• Tidak ada hasil yang ditemukan

SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI 2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI 2005"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA*) FEBRUARI 2005

??Jumlah angkatan kerja Februari 2005 mencapai 105,8 juta orang, bertambah 1,8 juta orang dibanding Agustus 2004 sebesar 104,0 juta orang.

??Jumlah penduduk yang bekerja dalam 6 bulan yang sama hanya bertambah 1,2 juta orang, dari 93,7 juta menjadi 94,9 juta orang, yang berarti menambah jumlah penganggur baru sebesar 600 ribu orang.

??Dengan demikian, tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Februari 2005 mencapai 10,3 persen, lebih tinggi sedikit dibanding TPT pada Agustus 2004 sebesar 9,9 persen.

??Jumlah penduduk yang bekerja tidak penuh (underemployment) pada Februari 2005 mencapai 29,6 juta orang atau 31,2 persen dari seluruh penduduk yang bekerja, angka ini lebih tinggi dari keadaan Agustus 2004 sebesar 29,8 persen.

??Jumlah pekerja informal pada Februari 2005 mencapai 60,6 juta orang atau 63,9 persen dari seluruh penduduk yang bekerja, angka ini lebih tinggi dari keadaan Agustus 2004 sebesar 63,2 persen.

*)

Berdasarkan data Survei A ngkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2004 dan Februari 2005

(2)

1. ANGKATAN KERJA, PENDUDUK YANG BEKERJA DAN PENGANGGURAN. Seperti dapat dilihat pada Tabel 1, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada bulan Februari 2005 mencapai 105,8 juta orang. Dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2004 sebesar 104,0 juta orang, berarti ada penambahan angkatan kerja baru sebesar 1,8 juta orang dalam enam bulan terakhir. Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja pada bulan Februari 2005 mencapai 94,9 juta orang, dan bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2004 sebesar 93,7 juta orang, berarti ada penambahan lapangan kerja baru sebesar 1,2 juta orang.

Penambahan jumlah lapangan kerja baru yang lebih kecil dibanding pertambahan angkatan kerja baru, menyebabkan terjadi penambahan jumlah penganggur baru sebesar 600 ribu orang. Dengan penambahan ini, tingkat pengangguran terbuka (Open

Unemployment) meningkat menjadi 10,3 persen dibanding keadaan pada Agustus 2004

sebesar 9,9 persen. Di lain pihak, keberhasilan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2005 sebesar 6,35 persen (Year On Year) belum diikuti oleh penciptaan lapangan kerja yang signifikan. Pertumbuhan ekonomi lebih diciptakan oleh penambahan investasi baru dan peningkatan kapasitas produksi pada sektor-sektor yang kurang menampung banyak tenaga kerja. Untuk menekan angka pengangguran ke depan, diperlukan pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkesinambungan dengan orientasi pada penciptaan lapangan kerja yang luas (pro-labor economic growth).

Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja tidak penuh (di bawah 35 jam per minggu) atau disebut underemployment, pada Februari 2005 mencapai 29,6 juta orang, terdiri dari bekerja tidak penuh tetapi tidak berusaha mencari pekerja lain (voluntary

underemployment) sebesar 15,3 juta orang dan bekerja tidak penuh tetapi masih mencari

pekerjaan lain (unvoluntary underemployment) sebesar 14,3 juta orang. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang bekerja keseluruhan sebesar 94,9 juta orang, tingkat underemployment mencapai 31,2 persen, yang berarti lebih tinggi dibanding keadaan pada Agustus 2004 sebesar 29,8 persen.

(3)

TABEL 1. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA Agustus 2004 dan Februari 2005

(Dalam jutaan)

RINCIAN Agustus

2004

Februari 2005

1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 153,9 155,5

2. Angkatan Kerja 104,0 105,8

a. Bekerja 93,7 94,9 b. Penganggur Terbuka 10,3 10,9

3. Bekerja tidak penuh (Underemployment) 27,9 29,6

a. Voluntary Underemployment 14,5 15,3

b. Unvoluntary Underemployment 13,4 14,3

4. Bukan Angkatan Kerja

(Sekolah, mengurus RT, lainnya) 49,9 49,7

5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja,

(2)/(1) *100% 67,6 68,0

Tingkat Pengangguran Terbuka, (2b)/(2) *100%

9,9 10,3

Tingkat Underemployment,

(3)/(2a) *100% 29,8 31,2

2. STRUKTUR ANGKATAN KE RJA

Tabel 2 memperlihatkan jumlah angkatan kerja menurut pulau. Dari 105,8 juta angkatan kerja Indonesia pada Februari 2005, terbanyak berada di Jawa sebesar 63,3 juta (59,8 persen), di Sumatera 21,3 juta (20,1 persen), Sulawesi 7,1 juta (6,7 persen), dan secara keseluruhan jumlah angkatan kerja di luar Jawa sebesar 42,5 juta (40,2 persen). Bila dibanding dengan angkatan kerja Agustus 2004, terjadi peningkatan jumlah di semua pulau, walaupun secara persentase di Jawa turun dari 60,0 persen menjadi 59,8 persen dan di luar Jawa meningkat dari 40,0 persen menjadi 40,2 persen.

Selanjutnya, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 67,5 persen menjadi 68,0 persen, dan ini pula yang menyebabkan jumlah angkatan kerja meningkat hingga 1,8 juta orang dalam enam bulan terakhir. TPAK tertinggi terjadi di Maluku dan Papua sebesar 71,6 persen, sebaliknya TPAK terendah terjadi di Sulawesi 64,5 persen. Walaupun TPAK di Sulawesi terendah tetapi tingkat pengangguran terbuka (TPT) nya merupakan yang tertinggi, mencapai 12,0 persen pada Februari 2005. Ini menunjukkan bahwa penciptaan lapangan kerja di wilayah ini relatif lebih sulit dibandingkan di pulau-pulau lain.

(4)

TABEL 2. JUMLAH ANGKATAN KERJA DAN TINGKAT PENGANGGURAN MENURUT PULAU Angkatan kerja (jutaan) TPAK (%) TPT (%) PULAU Ags 2004 Feb 2005 Ags 2004 Feb 2005 Ags 2004 Feb 2005 SUMATERA 20,8 21,3 67,6 68,5 10,0 10,1 JAWA 62,4 63,3 66,6 67,2 10,2 10,8 BALI & NT 6 6,1 75,5 76,3 5,5 6,1 KALIMANTAN 5,6 5,8 69,9 70,9 7,5 7,4 SULAWESI 7,1 7,1 66,4 64,5 12,7 12,0

MALUKU & PAPUA 2,1 2,2 72,1 71,6 8,8 8,6

INDONESIA 104 105,8 67,5 68,0 9,9 10,3

3. STRUKTUR PENDUDUK YANG BEKERJA

Tabel 3 memperlihatkan struktur penduduk yang bekerja menurut pulau pada Februari 2005, di mana jumlah terbesar terdapat di Jawa 56,5 juta orang (59,5 persen), diikuti Sumatera 19,1 juta orang (20,1 persen), Sulawesi 6,2 juta orang (6,5 persen), dan secara keseluruhan jumlah pekerja di luar Jawa mencapai 38,4 juta orang (40,5 persen). Bila dilihat menurut lapangan pekerjaan utama, jumlah pekerja di pertanian mendominasi lapangan kerja di semua pulau, dengan persentase tertinggi di Maluku dan Papua 70,9 persen (nasional 44,0 persen), dan terendah di Jawa 35,7 persen. Sektor kedua terbesar adalah perdagangan dengan jumlah pekerja 19,9 persen dari jumlah pekerja nasional sebesar 94,9 juta orang, diikuti industri 12,3 persen dan jasa 11,1 persen.

TABEL 3. STRUKTUR PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT PULAU DAN LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA

Februari 2005 (%)

Total PULAU Pertanian Industri Perdagangan Jasa Lainnya

% (juta orang) SUMATERA 56,4 06,0 15,4 10,2 12,0 100,00 19,1 JAWA 35,7 16,1 23,1 11,7 13,4 100,00 56,5 BALI & NT 53,2 11,1 14,1 10,7 10,8 100,00 05,8 KALIMANTAN 53,0 07,7 17,5 08,9 12,9 100,00 05,3 SULAWESI 56,8 05,0 15,5 11,5 11,1 100,00 06,2 MALUKU & PAPUA 70,9 02,2 08,9 10,0 08,0 100,00 02,0 INDONESIA 44,0 12,3 19,9 11,1 12,6 100,00 94,9

(5)

Selanjutnya Tabel 4 memperlihatkan struktur penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama. Dari jumlah pekerja pada Februari 2005 sebesar 94,9 juta orang, pekerja dengan status buruh/karyawan mencapai 25,7 juta orang (27,1 persen), diikuti pekerja dengan status berusaha dibantu orang lain sebesar 24,1 juta orang (25,4 persen), dan pekerja dengan sta tus berusaha sendiri sebesar 17,5 juta orang (18,5 persen). Semua wilayah (pulau) mempunyai struktur status pekerjaan utama yang hampir mirip. Walaupun demikian, porsi tertinggi untuk pekerja dengan status berusaha sendiri terdapat di Maluku dan Papua 25,0 persen terhadap total pekerja di wilayah ini, porsi tertinggi untuk berusaha dibantu orang lain juga di Maluku dan Papua 35,0 persen, sedangkan porsi tertinggi untuk buruh/karyawan terdapat di Jawa 30,1 persen.

TABEL 4. JUMLAH PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA MENURUT PULAU DAN STATUS PEKERJAAN UTAMA

Februari 2005 (Juta orang) PULAU Berusaha Sendiri Berusaha dibantu Orang lain Buruh/ Karyawan Pekerja bebas Pek tak dibayar Total SUMATERA 3,5 5,1 4,7 1,2 4,6 19,1 JAWA 10,2 13,2 17,0 7,0 9,1 56,5 BALI & NT 0,9 1,7 1,1 0,4 1,7 5,8 KALIMANTAN 1,1 1,4 1,4 0,2 1,2 5,3 SULAWESI 1,3 2,0 1,2 0,2 1,4 6,2 MALUKU & PAPUA 0,5 0,7 0,3 0,0 0,5 2,0 INDONESIA 17,5 24,1 25,7 9,0 18,5 94,9

Jumlah pekerja informal berdasarkan pendekatan status pekerja an utama dan jenis pekerjaan utama pada Februari 2005 (Tabel 5) mencapai 60,6 juta orang atau 63,9 persen dari jumlah pekerja nasional. Porsi pekerja informal ini lebih tinggi dibanding keadaan pada Agustus 2004 sebesar 63,2 persen. Bila dilihat menurut pulau, porsi pekerja informal tertinggi terdapat di Maluku dan Papua sebesar 77,9 persen, diikuti Bali dan Nusa Tenggara 73,1 persen, sedangkan terendah terdapat di Jawa sebesar 60,0 persen.

(6)

TABEL 5. STRUKTUR PEKERJA INFORMAL MENURUT PULAU (persen) Total Pekerja (juta orang) PULAU Agustus 2004 Februari 2005 Agustus 2004 Februari 2005 SUMATERA 69.2 68.0 18.7 19.1 JAWA 58.9 60.0 56.0 56.5 BALI & NT 72.1 73.1 5.6 5.8 KALIMANTAN 64.2 65.5 5.2 5.3 SULAWESI 69.8 72.0 6.2 6.2 MALUKU & PAPUA 79.8 77.9 1.9 2.0 INDONESIA 63.2 63.9 93.7 94.9

Gambar

TABEL 1. PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS MENURUT KEGIATAN UTAMA   Agustus 2004 dan Februari 2005
TABEL 3.   STRUKTUR PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA  MENURUT PULAU DAN LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA
TABEL 4.   JUMLAH  PENDUDUK USIA 15 TAHUN KE ATAS YANG BEKERJA  MENURUT PULAU DAN STATUS PEKERJAAN UTAMA
TABEL 5. STRUKTUR PEKERJA INFORMAL MENURUT PULAU   (persen)  Total Pekerja  (juta orang)  PULAU  Agustus  2004  Februari 2005  Agustus  2004  Februari 2005  SUMATERA  69.2  68.0  18.7  19.1  JAWA  58.9  60.0  56.0  56.5  BALI & NT  72.1  73.1  5.6  5.8

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa pada tingkat kesamaan 57,3%, ke- lompok habitat pertama ditempati oleh Sta- siun 4 yang dicirikan dengan tingginya nilai kelimpahan

Salah satu bimbingan agama yang diduga dapat diimplementasikan dalam rangka untuk membantu permasalahan kesehatan mental dan tekanan batin yang tengah dihadapi oleh

Kesimpulannya, walaupun motivasi tidak berpengaruh secara signifikan namun hasil pengukuran kinerja menunjukan kinerja karyawan tinggi, menunjukan bahwa motivasi dari

Langkah-langkah utama yang dilakukan dalam perancangan awal antara lain 1) Membuat kerangka modul pembelajaran biologi berbasis metakognisi tentang materi sistem koordinasi yang

Menurut hemat saya, posisi Pemerintah Tiongkok sebenarnya sudah jernih dan ada ketegasan terhadap Huakiao, orang Tiongkok yang tetap mempertahankan WN-Tiongkok dan

Sementara penurunan jumlah belanja pemeliharaan pemerintah bisa terjadi jika Belanja Modal yang dilakukan pemerintah dimaksudkan untuk mengganti aset tetap yang

Berdasarkan pengujian, didapatkan hasil bahwa Dalam jangka panjang variabel Dana Pihak Ketiga, Jumlah Uang Beredar dan Tingkat Suku Bunga berpengaruh positif dan

“Price Earning Ratio (PER) adalah rasio ini diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba per saham (EPS), maka semakin tinggi rasio ini akan