• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5 Pancasila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 5 Pancasila"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

BAB V MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT?MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT? Tugas Belajar Lanjut: Projek Belajar Pancasila sebagai Sistem

Tugas Belajar Lanjut: Projek Belajar Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Filsafat

Untuk memahami Pancasila sebagai sistem filsafat, Anda dipersilakan untuk Untuk memahami Pancasila sebagai sistem filsafat, Anda dipersilakan untuk mencari informasi dari berbagai sumber tentang:

mencari informasi dari berbagai sumber tentang: 1.

1. Berbagai konsep dan pengertian kearifan lokal dalam kehidupanBerbagai konsep dan pengertian kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat di Indonesia yang terkait dengan sikap inklusif, toleran, dan masyarakat di Indonesia yang terkait dengan sikap inklusif, toleran, dan gotong royong dalam keragaman agama dan budaya.

gotong royong dalam keragaman agama dan budaya. 2.

2. Berbagai kasus yang terkait dengan pengembangan karakter Pancasilais,Berbagai kasus yang terkait dengan pengembangan karakter Pancasilais, seperti jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, seperti jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, dan cinta damai di li

gotong royong, dan cinta damai di lingkungan Anda.ngkungan Anda. 3.

3. Contoh tentang keputusan yang diambil berdasar pada prinsip musyawarahContoh tentang keputusan yang diambil berdasar pada prinsip musyawarah dan mufakat di lingkungan sekitar Anda.

dan mufakat di lingkungan sekitar Anda. 4.

4. Berbagai konsep dan pengertian yang terkait dengan pemahaman atasBerbagai konsep dan pengertian yang terkait dengan pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila dan bagaimana pengaktualisasian nilai-nilai hakikat sila-sila Pancasila dan bagaimana pengaktualisasian nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai paradigma berpikir, bersikap dan yang terkandung di dalamnya sebagai paradigma berpikir, bersikap dan  berperilaku masyarakat?

 berperilaku masyarakat? 5.

5. Evaluasi hasil kerja individu dan kelompok menjadi suatu gagasan tentangEvaluasi hasil kerja individu dan kelompok menjadi suatu gagasan tentang Pancasila yang hidup di sekitar Anda.

(2)

1.

1. Berbagai konsep dan pengertian kearifan lokal Berbagai konsep dan pengertian kearifan lokal dalam kehidupandalam kehidupan masyarakat di Indonesia yang terkait dengan sikap inklusif, toleran, dan masyarakat di Indonesia yang terkait dengan sikap inklusif, toleran, dan

gotong royong dalam keragaman agama dan budaya. gotong royong dalam keragaman agama dan budaya.

A.

A. Pengertian Kearifan LokalPengertian Kearifan Lokal

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdapat nilai-nilai sosial yang Dalam kehidupan masyarakat Indonesia terdapat nilai-nilai sosial yang membentuk kearifan lokal (local wisdom) dan telah menjadi bagian dari membentuk kearifan lokal (local wisdom) dan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Misalnya, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah kehidupan sehari-hari. Misalnya, gotong royong, kekeluargaan, musyawarah untuk mufakat, dan tepa selira (toleransi). Hadirnya kearifan lokal ini tak bisa untuk mufakat, dan tepa selira (toleransi). Hadirnya kearifan lokal ini tak bisa dilepaskan dari nilai religi yang dianut masyarakat Indonesia sehingga dilepaskan dari nilai religi yang dianut masyarakat Indonesia sehingga nilai kearifan lokal ini makin melekat pada diri mereka. Tak mengherankan, nilai kearifan lokal ini makin melekat pada diri mereka. Tak mengherankan, nilai-nilai kearifan lokal ini dijalankan tak semata-mata untuk menjaga keharmonisan nilai kearifan lokal ini dijalankan tak semata-mata untuk menjaga keharmonisan hubungan antarmanusia, tetapi juga menjadi bentuk pengabdian manusia kepada hubungan antarmanusia, tetapi juga menjadi bentuk pengabdian manusia kepada Sang Pencipta.

Sang Pencipta.

Secara etimologis, kearifan (wisdom) berarti kemampuan seseorang dalam Secara etimologis, kearifan (wisdom) berarti kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau menggunakan akal pikirannya untuk menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau situasi. Sedangkan lokal, menunjukkan ruang interaksi di mana peristiwa atau situasi. Sedangkan lokal, menunjukkan ruang interaksi di mana peristiwa atau situasi tersebut terjadi. Dengan demikian, kearifan lokal secara substansial situasi tersebut terjadi. Dengan demikian, kearifan lokal secara substansial merupakan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini merupakan nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari. kebenarannya dan menjadi acuan dalam bertindak dan berperilaku sehari-hari. Dengan kata lain kearifan lokal adalah kemampuan menyikapi dan Dengan kata lain kearifan lokal adalah kemampuan menyikapi dan memberdayakan potensi nilai-nilai luhur budaya setempat. Oleh karena itu, memberdayakan potensi nilai-nilai luhur budaya setempat. Oleh karena itu, kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat kearifan lokal merupakan entitas yang sangat menentukan harkat dan martabat manusia dalam komunitasnya

manusia dalam komunitasnya

Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari Pengertian Kearifan Lokal dilihat dari kamus Inggris Indonesia, terdiri dari 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan 2 kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local berarti setempat dan wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat wisdom sama dengan kebijaksanaan. Dengan kata lain maka local wisdom dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan dipahami sebagai gagasan-gagasan, nilai-nilai-nilai, pandangan-pandangan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilaibaik, setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilaibaik, yangtertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

yangtertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.

Dari sisi etnis dan budaya daerah sejatinya menunjuk kepada karaktreristik Dari sisi etnis dan budaya daerah sejatinya menunjuk kepada karaktreristik masing-masing keragaman bangsa Indonesia. Pada sisi yang lain, karakteristik itu masing-masing keragaman bangsa Indonesia. Pada sisi yang lain, karakteristik itu mengandung nilai-nilai luhur memiliki sumber daya kearifan, di mana pada mengandung nilai-nilai luhur memiliki sumber daya kearifan, di mana pada masa-masa lalu merupakan sumber nilai dan inspirasi dalam strategi memenuhi masa lalu merupakan sumber nilai dan inspirasi dalam strategi memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan diri dan merajut kesejehteraan kehidupan kebutuhan hidup, mempertahankan diri dan merajut kesejehteraan kehidupan mereka. Artinya masing-masing etnis itu memiliki kearifan lokal sendiri, seperti mereka. Artinya masing-masing etnis itu memiliki kearifan lokal sendiri, seperti

(3)

etnis Lampung yang dikenal terbuka menerima etnis lain sebagai saudara (adat muari, angkon), etnis Batak juga terbuka, Jawa terkenal dengan tata-krama dan  perilaku yang lembut, etnis Madura dan Bugis memiliki harga diri yang tinggi, dan etnis Cina terkenal dengan keuletannya dalam usaha. Demikian juga etnis-etnis lain seperti, Minang, Aceh, Sunda, Toraja, Sasak, Nias, juga memiliki  budaya dan pedoman hidup masing yang khas sesuai dengan keyakinan dan tuntutan hidup mereka dalam upaya mencapai kesejehtaraan berasma. Beberapa nilai dan bentuk kearifan lokal, termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya dan kepercayaan yang ada sebagian bahkan sangat relevan untuk diaplikasikan ke dalam proses pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Kearifan lokal itu mengandung kebaikan bagi kehidupan mereka, sehingga  prinsip ini mentradisi dan melekat kuat pada kehidupan masyarakat setempat. Meskipun ada perbedaan karakter dan intensitas hubungan sosial budayanya, tapi dalam jangka yang lama mereka terikat dalam persamaan visi dalam menciptakan kehidupan yang bermartabat dan sejahtera bersama. Dalam bingkai kearifan lokal ini, antar individu, antar kelompok masyarakat saling melengkapi, bersatu dan  berinteraksi dengan memelihara nilai dan norma sosial yang berlaku.

Peranan agama tidak bisa dipandang sebelah mata dalam hubungan sosial, kebudayaan, maupun peradaban. Agama menempati tempat yang sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya Indonesia yang dikenal sebagai masyarakat yang religius. Kenyataan pluralitas agama di Indonesia menunjukkan adanya dinamisasi sekaligus problematic yang dihadapi bangsa Indonesia untuk hidup  berdampingan dalam kebersamaannya. Baik secara teoritis maupun faktual masalah ini bukanlah persolan sederhana yang hanya dapat diselesaikan dalam  peta konsep teoritis dan sloganitas kerukunan umat beragama.

Sikap inklusif dalam arti menerima dan menyadari kehadiran agama lain dalam kehidupan bersama dan bernegara tidak menjadikan pemeluk-pemeluk agama kehilangan jati diri, eksistensi dan penganutnya. Apabila hal itu disadari masing-masing pihak sebagai kenyataan dan keniscayaan pluralitas, maka  problematika substansial antar pemeluk agama telah selesai. Oleh karenanya inklusifitas justeru menjadi jaminan terhadap keharmonisan masing-masing agama untuk tetap eksis dalam satu kesatuan pluralitas. Sebaliknya sikap eksklusif dalam arti menutup diri terhadap kenyataan pluralitas dan mengedapankan idealitas serta egois sepihak, justeru menimbulkan ketidakseimbangan dan disharmonitas antar pemeluk agama-agama.

(4)

2. Berbagai kasus yang terkait dengan pengembangan karakter Pancasilais, seperti jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, dan cinta damai di lingkungan Anda.

Disadari atau tidak, hal inilah yang merupakan salah satu faktor Indonesia dapat bersatu dari Sabang hingga Merauke, walaupun berbeda agama, suku dan warna kulit. Oleh karena itu budaya gotong royong perlu dilestarikan sebagai tonggak toleransi dalam setiap berbedaan yang ada di Indonesia.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai pengertian gotong royong, maka dapat dinyatakan bahwa gotong royong sebagai suatu bentuk kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan sifatnya sukarela tanpa mengharap imbalan apapun dengan tujuan suatu pekerjaan atau kegiatan akan  berjalan dengan mudah, lancar dan ringan. Pekerjaan yang berat akan terasa

ringan apabila dikerjakan secara bergotong royong. Contoh dari kegiatan gotong royong ini bisa kita lihat disekitar lingkungan kita sendiri, misalnya kerja bakti membersihkan lingkungan, gotong royong membangun rumah, gotong royong membuat jalan desa, gotong royong membersihkan sampah di sungai dll. Disisi lain, gotong royong ini juga bisa menumbuhkan dan memperkuat silaturahmi dan persaudaraan serta menumbuhkan kepedulian terhadap sesama.

Salah Satu contohnya ialah, pada setiap 3 bulan sekali dilingkungan rumah saya warga sekitar melakukan kegiatan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar, seperti membersihkan Got, Jalan dll

Untuk Contoh mengenai kedisiplinan,lingkungan tempat saya  belajar/kuliah menetapkan waktu masuk perkuliahan jam 7 pagi,dan apabila mahasiswa terlambat maka akan dikenakan sanksi, hal ini baik untuk membangun karakter mahasiswa agar lebih disiplin dalam pekerjaannya kelak. Dalam kasus di Indonesia, krisis karakter Pancasilais, mengakibatkan bangsa Indonesia kehilangan kemampuan untuk mengerahkan potensi masyarakat guna mencapai cita-cita bersama. Krisis karakter ini seperti penyakit akut yang terus menerus melemahkan jiwa bangsa, sehingga bangsa kita kehilangan kekuatan untuk tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang maju dan bermartabat di tengah-tengah bangsa lain di dunia.

(5)

Menerapkan Pancasila dalam Kehidupan dan Perilaku Sehari-hari - Salah satu kedudukan Pancasila bagi bangsa Indonesia adalah sebagai pandangan hidup  bangsa. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa mengandung pengertian  bahwa nilai-nilainya merupakan pegangan dalam mengatur sikap dan tingkah laku. Pancasila digunakan sebagai petunjuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Bangsa Indonesia harus menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur tersebut yang telah diakui kebenaran dan keabsahannya. Jika tidak diamalkan maka pandangan hidup tersebut hanya menjadi slogan dan tak bermanfaat sama sekali dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan demikian maka bangsa Indonesia akan mudah dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu sehingga terjadi  perpecahan. Kita tidak menghendaki hal itu terjadi.

Krisis karakter Pancasilais di Indonesia tercermin dalam banyak fenomena sosial ekonomi yang secara umum dampaknya menurunkan kualitas kehidupan masyarakat luas. Korupsi, mentalitas peminta-minta, konflik horizontal dengan kekerasan, suka mencari kambing hitam, kesenangan merusak diri sendiri, adalah  beberapa ciri masyarakat yang mengalami krisis karakter Pancasilais.

3. Contoh tentang keputusan yang diambil berdasar pada prinsip musyawarah dan mufakat di lingkungan sekitar Anda.

Cara Menyelesaikan Masalah Bersama dengan Musyawarah untuk Mufakat - Budaya Bangsa Indonesia yang luhur, sejak dahulu bangsa Indonesia dalam menyelesaikan suatu masalah yang menyangkut kepentingan orang  banyak selalu dengan cara musyawarah mufakat. Hingga saat ini budaya

musyawarah masih dilakukan oleh bangsa Indonesia terutama di pedesaan. Tujuan musyawarah adalah untuk mencapai mufakat. Arti mufakat, adalah kesepakatan bersama. Dalam kehidupan sehari-hari, kadang-kadang terjadi  perbedaan pendapat. Perbedaan adalah sesuatu yang wajar karena setiap orang mempunyai pandangan, pendapat, dan kepentingan sendiri dalam memutuskan suatu masalah. Demikian juga dalam bermusyawarah pasti muncul perbedaan  pendapat.

Perbedaan pendapat tidak perlu dipertentangkan, tetapi perlu dicarikan  jalan ke luar. Tujuannya agar perbedaan pendapat tersebut dapat disatukan

(6)

menjadi mufakat. Menyatukan berbagai pendapat bukan pekerjaan yang mudah. Untuk itu, diperlukan keikhlasan, kebersamaan, tidak mementingkan kepentingan diri, serta tidak mementingkan kepentingan kelompok atau golongan. Apabila semua orang mempunyai kesadaran seperti itu, musyawarah mufakat akan dengan mudah dicapai.

Keputusan yang telah disepakati dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan harus mewakili seluruh kepentingan seluruh anggota. Dalam pengambila keputusan harus berdasarkan pada nilai penting ynag meliputi:

a. Nilai kebersamaan

 b. Nilai kebebasan mengemukakan pendapat c. Nilai menghargai pendapat orang lain d. Nilai jiwa besar serta lapang dada e. Nilai persamaan hak.

Berdasarkan ketetapan MPR No II/MPRS/1999 Pasal 79 dijelaskan bahwa  pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan sejauh mungkin dengan musyawarah untuk mufakat, apabila hal ini tidak mungkin, putusan diambil  berdasarkan suara terbanyak. Sedangkan syarat sahnya keputusan berdasarkan musyawarah yaitu apabila diambil dalam suatu rapat yang daftar hadirnya telah ditandatangani leboh dari separo dan jumlah anggota rapat yang mencerminkan setiap fraksi (sebagaimana telah diatur dalam TAP MPR No II/ MPR/1999 Pasal 83. Berdasarkan pedoman pelaksanaan tersebut, ahwa prinsip-prinsip yang terkandung dalam proses musyawarah untuk mufakatdiantaranya adalah:

1) Musyawarah untuk mufakat ini bersumber pada paham kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 2) Setiap putusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan dan

tidak bileh bertentangan dengan Pancasilamdan UUD 1945. Contoh keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat:

1. Keputusan dalam lingkungan keluarga

a. Pembagian tugas-tugas rumah yang harus dikerjakan oleh anggota keluarga.

 b. Kerja bakti bersama keluarga.

c. Pembagian uang saku untuk setiap anggota keluarga.

d. Menentukn atura-aturan yang harus ditaati dalam lingkungan keluarga.

(7)

e. Menentukan tempat rekreasi keluarga. f. Menentukan menu makanan.

2. Keputusan dalam lingkungan sekolah

a. Memilih pengurus kelas, seperti pemilihan ketua kelas.

 b. Pemilihan Gubernur mahasiswa,Presiden Mahasiswa, BEM,MPM,dll c. Pembagian jadwal piket.

d. Pembagian jadwal pelajaran.

e. Keputusan mengenai pemakaian seragan sekolah siswa. f. Keputusan mengenai jadwal kegiatan ekstrakurikuler. 3. Keputusan dalam lingkungan keluarga

a. Kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan.  b. Kegiatan kerja bakti.

c. Kegiatan ronda malam. d. Iuran bulanan warga.

e. Kegiatan membangun tempat ibadah. f. Peringatan dan pelaksanaan 17 Agustus g. Kegiatan perbaikan jalan.

4. Keputusan dalam lingkungan Negara a. Rapat-rapat DPR/ Komisi.

 b. Keputusan tentang undang-undang. c. Keputusan tentang konstitusi negara. d. Keputusan tentang ideologi negara

e. Keputusan bersama tentang program pembangunan. f. Keputusan tentang peraturan lalu lintas di jalan raya.

(8)

Pelaksanaan musyawarah untuk mufakat dapat terhambat atau sulit dilakukan apabila:

1. Peserta musyawarah hanya mementigkan diri sendiri.

2. Tidak menggunakan akal yang sehat dan hati nurai yang luhur. 3. Berlaku tidak sopan dan bertutur kata yang tidak baik.

4. Memaksakan kehendak.

5. Tidak mau menghormati orang lain.

Manfaat menyelesaikan maslah dengan musyawarah: a. Masalah dapat cepat terselesaikan/terpecahkan.  b. Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan.

c. Hasil keputusan menguntungkan semua pihak. d. Dapat menyatukan pendapat yang berbeda. e. Adanya kebersamaan.

4. Berbagai konsep dan pengertian yang terkait dengan pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila dan bagaimana pengaktualisasian nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sebagai paradigma berpikir, bersikap dan berperilaku

masyarakat? Hakekat Sila Pertama

 KETUHANAN YANG MAHA ESA 1. Peranan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Untuk memahami peranan Sila Ketuhana YME dalam sistem filsafat Pancasila, kiranya jalan yang terbaik adalah dengan cara mengikuti intrepratasi dari para negarawan yang tercatat sebagai ‘golongan pendahulu’, “The Founding Farher”. Mereka termasuk orang-orang yang mengetahui ruh, jiwa dan semangatnya secara langsung karena keterlibat mereka dalam merumuskan Pancasila itu sendiri.

(9)

 Sila Ketuhanan YME berperan sebagai ‘Dasar dari segala sila-sila’.

Pernyataan ini ditegaskan oleh Dyiyarkara yang mengatakan bahwa: “Sila Ketuhanan merupakan dasar segala sila

 Sila Ketuhanan YME berperan sebagai ‘ Leitstar’ atau bintang

 pembimbing yang akan membimbing bengsa Indonesia dalam mengejar kebijakan dan kebaikan. Pendapat ini dinyatakan oleh bung Karno.

Dari berbagai penilaian para negarawan angkatan ”pendahulu” sebagai mana diatas jelaslah bahwa peranan sila Ketuhanan YME dalam sistem filsafat Pancasila menempati posisi kunci, posisi yang paling dasar dari semua dasar. Dan karena posisinya yg seperti itu akhirnya melahirkan kepribadian atau warna yang khas bani negara RI. Disamping itu, dengan dicamtumkannya sila Ketuhanan YME dalam tata urutan yang pertama dalam sistem filsafat pancasila akhirnya melahirkan sebuah filsafat yang khas, yang dalam klasifikasi kefilsafatan kiranya dapat dikategorikan ke dalam aliran ‘Theistic philosophy’, suatu sistem filsafat hidup yang menempatkan keyakinan akan eksitensi Tuhan selaku satu-satunya sumber inspirasi, aspirasi dan sumber motivasi dalam seluruh aspek kehidupan manusia.

Manakala ditelaah secara mendalam terhadap difinisi filsafat hidup atau weltanschauung, jelaslah bahwa sesungguhnya di dalam kerangka pengertia filsafat hidup telah dipermasalahkan pula apa yang disebut dengan ajaran nilai (doctrine of value). Salah satu obyek yang dibahs dalam filsafat hidup adalah menyangkut persoalan moral dalam arti moral dasar. Yang menurut Muhammad Rasjidi yang dimaksud moral dasar ialah suatu aturan yang mendasar, yang kita rasakan tidak mungkin dapat menyangkalnya, dan Oki ia dapat dijadikan  pedoman kita dalam keadaan yang berbeda-beda. Notonagoro menyatakan bahwa hakekat filsafat Pancasila itu merupakan bentuk pemadatan atau kristalisasi dari keyakinan hidup beragama bangsa Indonesia serta adapt istiadat & kebudayaan  bangsa. Driyangkara dalam analisanya terhadap ’moral dasar’ yang terkandung dalam filsafat pancasila menyatakan bahwa ‘dengan singkat haruslah dikatakan’  bahwa ketuhanan adalah dasar dan tujuan dari seluruh kesusilaan. Tanpa

Ketuhanan tidak mungkin ada kesusilaan yang berkembang batul-bet ul.

 Hakekat Sila Kedua

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

Formulasi sila kedua dari falsafah pancasila bila dilihat dari segi sejarahnya adalah merupakan hasil dari rumusan “ Panitia Sembilan “. Sila kedua ini

(10)

mencerminkan keyakinan bangsa Indonesia terhadap hakekat sifat manusia sebagai makhluk sosial (homo socius). Rumusan “kemanusian yang adil dan  beradab” seperti ini dilihat dari segi bahasa adalah mengggambarkan sebuah ungkapan atau ide yang memuat pengertian yang lebih dari cukup. Karena dengan menggunakan istilah ‘kemanusian’ saja tanpa disertai dengan kata sifat yang adil dan beradab sudah cukup mengisyaratkan satu ungkapan yang didalamnya terkandung sifat-sifat manusia yang luhur dan mulia.

Dalam menjelaskan pengertian ‘Peri kemanusiaan’ (menselijkheid   atau Humanisme) Bung Karno menyatakan bahwa ’jika kita berbuat sesuatu yang rendah, yang membikin celaka kepada manusia lain, kita berkata bahwa kita melanggar peri kemanusian, kita melanggar hukum menselijkheid’. Prinsip kemanusiaan secara tegas mengandung arti adanya penghargaan & penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia yang luhur, tanpa harus dibeda-bedakan antara satu sama lainnya dikarenakan adanya perbedaan keyakinan hidup, politik ,status sosial dan ekonomi, asal usul keturunan, dsb. Tuhan menciptakan umat manusia dalam kedudukan yang sama dan sederajat, tanpa ada yang dilebihkan dan dianak emaskan, tepat sekali dengan ungkapan yang menyatakan bahwa “Mankind is one”, kemanusian adalah satu. Sineca mensifati manusia sebagai ”Homo Sacra Res Homini”, manusia adalah makhluk yang mengharga i terhadap sesamanya. Dalam agama hindu ada ajaran yang diungkapkan dalam kalimat yang sangat singkat “Tat Twam Asi”, aku adalah engkau, engkau adalah aku. Confusius mengajarkan sikap hidup yang berperikamanusian (Jen) dengan sangat sederhana sekali namun cukup memadai. Sikap kasih sayang atau manusiawai antara sesame manusia mempunyai dua segi, yaitu:

1. Chung (positif): Berbuat baik kepadamu, maka berbuat baiklah kepada orang lain,

2. Shu (negatif); mengandung makna apa yang engkau tidak sukai orang lain  berbuat sesuatu kepadamu, maka janganlah engkau berbuat seperti itu

(11)

Sila kedua dalam falsafah Pancasila memuat pengertian bahwa bangsa Indonesia dalam merenungkan hakekat hidupnya menyadari sepenuhnya, bahwa dirinya adalah makhluk Tuhan, yang hidup bersama dengan sesamanya. Pandangan hidup bangsa Indonesia yang menyadari bahwa dirinya merupakan bagian tak terpisahkan dari umat manusia sesungguhnya merupakan perwujudan konkrit dari hakekat sifat manusia sebagai mahluk sosial, atau homo socius yang menyatu dari sejak kejadiannya, atau merupakan sifat dasar manusia. Pancasila dengan  pengertian sebagai suatu kesatuan yang bulat (mono pluralis) maka tentu saja  pengakuan terhadap hak-hak asasi memiliki ciri-cirinya yang khas yang

menjadikan paham humanisme pancasila berbeda dengan humanisme barat.

Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dalam falsafah pancasila faham humanisme tidak dapat dilepaskan dari sifat monopluralis dimana sila ini berarti sila yang menjadi sumber dari faham menurut Pancasila bukan merupakan suatu sila yang berdiri sendiri, bersanding dan sejajar dengan sila-sila lainnya, yang oleh karena itu dari padanya akan melahirkan pengertian yang khalis atau bersih dari  pengaruh yang berada di luar dirinya. Seperti halnya faham humanisme yang secara otomatis melahirkan pengakuan terhadap HAM, human right, mensens rechten, pengakuan terhadap hak-hak asasi model Barat yang bersifat antroposentris, akan berbeda pula dengan pemggakuan HAM menurut Filsafat  pancasila. Pengakuan terhadap HAM menurut Filsafat pancasila adalah sebatas

hak-hak asasi yang bersesuaian dengan ajaran Tuhan. Sementara apa yang terjadi di dunua barat penganut faham humanisme antroposentris seperti aborsi tanpa sebab, perkawinan sejenis, dsbg semua itu mereka anggap sebagai hak asasi manusia yang tidak semestinya orang ikut campur terhadap urusan tersebut.

Bila melihat makna hakekat sila kedua tersebut maka dapat diuraikan bahwa Indonesia adalah suatun Negara yang sangat memang teguh prinsip kemanusian yang berdasar pada Sila pertama, dimana keduanya adalah merupakan dasar negra yang sangat tinggi kedudukanya. Dan dalam sila kedua tersebut dapatlah kita ambil maknanya bahwa sesungguhnya Indonesia adalah suatu Negara yang sangat mendukung pengakuan HAM namun yang tidak menyalahi aturan agama. Dalam

(12)

kehidupan sekarang di Indonesia ini sila kedua ini sudah mulai luntur seiring dengan westernisasi masyarakat yang besar-besaran, dimana saat ini sudah banyak orang melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar HAM Indonesia.

 Hakekat Sila Ketiga

PERSATUAN INDONESIA

Sila ketiga dari falsafah pancasila ialah Persatuan Indonesia. Sila ini semula dalam konsepsi Bung Karno dinamakan Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme. Sila ini merupakan suatu formulasi yang mencermikan faham hidup yang dikenal dengan faham individualisme, yaitu faham yang manakla berdiri sendiri tanpa didampingi oleh faham lainnya akan menjadi dasar titik tolak lahirnya faham liberlisme. Sila ini semula dimaksudkan untuk menjadi pengimbang ter hadap” internasionalisme tidak dapak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam  buminya nasionalisme. Fritz Kunkel seorang tokoh psikologi individual dalam teori kepribadiannya merumuskan bahwa pada hakekatnya pada diri setiap manusia terdapat dua dorongan nafsu yang paling utama, yaitu dorongan ke-aku-an tau ichhaftigkeit , dorongke-aku-an ke-kita-ke-aku-an atau dorongke-aku-an Wirhaftigkeit . Kedua dorongan tersebut manakala salah satunya terlalu dominant akan mengakibatkan munculnya penyimpangan psikologi yang akan menganggu stabilitas kepribadiannya. Bila seseorang yang terlalu didominasi oleh Ichhaftingkeit atau didorong untuk semata-mata mengabdi pada diri pribadinya sendiri akan melahirkan sikap ‘ego oriented’ segala sesuatu diukur dari kepentingan dirinya & segala sesuatu diabdikan untuk dirinya sendiri, walaupun itu merugikan pihak lain. Sebaliknya manusia yang terlalu dikuasai oleh dorongan ke-kita-an akan melahirkan watak yang terlalu berlebih-lebihan pengorbanannya untuk kepentingan orang lain, sementara kepentingan pribadinya sendiri terabaikan. Sikap seperti ini adalah sikap altruistik , yaitu sikap yang menyebabkan dirinya lebur dan luluh ditengah lautan manusia tanpa pribadi. Kebangaan terhadap golongan atau kelompoknya ini bagi suatu bangsa bila terlalu berlebihan akan terlihat dalam bentuk rasa nasionalisme yang tidak sehat, yang lazim dikenal

(13)

dengan istilah Chauvinistik . Sebaliknya kalau suatu bangsa telah kehilangan rasa  bangga akan dirinya sebagai suatu bangsa, telah kehilangan national pride dan ntional dignity, maka keadaan seperti ini akan mengakibatkan timbulnya  penyimpangan rasa kebangsaan yang lazim disebut dengan kosmopolitanistik, yaitu suatu sikap yang melihat yang melihat tidak ada artinya merasa bangga sebagai suatu bangsa.

Akhirnya dengan melihat ketiga sila yang tersimpul dalam sila  pertama,kedua,ketiga, maka dalam kesatuan pemehaman terlihat bahwa bangsa Indonesia benar-benar telah menemukan dengan sempurna akan ketiga persoalan yang paling fundamental bagi umat manusia sepanjang zaman. Ketiga persoalan ini tergambarkan dalam satu kesatuan (totalitas) yang bulat dan serasi, yang mencerminkan keyakinan hidup bangsa Indonesia, yaitu:

1) Sila pertama mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang menyakini akan hakikat dirinya sebagai makhluk Tuhan.

2) Sila kedua mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang meyakini akan hakekat dirinya sebagai mahkluk sosial.

3) Sila ketiga mencerminkan kesadaran hidup bangsa Indonesia yang meyakini akan hakikat dirinya sebagai mahluk individual.

 Hakekat Sila Keempat

KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN

Sila ini dalam konsep Bung Karno dinamakan: ’Mufakat atau Demokrasi’. Sila keempat ini mrupakan rumusan yang menegaskan tentang cara atau langakah yang dipih oleh bangsa Indonesia untuk mewujudkan tercapainya tujuan hidup  berbangsa dan bernegara. Sila kerakyatan diyakini sebagai salah satu alternatif

(14)

atau demokrasi di samping berfungsi sebagai alat (tool ), ia juga merupakan suatu kepercayaan, satu keyakinan bahwa hanya lewat cara ini sajalah yang dapat dibenarkan oleh pandangan atau keyakinan hidupnya, dan hanya dengan cara seperti inilah yang dapat mengantarkan bangsa Indonesia mencapai tujuan hidup  berbangsa dan bernegara. “….bagi kita(demokrasi) bukan sekedar satu alat tehnis saja, tetapi suatu ‘ gellof’,  satu keperjayaan dalam usaha mencapai bentuk masyarakat yang kita cita-citakan”.

Istilah kerakyatan dalam filsafat mengandung pengertian adanya sifat-sifat dan keadaan dati dan di dalam negara yang harus sesuai dengan hakekat rakyat, dan semuanya adalah untuk kepantingan dan keperluan rakyat. Dan karena sifat dan keadaan maka’ Negara bukan untuk satu orang, bukan neg ara satu golongan,walau golongan kaya,….tetapi negara semua untuk semua, satu untuk semua, semua untuk satu’..’negara didasarkan atas rakyat, tidak pada golongan, tidak pula pada perseorangan (notonagoro). Demokrasi filsafat Pancasila tidak semata-mata berfungsi sebagai lat untuk mencapai tujuan,melainkan di samping ia  berfungsi sebagai alat demikrasi juga merupakan satu keyakinan ( gellof, belief).

Dikatakan sebagai kepercayaan, sebagai keyakinan karena hanya dengan:

1. Prinsip demokrasi sajalah yang diyakini sebagai satu-satunya alat yang  paling sesuai dengan hakekat manusia selaku mahluk Tuhan. Manusia diciptakan dalam kedudukan dan martabat yang sama sederajat, tidak ada yang berlebihan dan tidak ada yang kurang.

2. Prinsip demokrasi sajalah yang diyakini sebagai satu-satunya alat yang sesuai dengan hakekat manusia selaku mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia wajib memperlakukan kepada sesamanya sebagai mahluk yang menyandang kemuliaan dan kehormatan. Adagium yang menyatakan ‘Manking is one’   hanya dapat diaktualisasikan secara konkrit ditengah-tengah kehidupan bersama manakala kehidupan bersama diletakan di atas  prinsip demokrasi.

(15)

3. Prinsip demokrasi sajalah satu-satunya alat yang sesuai dengan hakekat manusia selaku makhluk individu.

Istilah demokrasi pada asalnya berarti ‘rakyat yang berkuasa’ atau “ government or rule by people”. Dalam perkembangannya lebih jauh istilah demokrasi memuat  pengertian yang beragam. Di satu sisi dapat diamati adanya kecenderungan anggapan bahwa semua bentuk pemerintahan-kecuali sistem monakhi absolute-dapat menyebut dirinya sebagai pemerintahan yang demokratik. Demokrsi Pancasila betapapun memiliki sifat-sifat yang khas tetapi ia adalah demokrasi yang tetap berpijak pada konstitusi atau lazim disebut demokrasi konstitusional. “ Pemerintahan berdasarkan Konstitusi ” mengandung arti bahwa apapun yang dilakukan oleh pemerintah adalah hanya sebatas apa yang telah ditegaskan dalam konstitusi, dan tidak boleh lebih dari itu. Makna yang hakiki dari pengertian rule of law tidak lain ‘…dimiliknya syarat-syarat esensial tertentu antara lain harus terdapat kondisi2 minimum dari suatau system hokum di mana HAM dan human dignity dihormati.

Adapun nilai yang mengikat sistem demokrasi yang didasarkan pada falsafah Pancasila adalah bahwa:

i. Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang sepenuhnya bertanggung  jawab kepada Allah, Tuhan YME. Artinya bahwa dalam mlaksanakan  proses demokrsi, baik dalam bidang politik ataupun dalam bidang2 lainbetapapun rakyat yang akan mengukur dan memtuskannya, namun nilai-nilai yang mendasari pengukuran dan keputusan tersebut harus  berpijak pada nilai-nilai ajaran Allah, Tuhan. Nilai ajaran parameter bagi  pelaksanaan demokrsasi pancasila.

ii. Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang harus sepenuhnya  bertanggung jawab kepada manusia. Artinya bahwa dalam penerapan demokrasi benar-benar harus juga didasarkan pada kepentingan kemanusian atau rakyat banyak dan dapat dipertanggungjawabkan kepada

(16)

manusia. Dan karena demokrasi pancasila adalah seperti ini maka dalam  pengambilan keputusan harus diupayakan dengan penuh hikmah

kebijaksanaan dan kearifan demi kemaslahatan.

iii. Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang sepenuhnya bertanggung  jawab dan didasari asas melestarikan keutuhan kesatuan dan persatuan  bangsa dan Negara Indonesia.

Dari tiga nilai yang dijadikan parameter di atas akan terlihat nilai lebih demokrasi  pancasila dibandingkan dengan demokrasi yang dipraktekan di berbagai Negara

lain.

 Hakekat Sila Kelima

KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Dalam konsepsi Bung karno sila ini diformulasikan dengan rumusan ‘ Kesejahteraan Sosial’. Sila kelima dari falsafah pancasila ini dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan sebagai sila yang berkedudukan sebagai tujuan. ‘…sila kelima ini bukanlah dasar negra, tetapi adalah tujuan paling utama, tujuan  pokoknya, yaitu mewujudkan suatu keadilan soaial bagi seluruh rakyat Indonesia (Hazairin). Dengan menunjuk sila kelima sebagai sila yang berkedudukan sebagai tujuan berarti telah sempurnalah unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk satu kesatuan pandangan hidup (way of life atau weltanschuung).  Apabila silapertama, kedua dan ketiga merupakan sila-sila yang menggambarkan  pandangan hidup yang diyakini bangsa Indonesia, sila keempat menggambarkan cara-cara yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan hidup yang dicita-citakan, maka sila kelima menggambarkan tujuan hidup berbangsa dan bernegara yang dicita-citakan bangsa Indonesia.

Sila kelima intinya terletak pada rumusan “ Keadilan Sosial” (social Justice). Plato dalam bukunya ‘Republic’ ‘The four cardival virtues’. Empat  kebajikan tersebut adalah pengendalian diri (discipline), keberanian(courage),kearifan

(17)

(wisdom), dan keadilan (justice). Sedan Liang Gie berpendapat bahwa kebajikan adalah yang mencakup seluruhnya di atas ( all-embracing virtue).

Istilah keadilan berasal dari bahsa arab :al-ada:lah, yang padanan bahasa I adalah :  justice. Namun sesungguhnya justice sendiri semula berasal dari bahasa latin:  justitia  (dari akar kata: jus).Al-‘adlu yang kemudian berubah kata menjadi al-ada:lah diartikan sebagai menempatkan atau lmeletakan sesuatu pada tempat yang semestinya (proposional). Sedang istilah justice mempunyai arti ganda. Ia dapat  berarti hukum, bisa berarti sikap tidak memihak (impartiality), dan dapat bearti  persamaan dalam perlakuan (equality of treatment ). Dalam khasanah kefilsafatan

akan ditemukan beberapa difinisi atau batasan mngenai keadilan antara lain sbb:

 Aristoteles mendifinisikan keadilan sebagai kelayakan dalam tindakan

manusia ( fairness in human action).adapun yang dimaksud dengan kelayakan adalah sebagai titik tengah di atara kedua ujung yang ekstrim, atau lebih terkenal dengan teori “ The Golden Means”.

 Thomas Aquino merumuskan makna keadilan sebagai suatu ‘kemauan

untuk memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya’

 Samuel pufendorf mendefinisikan keadilan sebagai ‘kecenderungan yang

 bersifat tetap dan tak kunjung hilang untuk memberikan kepada setiap orang akan haknya.

Dari beberapa batasan seperti di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud ‘KEADILAN’ adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban, atau sikap yang mutlak untuk meletakkan hak dan kewajiban secara prorposional, dan tidak merubah ketentuan-2 karena kasih saying atau benci.

1. 1. Keadilan Sosial (Social justice)

Ernest barker seorang tokoh pengarang merumuskan makna keadilan sosial sebagai suatu pengaturan yang tepat dari suatu masyarakat nasioanl, yang

(18)

 bertujuan memupuk dan medorong perkembangan seganap kapasitas yang setinggi mungkin dari kepribadian seluruh anggota masyarakat. Umar kayam mendefiniskan keadilan social sebagai suatu kondisi dimana setiap warga Negara memperoleh kepuasan dalam menggunakan kesempatan yang diberikan oleh system soaial, dan sistem-sistem yang lain.

Aristoteles membedakan keadilan menjadi tiga macam, yaitu:

1) Keadilan Distributif (Distributive Justice), yang terwujud bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama, dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama. Keadilan disrtibutif ini dalam bentuk konkritnya adalah sikap adilnya Negara terhadap seluruh warga negara, atau Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganegaranya.

2) Keadilan Legal (legal Justice), yang terwujud bilamana setiap anggota masyarakat melaksanakan fungsinya dengan baik sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bentuk konkrtinya ialah sikap adilnya warga masyarakat terhdap Negara. Keadilan ini disebut juga keadilan bertaat, yaitu warga Negara bersikap adil dalam wujud mentaati segala peraturan  perundang-undangan & peraturan lainya yg dikeluarkan Negara.

3) Keadilan komunitatif (Communitative Justice), yaitu keadilan yang  berlangsung dalam bentuk timbal balik secara proposional dalam

kehidupan bersama.

Di samping pembagian macam keadilan seperti di atas, ada pula yang membedakan keadilan menjadi enam macam, yaitu

1)  Justitia Comunitative, memberikan kepada masing-masing haknya atas dasar kesamaan, di mana prestasi seharga dengan kontra prestasi

2)  Justitia Distributive, memberikan kepada masing-masing bagiannya atas dasar perbedaan, dimana diperhitungkan perbedaan kualita antara satu dengan lainnya.

(19)

3)  Justitia Vindicativa, memberikan kepada masing-masing bagiannya atas dasar proporsi, dimana berat ringanya hukuman disesuaikan dengan berat ringanya pelanggaran hokum.

4)  Justitia creative; memberikan kepada masing-masing bagian kebebasannya untuk menciptakan sesuai dengan daya kreatifnya dalam  bidang kebudayaan .

5)  Justitia Protectiva; keadilan yang berupa memberikan pengayoman hukum kepada manusia.

6)  Justitia Legalis; keadilan yang berupa kebajikan yang menyeluruh yang mencakup semua kebajikan, kebajikan yang menyeluruh.

Secara prinsip John Rawls menggambarkan adanya dua asas keadilan sosial, yaitu:

1. Setiap orang hendaknya memiliki hak yang sama terhadap system yang menyeluruh dan yang terluas mengenai kebebasan-kebebasan dasar. Adapun yang dimaksud dengan kebebasan dasar adalah meliputi:

a)  freedom of speech &assembly (kebebasan berbicara & berkumpul)  b) liberty of conscience (kebebasan hati nurani)

c)  freddom of thought  (kebebasan berfikir) d) freedom of the person (kebebasan Pribadi)

e) right to hold property (hak memiliki harta benda pribadi) &

f)  freedom from arbitrary arrest and seizure (kebebasan dari penahanan dan penangkapan yang sewenag-wenang).

(20)

a) meberikan manfaat yang terbesar bagi mereka yang berkedudukan paling tak menguntungkan

 b) bertalian dengan jabatan dan kedudukan yg terbuka bagi semua orang  berdasarkan persamaan kesempatan dan kekayaan.

1. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Makna keadilan sosial yang bernotasi pada dua aspek pencapaian hidup, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu tatanan masyarakat yg berkeadilan didalamnya akan dapat dikemukakan dua kondisi dasar, yaitu:

1) Masyarakat yang berkeadilan

Kondisi masyarakat yang seperti ini menunjuk pada tata kehidupan yang terpenuhi kebutuhan hidup manusia dalam bidang kejiwaan, rohani, mental, spiritual dsb, yang cirinya antara lain :

 Berbahagia semua orang

 Tidak ada penghinaan

 Tidak ada penindasan

 Tidak ada penghisapan atau tidaka da eksploitasi

 Masyarakat yang tentram

2) Masyarakat yang Berkemakmuran

Kondisi masyarakat yang berkemakmuran menunjuk pada tata kehidupan yang terpenuhi berbagai hidup dari segi lahiriyah, atau aspek fisik materiilnya, yang ciri-cirinya:

 Kemakmuran yang merata di antara seluruh rakyat, dalam arti

kemakmuran yang bersifat dimanis, hidup & berkembang

 Karta raharja atau makmur sejahtera, masyarakat yang berkecukupan

(21)

idealisme spiritual , suatu idealisme yang akan mengangkat harkat dan martabat masyarakat Indonesia ketingkat yg lebih luhur dan terpuji.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ke enam rumusan Pancasila, sila mengenai Ketuhanan mengalami beberapa proses perubahan, dari sini sudah dapat dinilai bahwa rumusan sila pertama yang dikenal saat ini

Dasar pemikiran kenapa Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan sila pertama dari Pancasila dikarenakan pencetus ide Pancasila – Bung Karno – mempunyai keyakinan bahwa

Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan

Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari sila-sila sendiri yang berbeda

 Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan

Sedangkan Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang

Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah “ketuhanan yang maha esa” yang berarti bahwa Pancasila mengakui dan menyakralkan keberadaan Agama, tidak hanya Islam

KESIMPULAN Kasus di atas merupakan pelanggaran terhadap pancasila sebagai sistem filsafat karena dalam kasus tersebut terjadi penyimpangan pada sila pancasila yang berbunyi keadilan