWS KIA di wilayah kerja Puskesmas dan jaringannya.
9) Selain melakukan tugas pokoknya, juga berupaya meningkatkan peran aktif masyarakat melalui penggerakan peran serta masyarakat, pemberdayaaan masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan dasar, melaksanakan kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan masyarakat (survailens sederhana), kesiapsiagaan kesehatan dan bencana.
2. Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama (Kelas D, C dan B non pendidikan), merupakan pelayanan kebidanan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga berencana, meliputi:
a. Penapisan (skrining) awal kasus non fisiologis dan komplikasi serta kegawatdaruratan maternal neonatal dan Stabilisasi
b. Kolaborasi (Interprofessional health provider collaboration) pada kasuskasus non fisiologis maternal neonatal, dan kasuskasus fisiologis dengan penyakit penyerta dan Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) termasuk dalam tim pelayanan bedah obstetri ginekologi
c. Melaksanakan tugas pelimpahan dalam pelayanan kebidanan d. Asuhan lanjut pasca tindakan medik pada kasus non fisiologis
dan komplikasi maternal neonatal (Interprofessional health provider collaboration)
3. Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Lanjut (Kelas B Pendidikan dan Kelas A), merupakan pelayanan kebidanan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan, serta pelayanan keluarga berencana, meliputi :
b. Kolaborasi (Interprofessional health provider collaboration) pada kasuskasus non fisiologis maternal neonatal, dan kasuskasus fisiologis dengan penyakit penyerta dengan kompleksitas yang tinggi serta Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) termasuk dalam tim pelayanan bedah obstetri ginekologi
c. Melaksanakan tugas pelimpahan dari Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dalam pelayanan kebidanan.
d. Asuhan lanjut pasca tindakan medik pada kasus kasus non fisiologis dan komplikasi maternal neonatal (Interprofessional health provider collaboration).
Catt : nomor 2 dan 3 akan digabungkan.
4. Pelayanan Kebidanan pada Praktik Mandiri Bidan, merupakan pelayanan kebidanan pada masa pra hamil, hamil, bersalin, nifas, menyusui, masa antara dua kehamilan, bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah serta pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, meliputi :
a.Asuhan kebidanan essensial dan komprehensif b.Upaya promotif dan preventif
c. Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi
d.Melaksanakan tugas pelimpahan dalam menjalankan program Pemerintah
e. Pertolongan Pertama pada Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal (PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan dilanjutkan dengan tindakan rujukan
Alur Pelayanan Kebidanan
Rujukan vertikal dilakukan karena adanya keterbatasan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan kesehatan, ke fasilitas pelayanan kesehatan lain yang lebih lengkap. Sedangkan rujukan horizontal dilakukan dalam rangka kebutuhan Pasien akan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi dan kewenangan yang sesuai. Rujukan tersebut harus disertai dengan surat keterangan rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk.
GAMBAR ALUR PELAYANAN KEBIDANAN
Keterangan:
Perencanaan Perencanaan
Perumusan diagnosa kebidanan Pasien datang
Merujuk*:
Stabilisasi
Persiapan rujukan termasuk komunikasi ke fasyankes rujukan dan pendokumentasian
* Merujuk dilakukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki sumber daya manusia yang kompeten, memiliki kewenangan, dan ketersediaan sarana prasarana yang sesuai dengan kebutuhan penatalaksanaan kasus
Alur Pelayanan Kebidanan Pada Rumah Sakit
(PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF)
Catt: dalam tiap gambar alur harap di narasikan B. Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan,mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa dan/atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan.
Langkahlangkah dalam asuhan kebidanan meliputi: 1. Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi Pasien secara holistik meliputi biopsikososiospiritual
Maternal
Pendaftaran
IGD Rujukan/Non Rujukan
Ruang Bersalin
Ruang Bedah Ruang Neonatal
Ruang Rawat Kebidanan Ruang Anak/Bayi I C U
Pulang Paksa Pulang
Meninggal Pulang
Sembuh Rujuk Ke RS
dan kultural. Bidan melakukan pengkajian secara efektif dan efisien untuk mendapatkan data fokus mulai saat pertama kontak dengan Pasien, dilanjutkan selama proses asuhan berlangsung sesuai kebutuhan.
Pengkajian yang dilakukan oleh bidan memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Data tepat, akurat, relevan dan lengkap.
b. Terdiri dari data subjektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya) dan data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan penunjang).
c. Data yang dikaji harus fokus sesuai dengan kondisi/ permasalahan Pasien, ada korelasi/hubungan dan menjadi dasar/justifikasi dari diagnosa dan/atau masalah kebidanan yang ditegakkan.
2. Perumusan Diagnosis dan Masalah/Kebutuhan
Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian serta menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosis dan masalah/kebutuhan yang tepat. Diagnosis dan masalah/kebutuhan ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian dengan kriteria sebagai berikut:
a. Diagnosis dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian;
b. Masalah/kebutuhan dirumuskan sesuai dengan kondisi Pasien; dan
c. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan, baik secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
Diagnosis pada lingkup asuhan kebidanan meliputi: 1) Diagnosis ibu:
b) Pada masa persalinan kala I sampai kala II: meliputi hamil/Gravida ke berapa, pernah melahirkan atau Para berapa kali, dan pernah keguguran/Abortus berapa kali, usia kehamilan saat itu, kala berapa, lalu diikuti kondisi klinis Pasien. Dapat dituliskan: Contoh G2 P1 A0, 40 minggu inpartu kala I, janin tunggal, hidup. (sesuai dengan diagnosis klinis).
c) Pada masa persalinan kala III sampai kala IV: diagnosis meliputi pernah melahirkan atau Para berapa kali, dan pernah keguguran/Abortus berapa kali, kala berapa lalu diikuti kondisi klinis Pasien. Dapat dituliskan: Contoh P2 A0 partus kala III (sesuai dengan diagnosis klinis).
d) Pada 24 jam post partum: diagnosis meliputi Para ke berapa, dan keguguran/Abortus berapa kali, post partum berapa jam diikuti kondisi klinis Pasien. Dapat dituliskan: Contoh P2 A0 post partum 6 jam (sesuai dengan diagnosis klinis).
e) Setelah 24 jam post partum dan masa nifas: diagnosis meliputi Para ke berapa, dan keguguran/Abortus berapa kali nifas hari ke berapa diikuti kondisi klinis Pasien. Dapat dituliskan: Contoh P2 A0 Nifas hari ke 2 (sesuai dengan diagnosis klinis).
f) Pada kesehatan reproduksi: diagnosis meliputi Para ke berapa, Abortus berapa kali, diikuti dengan kondisi Pasien. Dapat dituliskan: Contoh P2 A0 akseptor IUD (sesuai dengan diagnosis klinis).
2) Diagnosis janin: meliputi jumlah janin (tunggal/gemelli), hidup/mati dan presentasi janin yang ditentukan setelah kehamilan memasuki trimester 3 diikuti dengan kondisi klinis janin misalnya gawat janin dan lainlain. Dapat dituliskan: Contoh janin tunggal, hidup (diagnosis janin ditulis setelah diagnosis ibu dituliskan seluruhnya).
NCB/NKB/NLB usia ... jam atau hari ke ... dengan ... (sesuai dengan diagnosis klinis).
4) Diagnosis bayi/balita: meliputi bayi/balita usia berapa, diikuti dengan kondisi bayi/balita. Dapat dituliskan: Bayi/Balita umur….. dengan…..(sesuai dengan diagnosis klinis).
5) Diagnosis pada pelayanan Keluarga Berencana (KB): meliputi Para ke berapa, Abortus berapa kali, akseptor atau calon akseptor jenis kontrasepsi, diikuti dengan kondisi klinis Pasien. Dapat dituliskan: Contoh P2 A0 calon akseptor suntik/pil/IUD/AKBK dengan .. (sesuai dengan diagnosis klinis).
Masalah/kebutuhan pada lingkup asuhan kebidanan meliputi:
a. Pada masa kehamilan, contoh: nyeri pinggang, kehamilan tidak diinginkan, belum siap menjadi orang tua, dll
b. Pada masa persalinan, contoh: nyeri, kelelahan, dll c. Pada masa nifas, contoh: kesulitan menyusui, dll
d. Bayi baru lahir,contoh: lingkungan kurang kondusif, dll e. Bayi/balita, contoh: tidak mau makan, dll
f. Pada pelayanan Keluarga Berencana (KB), contoh: mens tidak teratur, keputihan, dll
3. Perencanaan
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosis dan masalah/kebutuhan yang dirumuksan. Perencanaan yang dibuat dengan kriteria sebagai berikut:
a. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi Pasien: tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara komprehensif melibatkan Pasien dan/atau keluarga.
b. Mempertimbangkan kondisi psikologi dan sosial budaya Pasien/keluarga.
d. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta fasilitas yang ada.
4. Implementasi
Bidan melaksanakan rencana asuhan yang sudah ditetapkan secara komprehensif, efektif, efisien, dan aman (patient safety). Pelaksanaan asuhan dapat berupa upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi ataupun rujukan sesuai kewenangan. Implementasi rencana asuhan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Memperhatikan keunikan Pasien sebagai makhluk biopsiko sosialspiritualkultural (asuhan kebidanan holistik).
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari Pasien dan/atau keluarganya (informed consent), kecuali pada keadaan gawat darurat.
c. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan SPO.
d. Melibatkan Pasien dalam setiap pengambilan keputusan. e. Menjaga privasi Pasien.
f. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.
g. Mengikuti perkembangan kondisi Pasien secara berkesinambungan.
h. Menggunakan sumber daya, sarana, dan fasilitas yang ada dan sesuai standar.
i. Melakukan tindakan sesuai standar.
j. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan dilakukan oleh bidan secara sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keefektifan dari asuhan yang telah diberikan, sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi Pasien. Evaluasi dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai dengan standar dan segera setelah selesai melaksanakan asuhan.
6. Pencatatan Asuhan Kebidanan
Bidan melakukan pencatatan asuhan secara lengkap, akurat, singkat, jelas, dan dapat dipertanggungjawabkan. Pencatatan dilakukan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (rekam medis/status Pasien/buku KIA).
b. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP. c. S adalah data Subyektif, mencatat hasil anamnesa. d. O adalah data Obyektif, mencatat hasil pemeriksaan.
e. A adalah hasil Asesmen, mencatat diagnosis dan masalah kebidanan.
f. P adalah Penatalaksanaan, mencatat seluruh kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan. Sedangkan langkahlangkah dalam melaksanakan kegiatan tertuang di dalam Standar Prosedur Operasional (SPO).
g. Pendokumentasian asuhan kebidanan dilakukan terintegrasi dengan tenaga kesehatan lain, dicatat pada Rekam Medis/Kartu Ibu/Kartu Bayi, dan Buku KIA secara manual maupun elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, dengan memperhatikan prinsip pencatatan dibawah ini :
1) Menulis nama Pasien pada setiap halaman.
2) Selalu dimulai dengan menulis tanggal dan waktu.
3) Dokumen singkat, padat, jelas, dan akuntabel (ringkas, mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam).
4) Isi dokumen memiliki nilai administratif, hukum, ekonomi, pengendalian mutu (quality control), edukasi dan penelitian.
6) Jangan biarkan halaman kosong, beri tanda garis penutup.
7) Hindari penulisan katakata yang mengakibatkan multi interpretasi, misalnya: tampaknya, rupanya dan yang bersifat umum.
8) Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret kata/kalimat yang salah, bubuhkan paraf disampingnya kemudian tulis kata/kalimat yang benar dan jangan dihapus karena validitas pencatatan akan rusak tidak diperkenankan menggunakan tipe ex.
9) Tulis nama jelas dan tanda tangan pemberi asuhan setiap selesai mencatat tindakan yang dilakukan.
10) Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan tulis kembali waktu.
C. Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam bentuk asuhan kebidanan (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2017 yang mengacu pada Midwifery Practice Standart WHO Tahun 2012 dan International Confederation of Midwives (ICM).
Praktik kebidanan mencakup: 1. Umum
a. Persiapan Kehamilan, Persalinan, dan Periode Nifas yang Sehat
Bidan memotivasi dan mendorong ibu, keluarga dan masyarakat dalam memahami dan mengenali proses reproduksi manusia, perubahanperubahan yang terjadi dan kebutuhan yang harus dipenuhi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas, untuk mencapai kehamilan, persalinan dan masa nifas yang sehat termasuk persiapan persalinan, laktasi dan keluarga berencana serta pencegahan penularan IMS/HIV AIDS dan Malaria.
Bidan mencatat semua kegiatan yang dilakukan di klinik maupun di masyarakat, dengan melibatkan kader dan stakeholder, menggunakan formulir pencatatan dan pelaporan yang terstandar dan meninjau catatan secara teratur untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan.
2. Kesehatan Ibu Dan Anak a. Pelayanan Ibu Hamil
1) Identifikasi Ibu Hamil
Bidan mengidentifikasi dan memeriksa ibu hamil di klinik atau di masyarakat, memberikan pendidikan kesehatan reproduksi melalui pendekatan budaya, dan mendorong perempuan, suami dan anggota keluarga untuk pemeriksaan antenatal sejak dini dan teratur, serta merencanakan persalinan ditolong oleh bidan. 2) Pemeriksaan Antenatal dan Deteksi Dini Komplikasi
Bidan memberikan asuhan antenatal dan deteksi dini komplikasi sesuai standar, memastikan ibu hamil merencanakan persalinan termasuk KIE rencana penggunaan alat kontrasepsi KB pasca persalinan, dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam merujuk.
3) Asuhan Ibu Hamil dengan Anemia
Bidan mengenali dan memberikan tindakan yang tepat untuk mencegah, mendeteksi dan mengelola dan/atau merujuk, sesuai dengan pedoman nasional.
4) Persiapan Persalinan
Bidan mengelola ibu dan keluarga agar termotivasi dan terdorong kemandiriannya dalam merencanakan persalinan dan menyiapkan bila terjadi kegawatdaruratan, memastikan dukungan masyarakat dan lingkungan untuk rujukan terencana.
5) Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
meluas terkonsentrasi pada semua ibu hamil, dan epidemi rendah pada semua ibu hamil (diprioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB), memberikan KIE dan konseling pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak, kepada ibu hamil dan pasangan, meliputi pilihan persalinan, pemberian makan pada bayi dan penggunaan kontrasepsi pasca salin. Bidan melakukan penapisan IMS pada ibu hamil dan TB.
b. Pelayanan Ibu Bersalin
1) Penatalaksanaan Persalinan
Standar penatalaksanaan persalinan terdiri dari 2, yaitu Standar Persalinan Kala I dan Standar Persalinan Kala II sampai dengan Kala IV.
Kala I
Bidan mengenali tanda awal persalinan, melakukan deteksi dini komplikasi, memantau kesejahteraan ibu dan janin dengan partograf, konsisten dalam pengendalian dan pencegahan infeksi, memberikan asuhan kebidanan dengan dukungan penuh, pertolongan persalinan aman, tindakan kegawatdaruratan, berkolaborasi dengan profesi terkait dan/atau merujuk. Kala II sampai dengan Kala IV
Bidan menolong persalinan yang bersih dan aman dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) bila syarat terpenuhi, Manajemen Aktif Kala III, observasi pada 2 jam pertama pasca salin, langkah cepat dan tepat dalam pertolongan pertama kegawatdaruratan dan komplikasi serta rujukan yang efektif dengan menggunakan prinsip sayang ibu dan bayi serta menghargai budaya setempat.
2) Asuhan Ibu Post Partum
memastikan tidak ada perdarahan non fisiologis patologis, bayi mendapat ASI, dan melakukan rujukan jika diperlukan.
3) Asuhan Ibu dan Bayi selama Masa Postnatal
Bidan melakukan asuhan ibu dan bayi masa nifas dengan melakukan kunjungan rumah minimal 3 (tiga) kali dalam 42 hari pertama setelah lahir sesuai dengan pedoman yang berlaku, manajemen BBLR, kegawatdaruratan jika ditemukan tanda bahaya selama masa nifas dan merujuk bila perlu, dan memberikan KIE tentang tanda bahaya, kebersihan, gizi, pelayanan KB pasca persalinan kontrasepsi, perawatan bayi, ASI eksklusif, dan imunisasi
c. Pelayanan Kesehatan Anak
1) Asuhan Segera Pada Bayi Baru Lahir Normal
Bidan memastikan bayi bernafas spontan, mencegah hipoksia, hipotermia, hipoglikemia, melakukan KIE, mendukung pemberian ASI Eksklusif dengan memfasilitasi IMD dan mendeteksi/menilai kondisi dan kelainan, dan melakukan rujukan jika diperlukan.
2) Asuhan Neonatus
Bidan memantau tanda bahaya atau komplikasi, melakukan stabilisasi, dan melakukan rujukan, memberikan KIE, membantu dan mendukung pemberian ASI eksklusif, serta membuat surat kelahiran.
3) Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Bidan mempromosikan tentang imunisasi dasar, jenis jenisnya dan manfaatnya dengan melibatkan aparat desa dan tokoh masyarakat atau anggota keluarga untuk membawa bayi ke fasilitas pelayanan kesehatan.
4) Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi, Anak Balita, dan Anak Prasekolah
dan anak pra sekolah dengan kemitraan serta melibatkan masyarakat.
5) Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bidan menilai tandatanda klinis, melaksanakan tatalaksana BBLR tanpa komplikasi dan memantau tumbuh kembang BBLR, prematur/Kecil Masa Kehamilan (KMK).
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana
a. Kesehatan Reproduksi Perempuan
Bidan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi perempuan dengan mempertimbangkan aspek sosial budaya kepada masyarakat untuk mempromosikan kehidupan keluarga yang sehat, merencanakan kehamilan, dan meningkatkan status kesehatan perempuan sepanjang siklus kehidupan.
b. Konseling dan Persetujuan Tindakan Kebidanan
Bidan memotivasi dan mendorong Pasien memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang cocok dan aman sesuai dengan kondisi Pasien. Bidan memotivasi dan mendorong Pasien bertanggung jawab terhadap pilihannya.
c. Pelayanan Kontrasepsi Pil dan Kondom
Bidan melaksanakan asuhan kebidanan dengan menilai kondisi Pasien sebelum memberikan pelayanan kontrasepsi pil dan Kondom, serta memantau pasca pelayanan secara periodik.
d. Pelayanan Kontrasepsi Suntik
Bidan melaksanakan asuhan kebidanan dengan menilai kondisi Pasien sebelum memberikan pelayanan kontrasepsi suntik dan memantau pasca pelayanan secara periodik.
e. Pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)/Implan
f. Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD)
Bidan melaksanakan asuhan kebidanan dengan menilai kondisi Pasien sebelum memberikan pelayanan AKDR/IUD dan memantau efek samping pasca pelayanan secara periodik.
4. Pelayanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
a. Asuhan Pada Perdarahan dalam Kehamilan Muda (< 22 minggu)
Bidan mengenali tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan < 22 minggu secara dini dan tepat, mengambil tindakan yang tepat, memberikan asuhan kebidanan, dan merujuk ibu atau melaksanakan penanganan awal kegawatdaruratan dengan tepat dan segera.
b. Asuhan pada perdarahan dalam kehamilan ( > 22 minggu) Bidan mengenali tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan > 22 minggu secara dini dan tepat, mengambil tindakan yang tepat, memberikan asuhan kebidanan, dan merujuk ibu atau melaksanakan penanganan awal kegawatdaruratan dengan tepat dan segera.
c. Asuhan pada preeklamsia dan eklamsia
Bidan mengenali secara dini tanda dan gejala preeklamsia ringan, preeklamsia berat dan eklamsia. Bidan mengambil tindakan yang tepat, memulai asuhan kebidanan, dan merujuk ibu atau melaksanakan penanganan awal kegawatdaruratan yang tepat dan segera.
d. Asuhan pada partus lama/macet
Bidan mengenali tanda dan gejala partus lama/macet dan mengelola dengan cepat, tepat, dan segera merujuk.
e. Asuhan pada gawat janin
f. Asuhan pada retensio plasenta
Bidan mengenali tanda dan gejala retensio plasenta dan membuat tindakan yang cepat dan tepat ketika plasenta belum lahir sebagian atau seluruhnya.
g. Asuhan pada perdarahan post partum primer
Bidan mengenali tanda dan gejala perdarahan post partum dan mengambil tindakan pertolongan yang cepat dan tepat pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer terutama atonia uteri dan melaksanakan penanganan awal kegawatdaruratan yang tepat dan segera.
h. Asuhan pada perdarahan post partum sekunder
Bidan mampu mengenali tanda dan gejala perdarahan post partum sekunder secara dini dan tepat, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, dan/atau merujuknya.
i. Asuhan pada sepsis puerperalis
Bidan mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis secara tepat dan memberikan asuhan dengan segera serta merujuknya.
j. Asuhan pada asfiksia neonatorum
Bidan mengenali tanda dan gejala bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi bayi baru lahir, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan, merujuk bayi baru lahir dengan cepat dan tepat, serta memberikan asuhan kebidanan lanjutan yang tepat.
D. Kinerja Bidan
Kinerja bidan berkaitan dengan pelayanan dan asuhan kebidanan kepada pasien yang menggambarkan kemampuan perilaku bidan dalam menjalankan peran profesionalnya.
Dalam melaksanakan pelayanan kebidanan, bidan harus memperlihatkan kinerja profesional sesuai dengan yang dipersyaratkan meliputi:
Dalam memberikan pelayanan, bidan harus berorientasi pada kualitas melalui penerapan standar pelayanan kebidanan, berlandaskan etika dan kode etik profesi serta peraturan perundangundangan yang berlaku
2. Pendidikan dan Pelatihan
Dalam mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, bidan harus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan berkelanjutan
3. Kerjasama
Dalam melaksanakan pelayanan, bidan harus membangun kerjasama dengan semua pihak untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
4. Kolaborasi
Dalam memberikan pelayanan, bidan melakukan kolaborasi dengan profesi lain sesuai kebutuhan.
5. Pemanfaatan Sumber Daya
Penanggung jawab pelayanan dapat menetapkan kebutuhan dan memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efisien dalam mendukung pelayanan kebidanan berkualitas.
BAB III
MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
A. Organisasi
Pelayanan kebidanan dalam sistem pelayanan kesehatan merupakan proses pelayanan profesional yang diberikan oleh tenaga bidan kepada individu, kelompok, dan masyarakat, baik secara mandiri, tim, kolaborasi (Interprofessional Health Care Provider), dan/atau rujukan. Pelayanan kebidanan dilaksanakan pada berbagai jenjang tatanan fasilitas pelayanan sesuai dengan sistem pelayanan kesehatan yang ada, mulai dari tingkat primer sampai rujukan yang tersusun dalam suatu mekanisme rujukan timbal balik.
pada 1) pelayanan kebidanan di Puskesmas dan jaringannya dikelola secara berjenjang mulai dari tingkat Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Polindes/Poskesdes oleh Bidan Penanggung jawab KIA KB, 2) penyelenggaraan pelayanan kebidanan di tingkat rujukan dapat dikelola oleh penanggung jawab pelayanan kebidanan di Rumah Sakit, dan 3) praktik mandiri bidan dikelola secara mandiri.
Dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan diperlukan pembinaan teknis dan manajemen yang terarah serta sistematis, agar kualitas pelayanan dapat ditingkatkan dan dipertahankan sesuai standar. Pembinaan pada fasilitas pelayanan kebidanan di tingkat primer dilakukan oleh bidan koordinator dan bidan penanggung jawab KIA KB, dilaksanakan dengan memaksimalkan kegiatan penyeliaan (supervisi) fasilitatif secara berkesinambungan. Pembinaan pada fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan dilakukan oleh bidan supervisor di rumah sakit/ klinik utama.
Bidan supervisor sekurangkurangnya berpendidikan bidan profesi dan memiliki kecakapan manajemen dalam memimpin, membina dan mengarahkan anggotanya untuk meningkatkan mutu pelayanan serta mampu berkomunikasi dengan baik. Bidan supervisor bertanggung jawab kepada pimpinan terkait upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan Pasien, serta terlibat aktif dalam perencanaan pengembangan pelayanan kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan.
B. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu pelayanan kebidanan dinilai berdasarkan indikator mutu dan upaya perbaikan mutu dalam rangka menjamin Keselamatan Pasien (patient safety) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
1. Indikator Mutu
Sebagai tolok ukur penilaian mutu ditetapkan beberapa indikator mutu pelayanan kebidanan, meliputi:
a. Keselamatan Pasien
Keselamatan Pasien
Dimensi mutu Keselamatan Pasien Tujuan Pasien selamat dan sehat
Definisi operasional Persentase Pasien yang terhindar dari cedera, cacat, dan kematian disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
Frekuensi
pengumpulan data
1 tahun
Periode analisis 1 tahun
Numerator Jumlah Pasien yang terhindar dari cedera, cacat, dan kematian disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Denominator Jumlah kunjungan Pasien
Sumber data Register Kohort, Kartu Ibu, Kartu Bayi dan Rekam Medik
Standar 90 %
b. Mutu Pelayanan Kebidanan Ibu Hamil
INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (2) Pelayanan Kebidanan pada Ibu Hamil
Dimensi mutu Kesejahteraan ibu dan janin Tujuan Ibu dan janin sehat
Definisi operasional Persentase ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal care sesuai standar
Frekuensi
pengumpulan data
1 tahun
Periode analisis 1 tahun
Numerator Jumlah ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal care sesuai standar
Denominator Jumlah kunjungan ibu hamil
Sumber data Register Kohort, Kartu Ibu, Rekam medik
Standar 90 %
c. Mutu Pelayanan Kebidanan Ibu Bersalin
INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (3) Pelayanan Kebidanan pada Ibu Bersalin
Dimensi mutu Kesejahteraan ibu dan janin Tujuan Ibu dan janin sehat
Definisi operasional Persentase persalinan yang ditolong oleh bidan yang selamat dan sehat
Frekuensi
pengumpulan data
1 tahun
Periode analisis 1 tahun
Numerator Jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan yang selamat dan sehat
Denominator Jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan Sumber data Register Kohort, Kartu Ibu, Rekam medik
Standar 90 %
d. Mutu Pelayanan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (4) Pelayanan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Dimensi mutu Kesejahteraan bayi baru lahir Tujuan Bayi baru lahir selamat dan sehat Definisi
operasional
Persentase bayi baru lahir pervaginam normal yang difasilitasi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam 1 jam pertama oleh Bidan
Frekuensi
pengumpulan data
1 tahun
Periode analisis 1 tahun
Numerator Jumlah bayi baru lahir pervaginam normal yang difasilitasi IMD dalam 1 jam pertama oleh bidan
Denominator Jumlah bayi baru lahir yang ditolong oleh bidan
Sumber data Register Kohort, Kartu Bayi, Rekam medik
Standar 90 %
e. Mutu pelayanan kebidanan pada ibu nifas
INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (5) Pelayanan Kebidanan pada Ibu Nifas
Dimensi mutu Kesejahteraan ibu nifas Tujuan Ibu selamat dan sehat Definisi
operasional
Persentase ibu nifas partus normal tanpa komplikasi
Frekuensi
pengumpulan data
1 tahun
Periode analisis 1 tahun
Numerator Jumlah ibu nifas partus normal tanpa komplikasi
Denominator Jumlah ibu nifas partus normal yang ditolong oleh bidan
Sumber data Register Kohort, Kartu Ibu, Rekam medik
Standar 90 %
Penanggung jawab Penanggung Jawab Pelayanan Kebidanan
INDIKATOR MUTU PELAYANAN KEBIDANAN (6)
Pelayanan Kebidanan pada Keluarga Berencana Dimensi mutu Kesejahteraan ibu
Tujuan Ibu menggunakan alat kontrasepsi Definisi
operasional
Persentase ibu menggunakan obat dan alat kontrasepsi yang difasilitasi oleh bidan
Frekuensi
pengumpulan data
1 tahun
Periode analisis 1 tahun
Numerator Jumlah wanita usia subur (wus) yang
menjadi akseptor KB yang difasilitasi oleh
bidan
Denominator Jumlah wanita usia subur Sumber data Register KB
Standar 60%
Penanggung jawab Penanggung Jawab Pelayanan Kebidanan
2. Upaya Perbaikan Mutu
Perbaikan mutu dilakukan melalui metode penyeliaan. Penyeliaan dilakukan oleh bidan koordinator/supervisor dan/atau penanggung jawab pelayanan kebidanan dengan menggunakan pendekatan penyeliaan fasilitatif.
Bidan koordinator/supervisor dan/atau penanggung jawab pelayanan kebidanan memiliki tugas dan fungsi serta harus memenuhi kompetensi dan kualifikasi minimal sebagai bidan profesi.
a. Pengamatan langsung menilai fasilitas/sarana pendukung (ruangan, obat, dan alat) dengan menggunakan Instrumen Audit Standar Praktik Bidan:
1) Untuk penyeliaan keterampilan klinis paling ideal bidan koordinator/supervisor dan/atau penanggung jawab pelayanan kebidanan melakukan pengamatan langsung terhadap bidan yang diselia pada saat melakukan pelayanan kebidanan sehingga tahu tingkat kepatuhan bidan yang diselia.
2) Bila pengamatan langsung pada Pasien tidak mungkin dilakukan, maka pada saat pertemuan konsultatif dapat dimanfaatkan untuk Diskusi Refleksi Kasus (DRK). b. Kajian Dokumen
Bidan koordinator / supervisor dan/atau penanggung jawab mengkaji pencatatan hasil pelayanan kebidanan dengan menggunakan rekam medik (status ibu, partograf, status bayi atau dokumen lain yang telah diisi) disesuaikan dengan standar.
c. Wawancara
Bidan koordinator / supervisor dan/atau penanggung jawab pelayanan kebidanan dapat mengidentifikasi masalah dan membantu memecahkan kesulitan yang dihadapi bidan dalam memberikan pelayanan serta mendorong bidan untuk selalu mempelajari kembali standar asuhan kebidanan.
Setelah selesai melaksanakan penyeliaan, membuat kesimpulan tertulis tentang semua temuan dalam kunjungan (kekurangan maupun kelebihan/hal yang baik), tindakan/upaya untuk memperbaiki kekurangan dan cara pemecahan masalah yang ditemui saat kunjungan penyeliaan.
C. Keselamatan Pasien
Keselamatan Pasien merupakan sistem keselamatan pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan yang membuat asuhan Pasien lebih aman meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko Pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Insiden adalah kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada Pasien, terdiri dari kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, kejadian tidak cedera, dan kejadian potensial cedera : 1. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD), insiden yang mengakibatkan
cedera pada Pasien.
2. Kejadian Nyaris Cedera (KNC), insiden yang belum sampai terpapar ke Pasien
3. Kejadian Tidak Cedera (KTC), insiden yang sudah terpapar ke Pasien tetapi tidak timbul cedera
4. Kondisi Potensial Cedera (KPC), kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera tetapi belum terjadi insiden.
5. Kejadian sentinel, merupakan KTC yang mengakibatkan kematian atau cedera serius.
BAB IV SUMBER DAYA
A. Sumber Daya Manusia
Pelayanan kebidanan yang berkualitas memerlukan ketersediaan bidan dalam jumlah dan kualitas yang memadai, terdistribusi secara merata, dimanfaatkan secara berhasil guna dan berdayaguna, serta terjaga kesinambungannya sehingga dapat diselenggarakan pelayanan kebidanan sesuai standar.
Pengelola pelayanan kebidanan mempunyai program pengelolaan sumber daya manusia kebidanan sesuai kompetensi dan potensi pengembangan agar pelayanan kebidanan terlaksana secara efektif dan efisien. Pelayanan kebidanan dilaksanakan oleh bidan mulai dari pelayanan kesehatan tingkat primer, sekunder, dan tertier. Untuk memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas diperlukan tenaga bidan yang memiliki kemampuan dalam aspek intensitas kognitif, komprehensif, aplikatif, kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi, sehingga mampu berfikir kritis dalam suatu pengambilan keputusan yang tepat serta mampu memahami perasaan Pasien yang ditangani (empati).
Tenaga bidan terdiri atas bidan profesi dan bidan vokasi. Bidan profesi adalah bidan yang lulus dari pendidikan profesi yang berperan sebagai pemberi asuhan komprehensif dan professional sesuai kewenangan pada kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi, anak balita, anak pra sekolah, kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sesuai standar dan kode etik profesi. Bidan vokasi adalah bidan yang lulus dari pendidikan diploma III yang berperan sebagai pemberi asuhan kebidanan esensial dan komprehensif normal sesuai kewenangan pada kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi, dan keluarga berencana sesuai standar dan kode etik profesi.
mengikuti hasil Analisa Beban Kerja (ABK) yang dilakukan setiap fasilitas pelayanan kesehatan untuk menentukan kebutuhan jumlah dan jenjang . Dari hasil Analisis Beban Kerja tersebut proporsi karakteristik pelayanan pada setiap jenjang fasilitas pelayanan kesehatan. Sesuai dengan peran dan fungsinya kebutuhan tenaga bidan di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah bidan vokasi 80% sebagai bidan pelaksana dan bidan profesi 20% yang akan berperan juga sebagai bidan koordinator dan penanggung jawab program di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama dan bidan Supervisor dan bidan Penanggung jawab ruangan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Rujukan tingkat Lanjutan sesuai kompleksitas pelayanan untuk menjawab kebutuhan kerja sama tim antar profesi kesehatan (interprofessional health provider). Sedangkan pada fasilitas pelayanan kesehatan rujukan dibutuhkan setidaknya bidan vokasi 50% dan bidan profesi 50%
Fasilitas pelayanan kesehatan bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan kualifikasi dan kompetensi bidan yang sesuai, termasuk pada kebutuhan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan profesionalisme.
Pemenuhan sumber daya manusia bidan di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan berdasarkan analisis beban kerja dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. (cek dengan yang atas, yang lebih nyambung)
1. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas dan Jaringannya a. Pelayanan Kebidanan di Desa
Pelayanan kebidanan di desa (Polindes/Poskesdes) memiliki 1 orang bidan yang kompeten dalam pelayanan kebidanan esensial, konseling, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), mampu melakukan upaya promotif dan preventif, deteksi dini, rujukan, pelayanan kesehatan dasar, serta Pertolongan Pertama Pada KegawatDaruratan Obstetri Neonatal (PPGDON).
Pelayanan kebidanan di Puskesmas Non Rawat Inap sekurangnya memiliki 1 (satu) orang bidan koordinator dan 3 bidan pelaksana di ruang KIA/KB yang kompeten dalam pelayanan kebidanan essensial, konseling, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), mampu melakukan upaya promotif dan preventif, deteksi dini, rujukan, dan Pertolongan pertama pada kegawatdaruratan obstetri neonatal (PPGDON).
c. Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas PONED
Pelayanan kebidanan di Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas PONED sekurangnya memiliki 1 orang bidan koordinator, 2 bidan pelaksana di ruang KIA/KB, ditambah 1 orang bidan sebagai penanggung jawab ruang bersalin dan minimal 4 bidan pelaksana untuk jaga shift yang kompeten dalam pelayanan kebidanan essensial, konseling, Komunikasi Informasi Edukasi (KIE), mampu melakukan upaya promotif dan preventif, deteksi dini, pertolongan persalinan normal, kolaborasi dengan tim PONED, dan rujukan.
Catt: hilangkan jumlah, sesuaikan dengan yang lain 2. Pelayanan Kebidanan di Rumah Sakit
setiap rumah sakit memiliki minimal 1 (satu) orang bidan koordinator/bidan supervisor.
b. Pelayanan kebidanan di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Lanjut Pelayanan kebidanan di Rumah Sakit Rujukan Tingkat Lanjut sekurangnya memiliki 3 orang bidan pelaksana di Ruang Poliklinik KIA, 3 orang bidan pelaksana di Ruang Poliklinik KB, 3 orang bidan pelaksana di Ruang Poliklinik Ginekologi, 5 orang bidan pelaksana di Kamar Operasi Obstetri Ginekologi, 5 orang bidan pelaksana di Instalasi Gawat Darurat, 5 orang bidan pelaksana di Ruang Perinatologi, ditambah 1 orang bidan sebagai penanggung jawab ruang bersalin, 1 orang bidan sebagai penanggung jawab ruang nifas, serta minimal 80 bidan pelaksana untuk jaga shift di ruang bersalin dan ruang nifas, ruang perinatologi yang kompeten dalam konseling, komunikasi teraupetik, mampu melakukan upaya promotif dan preventif, deteksi dini, melakukan penapisan (skrining awal) kasus komplikasi/rujukan untuk mencegah terjadinya keterlambatan penanganan, asuhan kebidanan pada kasus komplikasi kebidanan dengan penyakit penyerta yang kompleks dan emergensi sesuai kebutuhan serta memberikan asuhan lanjut pada kasus komplikasi kebidanan dengan penyakit penyerta yang kompleks dengan pelimpahan kewenangan melalui pendelegasian maupun mandatory (pemberian mandate). Untuk pembinaan pelayanan kebidanan, setiap rumah sakit memiliki minimal 2 (satu) orang bidan koordinator/bidan supervisor.
Catt: angka 2 a dan b akan digabung 3. Praktik Mandiri Bidan
B. Sarana,Prasarana,dan Peralatan
Pengelola pelayanan kebidanan menyediakan fasilitas sarana, Prasarana, dan peralatan, baik dari segi jumlah, jenis dan spesifikasi yang menjamin tersedianya fasilitas sarana, prasarana, dan peralatan yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang efektif, efisien, dan bermutu berdasarkan jenis fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 1. Sarana
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kebidanan seyogyanya menyediakan sarana memadai dan memenuhi aspek kemudahan dan keselamatan (safety) pengguna/masyarakat agar pelayanan kebidanan berjalan secara aman, dan optimal. Lokasi gedung/bangunan tempat penyelenggaraan pelayanan rawat jalan dan rawat inap, terletak dekat dengan loket pendaftaran, memperhatikan kemudahan akses untuk mencapai lokasi bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap, dengan petunjuk arah yang mudah terlihat/dipahami.
Bangunan/ruang pelayanan kebidanan rawat jalan harus didesain memenuhi prinsipprinsip keselamatan pasien yang memberikan kemudahan akses bagi difabel/penyandang disabilitas serta kemudahan akses bagi Pasien dan/atau pasien yang akan melakukan persalinan.
Penyelenggaraan pelayanan kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan harus memenuhi sarana yang disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan dan daya dukung institusi terkait, termasuk sarana mebelair sesuai kebutuhan pelayanan serta diupayakan pemeliharaannya secara berkala untuk memenuhi aspek keselamatan.
2. Prasarana
Penyelenggaraan pelayanan kebidanan harus didukung daya listrik yang sesuai kebutuhan dan peralatan yang dipergunakan, sangat dianjurkan dengan menggunakan stabilisator untuk menjamin kestabilan tegangan dan keamanan peralatan yang digunakan.
3. Peralatan
Setiap penyelenggaraan pelayanan kebidanan di fasilitas pelayanan kesehatan harus didukung peralatan dalam jumlah yang cukup. Peralatan kesehatan dan peralatan lain yang perlu diuji dan kalibrasi harus dilakukan uji fungsi dan kalibrasi secara berkala oleh pihak terkait/yang berwenang.
BAB V PENUTUP
Standar pelayanan kebidanan ditetapkan sebagai acuan pelaksanaan pelayanan kebidanan di setiap tatanan pelayanan kesehatan. Untuk keberhasilan pelaksanaan standar pelayanan kebidanan ini diperlukan komitmen dan kerjasama semua pemangku kepentingan terkait. Hal tersebut akan menjadikan standar pelayanan kebidanan semakin optimal dan dapat dirasakan manfaatnya oleh Pasien dan masyarakat yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan dan kepuasan Pasien atau masyarakat.
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,