• Tidak ada hasil yang ditemukan

Warta Bea Cukai Edisi 405

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Warta Bea Cukai Edisi 405"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

MENUNGGU IMPLEMENTASI

PROFIL

BACHTIAR

WAWANCARA

JUSUF INDARTO

MAKSIMALKAN KEKUATAN

TEKAN PENYELUNDUPAN

Patroli Laut DJBC

(2)

IZIN DEPPEN: NO. 1331/SK/DIRJEN-G/SIT/72 TANGGAL, 20 JUNI 1972 ISSN.0216-2483 PELINDUNG

Direktur Jenderal Bea dan Cukai: Direktur Jenderal Bea dan Cukai: Direktur Jenderal Bea dan Cukai: Direktur Jenderal Bea dan Cukai: Direktur Jenderal Bea dan Cukai: Drs. Anwar Suprijadi, MSc

PENASEHAT

Direktur Penerimaan & Peraturan Kepabeanan dan Cukai: Drs. Hanafi Usman

Direktur Teknis Kepabeanan Ir. Agung Kuswandono, MA Direktur Fasilitas Kepabeanan Drs. Kusdirman Iskandar Direktur Cukai Drs. Frans Rupang

Direktur Penindakan & Penyidikan Drs. R.P. Jusuf Indarto

Direktur Audit

Drs. Thomas Sugijata, Ak. MM Direktur Kepabeanan Internasional Drs. M. Wahyu Purnomo, MSc

Direktur Informasi Kepabeanan & Cukai Dr. Heri Kristiono, SH, MA

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai Drs. Endang Tata

Inspektur Bea dan Cukai Edy Setyo

Tenaga Pengkaji Bidang Pelayanan & Penerimaan KC

Drs. Bambang Prasodjo

Tenaga Pengkaji Bidang Pengawasan & Penegakan Hukum KC

Drs. Erlangga Mantik, MA

Tenaga Pengkaji Bidang Pengembangan Kapasitas & Kinerja Organisasi KC Susiwijono, SE

KETUA DEWAN PENGARAH Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai:

Drs. Kamil Sjoeib, MA

WAKIL KETUA DEWAN PENGARAH/ PENANGGUNG JAWAB

Kepala Bagian Umum: Sonny Subagyo, S.Sos DEWAN PENGARAH

Ir. Harry Mulya, MSi, Drs. Patarai Pabottinggi, Dra. Cantyastuti Rahayu, Muhamad Purwantoro. Marisi Zainuddin Sihotang, SH.,M.M.

Hendi Budi Santosa,

Ir. Azis Syamsu Arifin, Muhammad Zein, SH, MA. Maimun, Ir. Agus Hermawan, MA.

PEMIMPIN REDAKSI Lucky R. Tangkulung REDAKTUR

Aris Suryantini, Supriyadi Widjaya, Zulfril Adha Putra FOTOGRAFER

Andy Tria Saputra KORESPONDEN DAERAH ` Hulman Simbolon (Medan),

Ian Hermawan (Pontianak), Donny Eriyanto (Makassar), Bambang Wicaksono (Ambon), Muqsith Hamidi (Balikpapan) KOORDINATOR PRACETAK Asbial Nurdin SEKRETARIS REDAKSI Kitty Hutabarat PIMPINAN USAHA/IKLAN Piter Pasaribu TATA USAHA Shinta Dewi Arini Untung Sugiarto IKLAN

Kitty Hutabarat SIRKULASI

H. Hasyim, Amung Suryana BAGIAN UMUM

Rony Wijaya PERCETAKAN

PT. BDL Jakarta

ALAMAT REDAKSI/TATA USAHA Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,

Jl. Jenderal A. Yani (By Pass) Jakarta Timur Telp. (021) 478 65608, 478 60504, 4890308 Psw. 154

Fax. (021) 4892353 majalah_wbc@yahoo.com REKENING GIRO a/n :

PITER PASARIBU BANK BRI KANTOR KAS DITJEN BEA DAN CUKAI JAKARTA Nomor Rekening : 1256.01.000001.30.5 Pengganti Ongkos Cetak Rp.

12.500,-TERBIT SEJAK 25 APRIL 1968

D A R I

R E D A K S I

Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai

dan

Warta Bea Cukai

mengucapkan :

DIRGAHAYU

REPUBLIK

INDONESIA

Ke-63

17 Agustus 2008

(3)

Laporan Utama

4 -15

Wawancara

16-18

Profil

76 -79

Daerah ke Daerah

27-36

Hidup prihatin sejak kecil menjadikan dirinya sebagai sosok yang tegar dan matang dalam menjalani hidup hingga mencapai kariernya sebagai Kakanwil DJBC Banten. Bagaimana kisah perjalanan hidup tokoh profil kita kali ini, simak pada rubrik Profil.

Untuk mengamankan wilayah Indonesia dari kegiatan

penyelundupan, kegiatan patroli laut yang dilakukan oleh DJBC menjadi suatu keharusan. Bagaimana efektifitas patroli laut tersebut ? Dapat disimak pada Rubrik Laporan Utama kali ini. 1 DARI REDAKSI

3 KARIKATUR

31 PENGAWASAN - Pelatihan Untuk Tenaga

Operator X-Ray Bea dan Cukai

- Shabu dan Ketamine Kembali Ditegah KPPBC SH - KPPBC SH Sita Aset Perusahaan Malaysia - Rakornas Pengawasan DJBC 2008 37 SEPUTAR BEACUKAI 45 KEPABEANAN INTERNASIONAL - The 111th/112th Sessions

World Customs Organization - MoC DJBC Dengan Nothern

Territory of Australia 49 INFO PEGAWAI - Sosialisasi LKPP E-Procurement - Pegawai Pensiun TMT 1 Agustus 2008 - Pelantikan 87 Pejabat Eselon III Di Lingkungan DJBC

56 PERISTIWA

Koordinasi KPPBC Tipe A3 Makassar Dengan Koperasi TNI AD Kodam VII Wirabuana 58 OPINI

- Definisi “Orang” dan Konskuensinya Terhadap Pengawasan di Bidang Kepabeanan

- Quo Vadis: Esprit De Corps 61 INFO PERATURAN

62 KOLOM

DJBC dan Pelaksanaan Perlindungan HaKI (bag II)

65 PPKC

Evaluasi Semester I Target Penerimaan Bea Masuk, Bea Keluar dan ukai Tahun 2008 68 SEKRETARIAT

Tim Putra dan Putri DJBC Juara I Lomba Gerak Jalan HUT Kota Jakarta

69 MITRA Seminar Penerapan NSW di Indonesia 70 KEPABEANAN - Rakornas Bidang Kepabeanan 72 RENUNGAN ROHANI Pemungut Cukai yang Diselamatkan

74 RUANG INTERAKSI Mozaik Citra Organisasi 80 PUSDIKLAT

Seragam baru Bagi taruna Bea dan Cukai

NOMOR INI

Direktur P2, Jusuf Indarto mengatakan patroli laut yang dilakukan oleh DJBC adalah dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan untuk mengamankan hak-hak negara. Selengkapnya isi wawancara dengan Jusuf Indarto mengenai patroli laut, dapat disimak pada Rubrik Wawancara.

Rubrik Daerah Ke Daerah kali ini, akan menurunkan berita-berita dari daerah, diantaranya Kanwil DJBC Jawa Tengah, Kanwil Jawa Timur I, KPU Batam, kunjungan pers ke Cirebon, penumpukan kontainer di pelabuhan Belawan, implementasi KPPBC Tipe Madya Cukai Malang, dan persiapan implementasi KPPBC Tipe Madya Cukai di Kediri dan Kudus.

(4)
(5)

L A P O R A N U T A M A

agi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) meng-amankan negara dari serbuan barang-barang impor yang masuk tanpa prosedur kepabeanan yang legal bukanlah suatu hal mudah untuk dilaksanakan. Seperti di wilayah Kepulauan Riau dan Riau Daratan, kegiatan penyelundupan secara tradisional berjalan secara turun temurun, karena masyarakat setempat sering berpikir bahwa

barang yang dibeli dari luar negeri dibayar dengan uang mereka sendiri sehingga tidak perlu membayar Bea Masuk (BM) atau-pun atau-pungutan lain.

Begitu pula dengan karakteristik wilayah yang unik dimana ketergantungan masyarakat terhadap produk dari negeri tetang-ga santetang-gat tinggi karena pasokan produk serupa dari dalam negeri khususnya dari Pulau Jawa lebih mahal karena faktor ja-rak yang jauh dan pendistribusiannya yang membutuhkan wak-tu lebih lama dan panjang, sehingga masyarakat lebih memilih untuk mendatangkan produk yang dibutuhkan dari negara tetangga yang wilayahnya lebih dekat dan dengan harga yang lebih terjangkau

Tentunya hal ini menjadi dilema bagi petugas Bea dan Cu-kai, dimana instansi ini harus mengamankan negara dari serbu-an barserbu-ang dari luar negeri yserbu-ang tentunya didatserbu-angkserbu-an secara ilegal, namun di satu sisi hal tersebut tidak dapat dihindari kare-na karakteristik wilayah yang unik tersebut.

Menurut Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) DJBC Khusus Ke-pulauan Riau Nasar Salim, pihaknya bersama dengan Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai (KPPBC) yang berada didalam wilayah kerja Kanwil yang dipimpinnya berupaya semaksimal mungkin untuk menyadarkan masyarakat, termasuk pengusaha melalui berbagai sosialisasi peraturan kepabeanan, dan menjelaskan dampak yang ditimbulkan bagi negara jika ke-giatan tersebut terus berlangsung.

Memang lanjutnya, hasil sosialisasi tersebut tidak dapat dira-sakan manfaatnya secara instan karena untuk merubah cara

berpikir masyarakat agar taat pada aturan memerlukan waktu, kerja keras dan dukungan semua pihak. “Secara perlahan ma-syarakat dan pengusaha kini sudah cukup melek hukum terutama hukum kepabeanan,dan perlu diingat untuk merubah pemikiran masyarakat tersebut membutuhkan kerja keras dan dukungan semua pihak, “terang Nasar kembali. Namun pihak-nya mepihak-nyadari bahwa aturan tersebut tidak dapat diterapkan secara secara kaku karena dikhawatirkan akan mengganggu perekonomian khususnya di Kepualaun Riau.

TREN BERGESER

Jika dulu perdagangan lintas negara dilakukan untuk meme-nuhi kebutuhan hidup masyarakat sehari-hari, namun kini,

se-PATROLI LAUT

Upaya Maksimal Tekan Penyelundupan

Patroli di wilayah perbatasan

terutama di wilayah laut menjadi

salah satu solusi untuk

menangani masalah penyelundupan.

B

SELAT MALAKA. Rawan dengan kegiatan penyelundupan karena dekat dengan negara tetangga

(6)

iring dengan perkembangan jaman, perdagangan lintas negara ini “di-dompleng” dengan berbagai kepentingan yang intinya adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan kepentingan negara dan juga masyarakat luas.

Barang-barang yang didatangkan dari luar negeri tersebut masuk ke wilayah Indonesia dengan cara tidak mengindahkan peraturan kepabeanan, yang kemudian di perdagangkan lagi di dalam negeri dalam jumlah besar. Tentu saja kegiatan tersebut akan merugikan industri dalam negeri dan juga perekonomian Indonesia. Untuk itu DJBC menjalankan tugasnya untuk menga-mankan masyarakat dari serbuan barang impor ilegal.

Patroli di wilayah perbatasan terutama di wilayah laut menja-di salah satu solusi untuk menangani masalah terse-but.Guna mendukung hal tersebut, serangkaian pera-turan yang mendukung pe-tugas untuk melakukan patroli diatur dalam berbagai perangkat hukum mulai dari Undang-Undang nomor 17 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan, Undang-Undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai, Pera-turan Pemerintah Nomor 21 tahun 1996 tentang Penin-dakan di bidang Kepabean-an,Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 1996 ten-tang Penindakan di bidang Cukai, Peraturan

Pemerin-tah Nomor 56 Pemerin-tahun 1996 tentang Senjata Api dinas DJBC, Ke-putusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Kep-08/BC/ 1997 tentang Penghentian Pemeriksaan dan Penegahan Sarana Pengangkut dan Barang Diatasnya serta Penghentian Pembongkaran dan Penegahan Barang, dan Keputusan Direk-tur Jenderal Bea dan Cukai Nomor Kep-58/BC/1997 tentang Patroli Bea dan Cukai.

Perangkat hukum tadi menurut Nasar sudah cukup mendu-kung pihaknya dalam melakukan patroli di laut, walaupun pihaknya masih berharap ada penyempurnaan lainnya terutama peraturan yang mengatur mengenai penggunaan senjata api dinas karena hingga saat ini masih belum ada peraturan pelak-sanaannya. Disamping peraturan-peraturan yang ada, menurut Nasar Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepualaun Riau juga mengeluarkan kebijakan terutama yang berkaitan dengan patroli berupa keputusan yang mengatur tentang sistem dan prosedur maupun juga petunjuk pelaksanaan patroli. Selain itu juga pem-bekalan peraturan terkini kepada para petugas yang menjalan-kan patroli juga terus dilakumenjalan-kan oleh pihaknya agar patroli yang dilakukan menjadi lebih efektif

“Kebijakan ini harus diberikan karena para petugas adalah ujung tombak DJBC dalam pengawasan di laut, jika ujung tom-bak kita tumpul maka sudah pasti patroli tersebut tidak efektif,” papar Nasar.

Untuk menanggulangi masalah penyelundupan, Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau telah mengidentifikasi beberapa wilayah yang rawan dengan kegiatan tersebut dan membaginya kedalam beberapa sektor. Sektor AI,BI dan BIII yang meliputi Perairan Hiu Kecil, Perairan Pulau Nipah sampai dengan Mantras, Karimun Anak Perairan Selatan sampai dengan Pulau Kateman, merupakan daerah yang rawan penyelundupan komoditi ekspor seperti kayu yang berasal dari Selat Akar, Kuala Tungkal, yang akan diselundupkan ke Port Klang dan Kuantan Malaysia. Sementara untuk komoditi impor pada umumnya be-rupa sembako, yang berasal dari Port Klang, Malaysia dan

Ballpress dari Singapura dengan tujuan Batam, Kuala Tungkal

dan Tanjung Pinang.

Selain itu sektor lainnya seperti sektor AII dan AIII yang meli-puti Perairan Tanjung Sempayan sampai dengan Tanjung Parit Perairan, dan Tanjung Parit sampai dengan Tanjung Jering, merupakan daerah yang rawan dengan penyelundupan komoditi ekspor berupa kayu yang berasal dari Selat Panjang, Dedap, Bengkalis dengan tujuan Port Klang dan Kuantan Malaysia.

BEA DAN CUKAI

TEGAHAN BARANG SELUNDUPAN. Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau selama bulan Januari hingga Juni 2008 menahan 40 kapal yang mengangkut barang selundupan dengan berbagai macam komoditi yang diangkut

NASAR SALIM. Berupaya samaksimal mungkin untuk menyadarkan masya-rakat termasuk pengusaha melalui ber-bagai sosialisasi peraturan kepabeanan

KESIAPAN SARANA DAN SDM. Menjadi penentu keberhasilan DJBC dalam menegah masuknya barang ilegal melalui jalur laut.

(7)

L A P O R A N U T A M A

Selain kedua sektor tadi, Kanwil DJBC Khusus Kepualaun Riau juga mengidentifikasi wilayah lain yang masuk sektor AIV dan AV yang meliputi Perairan Selat Morong sampai dengan Releigh, Perairan Releigh sampai dengan Pulau Jemur yang rawan terhadap penyelundupan komoditi impor berupa sembako yang berasal dari Malaysia dengan tujuan Dumai. Sedangkan untuk komoditi ekspor pada umumnya berupa kayu dari berba-gai jenis yang didatangkan dari Bagan Siapi-api dan Tanjung Medang dengan tujuan Port Klang Malaysia.

Tidak hanya beberapa wilayah yang masuk ke dalam sektor A, beberapa wilayah di Kepulauan Riau juga masuk kategori B yaitu Sektor B IV,B V dan B VI yang meliputi Perairan Pualu Ro-kan sampai Tanjung Dato, Perairan Tanjung Dato hingga Tanjung Pinang dan Perairan Selat Philips hingga Lobam. Dae-rah tersebut rawan terhadap penyelundupan komoditi ekspor diantaranya minyak, yang paling banyak terjadi di perairan Internasional Batam dengan tujuan Singapura, kayu dari daerah Tanjung Pinang, Pulau Panjang dengan tujuan Kuantan, Malaysia. Sedangkan komoditi lainnya berupa pasir timah asal Tanjung Pinang dengan tujuan Kuantan yang di gagalkan di Perairan Tanjung Sau.

Daerah yang masuk kedalam Sektor B tersebut juga rawan dengan kegiatan penyelundupan dari negara tetangga seperti Singapura dan juga Malaysia dengan komoditi berupa sembako yang berasal dari Malaysia, mobil dan ballpress dari Singapura dengan tujuan Tanjung Pinang, Kuala Tungkal untuk komoditi sembako, sedangkan untuk komoditi ballpress dari Singapura dengan tujuan Tembilahan dan Kuala Tungkal.

Tidak hanya itu sektor B VII dan D yang meliputi Perairan Pulau Mapur, Tanjung Berakit Laut China dan Natuna juga tidak lepas dari pengawasan Kanwil DJBC Kepulauan Riau dimana pada sektor ini rawan dengan penyelundupan komoditi ekspor berupa pasir timah dari Pulau Bangka dengan tujuan Kuantan, Malaysia.

POLA PATROLI SUDAH IDEAL

Luasnya wilayah yang harus diawasi oleh Kanwil DJBC Khu-sus Kepulauan Riau lanjut Nasar bisa dikatakan menjadi salah satu ciri khas Kanwil yang dipimpinnya. Sedangkan pola peng-awasan yang ada saat ini yang tengah dijalankannya sudah ideal walaupun tidak dapat dipungkiri masih ada kebutuhan lain yang harus diperbaiki atau bahkan juga ditingkatkan.

Nasar menyebutkan, kapal patroli ukuran 38 meter yang bisa menjangkau Laut Natuna, senjata api dinas, peralatan penga-manan diri serta peralatan komunikasi yang lebih modern menja-di suatu hal yang menja-diperlukan oleh instansi yang menja-dipimpinnya

un-tuk meningkatkan tugas dan fungsinya di bidang pengawasan. Begitu pula dengan sumber daya manusia untuk menjalan-kan tugas dan fungsinya tersebut yang menurut Nasar perlu ditingkatkan baik dari sisi kualitas maupun juga kuantitas. SDM yang menjalankan tugas pengawasan (pada bidang P2) saat ini di Kanwil DJBC Kepulauan Riau berjumlah 60 orang yang juga di dukung 400 orang lainnya dari Pangkalan Sarana Opera-si dimana 75 persen diantaraya adalah petugas yang telah berumur diatas 40 tahun. Sementara dari segi pendidikan para personil tersebut 80 persen diantaranya memiliki latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau dibawahnya.

Dengan beban kerja yang tinggi, Nasar mengatakan, diperlu-kan tambahan SDM yang masuk dalam kategori usia produktif untuk menunjang kegiatan patroli, walaupun untuk saat ini apa yang telah dan tengah dijalankan oleh para pegawainya tersebut mampu memberikan kontribusi yang sangat baik dalam upaya menegah masuknya barang ilegal dari luar negeri.

Begitu juga dengan tenaga Penyidik Pegawai negeri Sipil (PPNS) yang dimiliki oleh Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau yang dirasa juga perlu penambahan. Keberadaan PPNS di Kanwil tersebut sangat penting, karena berdasarkan Keputusan Dirjen Bea dan Cukai Nomor KEP-58/BC/1997 tentang Patroli Bea dan Cukai, disebutkan pada setiap kapal patroli yang sedang menjalankan tugas patroli harus disertai dengan PPNS. Mengenai hal tersebut Nasar berharap, para pegawai

dilingkungan Kanwil Kepulauan Riau dapat prioritas untuk me-ngikuti Pendidikan dan Latihan (diklat) PPNS serta diklat pendu-kung lainnya seperti diklat pemeriksaan sarana pengangkut dan intelejen.

Selain itu Nasar juga mengatakan bahwa ukuran keberhasil-an unit patroli laut ykeberhasil-ang ada dalam wilayah kerjkeberhasil-anya adalah dengan semakin tertibnya masyarakat usaha atau stakeholder terhadap peraturan kepabeanan. Kegiatan penyelundupan yang terjadi ditengah masyarakat adalah dampak dari tidak tertibnya masyarakat usaha, sehingga dengan semakin pahamnya para pengusaha terhadap peraturan kepabeanan, maka

penyelundupan baik untuk komoditi ekspor maupun ekspor akan menurun,bahkan bisa dikatakan dapat hilang dengan sendirinya.

Sampai saat ini diakuinya pelanggaran penyelundupan ekspor maupun impor masih tinggi, dan hal ini menggambarkan bahwa DJBC masih harus kerja keras dalam mensosialisasikan peraturan kepabeanan. Selain itu dalam kegiatan patroli yang dilakukan oleh pihaknya, kegiatan evaluasi menjadi suatu hal yang penting, dimana dalam kegiatan evaluasi pihaknya sekali-gus mengidentifikasi mengenai arah datangnya kapal muat de-ngan tujuan bongkar, jalur yang akan dilewati oleh target operasi sehingga nantinya akan berkembang menjadi bahan masukan bagi penempatan kapal patroli di masa yang akan datang.

Mengenai efektifitas patroli di wilayah kepulauan Riau menu-rut Kepala Bidang Pangkalan Sarana Operasi Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau Saipullah Nasution masih cukup efektif untuk menangkal barang-barang yang diselundupkan dari negeri tetangga. Ia menyebutkan selama bulan Januari hingga Juni 2008 sebanyak 40 kapal yang mengangkut barang selundupan berhasil ditegah dengan berbagai macam komoditi yang diangkut.

Dikatakannya lagi, ada beberapa hal yang mendukung pihaknya berhasil menggagalkan kegiatan ilegal tersebut seperti sarana pengangkut barang selundupan yang terbuat dari kayu yang masih sederhana dengan kecepatan enam hingga delapan mil per jam yang masih relatif rendah jika dibandingkan dengan kecepatan kapal patroli milik DJBC yang rata-rata memiliki kecepatan 17 mil per jam. Sedangkan untuk penyelundupan barang tertentu yang diangkut dengan speed boat masih dapat diimbangi dengan kecepatan kapal speed boat milik DJBC.

“Hal lain yang memudahkan kami melakukan penegahan adalah kegiatan bongkar barang masih dalam kawasan yang masih mudah untuk di deteksi atau dipetakan, selain adanya dukungan informasi awal yang diperoleh dari berba-gai pihak mengenai adanya rencana suatu kegiatan penye-lundupan, ”papar Saipul kembali.

SOSIALISASI. Salah satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan para pengusaha terhadap peraturan kepabeanan

(8)

alah satu Komandan Patroli (Kopat) yang menjalan-kan tugasnya di wilayah Kepulauan Riau, Asep

Rus-wandi mengatakan, ia bersama dengan tim pernah

mengalami kejadian yang berkesan. Ketika itu ia me-lakukan penegahan terhadap barang larangan berupa pakaian bekas, satu minggu setelah terjadi penodongan terha-dap rekannya sesama kopat dan nakhoda oleh penyeludup yang berakhir dengan penembakan terhadap kapal penyelundup.

Agar kejadian yang sama tidak menimpanya, maka Asep berusaha menekan potensi kontak senjata melalui cara pende-katan persuasif. Upaya tersebut berhasil dilakukan sehingga seluruh awak kapal tadi diangkut ke kepal patroli yang dipimpin-nya dan diawasi dengan pengawalan ketat sehingga kapal bisa ditarik ke Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau tanpa perlawanan.

Kejadian lain yang dialami adalah ketika kapal yang ditang-kap Asep dan timnya terbakar. Saat itu ditang-kapal penyelundup yang telah berhasil dikuasai oleh timnya, dalam perjalanan kurang le-bih 5 jam untuk ditarik ke Kantor Wilayah Kepulauan Riau (Tan-jung Balai Karimun) dan hampir tiba, dikejutkan dengan teriakan anggota patroli lainnya untuk meminta pertolongan karena kapal tangkapan terbakar . “Dalam keadaan panik kita mencoba mengevakuasi anggota kita dan berhasil,namun kapal tangkap-an tersebut ludes terbakar dtangkap-an akhirnya tenggelam tidak tersisa sedikit pun,”terangnya kembali.

Pengalaman lain diceritakan Raja Zulkarnain, Mualim I Ka-pal Patroli, yang bertugas di Pangkalan Sarana Operasi Tanjung Balai Karimun, saat ditugaskan sebagai

mualim pada kapal patroli BC 7006. Ketika itu kapal yang diawakinya bersama dengan petu-gas lainnya mendapat perintah untuk menang-kap sebuah menang-kapal yang akan menyelundupkan pasir timah di Laut China Selatan. Sebenarnya kapal yang diawakinya bersama rekan-rekan tidak mendapat perintah untuk melakukan pengejaran, melainkan kapal BC 3002. Namun karena kapal tersebut belum siap melaut, Ko-pat BC 3002 pindah ke kapal BC 7006 untuk melakukan pengejaran.

Pada waktu itu sambungnya, kapal yang diawakinya tidak menemukan kapal yang menjadi Target Operasi (TO) walaupun sudah dilakukan penghitungan BC 7006 akan bertemu dengan kapal penyelundup pada pu-kul 07.00. Tidak mau kehilangan TO, Kopat ke-mudian memerintahkan untuk melakukan pengamatan, pengawasan, penginderaan dan penyisiran terhadap kapal-kapal yang ditemui

dengan melakukan pemeriksaan terhadap semua kapal yang di-temui, termasuk kapal nelayan. Di luar dugaan, kapal yang men-jadi TO tersebut ditemui dua hari setelah BC 7002 berangkat dari PSO Tanjung Balai Karimun, diantara Pulau Damar dan Pulau Aur pada pukul 06.00. Mengetahui kapal yang menjadi TO berhasil diidentifikasi, seluruh ABK bersiap untuk mendekati dan sandar pada kapal yang dimaksud.

Sebelum sandar, TO tidak mau berhenti dan terus memba-wa kapal tersebut untuk melarikan diri, namun dengan berbagai upaya kapal tersebut dapat dihentikan, dan ia bersama seorang ABK masuk ruang kemudi dan mengambil alih kemudi. “Ketika itu tidak ada yang mau mengaku siapa yang menjadi nahkoda, namun dengan berbagai cara yang kami lakukan akhirnya ada yang mengaku, dan kapal TO kami tarik ke kanwil,”ujar Raja.

Keberhasilan awak kapal patroli BC 7006 menggagalkan penyelundupan pasir timah seberat 300 ton mendapat penghargaan dari pemerintah, sehingga Raja bersama dengan seluruh awak kapal patroli tersebut mendapat penghargaan dari Dirjen Bea dan Cukai.

Tidak hanya itu, petugas patroli pun terka-dang juga mengalami intimidasi dari para ABK kapal penyelundup atau juga dari pihak lain yang melindungi kegiatan penyelundupan. Se-bagai kopat, Asep berusaha untuk meningkat-kan kemampuannya terutama dibidang pera-turan kepabeanan dan cukai dan perundang-undangan lainnya sehingga apa yang dilaku-kan olehnya bersama dengan ABK lainnya

TANTANGAN

DI LAUT

BUKAN PENGHALANG UNTUK JALANI TUGAS

Mengamankan wilayah laut Indonesia

dari praktek-praktek ilegal tentunya

bukan suatu perkara yang mudah untuk

dijalankan. Ketika berbagai

keterbatasan dihadapi, petugas patroli

laut masih harus berhadapan

dengan ancaman pihak-pihak yang

kepentingannya terusik.

S

KAPAL TEGAHAN TERBAKAR. Pada saat akan ditarik ke Kantor Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau

ASEP RIDWAN. Perlu ada perbaikan sarana dan prasarana pada kapal patroli

DOK KANWIL DJBC KHUSUS KEPRI

(9)

L A P O R A N U T A M A

selalu berlandaskan pada hukum. Namun apa-bila bertemu dengan penyelundup yang melakukan perlawanan, maka ia sebagai kopat memerintahkan agar semua petugas di kapal patroli siap sedia dengan perlengkapan terma-suk senjata.

“Selanjutnya setelah semua siap, seorang Kopat harus mampu membaca potensi resiko kontak fisik yang mungkin timbul pada saat kita melakukan penegahan. Kopat harus melaku-kan tindamelaku-kan-tindamelaku-kan yang bersifat preventif seperti mengarahkan ABK penyelundup ke arah haluan untuk kemudian diperintahkan un-tuk mengambil posisi yang memungkinkan kita dapat meyakini bahwa penyelundup tadi sudah tidak berisiko”.

Sebagai seorang Kopat menurut Asep, si-kap tegas dan mampu membaca situasi dalam kapal yang dipimpinnya menjadi suatu hal yang mutlak dimilikinya. Ia mencontohkan jika dalam kapal yang dipimpinnya terjadi suatu ke-tidak harmonisan diantara ABK maka ia akan melakukan pendekatan kepada ABK agar

sua-sana menjadi lebih harmonis lagi. Disini sikap tegas lanjutnya, harus dimiliki oleh seorang Kopat agar patroli dapat berjalan tan-pa mengorbankan kepentingan negara.

MEMBIASAKAN JAUH DARI KELUARGA

Ada suka dan duka ketika harus melaut untuk menjalankan tugas. Menurut Asep, kegiatan melaut yang dilakukan selama ini memperkaya dirinya dengan pengalaman terutama mengenai modus operandi penyelundupan, selain menjadi tempat menem-pa diri untuk damenem-pat menjalankan tugas dengan baik. Sedangkan duka yang dialaminya adalah ketika harus jauh dari keluarga, dan ketika harus menghadapi lautan yang tidak bersahabat seperti di wilayah Laut China Selatan dimana ketinggian ombak bisa mencapai empat meter.

“Disini kekuatan fisik dan mental menjadi hal yang paling uta-ma dalam melaksanakan patroli agar kuat menghadapi tekanan dari berbagai sisi,”terangnya lagi.

Pada saat-saat pertama memang terasa berat harus me-ninggalkan keluarga. Tapi setelah diberikan pengertian akhirnya keluarga bisa memaklumi dengan kondisi tugasnya sebagai pegawai Bea dan Cukai yang ditempatkan di Pangkalan Sarana Operasi untuk melaksanakan patroli dan harus selalu siap ka-pan saja ditugaskan.

Pengalaman serupa juga dirasakan oleh Sujana, salah satu ABK yang bertugas di Kepualauan Riau.

Baginya pengalaman melaut selama 18 tahun sebagai ABK telah menempanya menjadi seo-rang yang tegar dan keras terhadap peraturan terutama peraturan kepabeanan dan cukai, sehingga tidak hanya peraturan kepabeanan dan cukai yang ia kuasai tapi juga aturan-atur-an lainnya yaturan-atur-ang mengatur mengenai perdaga-ngan lintas negara.

Ia menambahkan, sikap keras di lapangan akan berubah ketika ia harus kembali pada ke-luarga, ia menjadi seorang ayah dari satu orang anak yang mengayomi keluarganya. Walaupun sudah terbiasa melaut untuk waktu yang cukup lama, namun keluarga tetap be-rat untuk melepasnya melakukan patroli. Namun dengan berbagai pengertian yang di-sampailkan akhirnya keluarga memahami profesinya sekaligus membuat ia dan keluarga bangga dengan pekerjaannya sebagai abdi negara.

Begitu juga dengan Trilabali, ABK pada PSO Pantoloan. Menurutnya di laut ia bisa memperoleh banyak pengalaman terutama

ketika harus berhadapan dengan kapal penye-lundup dan melihat bagaimana para petugas mempertahankan argumen yang mengacu pada undang-undang kepabeanan dan cukai. Sama seperti rekan-rekannya yang lain,orang tua Trilabali selalu mengkhawatirkan kesela-matan maupun kesehatannya ketika berpatroli dengan kondisi laut yang tidak bisa ditebak. Namun sekali lagi, kebanggan sebagai seorang abdi negara mampu meyakinkan keluarganya. Ia juga mengatakan,dalam kegiatan melaut ketika kondisi cuaca atau ombak yang tidak bersahabat, kekuatan mental dan fisik menjadi suatu hal yang mutlak diperlukan.Ia pernah melihat ada rekan-rekannya sesama ABK yang mengalami sakit, mabuk laut atau juga marah-marah hanya karena rasa rindu dengan keluar-ga. Dari berbagai kejadian yang dialaminya, ia mencoba untuk bisa mengambil hikmah agar dirinya bisa lebih siap fisik dan mental dalam menjalankan tugas di laut.

Dalam suatu kegiatan patroli, Trilabali ber-sama dengan rekan-rekannya berhasil menggagalkan penyelundupan pakaian bekas sebanyak 4200 ball dengan taksiran harga sebesar Rp.4,2 milyar dari Tawao dengan tujuan Pare-pare. Atas keberhasilan tersebut, ia bersa-ma dengan rekan lainnya mendapat penghargaan dari Kepala Kanwil DJBC Sulawesi ketika itu Jusuf Indarto.

PERLU PENINGKATAN KESEJAHTERAAN

Untuk melakukan patroli di laut tentunya petugas harus men-dapatkan bekal yang cukup untuk dapat menjalankan tugasnya. Menurut Asep, selain keperluan bahan bakar bagi kapal untuk melakukan patroli, petugas juga mendapatkan ransum makanan yang jumlahnya Rp.30.000 per hari untuk setiap orang . Jumlah tersebut menurutnya masih kurang mengingat saat ini berbagai harga kebutuhan pokok sudah meningkat dan tidak sesuai dengan keadaan saat ini. Untuk itu ia menyiasatinya dengan menyesuaikan menu makanan selama melaut dengan jumlah uang ransum yang diperolehnya.

Sementara itu menurut Raja Zulkarnain, peningkatan remu-nerasi berupa kenaikan TKPKN bisa dikatakan mencukupi. Namun ia mengatakan, jumlah tersebut tidak mencukupi ketika harus berhadapan dengan hal-hal yang sifatnya insidentil seperti berobat ke rumah sakit, membiayai sekolah anaknya atau ke-butuhan lainnya.Mengenai perlindungan khusus berupa asuran-si, saat ini masih ditanggung oleh PT. Askes.

Sedangkan mengenai insentif bagi ABK, menurutnya masih belum mengalami

perubahan sejak tahun 1989. Besarnya insentif yang diterima untuk jabatan Mualim I misalnya, sebesar Rp. 4000 per hari jika berlayar. Untuk itu Raja berharap agar insentif tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan harga kebutuhan bahan pokok saat ini.

Sedangkan bagi Trilabali, tugas sebagai ABK yang penuh dengan risiko masih dapat ditanggulangi dengan adanya asuransi dari As-kes. Namun terkadang Askes tersebut tidak da-pat digunakan dengan maksimal karena Askes tidak dapat dilayani di seluruh rumah sakit pemerintah tanpa adanya surat rujukan dari puskesmas terdekat dengan kantor, sementara kebutuhannya sangat mendesak.

Direktur P2 Jusuf Indarto mengatakan, ti-dak dapat dipungkiri kegiatan patroli yang dila-kukan oleh petugas DJBC di laut penuh dengan risiko besar. Oleh karena itu DJBC membuat suatu kebijakan pemberian insentif yaitu melalui pemberian premi kepada petugas di lapangan berdasarkan hasil tangkapan yang SUJANA. Pengalaman melaut selama

18 tahun sebagai ABK telah menempanya menjadi seorang yang tegar dan keras terhadap peraturan

TRILABALI. di laut memperoleh banyak pengalaman terutama ketika harus berhadapan dengan kapal penyelundup

(10)

diperoleh. Hal ini diharapkan dapat memberikan semangat bagi petugas di lapangan untuk lebih meningkatkan ki-nerja selama melakukan pat-roli.

Mengenai pengadaan asuransi kesehatan jiwa baik kepada petugas maupun keluarganya sampai saat ini belum dapat dipenuhi karena belum ada mata anggaran pada DIPA.

PENINGKATAN KEMAMPUAN

MELALUI PENDIDIKAN

Sebagai kopat yang ber-tanggung jawab terhadap ke-giatan patroli dilaut, Asep ha-rus berhadapan dengan ber-bagai kendala yang dihadapi baik berupa cuaca yang tidak menentu dan sarana maupun prasarana yang belum maksimal pada kapal patroli yang dikomandoinya.

Sarana dan prasana pat-roli sebenarnya sudah cukup memadai, namun perlu ada perbaikan.Diantaranya per-lengkapan persenjataan,

ka-rena senjata yang digunakan saat ini masih senjata lama yang terkadang macet, terutama pada senjata jenis SMB Browning kaliber 12,7 sehingga senjata harus segera diganti dengan yang baru, mengingat senjata sebagai sarana penegakan hukum yang efektif ketika menghadapi penyelundup yang memberikan perlawanan berupa kontak fisik yang mungkin saja membahaya-kan jiwa ABK.

Selain itu ia menyebutkan kelengkapan personil yang menu-rutnya masih harus dilengkapi seperti pakaian yang digunakan untuk patroli masih berupa Pakaian Dinas Harian (PDH), yang seharusnya digunakan adalah pakaian dinas lapangan (PDL) serta kaos seragam yang memiliki tanda-tanda kedinasan Direk-torat Jenderal Bea dan Cukai beserta kelengkapan lain seperti sepatu anti slip untuk mencegah kecelakaan pemeriksaan di atas kapal karena licin.

Untuk petugas di kamar mesin lanjut Asep, hendaknya dipi-kirkan pula mengenai pakaian yang memang selayaknya digu-nakan di kamar mesin, seperti wearpack. Kelengkapan pakaian lainnya berupa jaket hangat yang anti basah, ini menurutnya perlu mengingat dalam kondisi cuaca yang tidak menentu.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan disiplin sumber daya manusia dalam arti luas seperti disiplin dalam ber-sikap dan juga disiplin terhadap diri sendiri dengan cara membekali diri dengan kemampuan dan ketangkasan yang me-nunjang dalam pelaksanaan tugas. Ia mencontohkan kebugaran jasmani, kemampuan bela diri, kemampuan penggunaan senja-ta, ketangkasan lain seperti berenang, menyelam, dan teknik-teknik penyergapan penyelundupan di laut seperti menekan risiko yang mungkin timbul dari kapal yang akan ditangkap, hing-ga teknis menentukan komando jika jumlah armada yang terlibat patroli lebih dari satu. Dengan cara ini maka pelaksanaan tugas patroli berjalan dengan baik dan lancar.

Selain itu lanjutnya, petugas juga perlu mendapat teknik-teknik pemeriksaan barang dan kapal di laut, bagaimana cara melakukan penyegelan dan lain-lain. Yang tidak kalah penting adalah mengenai kemampuan petugas patroli dalam mengha-dapi keadaan bahaya misalnya kebakaran. Konkritnya adalah bagaimana kesiap siagaan petugas apabila kapal tangkapan dibakar oleh penyelundup atau terbakar.

Asep menambahkan,mengingat semakin beratnya tugas

RUANG ABK. Di ruang ini ABK melepas penat sambil tetap siaga menjalankan tugas selama patroli

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di masa yang akan datang, perlu kiranya pimpinan direktorat jenderal memikirkan hal ini sehingga ia berharap di masa yang akan datang armada patroli laut Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memiliki integritas dan bekerja secara profesional yang dapat dibanggakan, serta dapat memberikan kontribusi kepada negara dan bangsa dalam rangka penegakan hukum kepabeanan dan cukai.

Untuk meningkatkan kemampuan pribadi terutama dalam bidang pelayaran, Raja Zulkarnain membekali dirinya dengan kursus Mualim Pelayaran Terbatas (MPT) menggunakan biaya pribadi yang dilakukannya tahun 1991 setelah mendapatkan ijin dari kantor. Untuk saat ini pendidikan dan latihan untuk menun-jang tugas ABK di kapal bisa dikatakan tidak ada, padahal me-nurutnya hal ini sangat diperlukan untuk menunjang kelancaran tugas dalam pelaksanaan patroli laut.

“Walaupun saat ini sudah ada penerimaan pegawai dengan latar belakang pendidikan pelayaran, namun demikian penye-garan tetap diperlukan. Apalagi bagi penerimaan pegawai dari umum yang ditempatkan di Pangkalan Sarana Operasi, pasti pendidikan dan pelatihan semacam ini sangat diperlukan, ”te-rangnya.

Selain itu, ia pernah mendapat kesempatan untuk mengem-bangkan diri dengan mengikuti Diklat Teknis Substantif Spesiali-sasi (DTSS) tahun 2006, sehingga dengan modal ilmu tersebut ia lebih memahami mengenai tugas, fungsi dan kewenangannya sebagai pegawai Bea dan Cukai khususnya di bidang penegak-an hukum Keabepenegak-anpenegak-an dpenegak-an Cukai di laut dengpenegak-an melakspenegak-anakpenegak-an patroli.

Masalah pendidikan terutama yang berkaitan dengan teknis kepabeanan menjadi hal yang didamba pula oleh para ABK lain-nya yang belum mendapat kesempatan untuk mengikuti pendi-dikan tersebut. Bagi para ABK, pendipendi-dikan teknis kepabenanan maupun diklat lain yang berhubungan dengan kegiatan patroli bukan hanya menjadi sarana bagi awak kapal untuk dapat dipin-dah ke tempat tugas lainnya, namun berguna juga ketika mere-ka harus menghadapi situasi dimana pengetahuan kepabeanan dan cukai harus mereka gunakan dilapangan.

Semoga harapan yang mereka dambakan untuk meningkatkan kemampuan melalui pendidikan dan latihan yang diselenggarakan oleh DJBC dapat terwujud guna menunjang kinerja mereka. zap

(11)

L A P O R A N U T A M A

ntuk menjaga agar kapal-kapal patroli tersebut dalam kondisi laik laut dan selalu siap setiap saat digunakan oleh Kantor Wilayah (Kanwil) DJBC yang mempunyai tugas untuk melakukan kegiatan patroli laut, maka ke-beradaan Pangkalan Sarana Operasi (PSO) menjadi suat hal yang sangat penting. Keberadaan PSO dalam struktur organisasi DJBC diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan RI nomor 448/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai, dimana PSO mem-punyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pengoperasian sarana operasi Bea dan Cukai dalam menunjang patroli dan operasi pencegahan dan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai berdasarkan aturan yang berlaku.

Begitu juga dengan fungsinya, dimana PSO melakukan pe-nyusunan rencana strategis dan program, penyiapan dan

peng-operasian sarana operasi, pemeliharaaan dan perawatan sarana operasi dan sarana penunjang, layanan pengiriman dan pe-nerimaan berita serta pemantauan hubungan an-tar stasiun radio dan melak-sanakan administrasi sara-na operasi bea dan Cukai.

Menurut Kepala Bagian Organisasi dan Tata Laksa-na DJBC Harry Mulya, saat ini organisasi DJBC masih menempatkan PSO sebagai UPT yang memiliki peran sebagai unit penunjang pat-roli dan operasi pencegahan dan penindakan di bidang kepabeanan dan cukai, dan keberadaan PSO sebagai UPT seperti yang saat ini tengah dijalankan masih

dapat mengakomodir beban kerja patroli dan operasi yang ada. Begitu juga dengan pertanggung jawaban PSO, dimana Kepala PSO langsung mempertanggung jawabkan PSO yang dipimpinnya kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai, sedang-kan tugas dan fungsi patroli dan operasi dalam rangka pencegahan dan penindakan terhadap ketentuan Undang-Un-dang Kepabeanan dan Cukai merupakan kerwenangan Kanwil DJBC serta unit lain yang memiliki fungsi operasional di bidang pengawasan. Sehingga PSO tidak dapat melakukan operasi tersendiri tanpa adanya pernitah dari Kanwil atau KPPBC yang berwenang melakukan pengawasan dan patroli.

Dalam PMK Nomor 448/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai, PSO pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terbagi dalam dua tipe yaitu PSO tipe A dan PSO tipe B. Pada PSO tipe A dikepalai oleh seorang Kepala PSO yang membawahi Sub Bagian Umum, Seksi Nautika, Seksi Teknik dan Pemelihartaan kapal, Seksi Te-lekomonikasi, Seksi Penginderaan dan Kelompok Jabatan Fungsional. Susunan serupa juga terdapat pada PSO tipe B, ha-nya saja pada PSO tipe ini tidak memasukan Seksi pengindera-an dalam susunpengindera-an PSO.

Struktur tersebut lanjut Harry, telah cukup memadai untuk memenuhi tugas pokok dan fungsi PSO sebagai UPT yang me-nunjang patroli dan operasi pencegahan dan penindakan dibi-dang kepabeanan dan cukai. Namun demikian lanjutnya, tidak tertutup kemungkinan struktur tersebut diatur kembali dengan menyesuaikan kompleksitas tugas dan dinamika organisasi di-samping untuk kepentingan efisiensi dan efektifitas. Tidak hanya itu luasnya wilayah perairan Indonesia yang harus diawasi dan modus-modus penyelundupan yang senantiasa berkembang juga menjadi pertimbangan dilakukannya pengaturan kembali organisasi PSO.

Ditambahkannya lagi, secara umum fungsi-fungsi yang ada dalam struktur PSO DJBC saat ini sudah cukup menunjang tu-gas pokok dan fungsi DJBC

di bidang pengawasan. Na-mun demikian guna efisiensi dan efektifitas tugas opera-sional maka dipandang per-lu untuk melakukan pena-jaman fungsi-fungsi tertentu di dalam struktur organisasi PSO yang saat ini ada.

Ketika ditanya mengenai adanya kemunginan dilaku-kannya reorganisasi terha-dap PSO, Harry mengata-kan hal itu bisa saja dilaku-kan, dan bergantung pada sejauh mana fleksibilitas struktur organisasi menga-dopsi tuntutan perubahan yang terjadi pada lingkung-annya dan kompleksitas tugas yang diemban PSO. “DJBC tentu akan melaku-kan reorganisasi PSO jika

PANGKALAN

SARANA OPERASI

UJUNG TOMBAK AMANKAN

WILAYAH DARI PERDAGANGAN ILEGAL

U

Untuk mengamankan wilayah Indonesia

dari kegiatan perdagangan ilegal

yang terjadi di perairan yang berbatasan

langsung dengan negara tetangga,

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

diperkuat dengan keberadaan kapal

patroli dari berbagai jenis seperti Fast

Patrol Boat (FPB), Very Slender Vessel

(VSV) maupun kapal jenis lainnya.

Sampai saat ini kapal-kapal tersebut

menjadi andalan dalam melakukan

pengejaran dan penegahan terhadap

kapal-kapal yang membawa barang

selundupan dari luar negeri ke

wilayah Indonesia atau sebaliknya.

HARRY MULYA. F F F F Fungsi-fungsi yang ada dalam struktur PSO DJBC saat ini sudah cukup menunjang tugas pokok dan fungsi DJBC di bidang pengawasan

NASARUDDIN. Tantangan dalam jumlah dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang teknis perkapalan yang menurutnya masih perlu ditingkatkan

(12)

hal tersebut dapat mendorong kinerjanya menjadi lebih efektif dan efisien,”tuturnya lagi.

Masih menurutnya lagi, dengan kekuatan sarana patroli yang dimiliki oleh DJBC saat ini, maka unit-unit operasional yang me-miliki tanggung jawab di bidang pengawasan yang merupakan

user dari PSO harus jeli dalam membuat perencanaan dan

pe-ngelolaan pola patroli dan operasi, termasuk memperbaiki koordinasi pengawasan antar unit terkait untuk dapat menjawab tantangan pengawasan.

TANTANGAN OPERASIONAL

Saat ini DJBC memiliki tiga PSO yang tersebar di tiga wila-yah yaitu PSO Tipe A Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau dengan Kantor Wilayah Atasan yaitu Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau, yang memiliki wilayah operasi meliputi Kanwil DJBC DJBC Nangroe Aceh Darussalam, Kanwil DJBC Sumate-ra UtaSumate-ra, Kanwil DJBC Riau dan SumateSumate-ra

Barat, Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau, Kanwil DJBC Sumatera Bagian Selatan, Kan-wil DJBC Kalimantan Bagian Barat dan Kantor Pelayanan Utama Tipe B Batam.

Sedangkan PSO Tanjung Priok Tipe B Ja-karta dengan kantor atasan Kanwil DJBC Jakarta,memiliki wilayah operasi meliputi Kan-wil DJBC Banten, KanKan-wil DJBC Jakarta, KanKan-wil DJBC Jawa Barat, Kanwil DJBC Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Kanwil DJBC Jawa Timur I, Kanwil DJBC Jawa Timur II, Kanwil DJBC Bali, NTB dan NTT,serta Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe A Tanjung Priok.

Sementara PSO Pantoloan Tipe B, Sula-wesi Tengah dengan kantor wilayah atasan Kanwil DJBC Sulawesi, memiliki wilayah ope-rasi Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Timur, Kanwil DJBC Sulawesi dan Kanwil DJBC Ma-luku, Papua dan Irian Barat.

Kepala PSO Tipe B Pantoloan Nasaruddin mengatakan, pihaknya saat ini menangani 8

(delapan) armada kapal patroli, dimana enam unit diantaranya merupakan kapal FPB 28 meter dari bahan dasar berupa kayu dan dua kapal VSV 15 meter yang masing-masing memiliki ke-cepatan kurang lebih mencapai 50 Knot. Menurutnya

pengelolaan sarana operasi memiliki suatu tantangan tersendiri yang harus di siasati. Ia menyebutkan tantangan dalam jumlah dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang teknis perkapalan yang menurutnya masih perlu ditingkatkan, karena PSO yang dipimpinnya harus mengkondisikan agar kapal selalu laik laut apabila ada permintaan untuk melakukan patroli oleh user. Untuk itu pihaknya mengoptimalkan semaksimal mungkin pegawai yang ada pada Seksi Teknik Pemeliharaan Kapal dan Seksi Telekomunikasi dan Elektronika untuk melakukan perbaik-an ringperbaik-an, namun apabila tidak memungkinkperbaik-an, maka teknisi da-ri luar PSO menjadi pilihan selanjutnya.

Tantangan serupa juga dialami oleh PSO Tanjung Balai Kari-mun terutama di bidang teknik perkapalan termasuk sarana dan prasaranya. Menurut Ke-pala PSO Tanjung Balai Karimun Istadi

Prahastanto, pihaknya dihadapkan dengan

tantangan berupa sudah tuanya kapal patroli, dan dermaga yang sudah sangat kurang untuk menyandarkan kapal-kapal yang sedang berlabuh, dengan dok-dok yang masih belum optimal, sehingga perlu direvitalisasi.

Istadi mengusulkan pengembangan prasa-rana seperti penambahan dermaga, revitalisasi dok,peremajaan peralatan perbengkelan dan pembenahan lay out bangunan, disamping te-tap melakukan koordinasi dengan Kanwil DJBC yang menjadi user PSO Tanjung Balai Karimun agar pelaksanaan patroli laut terlaksana seopti-mal mungkin.

Selain tantangan yang sifatnya teknis, PSO Tanjung Balai Karimun yang memiliki 13 kapal patroli juga dihadapi dengan tantangan dalam hal SDM. Sama halnya dengan PSO Pantoloan, pihaknya memanfaatkan potensi yang dimiliki dengan menumbuhkan semangat RM. NADJIB. Berusaha memaksimalkan

armada yang ada dengan melakukan perawatan yang baik dan rutin sesuai dengan standar.

(13)

L A P O R A N U T A M A

kerja dan komitmen yang tinggi pada pegawai PSO dalam rang-ka melaksanarang-kan tugas dengan segala keterbatasan yang ada dengan tetap berkoordinasi dengan Kantor Pusat DJBC dalam mengatasi kendala keterbatasan sumber daya manusia.

Di PSO Tanjung Priok yang dipimpin oleh RM Nadjib, juga memiliki tantangan yang kurang lebih sama dalam

pengoperasiannya. Tantangan yang sifatnya teknis yang juga sering dihadapi seperti dua buah speed boat yang sudah tua dan tidak laik untuk melaut. Namun demikian menurut Najib, PSO yang dipimpinnya berusaha memaksimalkan armada yang ada dengan melakukan perawatan yang baik dan rutin sesuai dengan standar dan siap untuk melakukan patroli setiap saat dibutuhkan. Jumlah armada kapal yang dimilik PSO Tanjung Priok yaitu jenis FPB sebanyak 2 (dua) buah dan 3 (tiga ) buah

speedboat siap digunakan kapan saja untuk kepentingan patroli

Bagi ketiga Kepala PSO tadi, jumlah armada yang dimiliki-nya dinilai sudah cukup memadai untuk melakukan operasi atau patroli yang dilakukan oleh Kanwil DJBC. PSO Tanjung Balai Karimun misalnya, jumlah armada yang dimilikinya bisa mendu-kung operasi atau patroli yang dilakukan oleh user, walaupun ada beberapa kapal yang tidak mendukung untuk operasi karena faktor usia kapal. Begitu juga dengan armada kapal yang dimiliki oleh PSO Pantoloan juga dirasa cukup memadai untuk

kebutuhan user, namun menurut Nasaruddin, untuk menyesuai-kan dengan frekwensi patroli maka pihaknya mengusulmenyesuai-kan agar armada yang ada ditambah jumlahnya.

Dengan tuntutan untuk dapat melakukan pengejaran dengan kecepatan maksimal, kapal-kapal patroli yang dimiliki PSO tidak diperkenankan untuk dimodifikasi pada bagian mesin. Menurut Nadjib, jika modifikasi dilakukan maka spesifikasi kapal yang standar tersebut akan mengalami perubahan yang bisa beraki-bat fatal pada keselamatan petugas maupun juga kerusakan pada kapal tersebut. Lebih lanjut dikatakannya, dengan perawat-an rutin, kapal-kapal patroli yperawat-ang dimilikinya bisa melakukperawat-an pe-ngejaran maksimal dan menggagalkan penyelundupan diperairan.

“Yang kami perlukan adalah optimalisasi pengoperasian kapal patroli dengan jadwal patroli oleh user lebih ditingkatkan lagi, mengingat sampai akhir semester I tahun anggaran 2008 baru dilaksanakan enam kali patroli “urai Nadjib

PENTINGNYA SDM YANG HANDAL

Ketiga PSO tadi setidaknya harus diperkuat dengan SDM yang handal di bidang teknik perkapalan maupun juga dalam pengoperasiannya. Maka kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan teknik perkapalan sering diikuti oleh SDM yang ada di tiga PSO tersebut. Pelatihan tersebut misalnya, dilakukan oleh PT .PAL sebagai perusahaan milik negara yang membuat kapal

patroli milik DJBC. Kegiatan pelatihan bisa dilakukan pada saat pengambilan kapal setelah selesai direhabilitasi, maupun pada pelatihan singkat lainnya.

“Pelatihan tersebut tidak hanya pada teknis perkapalan saja, tapi juga pada sarana lain seperti radio dan peralatan penunjang lainnya,”urai Nadjib.

Menurut Nasaruddin, pelatihan yang diikuti oleh sumber da-ya manusia di PSO, sebaiknda-ya juga disertai juga dengan pelatih-an untuk bidpelatih-ang perbaikpelatih-an kapal, karena pelatihpelatih-an tersebut sangat penting agar pihaknya bisa memperbaiki kerusakan-kerusakan yang sekiranya bisa ditangani dengan cepat ketika sedang melakukan operasi atau patroli.

Masih menurutnya SDM PSO yang dipimpinnya saat ini mencapai 60 orang yang menurutnya lagi masih memerlukan tambahan terutama dengan keahlian atau ijasah laut untuk ditempatkan sebagai ABK untuk kapal yang akan melaksanakan patroli. Selain itu pegawai bidang teknik juga dipandang perlu mendapat tambahan untuk ditempatkan sebagai teknisi bengkel mesin, teknisi untuk perbaikan badan kapal,perbaikan peralatan komukasi dan elektronika lainnya.

Istadi juga mengatakan mengenai pentingnya berbagai pela-tihan bagi para ABK dan teknisi kapal bagi PSO yang ada di Indonesia. Untuk itu ia mengusulkan agar Kantor Pusat DJBC dapat memfasilitasi berbagai pelatihan baik bagi ABK maupun juga pelatihan untuk hal yang sifatnya teknis perkapalan untuk menunjang kinerja kapal patroli yang dimiliki oleh DJBC.

Dukungan terhadap kualitas dan kuantitas SDM menjadi kunci utama bagi suatu PSO dalam menjalankan tugasnya. Me-nurut Kepala PSO Tanjung Priok RM Nadjib kualitas dan kuantitas SDM yang dimiliki harus sejalan untuk bisa menjadikan suatu PSO tersebut maksimal Saat ini PSO yang dipimpinnya diperkuat oleh sekitar 60 pegawai yang menurutnya sudah cukup memadai. Untuk memaksimalkan kemampuan SDM yang dimi-likinya, maka beberapa pegawainya ada yang mengikuti berba-gai pelatihan teknik perkapalan yang dilakukan oleh PT PAL.

Selain pengetahuan dibidang perkapalan yang didapat dari berbagai pendidikan, maka pendidikan terpenting lainnya adalah dengan mengikutsertakan SDM di PSO yang ada di Indonesia pada diklat teknis kepabeanan, agar tugas dalam melaksanakan patroli bisa berjalan dengan efektif sekaligus juga untuk

mencegah terjadinya perbedaan persepsi antara ABK dengan petugas lainnya dari bidang pengawasan.

Kepala PSO Tanjung Balai Karimun mengatakan, secara ku-antitas jumlah pegawai bisa dikatakan sangat memadai, dimana jumlahnya mencapai 400 orang. Namun di satu sisi jumlah ABK yang dimilikinya tidak sebanding dengan kapal patroli yang laik laut.Sementara itu, secara kualitas ada diantara ABK yang su-dah tidak bisa masuk dalam kategori melaut. Namun untuk bidang teknis perkapalan sumber daya manusia yang dimiliki sudah mencukupi dan masih memerlukan peningkatan keteram-pilan dan keahlian.

Berbagai tantangan yang dihadapi oleh PSO rupanya tidak menghalangi prestasi PSO tadi dalam mengamankan negara dari sebuan barang selundupan baik baik yang akan masuk ke Indonesia maupun yang akan dibawa ke luar negeri. PSO Pantoloan misalnya, pada tahun 2007 berhasil mengagalkan penyelundupan sebanyak 33 kasus dengan komoditi terbanyak berupa kayu yang akan dibawa keluar negeri dan

menggagalkan penyelundupan pakaian bekas ke Indonesia. Sedangkan untuk tahun 2008 yang sedang berjalan ini lanjut Nasaruddin, PSO Pantoloan bersama dengan beberapa Kanwil DJBC sebagai user, berhasil menegah 13 kayu kasus penyelun-dupan kayu yang akan dibawa ke luara negeri.

Begitu juga dengan PSO Tanjung Priok bersama dengan

user yang tahun ini berhasil menggagalkan 10 kasus

penyelun-dupan baik impor maupun ekspor berbagai macam komoditi diantaraya penyelundupan BBM ke luar negeri. sedangkan PSO Tanjung Balai Karimun menurut Istadi selama ini memberikan andil bagi atas keberhasilan pemberantasan penyelundupan yang dilakukan Kanwil-Kanwil DJBC yang menjadi user-nya dalam bidang pengawasan.

RUANG KEMUDI. Petugas patroli mengamati wilayah patroli dari ruang kemudi.

(14)

ntuk menanggulangi masalah tersebut Direktorat Jen-deral Bea dan Cukai (DJBC) menjadi penjuru untuk mengamankan negara dari kegiatan ilegal tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 68/PMK. 01/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal DJBC secara jelas menyebutkan, bahwa salah satu tugas Kantor Wilayah (Kanwil) DJBC Khusus Kepulauan Riau adalah melakukan pengawasan dengan kegiatan patroli di laut yang masuk dalam wilayah kerja Kanwil DJBC Khsusus Kepulauan Riau dan wilayah lainnya, maupun diluar wilayah kerjanya sesuai dengan instruksi dalam surat Direktur P2.

Menurut Kepala Bidang Pangkalan Sarana Operasi Kanwil DJBC Khsusus Kepulauan Riau Saipullah Nasution, dengan adanya PMK dan Instruksi dari Direktur P2 tersebut, pihaknya dapat mengatur penempatan, penugasan dan pergerakan se-jumlah kapal patroli di beberapa sektor untuk melakukan peng-awasan terhadap lalu lintas kapal dari dan keluar daerah pabean. Sedangkan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tanjung Balai Karimun juga melaksanakan patroli disekitar Tanjung Balai Karimun seperti Perairan Karimun Besar, Karimun Anak, Moro dan Tanjung Batu.

Saipul membagi patroli ke dalam dua hal yaitu patroli yang dilakukan berdasarkan rencana kegiatan tahunan yang telah di bagi dalam kegiatan bulanan, dan patroli yang dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh, sehingga target operasi dan juga sektor yang diawasi jadi jelas

TREN PENYELUNDUPAN TIDAK DAPAT DITENTUKAN

Kegiataan penyelundupan diwilayah Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau lanjut Saipul, trennya tidak dapat ditentukan secara pasti, namun biasanya dipengaruhi pada suatu regulasi pengaturan barang impor. Jika pemerintah mengeluarkan kebijakan tata niaga impor gula, maka akibatnya kegiatan impor gula menjadi sulit, sementara stok gula dalam negeri berkurang dan di satu sisi kebutuhan gula meningkat. Hal ini menjadi faktor kegiatan penyelundupan gula meningkat

Hal lain yang menjadi penyebab maraknya kegiatan pe-nyelundupan adalah ketika menjelang hari raya Idul Fitri atau Natal dan Tahun Baru. Sedangkan meningkatnya penye-lundupan ekspor lanjutnya terjadi karena perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang melemah. Jika di Indone-sia harga 1 kubik kayu gergajian berharga Rp. 3 juta, maka jika komoditi tersebut di jual ke Malaysia, nilainya bisa men-capai Rp.9 juta. Hal ini yang menjadi penyebab penyelun-dupan meningkat disebabkan permintan dari Malaysia dan Singapura terhadap kayu asal Indonesia yang juga meningkat.

Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka kegiatan pat-roli lanjut Saipul dilakukan selama satu bulan yang rata-rata dilakukan sebanyak 40 kali. Dan dalam setiap SPB (Surat Pe-ritah Berlayar) biasanya jangka waktu patroli dilakukan selama delapan hari dengan sektor yang telah ditentukan. Sarana patroli seperti kapal patroli dari berbagai jenis yang berada di Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau masih cukup memadai walaupun memang diharapkan kedepannya perlu adanya penambahan armada yang sesuai dengan situasi dan wilayah pengawasan di kanwil yang berada di Kepulauan Riau.

Kegiatan patroli yang berlangsung di laut lanjut Saipul, di-arahkan untuk selalu mengedepankan tindakan persuasif kepada pihak yang ketahuan melakukan kegiatan ilegal sambil menjelaskan bahwa tindakannya tersebut melanggar peraturan kepabeanan sehingga kapal harus dibawa ke ke Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau untuk proses selanjutnya.Tindakan per-suasif ini lajutnya biasa dilakukan jika yang melakukan pelang-garan ini adalah masyarakat biasa

Namun petugas, bisa melakukan tindakan represif jika cara persuasif tidak dapat dilakukan, dan biasanya dilakukan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai penyelundup atau pihak lain yang menungganginya. Sebagai tindakan antsipasi apabila tindakan persuasif tidak mempan dilakukan, petugas akan memberikan tembakan peringatan dan tindakan pengamanan lain yang diperlukan.

Saipul juga menceritakan, tindakan represif pernah dilakukan oleh petugas Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau ketika berhadapan dengan penyelundup yang berusaha menghalangi petugas yang akan memeriksa bawaan pada kapal penyelundup berupa ballpress sehingga petugas patroli terjatuh ke laut. Akibatnya ketika itu senjata api yang dibawa petugas terjatuh ke laut dan hilang yang kemudian berujung dengan adu tembak antara petugas dengan penyelundup. Bahkan ada pula

penye-PERLU KERJASAMA UNTUK

PERANGI KEGIATAN

PENYELUNDUPAN

Wilayah kepulauan Riau yang

berbatasan dengan Malaysia dan

Singapura menjadi wilayah yang rawan

dengan kegiatan penyelundupan.

Banyak komoditas dari dua negara

tetangga tersebut masuk dengan cara

yang tidak sah, namun banyak

juga beberapa komoditi dari Indonesia

masuk ke negara tersebut dengan

cara yang illegal pula .

SAIPULLAH NASUTION. memberikan perintah sewaktu-waktu kepada kapal patroli untuk segera bergerak ke suatu wilayah dengan koordinat yang ditetapkan

(15)

L A P O R A N U T A M A

lundup yang tidak mau ditangkap dan memilih untuk membakar kapalnya sendiri.

Dari pemaparannya tadi jelas sekali bahwa tindakan represif yang dilakukan oleh petugas patroli dilapangan merupakan upa-ya upa-yang dilakukan oleh petugas untuk melumpuhkan sasaran sehingga penegahan dapat dilaksanakan untuk menegakkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan, Undang-Undang Nomor Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai maupun juga undang-undang lainnya.

PATROLI DI WILAYAH KALIMANTAN TIMUR

Hal serupa juga diterapkan oleh Bidang P2 pada Kanwil DJBC Kalimantan Timur dimana patroli laut menjadi instrumen pengawasan yang vital. Ketika diwawancarai WBC pada 4 Juli 2008 Kepala Bidang P2 Kanwil DJBC Kalimantan Timur

Ambang Priyonggo,mengatakan (berdasarkan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 463/KM.1/UP.11/2008 tentang Mutasi Para Pejabat Eselon III di Lingkungan Departemen Keuangan, Ambang Priyonggo kini menjabat sebagai Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Kantor Wilayah DJBC Jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta) patroli

Kanwil DJBC Kalimantan Timur diprioritaskan untuk melakukan pengawasan pabean di perairan laut dan Selat Makassar bagian atas hingga Laut Sulawesi yang berbatasan lang-sung dengan Malaysia dan Filipina.

Untuk mengamankan wilayah tadi maka pihaknya menggunakan kapal patroli jenis FPB 28 meter yang merupakan Bawah Kenda-li Operasi (BKO) dari Pangkalan Sarana Ope-rasi Pantoloan. Sementara Kantor Pengawas-an dPengawas-an PelayPengawas-anPengawas-an Bea dPengawas-an Cukai BalikpapPengawas-an melakukan operasi di wilayah kerjanya masing-masing dengan kapal jenis speedboat dengan back-up dari patroli kanwil bila diper-lukan.

Untuk melakukan patroli laut Kanwil DJBC Kalimantan Timur, harus mengajukan permin-tan kepada Kepala PSO Pantoloan berupa kapal patroli beserta dengan ABK untuk di BKO pada Kanwil. Dalam sistem BKO tersebut Kanwil DJBC Kalimantan Timur menunjuk Komandan Patroli (Kopat) dan wakilnya yang berasal dari pegawai pada Bidang P2 Kanwil

atau pegawai KPPBC yang dianggap mampu atau berpengala-man. Selanjutnya patroli dilaksanakan di sektor-sektor rawan penyelundupan yang dipimpin oleh kopat yang ditunjuk dan da-lam monitoring bidang P2 Kanwil.

Komoditas impor yang rawan diselundupkan dari luar negeri ke wilayah Kalimantan Timur menurut Ambang berupa cakar (pakaian bekas) bahan makanan dan kebutuhan rumah tangga yang kini modusnya bergeser, masuk bersama penumpang kapal. Untuk hal ini Bidang P2 Kanwil DJBC Kalimantan Timur menekankan pada KPPBC khususnya Tarakan dan Nunukan untuk memberi atensi atas barang-barang tersebut.

“Mungkin saja mereka berpikir walau jumlahnya sedikit akan lebih aman jika barang selundupan dibawa dengan kapal penumpang dari pada kapal sendiri,”ujar Ambang menerangkan modus penyelundupan di wilayah kerjanya.

Begitu pula dengan penyelundupan ekspor ke luar negeri, kayu masih menjadi tegahan yang paling sering digagalkan oleh pihaknya. Dengan semakin ketatnya pengawasan di darat oleh aparat kepolisian dan kerjasama yang solid antara Kanwil DJBC Kalimantan Timur dengan Kanwil DJBC Sulawesi aktifitas

penyelundupan kayu skalanya menjadi kecil dan frekwensinya menurun. Walau demikian diakuinya masih ada kegiatan penyelundupan yang lolos ke Malaysia. Selain kayu, komoditas lain tercatat potensial diselundupkan dan menjadi atensi pihaknya seperti Crude Palm Oil (CPO), BBM dan pupuk.

Ambang juga mengatakan bahwa patroli yang dilakukan oleh pihaknya tidak terlepas dari berbagai hambatan yang dialami. Untuk keberadaan kopat dari kanwil, pihaknya hanya memiliki dua orang pegawai teknis sehingga terkadang pihaknya harus “ngerepotin” pihak KPPBC untuk merelakan salah satu pegawai-nya untuk ditunjuk sebagai kopat. Tantangan lainnya adalah menjaga agar misi patroli tidak terkontaminasi dengan berbagai kepentingan. Seelain itu dalam berbagai kesempatan pihaknya memberi semangat kepada kopat dan ABK dan menekankan mengenai tugas yang diemban sangat mulia.

Selain tantangan tersebut, petugas patroli dalam wilayah kerja Kanwil DJBC Kalimantan Timur juga harus berhadapan dengan tantang-PATKOR KASTIMA, bentuk kerjasama antara DJBC dengan KDRM dalam menanggulangi kegiatab penyelundupan di sekitar Selat Malaka dan wilayah perbatasan di Kalimantan

AMBANG PRIYONGGO. Untuk mengeta-hui tindak tanduk kapal patroli di wilayah kerja Kanwil DJBC Kalimantan Timur maka informasi dari berbagai pihak menjadi salah satu masukkan

(16)

an dari alam berupa cuaca yang tidak menentu. Wilayah penga-wasan perbatasan di laut Sulawesi menurutnya nyaris tidak memiliki pulau yang dapat digunakan untuk berlindung ketika harus menghadapi ombak dan badai. Untuk itu faktor resiko menjadi pertimbangan utama dalam melakukan patroli. “Jika mengalami kejadian tersebut, maka radar patroli kapal menjadi sangat peka gangguan cuaca sehingga sulit mengidentifikasi objek di laut, untuk itu juga kami serahkan kepada petugas yang ahli di kapal untuk mengolah kemampuan dan feeling,”terang Ambang.

KEGIATAN PATROLI JUGA DIAWASI

Untuk memastikan suatu kegiatan patroli yang dilakukan oleh petugas dilapangan berjalan dengan efektif, maka penga-wasan internal juga dilakukan oleh pihak Kanwil yang memba-wahi wilayah pengawasan. Menurut Saipullah Nasution, penga-wasan internal yang dilakukan oleh pihaknya untuk memastikan patroli benar-benar efektif. Untuk itu secara formal pihaknya memberikan pembekalan dan pengarahan tentang pemahaman tugas dan tanggung jawab yang diberikan negara dalam hal ini DJBC kepada kopat dan juga ABK dalam melakukan patroli dengan menggunakan kapal patroli sebagai asset negara.

Untuk mengawasi patroli tersebut berjalan atau tidak, Kepala Seksi P2 mewajibkan kopat agar setiap dua jam sekali melapor-kan posisi atau daerah patroli melalui sarana komunikasi yang dimiliki baik melalui handphone atau radio, sehingga dapat dike-tahui secara pasti posisi masing-masing kapal patroli setiap waktu. Metode pengawasan lainnya menurut Saipul adalah selalu memberikan target khusus kepada kopat di sektor operasi se-hingga petugas patroli tidak bisa meninggalkan sektor pengawa-san . Jika kapal patroli yang mendapat tugas pengawapengawa-san di sektor A III sampai sektor AIV yang meliputi perairan Tanjung Parit, Tanjung Jati, Tanjung Jering Selat Morong, Tanjung Medang sampai Tanjung Ketam dekat Pulau Rupat, maka kapal patroli dalam melakukan pengawasan diberikan target berupa kapal-kapal yang akan keluar dari Batu Pahat, Malaka dan Port Klang Malaysia yang akan masuk ke Riau daratan, sehingga kapal patroli selalu ada pada sektor tersebut.

Begitu juga sebaliknya, Kabid PSO akan memberi target berupa kapal-kapal penyelundup ekspor yang akan lewat pada sektor tersebut, dengan demikian lanjutnya tidak ada kesempat-an bagi awak kapal untuk “bermain-main”.Cara lain ykesempat-ang digunakan sebagai mekanisme kontrol terhadap kapal patroli adalah memberikan perintah sewaktu-waktu kepada kapal

pat-roli untuk segera bergerak ke suatu wilayah dengan koordinat yang ditetapkan, dimana Bidang P2 mengetahui bahwa jarak tempuh kapal patroli dari suatu sektor atau posisi awal ke titik tersebut adalah 30 menit.

Apabila dalam waktu 30 menit kapal tersebut tidak sampai pada sektor yang telah ditentukan tadi, lanjut Saipul,maka kapal tadi tidak melakukan kegiatan patroli. Cara-cara tersebut lanjutnya bisa dikatakan cukup efektif sehingga para awak kapal patroli merasa terus diawasi dan berusaha untuk melakukan patroli sebaik-baiknya.Selain itu, terangnya, juga ada mekanis-me check and re check dari laporan hasil patroli, dengan jurnal perjalanan kapal, dan jurnal mesin kapal.

Pengawasan terhadap kapal patroli yang melakukan patroli mutlak diperlukan untuk memastikan efektifitas dari kegiatan patroli yang dilakukan. Seperti dikemukakan Ambang Priyonggo, ketika akan melakukan patroli lanjutnya, maka ditetapkan garis tegas pada jajaran P2 Kanwil DJBC Kalimantan Timur untuk tidak melakukan hal-hal diluar kewajaran dalam patroli. Untuk mengetahui tindak tanduk kapal patroli di wilayah kerja Kanwil DJBC Kalimantan Timur maka informasi dari berbagai pihak menjadi salah satu masukkan, baik mengenai aktifitas dan peri-laku awak kapal dan juga manganalisa “periperi-laku”kapal serta laporan patroli termasuk jurnal kapal, dan pemakaian BBM.

Ambang mengatakan pihaknya tidak segan-segan menindak petugas yang ketahuan melakukan penyimpangan ketika mela-kukan kegiatan patroli.

PENTINGNYA KERJASAMA DENGAN BERBAGAI PIHAK

Dalam kegiatan patroli laut yang dilakukan oleh petugas DJBC, tidak jarang petugas harus melakukan pengejaran tidak terputus atau hot pursuit yang mengharuskan petugas masuk kedalam wilayah perairan negara tetangga. Mengenai masalah ini Ambang mengatakan, dalam berbagai kesempatan pihaknya mendiskusikan masalah ini dengan para kopat dan kapten kapal. Ia juga menyampaikan agar para awak kapal patroli tidak ragu-ragu melakukan pengejaran tidak terputus yang harus diimbangi dengan alasan yang argumentatif.

Proses pengejaran tersebut lanjutnya adalah ketika kapal patroli DJBC mengetahui target operasi ada pada saat akan menyeberang ke perairan negara tetangga yang disertai dengan perkiraan di posisi mana target dapat terkejar di perairan tetangga

“Kalau diperhitungkan tertangkapnya sudah jauh ke dalam (wilayah perairan negara tetangga) apalagi dekat pelabuhan HOT PURSUIT. Terkadang terjadi ketika mengejar kapal penyelundup

hingga memasuki wilayah perairan negara tetangga

KAPAL PENUMPANG. Bahan makanan dan kebutuhan rumah tanggayang diselundupkan ke wilayah Kalimantan Timur kini modusnya bergeser, masuk bersama penumpang kapa

(17)

Bisa diceritakan mengenai efektifitas patroli laut yang dilakukan DJBC sampai dalam meredam kegiatan penyelundupan di wilayah laut ?

Patroli, sebagaimana diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor-58/BC/1997 tanggal 3 Juni 1997 tentang Patoli Bea dan Cukai merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Satuan Tugas Bea dan Cukai di laut, di darat dan di udara untuk pencegahan, penindakan dan penyidikan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan Kepa-beanan dan Cukai serta tujuan lain berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam rangka upaya pengamanan hak-hak Negara dan agar dipatuhinya peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sampai hari ini, dan disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana patroli yang dimiliki, DJBC masih masih menitikberatkan kegiatan patroli pada kegiatan patroli laut. Terkait dengan fungsi pelaksanaan patroli khususnya kegiatan patroli laut, DJBC memiliki unit teknis khusus yaitu Pangkalan Sarana Operasi yang memiliki tugas pokok dan fungsi pengelolaan termasuk penggunaan Sarana Operasi Bea dan Cukai (dalam hal ini Kapal Patroli Bea dan Cukai).

Patroli, baik patroli laut, darat maupun

udara merupakan salah satu elemen

yang digunakan oleh Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai (DJBC) dalam rangka

menjalankan fungsi pengawasan untuk

pengamanan hak-hak negara, dan agar

dipatuhinya peraturan

perundang-undangan yang berlaku dibidang

kepabeanan dan cukai serta peraturan

titipan dari instansi teknis terkait yang

pelaksanaannya dibebankan kepada

DJBC, hal tersebut disampaikan Direktur

Penindakan dan Penyidikan DJBC, J

JJ

JJusuf

usuf

usuf

usuf

usuf

Indar

Indar

Indar

Indar

Indarto

to

to

to

to ketika diwawancarai WBC.

Lebih jauh pendapatnya tentang patroli

laut yang dilakukan DJBC dapat disimak

dari hasil wawancara dengan Redaktur

WBC, Zulfril Adha Putra.

JUSUF INDARTO

DIREKTUR PENINDAKAN DAN PENYIDIKAN DJBC

“...yang paling

perlu

ditingkatkan

saat ini adalah

sarana

dan prasarana

penunjang

kegiatan patroli

laut...

W A W A N C A R A

mereka (negara tetangga) ya gak usah dikejar. Kalau masih

deket-deket situ juga (mendekati wilayah perbatasan), ambil

saja,”terang Ambang

Hal senada juga disampaikan Saipul ketika ditanya me-ngenai pengejaran tidak terputus tersebut. Menurutnya Jika dalam melakukan kegiatan patroli mengharuskan pihaknya melakukan pengejaran sampai memasuki wilayah negara tetangga seperti Malaysia, maka dengan hubungan yang baik dengan pejabat pencegahan di Malaysia hal ini masih bisa dimaklumi dan jika menjadi suatu permasalahan maka dapat diselesaikan antar pejabat, karena selama ini Indonesia telah sering melakukan kerjasama dengan Malaysia dalam bentuk Patroli Terkoordinasi Kastam Indonesia Malaysia maupun juga dalam kegitan informal lainnya.

Kerjasama baik dengan instansi terkait di Indonesia me-nurut Kepala Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau

Nasar Salim sudah berjalan dengan baik dan saling

berkoor-dinasi. Hal ini bisa dilihat dengan adanya kerjasama patroli bersama dengan pihak TNI AL dalam Patroli Koordinasi Kea-manan Laut (Patkor Kamla). Begitu juga ketika adanya kegiat-an patroli bersama dengkegiat-an instkegiat-ansi lainnya,dimkegiat-ana Bea dkegiat-an Cukai turut berperan sebagai wakil dari Departemen Keuangan.

Pun ketika menghadapi suatu kondisi seperti TNI AL me-nangkap penyelundup yang melanggar perundang-undangan kepabeanan dan cukai, sudah pasti tangkapan tersebut dise-rahkan kepada pihak Kanwil DJBC Khusus Kepualan Riau untuk diproses lebih lanjut. “Sebaliknya, kalau Kami (Patroli DJBC.red) menangkap kapal yang melanggar peraturan di luar kewenangan Bea Cukai, maka akan kami serahkan ke-pada instansi terkait,”papar Nasar kembali.

Koordinasi secara formal maupun informal lanjutnya, juga dilakukan melalui berbagai pertemuan rutin guna membahas pengamanan Selat Malaka dari upaya pencegahan tindak penyelundupan dan masalah lain yang berkaitan dengan pengawasan di laut. Begitu juga kerjasama dengan negara tetangga yang menurut Nasar selalu terjalin dengan baik dimana DJBC dan Kastam Diraja Malaysia (KDRM) bekerja sama dalam mengamankan Selat Malaka, melalui Patkor Kastima dan Patkor Optima Malindo.

Ketika ditanya efektifitas Patkor Kastima dalam menanga-ni masalah penyelundupan, Nasar menjawab kegitan tersebut sangat efektif mengingat dalam patkor tersebut pihak-pihak terkait saling memberi informasi kegiatan ilegal maupun yang legal sehingga dapat dipetakan jalur-jalur yang bisa diguna-kan oleh penyelundup.

Menurut Ketua Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Koor-dinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) Laksamana Madya TNI

Djoko Sumaryono, luasnya wilayah perairan Indonesia harus

tetap dijaga dari berbagai hal dengan melibatkan berbagai instansi yang juga melakukan kegiatan patroli di laut. “Kebe-radaan Bakorkamla merupakan bentuk kerjasama antar ins-tansi terkait yang berada dalam bentuk penanganan keaman-an laut di Indonesia, “

Djoko menyebutkan dua hal yang diemban Bakorkamla dalam mejalankan tugasnya yaitu mengkoordinasikan penyu-sunan kebijakan dalam konteks kemanan laut dan

melaksanakan kegiatan operasi keaman laut secara terpadu. Ia meyadari koordinasi bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Untuk memudahkan koordinasi tersebut maka pihaknya lanjut Djoko merasa perlu untuk membangun trans

building sehingga ada saling percaya diantara instansi.

Dalam upaya mengamankan laut misalnya, Bakorkamla melakukan beberapa hal yang meliputi aspek pengawasan, pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum serta keselamatan pelayaran. “Kami juga sudah pernah berbicara dengan pak Dirjen Bea dan Cukai bagaimana kontribusi atau atensi dari masing-masing instansi di Bakorkamla terhadap suatu permasalahan di wilayah perairan,”terang Djoko

Untuk itu lanjutnya Bakorkamla bisa menjadi ideal dalam menjalankan tugas dan fungsinya dengan dukungan dan informasi seperti dari DJBC maupun instansi terkait lainnya baik yang sifatnya teknologi informasi, atau informasi. zap

Gambar

FOTO BERSAMA. Pegawai KPU Batam foto bersama dengan anak-anak yang telah mengikuti khitanan masal.
FOTO BERSAMA     para peserta pelatihan dan trainer.
FOTO BERSAMA sesaat setelah penandantanganan MoC.
Tabel - III
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikarenakan pada zona konservasi digunakan sebagai konservasi ulin sehingga semai ulin dibiarkan tumbuh secara alami atau dilakukan penanaman kayu ulin, pada zona

Adapun penelitian yang dilakukan di RSU Pandan Arang Boyolali mempunyai tujuan yaitu : untuk mengetahui apakah penggunaan antibiotik yang meliputi jenis antibiotik, dosis dan

Secara rinci kondisi proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa sebagai berikut (1) siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib, tidak malu-malu lagi, (2) siswa

• Kurang baik digunakan untuk perkerasan yang membutuhkan kuat tekan besar atau lalulintas yang padat, hal ini dikarenakan oleh nilai kuat tekan beton berpori yang relatif

Dalam rangka mendukung penyelenggaraan administrasi KPR yang baik sehingga memperlancar dan mempermudah proses sekuritisasi yang merupakan bagian dari mitigasi risiko

Seorang penulis skenario yang baik akan memilih sebuah permasalahan atau isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan untuk dapat dituangkan ke dalam ide cerita,

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kekerasan dalam pacaran adalah segala bentuk tindakan yang mempunyai unsur kekerasan yang meliputi

Implementasi framework laravel pada sistem informasi penyewaan kamera di rumah kamera semarang yang berbasis web, dapat digunakan untuk memudahkan pelanggan dalam