• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Fakto - Faktor Densitas Larva Aedes aegypti dan Endimisitas Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Bulukumba, Sulawasi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Fakto - Faktor Densitas Larva Aedes aegypti dan Endimisitas Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Bulukumba, Sulawasi Selatan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

HARI NYAMUK 2009

“Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengendalian

Nyamuk Terpadu”

^_____________ Dalam Rangha Hari Nyamuk Nasional 2009

IICC

(IPB International Convention Center) - Botani Square Bogor

Sent*,

10

/tquatcte

2009

• --- ---— — --- •

Kerjasama

Fakultas Kedokteran Hewan - Institut Pertanian Bogor (FKH - IPB) Asosiasi Pengendalian Nyamuk Indonesia (APNI) Dinas Kesehatan Kota (DKK) Bogor Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Bogor

PROSfDlNG

(2)

Makalah 2

Analisis Faktor Faktor Densitas Larva

Aedes

aegypti

dan Endemisitas Penyakit Demam

Berdarah Dengue di Kabupaten Bulukumba,

Sulawesi Selatan

Hasanuddin Ishak1, Abbas1'2 dan A. Arsunan Arsin3

1Konsentrasi Studi Kesehatan Lingkungan, 2Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba, 3Konsentrasi Studi Epidemiologi PS Kesmas, PPS Unhas

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Upaya gerakan 3M, abatisasi dan fogging sudah dilakukan namun densitas Aedes aegypti masih tinggi dan daerah endemis makin meluas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan densitas larva A. aegypti dan endemisitas Penyakit Demam Berdarah Dengue. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study dan dilaksanakan di 4 kelurahan endemis di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling dengan jumlah 351 rumah. Data diolah menggunakan SPSS dengan uji Chi-square, Fisher’s Exact test dan uji logistic regresi dengan signifikan a < 0,05.. Hasil penelitian menunjukkan jenis perindukan A. aegypti yang paling banyak di temukan berupa gentong air, bak mandi, pot tanaman air, tempat minum burung dan ban bekas. Jenis perindukan baik berupa penampungan air, dan wadah produktif secara signifika berhubungan dengan densitas larva A. aegypti, sedangkan kondisi lingkungan rumah tidak signifikan. Densitas larva sebesar HI (House Index): 47% dan Cl (Container Index) 31,1% mempunyai hubungan yang signifikan dengan tinggi rendahnya endemisitas. Hasil uji multivariat menunjukkan bahwa mobilitas penduduk merupakan variabel yang mempunyai hubungan yang paling signifikan terhadap endemisitas penyakit.

Kata K u n c i: Jenis perindukan, densitas larva, Aedes aegypti, endemisitas, penyakit Koresponden: hasanuddin.ishak@gmail.com

ABSTRAK

(3)

Seminar fla/ional Mori flycimuk 9009

PENDAHULUAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan status endemis di seluruh provinsi di Indonesia. Dalam kurun waktu 2005-2007, jumlah penderita DBD terus mengalami peningkatan, yaitu 95.279 kasus (2005), 114.656 kasus (2006) dan 124.811 kasus (2007) dengan angka kematian (Case

Fatality Rate) sebesar 1,36% (2005), 1,04% (2006) dan 1,02% (2007) (Depkes Rl, 2007).

Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu daerah endemis DBD di Sulawesi Selatan. Dalam kurun waktu 2005-2008, jumlah penderita DBD meningkat tajam, yaitu 154 kasus (2005), 166 kasus (2006), 376 kasus (2007) dan 439 kasus (2008). Endemisitas di kabupaten Bulukumba sudah menjangkau semua (10) kecamatan, dan 79 desa/kelurahan dari total 126 desa/kelurahan (Profil Dinkes Kab. Bulukumba, 2008).

Beberapa faktor penyebab DBD selalu muncul setiap tahun yaitu daerah tropis dan musim hujan. Faktor lainnya adalah rendahnya tingkat kebersihan lingkungan, kebiasaan menyimpan air di tempat terbuka, populasi penduduk padat serta mobilitas manusia tinggi seiring dengan meningkatnya hubungan transportasi(Depkes Rl, 2005). Upaya gerakan PSN, larvasida dan fogging sudah dilakukan, namun densitas Aedes aegypti sebagai vektor utama DBD, masih tinggi dan daerah endemis semakin meluas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor faktor yang berhubungan dengan densitas larva

Aedes aegypti dan endemisitas Penyakit DBD.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study dan dilaksanakan pada tanggal 12 Maret sampai 31 April 2009 di 4 kelurahan endemis (Kelurahan Caile, Kelurahan Loka, Kelurahan Bintarore dan Kelurahan Kalumeme) di Kecamatan Ujung Bulu Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan. Kecamatan Ujung Bulu merupakan satu dari 10 kecamatan di Kabupaten Bulukumba yang mempunyai jumlah penderita DBD terbanyak (Subdin P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba, 2008). Pemilihan sampel dilakukan secara proporsional random sampling dengan jumlah 351 rumah. Data diolah menggunakan SPSS dengan uji Chi-square, Fisher’s Exact test dan uji logistic regresi dengan signifikan or < 0,05.

HASH DAN PEMBAHASAN

Densitas Larva

Berdasarkan observasi densitas larva pada 351 sampel rumah menunjukkan terdapat 165 rumah yang positif ditemukan larva nyamuk Ae. Aegypti (H 1=47,0%) dan tempat /wadah yang positif larva sebanyak 411 (Cl=31,1%) dari 1323 kontainer serta

Breteau Index (Bl) = 117,1/100 rumah (Tabel 1).

Jenis tempat perindukan yang diobservasi berupa tempat penampungan air (TPA) sebanyak 954 (72,1%) dan wadah produktif (bukan TPA) sebanyak 369 (27,9%). Terdapat atau tidaknya sejumlah barang bekas disekitar sampel rumah merupakan

(4)

SKSSBSS pengukuran kondisi lingkungan rumah yang berisiko atau tidak. Kondisi lingkungan rumah berisiko menunjukkan terdapatnya barang barang bekas sekitar halaman rumah, yang menjadi tempat berkembangbiaknya vektor DBD (Gindo, 2000; Saroso, 1999) dan tanaman pekarangan, dapat mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan dalam rumah serta halaman yang menjadi tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap, istirahat dan juga menambah umur hidup nyamuk ( Chayaya, 2003).

Berdasarkan jenis TPA yang diobservasi, jenis wadah plastik atau fiber merupakan wadah yang terbanyak digunakan sebagai penampung air (63,7% di dalam dan 53,1% di luar rumah), tetapi densitas larva Ae. aegypti paling tinggi ditemukan pada gentong (52,7%) di dalam rumah, sedang diluar rumah, densitas larva tinggi di semua jenis TPA (Tabel 2). Hal ini disebabkan mikroorganisme yang menjadi makanan larva lebih mudah berkembang pada dinding TPA yang kasar seperti bak semen atau gentong dibandingkan pada TPA yang licin seperti ember plastik (Hasyimi, 2001; Sungkar, 1997)

Jenis wadah perindukan larva berupa wadah produktif ditemukan sebanyak 284 (77,0%) berada di dalam dan 85 (23,0%) di luar dari 351 rumah yang diobservasi. Wadah penampung kelebihan air pada dispenser (70,0%) adalah wadah yang paling banyak ditemukan di dalam rumah. Namun, densitas larva paling tinggi ditemukan pada pot tanaman air (69,2%) di dalam rumah, tempat minum burung (39,5%) dan ban bekas (31,0%) di luar rumah (Tabel 3).

Analisis hubungan jenis tempat perindukan (TPA dan wadah produktif) terhadap densitas larva menggunakan uji Chi Square sebagaimana tercantum pada tabel 4, terlihat bahwa jenis TPA (37,3%) ditemukan lebih banyak mengandung larva dibandingkan jenis wadah produktif (14,6%). Hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara jenis tempat perindukan dengan densitas larva.

Pada kondisi lingkungan rumah yang berisiko sebanyak 264 rumah (75,2% dari total sampel rumah), ditemukan 45,8% positif mengandung larva, tapi tidak ada hubungan yang signifikan dengan densitas larva (Tabel 5).

Analisis Faktor- Faktor Endemisitas penyakit DBD

Analisis hubungan faktor endemisitas penyakit DBD dengan densitas larva, kepadatan penghuni dan mobilitas penduduk sebagaimana tercantum dalam tabel 6, 7 dan 8. Pada Tabel 6 terlihat bahwa angka HI lebih tinggi di daerah (kelurahan) endemis tinggi (51,7%) dibanding daerah endemis rendah (40,3%) dan terdapat yang hubungan signifikan (p< 0,05 ). Hasil penelitian ini sesuai dengan Sujarwa, (2007) dalam I Wayan Suparta, 2008, yang menyatakan bahwa kepadatan populasi nyamuk Ae. aegypti yang terukur dari kepadatan jentik dan jumlah kontainer sangat nyata pengaruhnya terhadap penularan kasus DBD.

Pada tabel 7 terlihat bahwa kepadatan penghuni rumah lebih tinggi di kelurahan endemis tinggi (35,7%) dibanding di kelurahan endemis rendah (21,5%) dan terdapat hubungan yang signifikan. Hal ini berbeda dengan penelitian Fathi dkk (2005), bahwa kepadatan penduduk tidak berperan dalam terjadinya kejadian luar biasa penyakit DBD.

Pada tabel 8 terlihat bahwa mobilitas penduduk tinggi sebanyak 5,4% dari 351 responden, lebih banyak di kelurahan endemis tinggi (8,2%) dibanding endemis rendah (1.4%) dan ada hubungan signifikan (p< 0,05). Hal ini sesuai dengan Antonius (2005), bahwa meningkatnya mobilitas penduduk memudahkan penularan penyakit DBD. Ini

(5)

Seminar Ho/ionol llciri nyam uk 2009

terkait adanya hubungan antara mobilitas penduduk dengan densitas vektor DBD (Suyasa, 2006)

Analisis Multivariat

Pada Tabel 9, hasil uji logistik regresi tiga variabel independent yang berhubungan secara bermakna (jenis tempat perindukan, mobilitas penduduk, dan keadaan lingkungan rumah), diperoleh bahwa variabel mobilitas penduduk merupakan variabel yang paling bermakna terhadap endemisitas penyakit DBD (Wald = 12.146)

KESIMPULAN

Jenis perindukan baik berupa penampungan air, wadah produktif dan kondisi lingkungan rumah secara signifikan mempunyai hubungan dengan densitas larva Ae. aegypti.

Mobilitas penduduk merupakan variabel yang paling signifikan berhubungan dengan endemisitas penyakit DBD.

DAFTAR PUSTAKA

Antonius, W.K. 2005. Kebijakan Pemberantasan Wabah Penyakit Menular,Kasus

Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue(KLB DBD) Available from : http:/www.theindonesiainstitute.com.

Chayaya, I. 2003. Pemberantasan Vektor Demam Berdarah Di indonesi. Bagian Kesehatan Lingkungan - Univesitas Sumatera Utara.

Depkes R.l. 2002. Pedoman Survei Entomologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Depkes R.l. 2005. Kajian Masaiah Kesehatan Demam Berdarah Dengue,Jakarta,Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Depkes Rl. 2007. Modul Pelatihan Bagi Peiatih Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Demam Berdarah Dengue Dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Periiaku .

Jakarta: Ditjen PP dan PL

Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba. 2008. Profit Kesehatan Kabupaten Bulukumba. Fathi, Keman, S. Wahyuni, U.C. 2005. Peran faktor lingkungan dan periiaku terhadap

penularan Demam Berdarah Dengue di kota Mataram. Jumal Kesehatan

Lingkungan, Vol 2,No.2.Juli.

Gindo.M dan Simanjuntak. 2000. Menyikapi Risiko Wabah Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan Kepadatan Vektor di Kurau Propinsi Riau dalam Warta Demam

Berdarah Dengue.

Hasyimi.M. Dan Soekimo,M. 2001. Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti pada tempat penampungan air rumah tangga pada masyarakat pengguna air olahan. Jumal Ekologi Kesehatan Vol 3 No.1, 2004: 37-42.

Sujarwa, I.W 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Vims Demam Berdarah Dengue, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar.

Suroso T., 2003. Strategi Baru Penanggulangan DBD Di Indonesia Jakarta: Departemen Kesehatan Rl.

’pot$e>ul«liaM 7t<f<unt<A HtnfuuU '

g .a « a -3 j3 w

8

01 (/) D D O

(6)

Seminar fla/ional llafi flyan u h 2009

Tabel 1. Indeks Densitas Larva Aedes aegypti di Kec. Ujung Bulu Kabupaten Bu ukumba, April 20 09

No Index Densitas Larva Jumlah Positif

Larva Indeks Larva 1 Indeks Rumah 351 165 HI = 47,0 % 2 Indeks Kontainer 1323 411 Cl= 31,1% 3 Indeks Breteau 351 411 Bl = 117,1

Sumber: Data Primer

Tabel 2. Distribusi Jenis tempat penampungan air berdasarkan letaknya di rumah di Kec. _______________ Ujung Bulu, April 2009.______________________________ Jenis TPA Dalam Rumah

%

Positif Larva Cl Luar Rumah

%

Positif Larva Cl Bak Semen 111 13,2 57 51,4 24 21,2 15 62,5 Plastik/Fiber 536 63,7 152 28,4 60 53,1 28 46,7 Gentong 129 15,3 68 52,7 21 18,6 15 71,4 Drum Besi 0,4 0,9 100 Bak Keramik 62 7,4 13 20,9 6,2 100 Jumlah 841 100,0 290 34,5 113 100,0 66 58,4

Sumber: Dal:a Primer

Tabel 3. Distribusi Wadah Produktif (bukan TPA) berdasarkan letaknya di rumah Wadah Produktif (Bukan

TPA)

Dalam Rumah Luar Rumah n % Positif Larva Cl n % Positif Larva Cl Vas Bunga 38 13,4 14 36,8 0 0 0 0 Minuman Burung 0 0 0 0 43 50,6 17 39,5 Ban Bekas 0 0 0 0 42 49,4 13 31 Perangkap Semut 34 12 1 2,9 0 0 0 0 Pot Tanaman Air 13 4,6 9 69,2 0 0 0 0 Lainnya (dispenser) 199 70,0 0 0 0 0 0 0 Total 284 100.0 24 8,5 85 100,0 30 35,3 Sum ber: Data Primer

(7)

Jenis Tempat Perindukan Penampungan Air (TPA) Wadah Produktif

Jumlah_______ Sum ber: Data Primer.

Tabel 4. Distribusi densitas larva berdasarkan jenis tempat perindukan di Kecamatan

Tabel 5. Hubungan keadaan lingkungan rumah dengan densitas larva di Kecamatan

V J J U l

Keadaan Lingkungan

Rumah

l y U U I U , ' ---—

Densitas Larva Jumlah

t f 'P Positif Netjatif n % n % n % Berisiko 121 45.8 143 54.2 264 100,0 X2 = 0.416 / p = 0.519 Tidak Berisiko 44 50.6 43 49.4 87 100,0 Jumlah 165 47.0 186 53.0 351 100,0

Tabel 6. Hubungan densitas larva dengan endemisitas penyakit DBD di Kecamatan _________ Ujung Bulu, April 2009 ________________________ Densitas larva

Endemisitas Penyakit DBD Jumlah

t f lP Tinggi Rendah n % n % n % Rumah Positif 107 51,7 58 40,3 165 47,0 X2 = 3.994 / p = 0.046 Rumah Negatif 100 48,3 86 59,7 186 53,0 Jumlah 207 100,0 144 100,0 351 100,0 Sumber: Data Primer

(8)

Jeminof flci/ionol ilari flyamuk

Tabel 7. Hubungan kepadatan penghuni di kelurahan endemisitas penyakit DBD di Kec. Kepadatan Penghuni Rumah Endemisitas Penyakit DBD Jumlah f t p Tinggi Rendah n % N % n % Padat 74 35,7 31 21,5 105 29,9 X2 = 7.527 / p = 0.006 Tidak Padat 133 64,3 113 78,5 246 70,1 Jumlah 207 100,0 144 100,0 ... 351 100,0

Tabel 8. Hubungan mobilitas penduduk dengan endemisitas penyakit DBD di Kec. Ujung

Mobilitas Penduduk

Endemisitas Penyakit DBD

Tinggi Rendah Jumlah N % N % N % Tinggi 17 8,2 2 1,4 19 5,4 Rendah 190 91,8 142 98,6 332 94,5 Jumlah 207 100,0 144 100,0 351 100,0 f t p X2 = 9.148 / p = 0.007

Tabel 9. Hasil Uji Logistic Regresi Variabel yang signifikan hubungannya dengan Variabel B Wald Sig

rvjji II lUUv7 95,0% C.l, For EXP (R) Lower Upper Densitas Larva .402 3.206 .073 .963 2.300 Kepadatan Penghuni .653 6.638 .010 1.169 3.155 Mobilitas Penduduk 1.766 12.146 .020 1.315 25.980 Constant finmhor ■ Hot -5.566 12.146 .000

(9)

Diskusi:

1. Rini Hidayati (IPB-Bogor)

1. Apa definisi padat dan tidak padat?

2. Apa metode untuk pengukuran perpindahan penduduk?

Jawab:

1. Memakai standar kepadatan penghuni

2. Metode yang digunakan dengan meiihat mobilitas penduduknya. Jika mobilitas tinggi, maka dapat disimpulkan di luar area. Jika mobilitasnya rendah, kemungkinan masih di dalam area.

Gambar

Tabel  1.  Indeks  Densitas  Larva Aedes aegypti di Kec.  Ujung  Bulu  Kabupaten Bu ukumba,  April 20 09
Tabel 4.  Distribusi densitas larva berdasarkan jenis tempat perindukan di Kecamatan
Tabel 7.  Hubungan kepadatan penghuni di kelurahan endemisitas penyakit  DBD di Kec.

Referensi

Dokumen terkait

( libur, adalah, cuaca, cerah, ban, bocor, paku, matematika, bahasa, sains, bermain, baris, rajin, tentang, kalimat, tentang, kalimat) Bagus, siapa tahu arti kata dari; libur

Ahmad Fathani : “khususnya bagi kami adoe-adoe yang baru masuk mungkin kami tidak bisa mengakrabkan diri dengan pengurus ee dan itu juga menjadi salah satu

Pada masa-masa perkembangan Islam di Aceh, kesenian rapa’i yang menggunakan alat musik jenis rebana yang beragam bentuk dan ukurannya digunakan para kaum sufi sebagai

Heterokedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual pada model regresi. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak

Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul mengalami preeklamsia ringan sebanyak 28 orang (56%)., Sebagian besar ibu bersalin di RSUD Panembahan Senopati

Pada hari ini Rabu tanggal Dua belas bulan April tahun Dua ribu tujuh belas bertempat di Portal LPSE Mahkamah.Agung, Pokja ULP Pengadilan Negeri Pasangkayu, telah mengadakan

Konsep gitar akustik rotan ini adalah dengan mengaplikasikan papan rotan laminasi yang merupakan produk hasil riset Pak Dodi Mulyadi di PIRNAS (Pusat Inovasi

sekarang, dan masa yang akan datang dalam balutan konflik yang multidimensi sehingga setiap orang berkewajiban memiliki pengetahuan dan keterampilan menyelesaikan