• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Informasi Dan Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Nurintan Cynthia Tyasmara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kebijakan Informasi Dan Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) Nurintan Cynthia Tyasmara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kebijakan Informasi Dan Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)

Nurintan Cynthia Tyasmara

Pendahuluan

Informasi saat ini telah digunakan di seluruh lapisan kehidupan masyarakat sehingga perlu dilakukan pengaturan yang berkaitan dengan informasi. Istilah kebijakan informasi menurut Hernon dan Relyea (2003) adalah

…a set of interrelated principles, laws, guidelines, rules, regulations, and

procedures guiding the oversight and management of the information lifecycle: the production, collection, distribution/dissemination, retrieval and use, and retirement, are including preservation, of information. Information policy also embraces access to, and use of, information and records; records relate to the conduct of government business and provide an audit trail for holding government accountable. Collectively, policies form a framework that profoundly affects the manner in which an individual in a society, indeed a society itself, makes political, economic, and social choices1

Konsep kebijakan informasi nasional berkembang setelah para pemimpin politik di berbagai negara menyadari bahwa hukum dan peraturan yang mempengaruhi informasi merupakan suatu kebijakan tinggi dan memiliki kepentingan strategis dalam kehidupan bernegara. Kebijakan informasi nasional maupun kebijakan informasi terus berkembang seiring dengan banyaknya diskusi yang membahas hal ini, walaupun dalam penerapannya pemerintah tidak terlalu banyak mengeluarkan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan informasi.2

Menurut Rowlands (1997), salah satu model yang populer dalam pengkajian kebijakan informasi adalah dengan model pendekatan sistem. Model ini secara sederhana membayangkan pembuatan kebijakan (policy-making) sebagai sebuah kegiatan yang mengandung serangkaian inputs (misalnya manusia, ideologi,

(2)

harapan, hasil riset, investasi), dan outputs (penciptaaan kesejahteraan, jaminan kesehatan, akses yang demokratis). Dalam model ini, semua kebijakan, termasuk kebijakan informasi adalah sebuah kata kerja, bukan kata benda. 3

Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia

Sebelum reformasi kita jarang mendengar istilah informasi publik. Masyarakat sulit mengetahui kinerja pemerinah, berpartisipasi dalam sistem pemerintahan, dan membuat informasi publik menjadi barang mahal dimana seolah tidak diperkenankan untuk diketahui. Informasi adalah sesuatu yang dimonopoli oleh penguasa saja khususnya informasi yang berhubungan dengan kebijakan publik dan anggaran negara. Hal ini menyebabkan peran masyarakat dalam pembangunan sangat lemah karena keterbatasan informasi.

Setelah reformasi, kebebasan dalam menyuarakan aspirasi dan mengetahui informasi seolah menjadi hal yang wajib dimiliki masyarakat. Jaminan hak memperoleh informasi membawa angin segar kehidupan baru demokrasi di Indonesia dimana amandemen konstitusi kedua tahun 2000 yang menambahkan jaminan hak bagi setiap warga negara untuk memperoleh informasi. Sebagaimana tercantum pada pasal 28F UUD 1945, “setiap orang berhak untuk berkomunikasi

dan memperoleh informasi dan mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki dan menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

Pemberlakuan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Pada 20 April 2010, diberlakukan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) yang sebenarnya telah disahkan sejak 30 April 2008. Undang-Undang ini bisa dikatakan sebagai produk hukum yang menjadi ultimate goal dari agenda reformasi dan juga perangkat legal yang secara jelas mewajibkan Badan-Badan Publik untuk melayani informasi kepada

(3)

masyarakat. Pada undang-undang tersebut juga memberikan penjelasan lebih rinci bagaimana hak dan kewajiban memperoleh nformasi dijalankan, mendorong perubahan paradigma di Badan Publik yaitu lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaan negara, bahwa seluruh informasi yang berada di Badan Publik adalah terbuka, kecuali informasi yang dikecualikan.

Secara garis besar, ada lima hal yang diatur dalam UU No. 14 tahun 2008 yaitu jenis –jenis informasi yang dapat diperoleh publik, mekanisme memperoleh informasi, dan ketentuan pidana sebagai sanksi atas pelanggaran implementasinya. UU ini mengatur empat jenis informasi, yaitu informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala (contohnya informasi kinerja, laporan keuangan), informasi yang diumumkan serta merta (contohnya informasi yang menyangkut hajat hidup orang banyak seperti bencana alam dan perang), informasi yang wajib tersedia setiap saat (informasi Badan Publik yang berkaitan dengan kebijakan, program, kegiatan, dan pengeluaran tahunan), dan informasi yang dikecualikan. Secara umum, UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik telah mengakomodir kepentingan publik dalam melakukan kontrol terhadap jalannya penyelenggaraan negaara. Badan-Badan publik diberikan kewajiban untuk melayani informasi bagi publik, sehingga Badan Publik tidak bisa secara sepihak menghalangi permintaan informasi dengan dalih rahasia negara, sebab kategori-kategori informasi yang dirahasiakan telah dijabarkan dalam pasal tentang pengecualian informasi. Sebagai kontrol atas penyelenggaraan tersebut, Komisi Informasi Pusat setiap tahunnya melakukan pemeringkatan Badan Publik (Kementrian dan Lembaga) dan mengumumkan pada peringatan Hari Hak untuk Tahu Internasional (International Right to Know Day) pada 28 September.

Implementasi UU No. 14 Tahun 2008 di Kementrian Dalam Negri

Kementrian Dalam Negri dalam mengimplementasikan UU No. 14 Tahun 2008 memiliki beberapa hal yang belum memenuhi seperti ketiadaan Standar Operasional dan Prosedur dalam permintaan informasi, pembentukan PPID serta

(4)

belum mampunya Kemendagri dalam melakukan uji konsekuensi terhadap informasi yang dikecualikan berdasarkan UU No. 14 tahun 2008. Beberapa sengketa informasi yang dihadapi Kemendagri disebabkan tidak adanya tanggapan dalam permintaan informasi. Fasilitas website yang dimiliki juga belum mencakup semua informasi yang diamanatkan dalam UU No. 14 Tahun 2008.4

Implementasi UU No. 14 Tahun 2008 di Pemerintah Kota Depok

Pemerintah Kota Depok merupakan salah satu badan publik yang telah menunjuk PPID dalam rangka pelaksanaan UU KIP. Setelah adanya PPID sejak 2011, ternyata masih ditemukan beberap informasi yang belum dipublikasikan sesuai UU KIP dan banyaknya sengketa informasi. Pemkot Depok dalam mengkomunikasikan kebijakan masih sangat tidak efektif dengan hanya menunjuk PPID tanpa diiringi SOP dan tata kerja. Sehingga menunjukkan tidak adanya kejalasan PPID dalam melaksanakan UU KIP. 5

Evaluasi Komunikasi Keterbukaan Informasi Publik oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika

Dilabarbelakangi oleh rendahnya penerapan keterbukaan informasi pada badan publik dan minimnya partisipasi masyarakat menggunakan hak untuk tahu (Right

to Know) perlu adanya manajemen komunikasi yang efektif oleh Ditjen Informasi

dan Komunikasi Pubilk (IKP) yang efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi pemerintah sudah menerapkan metode manajemen dalam menganalisis dimensi transparansi dan belum maksimal. Manajemen komunikasi pemerintah mempunyai perencanaan yang komprehensif dan terstruktur tetapi terdapat kelemahan dalam melakukan identifikasi masalah, aksi dan komunikasi serta evaluasi.6

Penutup

Kebijakan keterbukaan informasi masih mendapatkan resistensi tinggi dan minim partisipasi dari masyarakat sehingga perlu adanya diskusi ilmiah khususnya mengenai komunikasi pemerintahan secara nasional agar aliran informasi antar pemerintah dengan publik bisa maksimal. Pemerintah membutuhkan sistem

(5)

penyebaran informasi nasional antara pemerintah pusat, antara pusat dan daerah, antara pemerintah daerah dan pemerintah dengan publik.

Badan Publik perlu untuk memiliki standar operasional dan prosedur/mekanisme permintaan informasi agar kegiatan layanan permintaan informasi memiliki acuan yang jelas. Pembagian kerja di PPID juga perlu dilakukan pembenahan seperti upaya menambahkan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan produktivitas kerja. Kemudian peningkatan komunikasi dengan pihak luar khusunya masyarakat dan LSM sehingga dapat terjadi pertukaran informasi dan masukan dalam pembuatan kebijakan.

 

                                                                                                                         

1Hernon, P. dan Relyea, H.C. (2003). “Information policy” dalam Encyclopedia of Library

and Information Science, ed. Drake, M.A., New York : Marcel-Dekker, hlm. 1300 – 1315 2 Braman, S. (2011). Defining Information Policy. Journal of Information Policy, North America, Available at:http://jip.vmhost.psu.edu/ojs/index.php/jip/article/view/19. Date accessed: 29 Sep. 2012.

3 Rowlands, I (1997), “Understanding information policy : concepts, frameworks and research tools” dalam Understanding Information Policy, ed. I. Rowlands, London : Bowker-Saur, hal. 27 – 45.

4 Rizkawati, Ermy. (2013). Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik di Kementrian Dalam Negri RI. Departemen Ilmu

Administrasi Negara. FISIP UI

5 Raharja, Andaya Putetra. (2013) Implementasi Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik di Pemerintahan Kota Depok. Departemen Ilmu Administrasi Negara. FISIP UI

6 Indrato, Marroli J. (2012). Manajemen Komunikasi Pemerintah dalam Kebijakan Tranaparansi Informasi: Studi Evaluasi Komunikasi Keterbukaan Informasi Publik oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika. Departemen Manajemen Komunikasi. FISIP UI

(6)

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     

DAFTAR PUSTAKA

Hernon, P. dan Relyea, H.C. (2003). “Information policy” dalam Encyclopedia of Library and Information Science, ed. Drake, M.A., New York : Marcel-Dekker, hlm. 1300 – 1315

Braman, S. (2011). Defining Information Policy. Journal of Information Policy, North America, Available at:http://jip.vmhost.psu.edu/ojs/index.php/jip/article/view/19. Date accessed: 29 Sep. 2012.

Rowlands, I (1997), “Understanding information policy : concepts, frameworks and research tools” dalam Understanding Information Policy, ed. I. Rowlands, London : Bowker-Saur, hal. 27 – 45.

Rizkawati, Ermy. (2013). Implementasi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik di Kementrian Dalam Negri RI. Departemen Ilmu Administrasi Negara. FISIP UI

Raharja, Andaya Putetra. (2013) Implementasi Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik di Pemerintahan Kota Depok. Departemen Ilmu Administrasi Negara. FISIP UI

Indrato, Marroli J. (2012). Manajemen Komunikasi Pemerintah dalam Kebijakan Transparansi Informasi: Studi Evaluasi Komunikasi Keterbukaan Informasi Publik oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika. Departemen Manajemen Komunikasi. FISIP UI

Referensi

Dokumen terkait

Figur tersebut dihadirkan sebagai objek utama dalam lukisan, dengan menggunakan teknik pewarnaan dan tekstur yang persis pada jajan sarad , semua melalui pengulangan

Menurut (Subroto, 1992: 42) teknik simak catat adalah teknik yang dilakukan dengan mengadakan penyimakan dan pencatatan terhadap data yang relevan yang sesuai

[r]

Grafik koefisien keragarnan karakter meristik K2N dan G2N-meiotik ikan

Hari wafatnya Tuan Guru Kiai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan hari duka tidak hanya bagi Warga Nahdlatul Wathan tetapi menjadi duka juga bagi ummat

Pemberian berbagai konsentrasi ZPT alami yang berasal dari bawang merah memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat basah dan berat kering bibit gaharu tetapi

Menyadari bahwa meningkatnya kebutuhan pupuk dikaitkan dengan kapasitas industri pupuk di dalam negeri yang memiliki keterbatasan oleh faktor-faktor di luar pabrik itu

BAB II Pola asuh orang tua dan kecerdasan spiritual. Kecerdasaan spiritual meliputi pengertian kecerdasaan spiritual, ciri-ciri kecerdasaan spiritual, fungsi