• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Teori S-O-R atau stimulus (pesan)-organism (komunikan)-response (tanggapan atau reaksi) digunakan dalam ilmu komunikasi karena mempelajari mengenai manusia yang jiwanya meliputi komponen sikap, opini, perilaku (Effendy, 2003, p.254). Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Salah satu bentuk dari efek adalah perubahan sikap (Effendy, 2003, p.254). Berbagai perilaku yang diperlihatkan televisi dalam adegan filmnya memberi rangsangan masyarakat untuk menirunya, meski mereka tahu itu bukan hal yang terjadi sebenarnya. Karena begitu kuatnya pengaruh televisi sehingga bisa mempengaruhi lebih banyak sikap dan perilaku masyarakat (Nurudin, 2007, p.166).

Beragam acara televisi mendorong perkembangan penelitian-penelitian tentang sikap audience terhadap program di televisi. Sikap merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Objek sikap dapat berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok dan mempunyai daya pendorong atau motivasi (Rahmat, 2003, p. 39-40). Penelitian tentang sikap pemirsa dapat dilihat berdasarkan pada objek kekerasan yang terkandung di dalamnya.

Banyak stasiun televisi yang menampilkan adegan kekerasan dalam beragam program acara mereka. Hal ini dilakukan untuk mendapat rating yang tinggi dari audience (Memutus Siklus Kekerasan di TV, www.harianjoglosemar.com, 22 Juli 2011). Padahal, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh George Gerbner mengenai teori kultivasi yang muncul sebelum teori S-O-R yakni pada tahun 1967, adegan kekerasan di televisi bisa membuat banyak anak menirunya. Teori kultivasi menyatakan bahwa semakin banyak intensitas seseorang menonton kekerasan maka akan tinggi pula kekerasan yang dilakukan (Antoni, 2004, p.125).

Dari penelitian oleh Yayasan Pengembangan Media Anak pada 21 Februari 2008 yang berjudul Potret Buram Sinetron Indonesia diketahui bahwa program acara yang paling banyak mengandung unsur kekerasan adalah sinetron (Potret

(2)

2

Buram Sinetron, www.kidia.org, 2008). Hampir 70% sinetron mengandung kekerasan dan kecenderungan eksploitasi seksual (Mahayoni, 2008, p.15) . Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA-Kidia) dan 18 Perguruan Tinggi di Indonesia menemukan bahwa sinetron saat ini mengandung unsur kekerasan (Potret Buram Sinetron, www.kidia.org, 2008). Di antaranya kekerasan psikologis tampak menonjol dalam setiap sinetron, dengan rata-rata mencapai persentase di atas 40%. Ini disusul dengan kekerasan fisik. Bentuk kekerasan lain yang cukup sering muncul adalah kekerasan relasional dan kekerasan fungsional. Kekerasan psikologis tercermin lewat perilaku mengancam, memaki-maki, mengejek, melecehkan, memarahi, memelototi, dan membentak. Kekerasan fisik memperlihatkan kontak fisik antara pelaku dan korban, mulai dari yang sifatnya „ringan' seperti menoyor dan mencubit, sampai yang sifatnya „berat' seperti memukuli dan mengeroyok. Kekerasan fisik bisa melibatkan senjata (seperti menembak dan menikam) atau dilakukan dengan tangan kosong (meninju, menjambak, menampar) (Sunarto, 2009, p.57). Kekerasan merupakan tindakan menyakiti, merendahkan atau tindakan kejiwaan yang bertujuan untuk membuat objek kekerasan tersebut menderita baik secara fisik maupun psikologis (Santoso, 2002, p.168).

Gambar 1.1 Korban Kecelakaan dalam Sinetron “Dewa” di RCTI Sumber: Youtube, 12 Desember 2011

Dalam gambar 1.1 merupakan salah satu adegan dalam sinetron „Dewa” di RCTI yang menayangkan seorang wanita yang tergeletak dengan darah keluar dari lubang hidung, mulut dan telinganya. Ini merupakan salah satu adegan

(3)

kekerasan dimana dalam Standar Program Siaran pada pasal 26 no 3a mengenai kekerasan mengatakan bahwa dilarang memperlihatkan secara jelas korban yang berdarah-darah.

Gambar 1.2 Laki-laki Tertabrak Mobil dalam sinetron “Dewa” Sumber:Youtube, 12 Desember 2011

Pada gambar 1.2 dalam sinetron “Dewa” terlihat korban seorang laki-laki yang sedang tertabrak mobil dan terlihat secara detil bagaimana kronologi sesaat menjelang tertabrak mobil dan korban kecelakaan yang mengalami kondisi mengenaskan setelah mengalami kecelakaan. Dalam Standar Program Siaran dalam pasalnya ke-26 no 3a mengenai pembatasan pelarangan kekerasan dan sadisme dikatakan bahwa dilarang menampilkan secara detil korban dalam kondisi yang mengenaskan. Sesuai dengan definisi kekerasan dalam Standar Program Siaran nomor 03/P/KPI/12/2009 pasal 1 no 22 adegan kekerasan adalah adegan yang menampilkan tindakan verbal atau non verbal yang menimbulkan rasa sakit secara fisik, psikis, atau sosial bagi korbannya. Gambar 1.2 telah secara jelas menunjukkan bahwa sinetron tersebut memperlihatkan adegan kekerasan. Selain sinetron “Dewa” masih banyak sinetron yang mendapat teguran Komisi Penyiaran Indonesia, diantaranya “Alisa” dan “Putri Yang Ditukar” yang tayang di RCTI dan sinetron “Hareem” dan “Cinta Fitri” yang ditayangkan di Indosiar karena banyak menyangkan kekerasan (www.lautanindinesia.com).

Salah satu saluran televisi di Indonesia yang banyak menyuguhkan sinetron dan juga yang banyak ditonton masyarakat adalah RCTI. Hal ini dapat dilihat

(4)

4

melalui rating AGB Nielsen pada 23 November 2011 yang menunjukkan perolehan rating beberapa sinetron diduduki oleh sinetron RCTI. Sinetron tersebut antara lain “Dewa”, “Putri Yang Ditukar” dan juga “Anugerah” (Rating Report, Tabloid Bintang 23 November 2011). Menurut Morissan, ada tiga tema sinetron yang disukai penonton yakni seks, uang dan kekuasaan. Dengan tema percintaan dalam sinetron lebih ditekankan pada adegan kisah percintaan antara pria dan wanita yang akan membuat daya tarik yang kuat pada penonton. Episode mengenai uang juga menyentuh perasaan orang karena keinginan untuk menjadi cepat kaya merupakan impian setiap orang dalam hidupnya. Sedangkan kekuasaan adalah obat mujarab membuat orang berbohong, berjuang dan membunuh untuk mendapatkan kekuasaan.Perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan menjadi dasar cerita dari drama yang bagus (Morissan, 2008, p.214). Bahkan menurut pengamat hukum Universitas Tadulako, Benny Diktus Yusman, sinetron bisa mempengaruhi orang melakukan korupsi dengan pola hidup konsumtif yang banyak dipertontonkan (Kompas, 11 Februari 2011). Hal ini berhubungan dengan tema uang dan kekuasaan yang dipertontonkan oleh sinetron. Sinetron “Anugerah” yang mengisahkan tentang perjalanan hidup Nabila yang memiliki ibu tiri yang gila harta. Akirnya Nabila jatuh cinta dengan Fandy (Samuel Zylgwyn) dan segera menikah. Hera (Annie Mawar) yang merupakan ibu tiri Fandy karena tahu Fandy akan segera menikah ketakutan kalau Fandy akan terlebih dahulu memiliki anak sehingga Hera tidak ada kesempatan untuk memiliki harta ayah Fandy (www.rcti.tv). Dari sinopsis sinetron “Anugerah” di atas maka sinetron ini mengandung tiga tema sinetron yakni seks, uang dan kekuasaan.

Menempati tiga besar rating tertinggi di RCTI, Sinetron “Anugerah” pada tahun 2011 bisa dikatakan menjadi sinetron populer dan paling banyak ditonton. Hal ini terlihat dalam 3 minggu terakhir pada bulan Juni 2011 sinetron produksi Sinemart ini selalu memuncaki perolehan rating yang dikeluarkan AGB Nielsen menurut Tabloid Bintang edisi Selasa, 5 Juli 20011(Canda Tawa, Tabloid Bintang 2011). Bahkan dalam hal rating, sinetron “Anugerah” dapat mengalahkan sinetron “Putri Yang Ditukar” yang sempat meraih penghargaan sinetron terfavorit di ajang Panasonic Award 2011.

(5)

Acara TVR Share

Anugerah 6,2 24,8

Putri Yang Ditukar 6 22,4

Calon Bini 2,3 11,2

Tabel 1.1 Rating Sinetron

Sumber : Tabloid Bintang (Selasa, 5 Juli 2011)

Seperti tayangan sinetron lainnya seperti “Cinta Fitri” yang menimbulkan pro dan kontra, sinetron “Anugerah” juga mendapat respon positif dan negatif karena di dalamnya ditengarai adanya adegan kekerasan (Aduan KPI, www.kpi.go.id). Adapun pro dan kontra yang terjadi di masyarakat adalah berkaitan dengan tindak kekerasan, dendam, adegan-adegan sadis dan kekerasan yang ditayangkan oleh sinetron “Anugerah”.

Pro dan kontra masyarakat terlihat dalam pengaduan melalui website KPI (Komisi Penyiaran Indonesia). Mereka banyak mengadu mengenai tayangan kekerasan dalam sinetron “Anugerah”.

“Tolong banget hentikan tayangan Anugerah di RCTI, sangat-sangat menyeramkan, ada adegan penyiksaan ibu hamil tua yang diceburkan ke dalam kolam renang hingga terlihat darah yang mengucur…Ayo KPI selamatkan masyarakat dari tayangan ekstrim ini…”

Dwi Cinta Purnama (DKI Jakarta): Anugerah RCTI

“KPI tolong tegur RCTI atas tayang Sinetron Anugerah yang isinya hanya dendam, kebencian, dan adegan2 sadis dan kekerasan, sangat jauh dari nilai positif yang disajikan di Anugerah hanya kejahatan2 dan pembodohan karakter…Durasi tayang yang cukup lama membuat tambah buruknya mutu dan kualitas tayangan RCTI…”

Susi (Jawa Barat): Sinetron Sadis

Sumber: Aduan KPI, www.kpi.go.id, 23 September 2011

Dalam Standar Program Siaran nomor 03/P/KPI/2009 adegan kekerasan yang dilarang dalam Standar Program Siaran mengenai adegan kekerasan yakni dilarang menampilkan secara detail korban berdarah-darah, kondisi terpotong-potong dan kondisi yang mengenaskan lainnya. Adegan kekerasan lainnya yakni dilarang untuk menampilkan adegan penyiksaan secara nyata yang terkesan sadis sehingga membuat pemirsa merasa ngeri seperti: menusuk dengan pisau sehingga

(6)

6

darah menyembur, memukul dengan alat yang menimbulkan kengerian bagi penontonnya. Dari beberapa adegan yang menjadi kontra di masyarakat di atas maka yang paling banyak diperdebatkan antara lain kekerasan dan kata kotor yang ditampilkan dalam tayangannya (Aduan KPI, www.kpi.go.id, 23 September 2011).

Salah satu sinetron yang mengandung kekerasan adalah sinetron “Anugerah”. Hal ini dibuktikan dengan wawancara dengan Fajar Arifianto selaku ketua Komisi Penyiaran Daerah Jawa Timur yang menyatakan bahwa ada kandungan kekerasan dalam sinetron “Anugerah”. Fajar Arifianto mengatakan “Pengamatan kami di Komisi Penyiaran Indonesia Jatim, ada segmen yang mengandung kekerasan diantaranya perkelahian yang cenderung vulgar, kemudian ada pemain yang memukul dengan alat kayu terhadap lawannya meskipun dikemas dalam bentuk yang ringan, namun sinetron ini sebenarnya adalah kekerasan yang dimunculkan secara audiovisual di layar kaca,” ujarnya (Wawancara dengan ketua KPID Jawa Timur pada hari Selasa, 10 Januari 2012). Dalam Standar Program Siaran pasal 26 menyatakan bahwa dilarang menampilkan adegan penyiksaan secara mendetail dengan alat secara nyata seperti memukul dengan alat, menusuk dengan pisau sehingga menimbulkan kengerian bagi penontonnya. Dengan adanya adegan kekerasan di atas maka banyak masyarakat yang protes dengan mengadu ke Komisi Penyiaran Indonesia (Aduan KPI, www.kpi.go.id, 23 September 2011).

Kekerasan sinetron “Anugerah” juga diperkuat dengan teguran Komisi Penyiaran Indonesia yang melayangkan teguran tertulis dengan nomor 19/K/KPI/01/12 yang berbunyi:

“Pada tanggal 20 Desember 2011 pukul 21.22 WIB menayangkan adegan kekerasan secara detail berupa adegan dua pemeran perempuan saling mendorong dari balkon lantai dua sebuah rumah dan keduanya terjatuh ke tanah. Pelanggaran yang sama terjadi pada tayangan tanggal 22 Desember 2011 berupa penayangan adegan terjatuhnya seorang anak dari lantai dua sebuah bangunan. Tindakan menayangkan adegan tersebut telah melanggar P3 Pasal 10 dan Pasal 14 seta SPS Pasal 13 ayat (1) dan Pasal 25.”

Sumber: Tabloid Bintang, 16 Januari 2012.

Dalam teguran KPI mengenai kekerasan sinetron “Anuegerah‟ mengenai Standar Program Siaran pasal 13 ayat 1 yakni mengenai melindungi kepentingan anak, remaja dan perempuan. Pada pasal 25 disebutkan program siaran yang mengandung kekerasan hanya dapat

(7)

disiarkan pada pukul 22.00-03.00 WIB. Sedangkan, sinetron “Anugerah” ditayangkan pada pukul 20.15 WIB.

Gambar 1.3 Harman memukul korban dengan kayu dalam sinetron “Anugerah”

Sumber: Youtube, 12 Desember 2011

Pada gambar 1.3 terlihat bahwa Harman yang diperankan oleh Anjasmara memegang balok kayu yang akan dipukulkan terhadap korbannya. Adegan yang terlihat secara jelas dan nyata bagaimana kronologi pemukulan dengan kayu tersebut mulai dari awal sampai pemukulan terjadi. Sesuai dengan Standar Program Siaran No 03/P/KPI/12/2009 bab XI pasal 26 nomor 3 mengenai pelarangan program siaran kekerasan yakni menampilkan adegan penyiksaan

(8)

8

secara close up dengan atau tanpa alat (pentungan/pemukul, setrum, benda tajam) secara nyata, adegan “Anugerah” ini merupakan salah satu adegan kekerasan.

Gambar 1.4 Adegan Pembunuhan dalam Sinetron “Anugerah” Sumber: Youtube 12 Desember 2011

Dalam gambar 1.4 terlihat ada sebuah mobil dengan penumpangnya yang terjebak di tengah-tengah lintasan kereta api dan pada saat itu pula ada kereta api yang melintas. Penumpang yang terjebak diperlihatkan bagaimana upaya untuk bisa menyelamatkan diri dari kereta api tersebut. Salah satu adegan sinetron “Anugerah” ini melanggar Standar Program Siaran pasal 26 no 3a mengenai menampilkan adegan kekerasan secara nyata sehingga membuat penonton merasa ngeri. Melalui hasil wawancara dengan salah satu pemirsa sinetron “Anugerah” mengenai adegan kekerasan yang menimbulkan kengerian.

“Sinetron ini memang seru, tapi terkadang jengkel kalau melihat Nabila dan Nugie ditindas rasanya ngeri dan kasihan banget. Apalagi kalau pas adegan yang tegang ya, jantung saya ikut berdebar rasanya, ujar Ida Rosita”.

Meskipun banyak terdapat kontra di masyarakat, namun banyak juga masyarakat yang menyukai sinetron “Anugerah”. Rata-rata mereka menyukai sinetron “Anugerah” karena akting para pemainnya bagus, ceritanya menarik, dan

(9)

sebagian besar dari mereka adalah penggemar dari pemain sinetron “Anugerah” (Forum Facebook Sinetron Anugerah, www.facebookSinetronAnugerah, 2011).

Meski banyak pro dan kontra yang terjadi di masyarakat mengenai tayangan sinetron, hal ini tidak menghambat perkembangan sinetron ini. Menurut Nielsen dalam Kompas edisi 4 Mei 2011 jumlah penonton sinetron secara keseluruhan meningkat hingga 51 persen dari rata-rata 969 ribu orang menjadi 1,4 juta pada periode 2010-2011 dan sebagian besar penontonnya adalah perempuan berusia 30 tahun ke atas dan dari kelas menengah ke bawah. Namun penonton sinetron “Anugerah” di Surabaya didominasi oleh perempuan dengan usia 40 tahun ke atas (AGB Nielsen, April-Juni 2011).

Dengan adanya pro dan kontra terhadap sinetron “Anugerah” yang menayangkan adegan kekerasan apa lagi hingga terlihat korban yang berdarah-darah, maka peneliti menganggap hal ini merupakan fenomena komunikasi yang menarik untuk diteliti.

Penelitian ini akan mengambil lokasi di Surabaya karena rating dan share sinetron “Anugerah” Surabaya lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata 10 kota besar lainnya.

Tabel 1.2 Tabel rating sinetron “Anugerah” di Surabaya dan 10 kota besar

Rating Channel Rating Share

10 kota RCTI 5.0 19.8

Surabaya RCTI 7.6 29.5

Sumber: AGB Nielsen (April-Juni 2010)

Tabel di atas menjelaskan tentang posisi rating dan share sinetron “Anugerah”. Pada baris pertama menunjukkan perolehan rating dan share di sepuluh kota besar yang ada di Indonesia antara lain Jakarta, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Yogyakarta, Palembang, Denpasar, Banjarmasin dan Surabaya. Baris kedua merupakan angka perolehan rating dan share hanya di kota Surabaya saja. Dari data tabel di atas diketahui bahwa perolehan rating dan share di kota Surabaya lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai rata-rata di 10 kota besar yakni selisih 2.6 poin untuk rating dan 9.7 poin untuk share.

(10)

10

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap pemirsa, khususnya masyarakat Surabaya mengenai tayangan sinetron “Anugerah” di RCTI. Penelitian ini dilakukan dengan cara survey dalam kurun waktu satu bulan (Januari 2012) untuk mengetahui apakah sikap masyarakat positif, netral atau negatif terhadap sinetron “Anugerah”. Alasan penelitian dilakukan bulan Januari 2012 karena sinetron “Anugerah” berakhir pada tanggal 15 Januari 2012 dengan episode terakhir 472-473. Dalam episode terakhirnya sinetron “Anugerah” memperoleh TVR 3,3 dan share 16,2 (Tabloid Bintang, 16 Januari 2012). Responden kali ini dikhususkan untuk perempuan karena merupakan penonton yang dominan. Selain itu, sinetron merupakan program yang disukai oleh para ibu rumah tangga yang tinggal di rumah (Morissan, 2008, p.182). Namun hal itu tidak semata-mata menjadi alasan pemilihan responden dalam penelitian kali ini.

Dalam media massa, wanita selalu menjadi objek kekerasan misalnya digambarkan berupa diskriminasi kerja, diskriminasi upah, sebagai ibu rumah tangga yang mengurus pekerjaan rumah, objek pelecehan dan kekerasan, penindasan dan sebagainya (Sunarto, 2009, p.4). Bila ceritanya mengenai keluarga maka perempuan harus bertanggung jawab pada keluarganya seperti memasak, mencuci, menyetrika, merawat suami meskipun ia juga punya tanggung jawab lain diluar rumah (Ibrahim, 1998, p.224). Selain itu mengenai jumlah waktu menonton, wanita merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak tinggal di rumah sehingga memiliki banyak waktu untuk menonton televisi (Ibrahim, 1998, p.237). Untuk itu peneliti memilih wanita sebagai responden dalam penelitian kali ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah :

Bagaimana sikap pemirsa perempuan Surabaya melihat kekerasan dalam tayangan sinetron “Anugerah” di RCTI?

(11)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap pemirsa Surabaya mengenai tayangan kekerasan dalam sinetron “Anugerah” di RCTI ditinjau dari komponen sikap kognitif-afektif-konasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Akademis

Kadang kala masyarakat tidak menyadari bahwa stimuli yang mereka terima dapat mempengaruhi sikap mereka. Jika stimuli tersebut berwujud kekerasan, maka dampaknya akan sangat besar. Dalam penelitian sebelumnya telah membuktikan adanya pengaruh negatif kekerasan pada sinetron terhadap penontonnya. Hal ini memungkinkan muncul dan menguatnya kembali teori S-R, dimana audience dianggap tidak kompeten untuk mengelola stimulus yang dia dapatkan, sehingga pesan yang disampaikan akan langsung mengubah sikap penonton. Penelitian ini tidak menggunakan teori S-R melainkan teori S-O-R karena ingin mempertanyakan sikap masyarakat pada konten kekerasan sinetron khususnya dalam konteks Indonesia. Selain itu peneliti menggunakan teori S-O-R bertujuan untuk mengetahui apakah teori ini dapat digunakan dalam mengukur sikap. Dengan demikian peneliti menambahkan perspektif mengenai kajian kekerasan dalam teori S-O-R.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi stasiun televisi, khususnya RCTI untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyeleksi program acara yang layak untuk ditonton oleh pemirsa khususnya dalam proses produksi sinetron supaya lebih baik dalam membuat produksi sinetron yang mendidik masyarakat. Selain itu juga menjadi masukan bagi rumah produksi untuk lebih kreatif dalam pembuatan sinetron yang lebih berguna bagi masyarakat di masa yang akan datang. Dalam industri sinetron, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan supaya menyuguhkan sinetron yang lebih baik. Bagi peneliti, penelitian ini akan memberikan manfaat khususnya dalam memilih program acara yang bermanfaat khususnya sinetron yang berisi kekerasan. Dan untuk penelitian lain

(12)

12

diharapkan penelitian ini memberikan masukan khususnya dalam penelitian sikap terhadap kekerasan dalam tayangan sinetron.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Dalam penelitian kali ini objek yang akan diteliti adalah sikap dengan menggunakan tiga komponennya yakni afektif (emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis), kognitif (kemampuan seseorang untuk menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi bagi pemirsa) dan konasi (proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari).

2. Subjek dalam penelitian ini adalah sinetron “Anugerah”. Secara khusus dimensi yang akan dilihat dalam sinetron ini adalah dimensi kekerasan yang terdiri dari kekerasan fisik dan kekerasan psikologis dalam tayangan sinetron “Anugerah” yang tayang di RCTI . Kekerasan fisik adalah kekerasan yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban dengan cara memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh, menginjak, melukai dengan tangan kosong atau dengan alat, menganiaya, menyiksa dan membunuh. Sedangkan kekerasan psikologis adalah kekerasan yang dilakukan oleh perilaku terhadap korban dengan cara berteriak-teriak, menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, menguntit, memata-matai dan tindakan lain yang menimbulkan rasa takut kepada orang dekat korban (Sunarto, 2009, p.57).

3. Tempat yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah Surabaya karena memiliki rata-rata rating dan share lebih tinggi dibandingkan rata-rata 10 kota besar.

4. Responden yang akan diteliti adalah masyarakat Surabaya yang dikhususkan pada perempuan dan dibagi menjadi 2 kategori yakni dewasa dini (18-39 tahun) dan dewasa madya (>40 tahun). Menurut Hurlock usia 18 tahun seseorang dianggap dewasa secara sah dan

(13)

siap menerima kedudukan di masyarakat bersama orang dewasa lainnya (Hurlock, 1980 p.246). Dalam pembagian usia dewasa menurut Hurlock dibagi menjadi tiga kategori yakni dewasa dini yakni usia 18-40 tahun, dewasa madya berusia 40-60 tahun dan dewasa lanjut berusia mulai dari 60 tahun sampai kematian. Namun, peneliti membaginya dalam dua kategori saja yakni usia 18-39 tahun dan 40 tahun ke atas. Alasan pengkategorian responden menjadi dua kategori karena telah diketahui bahwa penonton dominan adalah usia 40 tahun ke atas (AGB Nielsen, April-Juni 2011). Biasanya usia dominan sikapnya cenderung positif, maka penelitian ini ingin membandingkan dengan kategori usia lainnya yang bukan merupakan usia dominan. Pemilihan responden kali ini diharuskan yang pernah menonton sinetron “Anugerah” minimal 2 kali dalam seminggu dari episode 1-473, karena pengulangan atau redundancy akan menimbulkan ingatan tertanam dibenak penonton (Nurudin, 2007, p.218).

5. Penelitian ini akan dilakukan pada rentang waktu bulan Januari 2012 yang merupakan bulan terakhir tayang sinetron “Anugerah” yakni sampai tanggal 15 Januari 2012 dengan episode terakhir 472-473 dengan total episode 473.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab 1. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan permasalahan apa yang ingin dijadikan objek penelitian. Dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab 2. LANDASAN TEORI

Bagian ini membahas mengenai teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam membahas permasalahan yang akan diteliti. Teori tersebut mengenai teori S-O-R,

(14)

14

teori kekerasan dalam sinetron, komunikasi massa media televisi, kekuatan media televisi, sikap, sikap audience, sinetron. Selain itu terdapat nisbah antar konsep dan kerangka pemikiran.

Bab 3. METODOLOGI PENELITIAN

Bagian ini berisi definisi konseptual yang terdiri satu variabel yaitu sikap yang terdiri dari tiga komponen sikap yakni kognitif, afektif dan konatif. Definisi operasional sebagai alat pengukuran khususnya dalam hal sikap. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif, jenis sumber data ada dua yakni sekunder dan primer yang didapatkan melalui kuisioner dan data pendukung dari website. Teknik pengumpulan data yakni dengan menyebarkan kuisioner, serta analisis data yaitu statistik deskriptif.

Bab 4. ANALISIS DATA

Pada bagian ini akan berisi mengenai pembahasan dan analisis data yang terdiri dari sub bab gambaran umum objek penelitian, deskripsi data dan analisis data.

Bab 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab 5 terdiri dari sub bab kesimpulan dan saran berdasar dari hasil penelitian yang sudah didapatkan dalam penelitian ini.

Gambar

Gambar 1.1 Korban Kecelakaan dalam Sinetron “Dewa” di RCTI  Sumber: Youtube, 12 Desember 2011
Gambar 1.2 Laki-laki Tertabrak Mobil dalam sinetron “Dewa”  Sumber:Youtube, 12 Desember 2011
Tabel 1.1 Rating Sinetron
Gambar 1.3 Harman memukul korban dengan kayu dalam sinetron  “Anugerah”
+3

Referensi

Dokumen terkait

Bapak/Ibu/Saudara/Saudari diminta untuk menilai keadaan yang sebenarnya sampai dengan saat ini dengan menggunakan skala lima langkah (alternatif pilihan 1 sampai dengan 5

This is in line with what is stated by Taner (as cited in Miko, 1991) in which the high participation of women in West Sumatra’s economic activity is partly caused by

dan penghambat dalam proses pembentukan nilai- nilai akhlakul karimah siswa Penelitian ini membahas tentang pendeketan yang dilakukan oleh guru aqidah akhlak serta

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya Penagihan Pajak atas hutang pajak yang telah jatuh tempo dan tidak dibayar, setelah didahului dengan surat

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi yang menggunakan pembahasan secara deskriptif analisis untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan

Kod podudaranja storytelling i marketinških kampanja nalaze se dvije vrijednosti koje su im zajedničke: prva je da roditelji i djeca predstavljaju primarnu ciljnu skupinu, a

Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah Relasi internal-familial yang buruk merupakan faktor mendasar yang memungkinkan seorang pengunjungi tempat hiburan

Merujuk pada pendapat di atas bahwa secara keseluruhan konflik atau kekerasan yang mengatasnamakan agama hanya terbatas pada aspek yang lahiriah saja, hanya