• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Subpopulasi Limfosit Penderita Early-Onset Periodontitis Pengunjung Klinik Periodonsia Rumah Sakit Gigi & Mulut FKG UI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kondisi Subpopulasi Limfosit Penderita Early-Onset Periodontitis Pengunjung Klinik Periodonsia Rumah Sakit Gigi & Mulut FKG UI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

JKGItI 2000 . (&list Khtsus) Jt2-518 Ditdhitka, di Jdkarn

Jurtral Kedokterm Gigi Unitersitrs lndorAir

/.s.51{ 08i./-J6r,Y

KONDISI SUBPOPULASI LIMFOSIT PENDERITA EARLY-ONSET

PERIODONTITIS PENGUNJUNG KLINIK PERIODONSIA

RIJMAH SAKIT GIGI & MULUT FKGUI

Dewi Nurul Mustaqimah

Bagian

Periodonsia

Fakultas

Kedokteran

Gigi Universitas

lodonesia

Deni Nurul Mustaqimsh: Kondisi Subpopulasi l-infosit Penderita Edtb o6et PerioLlanliti! I'equnj|Jng Klinik Periodonsia Rumah Sakit Gigi & Mulut fKGUI Jumal Kedoktemn Gigi Universilas lndonesia 2000: 7 (Edisi Kiusus): 512-518

Abstract

ln the last decade. much attention bas been devoted to stud) immunologic factors in early'onset periodontitis (EoP). This study was designed to inlcsllgare peripheral blood l-vmphoclte subpopulaiions cells in oatients with EOP. 32 patienis with EoP and l0 noflnalhealfiy conlrol subiects \\'ete included in Lhe srudr' PeripheEl blood Tlymphocytes. help€r T-cells. supprcssor T-cells B l)mphocl'tes, natural liUer (NK) c€lls and the Th/Ts ratio w€re determined using appropriatc monoclonal antibodies and the indirecl immunofluorescence method. In the EOP gmup. T lymphocytes and helper T-cells *er€ lbund to b. signifi€antly lower where as NK cells rvas slgnificantly higher than the conrrol group Thev had normal numbers of Blynphoqaes, suppressor T-cells. and the Th/Ts ratio These findings could cotrtribute lo lhe science about EOP in Indonesia. and io the immunopathogenesis ofEOP

Abstrtk

Dalam dekade terakhir banyak dilakukan peneiitian mengenai faklor-faktor imunologi pada pendeita eorlN-onset periodontitis @OP). Penelidan ini dilakukan unhrk meneliti subpopulasi sel linfosil darah lepi penderita EOP.32 penderita EOP dan l0 subyek sehat sebagai kontrolnya diperiksa untuk penelilian ini Limfosit T. Th (helper). Ts (supresor), B, NK Cva/!'dl (t//e/). dan rasio Th/Ts ditentukan dengan menggunakar antibodi monoklonal yang sesuai dan dengan metoda imunofluoresensi lidak langsung. Dalam kelompok EOP diternukan proporsi limfosit T dan sel Th lebih rendah bermakna sedangkan sel NK lcbih rnrggibermakna dibandingkan dengan data pada k€lompok konr'ol Proporsi limfosit B. Ts. seda rasio

(2)

.\.t drlemukan norNal. Penemuan ini dapal mena bah khasanah ilmu nengenai kcadaan EOP di IndoDesia -.nr pendalanan nengenai imunopatogenesrs pendefl tanva.

Pendahuluan

Eath Onset Periodontitis (EOP) terdi ::r sekelonpok pen)akit )aitu Prepubertal >.1 .dantitis (PP) lokal dan menyeluruh.

':'

.,ile Petiadontitis (JP) lokal dan --rrc.uruh..ena Rnpldl\ Progre..Ive Pertn-.:,,:r;ris (RPP). Penyakit ini teriadi hanya :,rJ.r indi|idu berisiko tinggi Lrntuk mcn-:::r1an\ a dengan ciri spesifik adln!a ::!:rukii peiodonlal )ang berat dan dimulai ::i: u\ia mudar rcDuja. Destruksi beral .: tanngan penr-angga gigi ,ang te{adr : .r.ri \cpadan dengan jumlah plak gigi yang iJr Keadaan lcrsebut diperkirakan karena iian\ a peninekatan kepekaan inang. Walau, :-- rr.r.rk dapar dr.angkal bahra rakrerie rcr. J |lra palogen .angal heryerdn sel.dldi -..lebab EOP. namun kcberadaan hanYa _i\:('ria rcrsebut ddak cukup urtuk me,

..:rbkan timbul alau berkembansn\a Dc-.1.r,\rr oersangkutan.

Respons ifirun lokal rnaupun sistemik :3trdap antigen bak{eri berperan penting :r.3m palogenesis penvakit.' Yang pertama '\.mer3n adalah respons kekebalan selular.' '-:nr.r5ir

I (sel CD3+) berpartisipasi dalam ' *. rnlarnasi de,rru[,tir nen\dkil pcrio. :.orrl l eraksi antara limfosit Lelper'(Thi <. LD1-) dan linrfosir l srypre$or (Ts /sel '- D8- r penting untuk imunoregulasi diferen-<.r.r sel f maupun B (set CDlg+).i Adanla :]nqqlran imunoregulasi akan menyebabkan :..edin)a keadaan patologis pada jaiingan :\enodonsium. Penelitian ini dilakukan untuk -inclni leadd,rr .ubpopuldsi lrrnfo:ir pen-.BnIa FOP diperbandinlgkan terhadap kelom-$ rndr\idu dengan jaringan periodonsium ,eir-at menggunakan antibodi monoklonal

de--{-rn metoda llo\\ sitometri dua \\'ama.

Tinjauan

Pustaka

Periodontitis adalah pen)akit kronis dengan penyebab multifukloial.: Penvakil FOP dilairldn dengdn keheradann bakrefla pafogen (seperti PorphyratilonLis gin giyal is. Actinobacillus actinon )etenconlitans Fu-sobadetiLull nucledtum, (d pillobacter rec tils. Eikenella cotraden.\ Buctercides lar .sr1,rr). gangeuan respons kcnrolakik ncutrofil dan atau monosil. pen\akir auto inrn- predisposisi genetik. dan adan\ir gangguan mckaiisme irnun (scpc[i menillg-k r r l r \ . , e menillg-k r n r e c i I n o l ( menillg-k u l \ l H r u , , , i . " hi.ttocompatibilin cande\ kl^s ll. gangguan tirngsi sel Th d:rn Ts. akri\asi polikldral sel B oleh plak baktcril.r''

B o k t e r r a J r a u . d i r c r r r u k a n s < b : r 1 , I r i l r . , l l . .r \ d n ! p r L d o r n r : r . i n , t d . r I e , f c r : , donral berat." P gingir(tlis paling scring d i t c r n u k r n J e l r a n p r o D , r \ i l c h r l t n g g i daripada balteri-bakleri lain dalaD plak subgingj\a.' sedangli.an,4 .tctlnon)cetenF coulikns (:ang sering dinlilak.n sebagal baktei paling tcrkail dengrn lesi JP) lcm\ala tidak selalu ditemukan dalam lesi JP.r" ' Berdasarkan hasil obser\asi bah\\a sejumlah \ p e . . ( . b r l r . I J r d a p r t k r n h c r l r u - r r r u " r r h c r -makna dengan lesi bera!. Kamrna dkl ( lt)95)' men)atalan bah\u pen),ebab dari destruksi pcriodontal adalah lebih dari satu spesies. NamLrn keberadaan hanya bakleri saja tidak cukup kuat untuk meninbulkan penvakii.: Pendapat ini juga diperkuat oleh penemuan \ c n e n N e r n l ( \ a n . u ] l e l l ' r , . + t i c r l i t Gemmel dkk (1996)' bahra diiemulann\a bakteri patogen periodontal lertenlu dalam mulut seseorang lidak selalu disertai dengan adanya lesi klinis periodontitis )ang secara awal terlihat berupa kerusakan perlekatan.

(3)

Keadaan-keadaan di atas menyatakan bahwa ada faktor-faklor lain baik- lokal rnaupul sistemik vang lurut belpera[

P e n l n l , i l p c n o d o n l d l ' ( l d i r r s ( b a e d : infeksi lokal,juga sebagai respons inang lang rnengakibatkan rusaknla jaingan ikat. Srs-lern imun sangat berperan dalam nrembatr<i infeLsi dalam sulkus gingira ataupunjaringan ikat di sekitamya. Selain itu sistem imun juga ncngakbatkan perubahan-perubahan janng-an ikrt d:'l.rrn prLr\cs \anP lomrlcl' 'enen; .LUu' Jari dc.lrul'r d,lf reLon'rrJk5i Leulosit sanga! berperan dalan perlahanan peliodonlal karena ban)ak baltei patogcn p<n.d.'nral 'ang f<'iqlerr t(fiaddp rrrelini* n1e antimikroba dalan serum Baik dalan iullarnrci periodonlal alul In.rLpun Loni5. neuh-ofiI. monosit. dan linfbsit scgera beryafiisipasi dalam respons imun terhadap pcnlakit peiodontal. Sel neutrolil )ang pcndma dan 'egcrd befgcrdk ke l.ra- dati pembuluh daiah men{riu epitel penglubung dar. nremasuki -ullLr. urrlul' lrrcnghcdaf' baktcri sebagai antigen. Kemudian diilutr oleh nonosit dan li fosil yang ke luar darr pcnrbuluh darah nrasuk ke jaringan ikar dan berkembang menjadi makrofag jaringan dan lilnfosit )ang teraktiflan.'' Selain itu. rcaksi iInun limfosit T dan B. )ang memproduksl befbagai limfokin dar antibodi, merupakan pfotektor efektilterhadap a[tigen letapi blla terjadi gangguan fungsi imunoregulasi. rerksr aLan teriadi justrlr ke arah inang berupa perusakan seperti resor?si tulang aheolar dan kerusakan fibroblast.

Junrlah sel T dan B dalan laringan pcriodonhl sakil ditemulan sekitar 3lali iipar daripada jaringan sehat " Juga sel I di cpitel sulkus lebih banlak daripada di cpitel rnulut. Bahkan dalam epiicl poke! sel T lebih serlng ditemukan dalan bentuk lapisan' dan hanya kadang-kadang terlihat dalam kelom-pol-kelornpok kecil atau sel tunggal.' Ber-desarkan fi.mgsinya. sel T te$agi meniadi T helper CD4+ (Th) )ang membantu men-stimulasi sel B untuk berdiferensiasi meniadi sel plasma dan memproduksi antibodi. serta I suppressor-inducer yang menginduksi pro_ liferasi sel T clrolo-rrc CD8- (Tc) atau sel T

s?pprerror CD8+ (Ts)- sefla menslimulasr sifat sitotoksik sel ilnun dan aktivitas membunuh bakteii. SelaLn ilu Th herdasarkan profil produksi sitokin slabiln)a. dibagr menjadi Thl (memproduksl IL2. IL3. II

-12. IFN-'/. (;M-CSF tgtQnulaq'te macro-phage-colo j, stinuldting fa.:tor. sen^ TNF'

Pr dan I hl lmemprodukn ll - l ll - l. IL-< j l - b . l L - 1 0 . d d n C \ 4 t s l r . ' ' Di .rnr tcrlihat pentineJr) a peran sel T dalam tungsl proleksi lerhadap penyakit periodonlal Jadr adanla gangguan pada regulasi sel I ataupun

lil|rg.i linfl"sit rkan mcrnTe'nrud"h pn,gn.: penlakit periodonlal.

Subyek

dan Metoda

PemilihaD Subyek

Berdasarkan pemerilsaan klinis dan radiografis periodontal diletapkar 32 orang meldedta {-OP di antara para pengunjung klinik Pcriodonsia Rumah Sakit Gigi & N4ulut FKGUI sejak Juli 1999 hingga April 2000. )ang memenuhi syarat untuk disellakan dalam penelitian ini. Sebclum diteniukan sebagai subyck penelitian. liepada yang ber-sanClkutan dimintai persetuiuannla lerlehih oahul!l linton ed .or'errr' Merekr heru.ia antara 21 hingga 45 tahun (rerata 3:l tahun) Syarat-s)'arat tersebut adalah berusia 18'10 t r 5 r l r h u n . t i d a k m t n d e r l t a p e n l a l i l c i s -temik. dalam waktu minimal 2 minggu tidak ninun antibiotika terutama dari golongan kuinolon dan klindamisin. dalam I buLrn terakhjr lidak mendapatkan pera$atan bedah lnonbedah htaupun I dirl€rdr.e periodontal Scmua penderita mempunlai kerusakan tu-lang alveolar berat pada ar€a terkena EOP' dengan skor perdarahan pada probing > 25 dan jumlah gigi goyang > 2 Sublek kontrol terdii dari iodividu sehat berunur 22-'16 lahun (rerata 31 tahul1). talpa kerusakan berMi dari bukti radiogram lulang alveolar-nva. mcmenuhi syarat tefsebut di tlas kecuall keadaan tulangnla, dan secara Llinis ridak menderiu pen] akit Periodontal

(4)

Pengambilan Samp€l Penelitian

Darah 3 ml dianbil dari vcna antekubital .tng dirampung dalan\ Iaburlg vacftainer irrl Becton & Dickinson berisi EDTA calr. lrnpel ini segera dianalisis.

f low Sitometri Dua Warna

Sediakan 6 tabung 12 x 75 mm sekali ::lai urcrk Falcon. Narnai A. B. C. D. E. lr.. \lrruklan 100 ul sampel darah ke setrap :rl.Lrng. Bubuhlan 20 ul reagen A ke tabung

\ (,r(.,L;ar( beri'i anlibodi arli-CD]i :,'n-uan label lIlC/ lluore.\cein isotha -:.,,dp dan antibodi anti-CDl'l dengan label :F Ph,c6"t't,Ur'n. untuk DlenisahkaD

:rlri,sir dafi sel-sel lainnya). rergen Il ke :hrnrq B (kontrol. unluk mengonrol edan)a ..:nLLngkinan ikalan antibodi yang non-.i.e.rlil sebab adanya reseptof Fc pada Ig(i.

.rfung ini berisi lgcl dergan label FI'IC :.n lg(;2a dengan label PE). reaeen C ke :.:t'ung C (CD3+/CDI9+ unluk

mengide!-- . , .

. e l I d a n s e l B ) a n g l e r d i r i d a r i !:l5ndi anti-CDl+ dengan labei Irl'lC dan jljril\,dr arti-CDl9+ dengan label PE). =rgen D ke tabung D untuk nengidenlifikasr i., 1 dan sel Th yan8 terdiri dari antibodi xo{Dj+ d€ngan label FIIC dan antibodi rii{D4+ dengan iabel PE). rcagcn E kc -nurg F (CD]+/CD8+ untuk lrlengidenlifi--,i jcl T dan sel 1s )'ang terdiri dari antibodi .t.n{Dl- dengan label FI]C serta anribodi r::r{-D8- dengan label PE). dan reagen F ke --:i',rig F ( CD3+iCD l6+CD56+ untuk meng

..rnfirl-lasi sel I ddn .el \K ]ane ben\l r:nlD.li anti-CD]+ dengan label FITC, !:-j$di anti-CD16+ dengan label PE se(a r::Lx.di anti-Cd56* juga dcngan label PE) . rb.l I ). Homogenkan setiap tabung dengan :r= meneletuk secara perlahan dengan - unrul. lnliubasikan semua tabung pada i-.u ruang di tempal gelap selama 20 menit. -!! hmbahkan 2 ml larutan G (4,sirg r : : on \HrCl untuk melisiskarl sel darah :..]n | ) ang relah diencerkan dengan irrJ.! I 9 klr setiap tabung. Homogenkan ia:.r: iabrmg dengan cara mengetuk perlahan

deigan lelunjuk. Inliubasikan pada suhu rudne Ji rernpdl gela; .r'larna ; rntnrr SentrilucasiLdn dcnddn kcicprrrn 2rr \ -selama 5 nrenit. Buang supenratan dengan Lara rncmbalil rdbung 180 sttu ldli kc alas lenar .anng tanpd dilenil Pclet berisi limfosr( akan Ieflinggal dr Liasar labur)g. 'l'anbahkan

2 ml buler IACSflow ke seriap Iahung untuk m(n(ucr linrlosrt. Senrri-fugasikan senua tabung dengan kecepatan 200 \ g sciama 5 nenit. Buang supernatan dengan cara sama. MasukJran 500 ul fbnnal, dehida 1 % ke sedap tabung unuk mern-hlsasi sel. lnl,.ubasikan pada suhu.1" C -elarn,r 20 m(nil Baca dengan l-ACSran yang sebelumDya telah dikalibrasikan. Pene-litian dilakukan secara duplo.

T d \ e l | ^ n r ' h J d n i o n . t . r , . , l J ( I ! a r . l d h e l l l , r o -'.*"r'. 'I lul .IJli.i. .r,hpup'rh.i linrrlr i'

Konjugar Kes|esitj\ar Ann-CD45+ (antillbl) ArricDl.l (len-Mll IgCl (cloDe X.10) I g G 2 a l c l o r c X l 9 ) A n r i - C D l 9 i i le u - 1 1 ) A n r i C D 8 ( l e d 2 a | A n t i C D l 6 . ( l e { I l . ) ,\nii-CD56- (leu-19) flTC leukoiir IITC kennlrgkindnidanya Pl lnribodinonspesifil P E B PF TI P E l s l'E NK rDeutroiil P E N K , I f l l ( - u . , , , e - , i r - l t , t o . ' t , \ r , P F t,1,,. ,." ,'.... CD - chteat.l dillrtenrar./, Seldr r intitEdidari Becron & Dickinson. USA

Analisis stalistik

Kcrrralnaan hasil-ha'il prns,jdur flo\\-sito|lr,rrfi dianalisis inentsgunakir uji Sr'F dent s t (data-data EOP menunjukkan distn-hu\i noflndl). Digunaldn toleran\i nilai p scbcsar 0 05. Pcngolahdn da(a dilakrlnD dengan banluan rol lrare contpurer SPSS /or MS Windo\l,s 9.4 .

(5)

Hasil

Tabel 2. menunjukkan keadaan

subpo-pula.i limfosit sena rasio Th/Ts darah lepi

pende ta EOP dan kelompok kontrol.

Pro-porsi sel T. Th dan NK penderita

EOP

dite-Inukan berbeda bermakna dengan proporsi

kclompok

kontrol. Dalam hal ini proporsi

sel

T dan sel Th penderita EOP lebih rendah.

sedangkan

proporsi sel NK-nla lebih tinggi

daripada

kontrol. Re&ta nilai proporsi

sel Ts.

B. dan rasio Th/Ts penderita EOP tidak

berbeda

'dengan pada kelompok kontrol.

Rerata

data kelompok

kontrol setiap

prcporsl

sel limtbsit dan rerata rasio Tl/Ts dalan

penelitian ini juga benda dalam spektrum

nilai standart normal acuan intemasional

(Becton

& Dickinson)(Tabel

3).

Tabel2.

Kondisi

subpopulasi

limfosit

dan

rasio

Th/Ts darah

tepi kelompok

Early-Onsel

P e I io.lon t i I is dar, koinol

Karena sel B saneat lergantung

kepada

regulasi

sel lh dan Ts. menurunnl-a

jumlah

sel Th (menyebabkan

sel B ridak ,/kuang

berdiferensiasi

dan berproliferasi

menjadi

sel

plasma) sefta meningkatnya

jumlah sel Is

(menekan s

l B untuk tidak memproduksi

antibodi) menyebabkan

penyakit periodontal

yang ada berkembang

menjadi

lebih b

rat.

'

Dalam penelitian

ini ditemukan

jurnlah

prcporsi sel T maupun Th penderih EOP

lebih rendah

bermakna

dibandingkan

dengan

kelompok kontrolnya (61.8438 vs 69.8 dan

I l.5q \s 17.70).

Hal ini diperliral3n

sebagai

adanya penurunan fungsi pertahanan

jaringan

pada penderita

EOP karena rendahnya

ke-mampuan

sel T dan sel Th yang

bersang-kutan. Malberg dkl (1992) ? menuliskan

sel

Th akdf dapat menstirnulasi

proses-proses

imunopatologis

baik secara

langsung

(sebab

perannya sebagai sel f irulucer/helper atat T

efectot) at^,rpw secara tidal langsung

(melalui beberapa

limfokin yang

diprodul-sinya). Sel Th tersebut

dapat

beraksi sebagar

sel sitotoksik yang mampu menghancurkan

fibroblast

dan sel epitel. Baker dkf (1999) "

juga menulislan adan)a peran deslrul,si

ddri

sel Th dalam kerusakan tulang alveolar

melalui produknya

yaitu IL-|. Il,-2. U,-6. dan

llN-I. Pada

penderita

tOP dalam

penelirian

ini ditemukan rendalmya prcpomi sel Th.

yang berarti kemungkinan rendahnya

kemam-puan perusakan

fibroblast.

sel-sel

epitel. dan

tulang alveolai. maupun

perangsangan

sel B

mtul( berdiferensiasi

dan berproliferasi.

Ren-dahn)

a proporsi

sel T maupun lh di sini

ri-dak disertai

dengan

peningkatan

proporsi

sel

Ts terhadap kontrolnya (2E.63 vs 30.10).

Berarti mungkin juga tidak ada penekanan

terhadap

sel B untuk tidak berproliferasi.

Data proporsi

sel B dari kelompok

EOP

di sini relatif tidak berbeda dengan

kon-trolnya (13.75 vs 14.40).

sehingga

diperkira-kan baik dalam jaringan periodonsium

maupun dalarn serurnnya tidak terlalu padat

dengan

antibodi.

Keadaan

ini menunjang

pe-nemuan rendabnya proporsi sel T dan Th

dalam penelitian ini yang dapat diartikan

rendahnya fimgsi pertahanan jaringan yang

bersangkutan.

SE

S e l T EOP 32 6r.8438 * Kontrol l0 69.8000 Th EOP 32 31.59 * KontKrl l0 37.70 Ts EOP 32 28.63 Kontrol l0 30.10 B EOP 32 13.75 Kontrol l0 14.40 NK EOP 32 20.8t I Kontrol l0 12.90 Th/Ts EOP 32 L 1800 Kontrol l0 1.2930

8.8504

1.5695

5.6332

t.t8t4

7.25 r.28

4.92 1.56

7.56 1.34

5.26 |.66

5 . l 6 0 . 9 1

5.99 1.89

8.sl

1.51

6.94 2.19

0.40?3

F200E-02

0.3442

0.1089

r Berbeda bermakna dengan P.0.0s

Tabel 3. Nilai rerat! reliap proponi subpopulasi limfosil dd rasio Th/Ts Kelompok konlol sena nilai re.ata acud intemasionalny. (B & D ) N K Konrrol 69 8 l7 7 l0 10 B & D 9 . 1 - 3 4 6 2 8 5 - 6 0 5 ll t 4 4 0 1 2 9 0 r 2 9 1 0 l - t 8 . 3 6 4 - 2 2 6 5 G 1 0 9 0 q 1 6

(6)

. :..r,tt:\ .,,t^t P.rtl.rirt i:

\ei \K para pendcrita EOP ini lebih --=gr bermakna terhadap konlrolnt'a (20.81 :: :l q0). Data ini menunjukkan meningkat--.r r.fulasi sel penbunuh terhadap jaringan ::<-rt1rg )ang diinduksi olch baktcri. Scl \( nerupakan bagian dari respons irnun !..-ir I ang tidal spesifik ' dan adalah salah ,.::- li trnlara sel-sel yang berlanggung ia$ab -:::BJ.rp sitotoksisitas selular )ang ranpa -:lenilan terlebih dahulu-' Walaupun hing-a \n Derhing-an sel NK Jhing-alhing-all Dcl\hing-alu Dcrro-::.::.:1 belun diketahui' tctapi lebih ting' :'. 1 ppporsi sel NK darah tepi meng-!:rirrlan sel NK nenckan proporsi scl l' i- rel Ih. Diperkirakan pada indiridu :E:-\l.gkutan dapal /akan ferjadi perusakan ,. -:eiisringan ]ang progresif. Penennan rnr r:-i- . trbeda durean hl\il nenelitian Ce--r-:gil Jlk ( 1990a)' pada pendcrita JP dan l': \lerela menemukan hanla sel NK da-:t :epr rang jumlrhnla rrreninglal sedang-.r: :r.'p.rrsl scl-scl laitu1)a tidal berbeda .t ::: Jala indi\idu kontrolnJ-r.

R.r'ro lh,ls perderita IOP tidak ber--:r !'ermakna dengan pada kontroln)-a

: ! , c , \ s 1 . 2 9 3 0 ) . S t e i d l e ] d k l ( 1 9 9 2 ) ' =a:l\.1ulan rasio lh'Ts serum sebesar I : 1 is*rr]n dcngan ke tidak lnal11puan inang ,iDii herespons dalam reaksi limfisir cam-Fr3r .lurolog l.uulolog lirecl lt-t phocrte -.;...:rf {NII-R. srLatu pengukuran imuno' :=-r.isi lernrasuk stimulasi sel Th oleh sel-sel :.r-T .runrlog). Bahlan Raber-Durlacher dkl

inl menuliskan rasio Tir,/Ts darah tepr ritsrr I I sebagai keadaan rendaluya r.s-;rr. 'el I terhadap baliteri oral yang lsiiiun denelan periodontitis. Rasio lb'Ts :.E_-i rendah di serum (rasio 1.75-l me-r":: ri,lan respons imun normal /scimbang) re.".ri.rli i,cadaan lasio di jaringan gingiva ' : " ; J | I . , r , n , J l< b i h r e n d a h ld p i . H d l i n i =<ruqulliarr adan)a kaitan antara penlakil Fd:.'Jonlal dengan inrunoregulasi dan lim-i'sr: T terutama Th.r " Baik Kinane dkk: ar-:pun \1eng & Zheng' rnenyatakan bahr? rrs r Th Ts rcndah berkaitan dengan

mening-katn\a peradangan gingira lang ditemukan berupa wama gingiva )ang Iebih nlerah ber-makna sera skor p€rdarahan pada probDg lbleedng on prohing IIIOP) \ang lebih linggr bcrmahu. fcrapi dalam penelitian lni iidrl didapatkan Lorelasi antara BOP dengan rasro T h I s - n ) . r 0 : 0 . 2 1 7 9 ) .

Walaupun proporsi sel l. Ib. dan NK dalam pcnelilian ini ditenLrkan berbeda bcnnalna Jcnp.rn korrrrol|lla. t..trpi nihr-rihi .eluruh proJ'orsi .ubpupulasr lirntosit pelderita EOP ini masih dalam lingkup dala normal acuan intemasional menllrul Becton & Diclirlson (B & D). Tentun\a data lonlrol penelitian ini iuga berada dahm standarl nofinai acuan B & D tersebut. tctapi perlu dilakutrian perclirian unruk mendapatkan acuan data nomal subpopulasi lirnlosit orang Indonesia dengan periodontal sehat. meng-ingat addnla perbedaan nulir pen)alil pcrio-dollrnl J"n nrulUL. Lehia.d:rn ||ral,irn dun gi/i. cara hidup. iklim. scru kebuda) aan di Indonesia Dengan demikian keadaan sub, pnpul".i l.rnlo:rr pcndenr.t l P dr Ind,,nr\ir akan rrenjadi lebihjelas dan pasti.

Dalam penelitian ini flo\ silomeri dua \!ama secara jelas menunjukkan perbedaaD anlara subpopulasi penderila !oP dan subyek dengan jaringan periodonsium sehat. Data-data proporsi atau jumlah relatif sel I. 1-h. dan NK penderita EOP berbeda bc rukna dengan data-data kontrolnva. DisimpulLnn hah$,' leurunglindn rndir idu Indun.sirr dengan EOP mefirpunyai kernampuan sel T dan lh rendah. dan mungkin rendahnya lc-mampuan sel T dan l h tersebut sebab adanva penekanan oleh proporsi sel NK.

Pencrrrlran ini bermanfaat bagi khasanah ilrnu rnengenri ke;daar LOP di Indorr'si.,. seta pcngcnbangai jmunopan)genesis FOP. Disaranl.an untuk meiaklrkan pcnclitian lan-jutan pada penderita LOP dengan .jumlah subyck lcbih besar guna memperlegas hasil penelitian ini. dan uno* mencar'i data subset linfosir dari individu dengan periodonsium sehat sebagai acuan normal oranc lndonesia

(7)

I t,bersole lL. lmmune Responses 'n Peiodontal Diseases. In: wilson Jr.TG. Kornnan KS. eds. Fundarlentals ol Periodohtics chi.agot Quiniessence Publ.. 1 9 9 6 1 1 0 9 ' 5 8 .

:. Kinane DF. Johnsron FA. Evans CW. Depressed helper-to-suppressor T-celi rarios in earl)-onset ibrtns ofperiodonral diseare. / t u t n a n t R t 5 1 9 8 9 : l l 6 l - 4 .

L Celenl;gil II. Kansu E, Ruacan S- Eratala] K. Caglayan G. Immrmohistological anal.vsis ol gingival lymphocytes in adult pe odontitis. J Clin Pe/iodontol 1990a: 17:542-8.

.1. l'iratli E. Kantarci A. Cebeci I. Tanyeri H. Sonnez G. Carin M. er al. Association between HLA antigens and earl-v-onsel periodonliris. .1 Lln Perndohlol )9961 l J : 5 6 3 - 6 .

5 NleDg IIX. Zheng I-F. T cells and l-cell subsets in periodonial diseaser ,r Pcri,l,,/ R r ' I g 8 9 r - ? l : l 2 l - 6 .

6 C?rranz! Jr.[A. Pr€pubenal and Juvenile Periodonritis. In: Cananza Jr.FA. Ncman MG. eds. C/rTicdl Peliadontalog. 8"' e.l. Philadelphia: Sar.lllders. 1996; 316-,11. 7. caranza JI.FA. Adams Dl-. Ne\oan \{G.

Rapidl) Progressive Periodonlitis- Necro-tizing Ulccralire Periodontitis. and Retiactory l'eriodonriris. In: Carfanza h.FA. Netrnan MG. eds. Cliniul Pet)odantnlag 8 e d . P h i l d d e l p \ i . r S d m J e r s l o q 6 J . ' o J j 8. Kanma JJ. NakoLt M. Manti IA.

Pr(domindnr mrcroflor. .r- \c\(r<. Inodercte and rninimal p€riodontal lesions in youn-q d d J l r s $ i r h r a p i d l t p r o g $ s i f e p e r i o d o n r i f i ' . .J Petiodont Res 19951 34:66-12.

9. Booth V. Lehner T. characterization of the I'atphrrotlto as gingirdIi!.tnligen recognized b\ ! nonoclonal anlibod] which prelents colorizalion b) the organism. J Petiodohl R(]l l99l; .l-2:5.1-6.

10. HaD N. Xiao x. Zhang L. Ri X. Zhang J. Tong Y. er al. Bxcreriologicat stud,v of juvenile periodontitis ri China. I P?riodojlt R e r l9 9 l : 1 6 ; , 1 0 9 - 1 1 .

1 1 . L o p e z N J . M e l l a d o J C . L e i g h l o n G X OccLnence of ,l.rrard.il I us aL t itu,D\ e te rr -tontituns. P.tpbmtun r s/,airdl and Pretotello tnte tedia in Juvenile

Periodonritls. I ('liti I'.ri.l.kt.l l9t)6 2 J : l 0 l 5 .

S c h e n k e i n H A . ! a n D ) k e T E . E a . l ) - o n s e t perrodondtis: systernic aspecls of etiolog) and pathogenesis. Pertudantol :004 t9941 6 : ' 7 - 2 5 .

G€mmel E. Woodfbrd V. Sclnou cJ. Chalacterlzatlon 01 T l)mfhoc)1e clones derived tiorn Part)ht tuntond\ gihg^,uli! infected subjecis J ?eriatl.nt tu\ t9961 J / : . 1 7 - 5 6 .

Pieffzak ER. Polak B. $alsh LG. Salrge NW. Selmour GJ. Chafactedzadon ol seun antibodies (o Parpbtunnnds .ql,gi!dl^ nr irdi!iduals $ilh and \rithout periodontiris. 0/tt! itliclabiol Ii .,tLolol1998i iJ: 65-7:. lvlilasaki KT. Altered Leulioc)re Funcrion and Periodonral Disease. ln: Camnza Jr.fA. Ne\\rnan ltIG. eds. (/,?tu?1 P!tn\]o ol.st. 3 ' c d P h i l a d e l p h i a : S a u n d c f s . 1 9 9 6 i l3 l j 0 . ZafiroFoulos GGK. flofes de Jrcob) t-. S c h o o p B . I l a v e m a n n K . I l e y m a m r s J F l o $ -clromelic analysis of lymphoc)te subsers 1rr parienrs rvith advanc€d periodoniltis. J a/r, P|tiulu ol 1990i I ":636-11.

Niscngrrd RC. r.\e$mar Iv1G. Sanz M. I{osI Response: Basic Concepls In: Caranza Jf F'\. Ne\\rnan MG. eds (lini.dl 1)ttitlrntalag, 8" cd. Philadelphia: S r u n d D s . 1 9 9 6 r 1 1 1 - : 0 .

l\.{alber g K. \'lolle A. Strener D. Gangler P Dctcrminalion of llrnphoc\te populalions aDd subpopularions extacted liom chronicall,! inflanred human periodonral ilssues. ../ (/rt Petiodnn!ol t992t 1 9:1 55-8.

Baker I'J. l)ixon M. Evans RT. Dulbur L. Johnson E. Ropenan DC. CD.l+ T Cells and the Ptuitrllamrnarcrl C)rokrnes Gamnt. inlerferon and Inrerleukir-6 (omrbule to Ai\eolaf Bon. l-oss iD Mice l,it,l Intntu" 1 9 9 9 : , - : 1 8 0 1 9

Sleidle) KE. )hompson SH. N'lcQuade MJ. Slrong SI-. Scheidt MJ. \'an Dyke TE. A Conparison of 'I1:T8 l-)mphocyte Raiio in the Pcriodontal Lesion of Heahh) and HIV-lbsiti!e Patients. .l ?etialantol 19921 d J : 1 5 1 6 .

Rrbcr Durlacher JE. Zeijlenraker WP. \leinesz AAP. Abraham-lnpijn 1.. CDI to CI)ii Ralio and ,? tlro I-) mphofrclil-emti!c Respons.s During Experinrental Gmgi!iris in Precnanc) and Post Parum. .l Petio.{ontal 1 9 9 1 : . 6 1 . 6 6 3 . 1 .

Daftar Pustaka

1 3 .

1 4 . 1 5 . l 7 1 9 .

t 2 .

l 8 ]

20.

5 1 8

Gambar

Tabel  3.  Nilai  rerat!  reliap  proponi  subpopulasi limfosil  dd  rasio Th/Ts Kelompok konlol sena nilai  re.ata acud  intemasionalny

Referensi

Dokumen terkait

Plkct Pekcrjtln P€ngsd,an C€trtotrs Phstik Unluk FASUM. Nilai PACII/HPS :

Apabila mengalami kebuntuan dalam mendesign algoritma suatu masalah, langkah yang perlu kita lakukan adalah dengan melihat/menganalisis masalah tersebut secara menyeluruh

Predikat LAKIP Jum lah jenis pelaporan capaian kinerja dan keuangan yang dilaksanakan t epat w akt u. Subbag Keuangan, Perencanaan dan

Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah

Proporsi dispepsia fungsional ini juga ditemukan lebih tinggi dibandingkan dispepsia organik dimana berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 1001 subjek di Swedia,

Kemudian proses adsorpsi emulsifier ini akan menurunkan tegangan permukaan dari medium pendispersi yang lebih besar daripada zat yang terdispersi, sehingga

Berdasarkan hasil penelitian diharapkan PT Inalum Kuala Tanjung meningkatkan komunikasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja khususnya mengenai program behavior based

You might, for example, define a [] method on the Document class, a method that will make Document instances look like an arrays of words:..