• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS. menjadi sumber devisa negara, yang merupakan sektor dari non-migas yang dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS. menjadi sumber devisa negara, yang merupakan sektor dari non-migas yang dapat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2. 1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang dapat diandalkan menjadi sumber devisa negara, yang merupakan sektor dari non-migas yang dapat memberikan manfaat tidak hanya kepada Pemerintah tetapi juga memberikan manfaat bagi masyarakat. Ada banyak pendapat dari para ahli tentang pengertian pariwisata, diantaranya :

Seorang ahli ekonomi Austria, Herman V. Schulalard, pada tahun 1910 telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut : “Tourism is the sum of operations, mainly of an economic nature, which directly related to the entry, stay and movement of foreigner inside certain country, city or region “.

Menurut pendapatnya, yang dimaksudkan dengan kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang asing memasuki suatu negara, kota atau daerah.

Menurut mereka, pariwisata adalah keseluruhan hubungan kekeluargaan/kerjasama dan fenomena yang ditimbulkan dari adanya perjalanan dan pendiaman orang-orang asing, dengan penyediaan tempat tinggal yang tidak dibangun secara permanen (tempat tinggal sementara).

(2)

Ketetapan MPRS No. I – II Tahun 1960, menyebutkan bahwa kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhu kebutuhan manusia dalam memberi liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (pariwisata dalam negeri) atau negara-negara lain (pariwisata luar negri).

Prof. Salah Wahab (1974) dalam bukunya yang berjudul An Introduction On Tourism Theory mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga unsur, yaitu manusia (man) adalah orang yang melakukan perjalanan wisata; ruang (space) adalah daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan; dan waktu (time) adalah waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Berdasarkan ketiga unsur yaitu man, space dan time, Prof. Salah Wahab mengemukakan bahwa pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar negri) meliputi pendiaman orang-orang di daerah lain (daerah tertentu, suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Menurut Oka A. Yoeti (1996), secara tekhnis ilmu pariwisata adalah ilmu yang mempelajari rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara

(3)

dengan menggunakan kemudahan jasa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah, dunia usaha dan industri agar terwujud keinginan wisatawan.

Menurutnya juga, pariwisata adalah sebuah perjalanan yang dilaksanakan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan berekreasi untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam.

Dari pengertian-pengertian tentang pariwisata yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat yang dilakukan dalam batas waktu tertentu (sementara)dengan maksud bukan untuk mencari nafkah di tempat yang akan dikukjungi melainkan untuk menikmati perjalanan yang dilakukan tersebut dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani dengan syarat adanya dua unsur yaitu ruang (space) dan waktu (time) ditambah satu unsur utama yaitu manusia (man) sebagai pelaku kegiatan wisata itu sendiri.

2.2 Pengertian Sarana dan Prasarana Kepariwisataan 2.2.1 Pengertian Sarana Kepariwisataan

Sarana Kepariwisataan (tourism superstructure) adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan.

(4)

Di dalam dunia kepariwisataan dikenal tiga sarana kepariwisataan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya. Ketiga sarana kepariwisataan tersebut adalah :

1. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Superstructure) adalah perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata.

Fungsinya ialah menyediakan fasilitas-fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

Travel Agent dan Tour Operator.

• Perusahaan-perusahaan Angkutan Wisata.

• Hotel, motel, cottages, dan jenis akomodasi lainnya. • Bar dan restoran dan jenis rumah makan lainnya. • Objek wisata dan atraksi wisata.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Superstructure) adalah perusahaan-perusahaan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah untuk membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, dan yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

(5)

• Sarana Olah Raga, seperti lapangan golf, lapangan tenis, kolam renang, bowling, daerah perburuan, berlayar dan berselancar.

• Sarana Ketangkasan, seperti permainan bola sodok, Pachinco dan lain-lain.

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure) adalah perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap, yang berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, tetapi juga memiliki fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya, dan yang termasuk dalam kelompok sarana penunjang kepariwisataan adalah :

Night Club Steambaths Casinos

2.2.2 Pengertian Prasarana Kepariwisataan

Prasarana kepariwisataan (tourism infrastructure) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Prasarana kepariwisataan sama dengan pengertian prasarana umum seperti yang dikemukakan oleh Prof. Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul

(6)

Tourism Management, bahwa prasarana umum (General Infrastructure), adalah prasarana yang menyangkut kebutuhan bagi kelancaran perekonomian, seperti :

• Bandara, pelabuhan, terminal, stasiun.

• Alat-alat transportasi seperti kapal tambang (ferry), kereta api, bus, pesawat udara dan sebagainya.

• Jalan raya beserta rambu-rambunya dan jembatan. • Pembangkit tenaga listrik.

• Penyedia air bersih.

Ditambah lagi dengan pendapat Lothar A. Kreck (1980) dalam bukunya yang berjudul International Tourism, yang membagi prasarana ke dalam dua bagian yang penting, yaitu :

a. Prasarana perekonomian yang dibagi atas :

• pengangkutan (pesawat, bus, kapal laut dan lain-lain)

• prasarana komunikasi (telepon, tv, radio, internet, media cetak dan lain-lain)

• kelompok “utilities“ seperti penerangan listrik, persediaan air minum, sumber energi dan sistem irigasi.

• Sistem Perbankan seperti money changer sebagai tempat penukaran mata uang asing.

(7)

b. Prasarana sosial adalah semua faktor yang menunjang kemajuan atau menjamin kelangsungan prasarana perekonomian yang ada, seperti :

• Sistem pendidikan, seperti sekolah-sekolah atau perguruan tinggi yang mengkhususkan diri di dalam dunia kepariwisataan.

• Pelayanan kesehatan, sangat dibutuhkan di suatu objek wisata karena mungkin saja wisatawan yang berlibur jatuh sakit. Sebagai contoh adalah Tourist Organisation of Thailand (TOT) di Bangkok, yang memberikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada wisatawan yang sakit. Hal seperti yang dilakukan oleh TOT perlu dipikirkan di Indonesia, setidaknya pada hotel-hotel tempat wisatawan menginap. • Faktor keamanan, seperti Polisi, Pemerintah Umum, Pengadilan dan

lain-lain.

• Petugas yang langsung melayani wisatawan (government apparatus). Termasuk dalam kelompok ini adalah petugas imigrasi (imigration officer), petugas bea dan cukai (customs officer).

2.3 Pengertian Wisatawan

Orang-orang yang datang berkunjung pada suatu tempat atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung (visitor) yang terdiri dari banyak orang dengan bermacam-macam motivasi kunjungan, termasuk didalamnya adalah wisatawan. Jadi tidak semua pengunjung adalah wisatawan.

(8)

Sesuai dengan Pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 870, yang dimaksud dengan pengunjung adalah seperti yang diuraikan di bawah ini :“Untuk tujuan statistik, yang dimaksud dengan visitor adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya”.

Menurut rumusan tersebut di atas yang termasuk ke dalamnya :

a. Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang paling sedikit tinggal selama 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan ke dalam kalsifikasi sebagai berikut :

• Pesiar (leisure), seperti untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi, keagamaan dan olah raga.

• Hubungan dagang (bussines), keluarga, konferensi dan missi.

b. Pelancong (exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya (termasuk pelancong dengan kapal pesiar).

Menurut G. A. Schmoll, wisatawan adalah individu atau kelompok individu yang mempertimbangkan dan merencanakan tenaga beli yang dimilikkinya untuk perjalanan rekreasi dan berlibur, yang tertarik pada perjalanan pada umumnya dengan motivasi perjalanan yang pernah ia lakukan, menambah pengetahuan, tertarik oleh

(9)

pelayanan yang diberikan oleh suatu daerah tujuan wisata yang dapat menarik pengunjung di masa yang akan datang.

Sedangkan definisi wisatawan menurut World Tourism Organization (WTO) memberi defenisi, wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di suatu negara, tanpa memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada negara yang sama untuk jangka waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan pada salah satu dari hal berikut ini :

a. Memanfaatkan waktu luang untuk berekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, keagamaan dan olah raga.

b. Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga. 2.4 Pengertian Ekowisata

Pengertian tentang ekowisata mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Namun, pada hakekatnya, pengertian ekowisata adalah suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat. Atas dasar pengertian ini, bentuk ekowisata pada dasarnya merupakan bentuk gerakan konservasi yang dilakukan oleh penduduk dunia.

Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup hanya dapat tercapai dengan melibatkan orang-orang yang tinggal dan mengantungkan hidupnya pada daerah yang akan dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata dan menjadikan

(10)

mereka partner dalam upaya pengembangan wisata tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh Presiden World Wild Fund (WWF) pada konferensi tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA). Menurut Pangeran Bernhard, WWF telah menerapkan metode tersebut guna memajukan nilai ekonomi taman-taman nasional atau kawasan cagar alam dengan cara memberikan perangsang bagi masyarakat yang tinggal di sekitar taman atau kawasan cagar alam tersebut agar mereka turut membantu memelihara dan melestarikan tempat-tempat tersebut. Pada kegiatan tersebut Mentri lingkungan hidup yang pada saat itu masih dijabat oleh Prof. Dr. Emil Salim mengemukakan bahwa Indonesia dengan kekayaan sumber daya alam yang luas dan unik mempunyai potensi besar untuk menarik keuntungan dari pengembangan ekowisata. Namun hasil-hasil tersebut tentu saja baru dapat diperoleh dengan melakukan pengorbanan. Pelaksanaan ekowisata memerlukan perencanaan dan persiapan matang dan hati-hati, agar tidak mendatangkan kerugian. Hal itu mengingat karena pada dasarnya ekowisata membuka peluang bagi para wisatawan untuk memasuki kawasan yang dilindungi dan rawan, yang selama ini memang tidak dijamah oleh tangan-tangan manusia.

Oleh karena itu demi pelestarian kawasan tersebut perlu dilakukan langkah-langkah untuk melindungi kondisi asli dan keunikan kawasan lindung tadi. Ekowisata pada saat sekarang ini menjadi aktivitas ekonomi yang penting yang memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk mendapatkan pengalaman mengenai alam dan

(11)

memberikan generating income untuk kegiatan konservasi dan keuntungan ekonomi pada masyarakat yang tingal di sekitar lokasi ekowisata. Ekowisata dikatakan mempunyai nilai penting bagi konservasi dikarenakan ada beberapa hal antara lain: 1. Memberikan nilai ekonomi bagi daerah yang mempunyai tujuan kegiatan

konservasi pada daerah yang dilindungi.

2. Memberikan nilai ekonomi yang dapat digunakan untuk program konservasi di daerah yang dilindungi.

3. Menimbulkan penambahan pendapatan secara langsung dan tidak langsung kepada masyarakat disekitar lokasi ekowisata.

4. Dapat mengembakan konstituen yang mendukung konservasi baik tingkat lokal,nasional dan internasional.

5. Mendorong pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, dan 6. Mengurangi ancaman terhadap keanekaragaman hayati.

Kegiatan ekowisata biasanya berada di daerah tropis yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan banyak flora dan fauna yang bersifat endemik sehingga kondisi tersebut rentan untuk mengalami perubahan. Dari sisi nilai tambah ekowisata, ada kemungkinan dalam implementasi program tersebut apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan sebaliknya yang asalnya mendukung terhadap kelestarian lingkungan hidup malah menjadi mendorong terjadinya kerusakan lingkungan hidup di daerah tersebut.

Secara konseptul ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung

(12)

upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaanya, ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), dan meningkatnkan kesejahtraan masyarakat setempat.

Oleh karena itu dalam pengembangan ekowisata perlu adanya rencana pengelolaan yang mengacu kepada tujuan utama awalnya yaitu mendorong dilakukannya pengawetan lingkungan hidup, sehingga ekowisata perlu di rencanakan pengelolaannya dengan mengintergrasikan dalam pendekatan sistem untuk konservasi yang menggunakan desain konservasi.

Defenisi ekowisata yang pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism society (1990) sebagai berikut : Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestraikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.

Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga. Namun dalam perkembangannya ternyata bentuk

(13)

kemudian didefinisikan sebagai berikut, Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999).

Ekowisata adalah pariwisata yang tidak hanya berwawasan lingkungan dan menghormati martabat dan keanekaragaman budaya lainnya, namun juga memperhatikan sumber-sumber daya yang dapat diperbaharui (Boeger, 1991:2).

Rumusan 'ecotourism' sebenarnya sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sebagai berikut:

"Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas.”

"Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini."

Rumusan di atas hanyalah penggambaran tentang kegiatan wisata alam biasa. Rumusan ini kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun 1990 yaitu sebagai berikut:

"Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people.”

"Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat”.

Definisi ini sebenarnya hampir sama dengan yang diberikan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata di alam terbuka, hanya saja menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan

(14)

kesejahtraan penduduk setempat. Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam plus plus. Definisi di atas telah telah diterima luas oleh para pelaku ekowisata.

Adanya aspek kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahtraan masyarakat setempat ditimbulkan oleh:

1. Kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploatatif terhadap sumber daya alam.

2. Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat. 3. Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif

masyarakat setempat.

4. Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi (economical benefit) dari lingkungan yang lestari.

5. Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat-tempat yang masih alami itu memberikan peluas bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidpu

(15)

Sedangkan pengertian Ekowisata Berbasis Komunitas (community-based ecotourism) merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata.

Masyarakat Ekowisata Internasional mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural areas that conserves the environmentandn improves the well-being of local people) (TIES, 2000).

Australian Department of Tourism (Black, 1999) mendefinisikan ekowisata sebagai wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis.

Defenisi yang dikemukakan oleh Australian Department of Tourism ini memberi penegasan bahwa aspek yang terkait tidak hanya bisnis seperti halnya bentuk pariwisata lainnya, tetapi lebih dekat dengan pariwisata minat khusus (alternative tourism/special interest tourism) dengan objek dan daya tarik wisata alam.

(16)

2.4.1 Kriteria Ekowisata

Konsep ekowisata dibangun dengan beberapa prinsip, kriteria, dan uraian berikut ini akan memaparkan beberapa kriteria ekowisata.

Kawasan hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keaneka ragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan konservasi terdiri dari Kawasan Pelestarian Alam (meliputi taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam), Kawasan Suaka Alam (meliputi suaka margasatwa dan cagar alam), serta Taman Buru.

Kawasan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Kawasan Suaka Alam adalah hutan dengan ciri-ciri khas tertentu yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuah dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam, yang mempunyai fungsi sebagai:

(17)

* Kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi yang berfungsi sebagai: * Kawasan pariwisata dan rekreasi alam, disamping,

* Kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan

* Kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan keunikan alam.

Prinsip ekowisata menurut Masyarakat Ekowisata Indonesia (MEI) antara lain :

1. Memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.

2. Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat.

3. Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat.

4. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat setempat.

5. Memperhatikan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan dan kepariwisataan.

Referensi

Dokumen terkait

1 Tetap, gedung dan ruangan kantor UPT Uji Mutu Bahan Bangunan dan Perbengkelan saat ini 3.3 UPT Perkantoran Terpadu Perkantoran Terpadu gedung B lantai 2 sisi

perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum dalam pelaksanaan kaidah-kaidah hukum yang ada pada era globalisasi sekarang ini. Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan

Kondisi Cuaca : Pagi cerah, Siang cerah dan Sore berawan Palangkaraya Kegiatan harian daops :.. Apel pagi dan pergantian shift posko jaga malam ke regu posko selanjutnya

Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik personal dan karakteristik pekerjaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap komitmen

Kegiatan pengabdian ini terinspirasi dari permasalahan yang dihadapi guru-guru SD di Gugus V Kecamatan Kububerupa rendahnya produk penelitian yang dihasilkan

Penelitian yang meneliti tentang hubungan pengetahuan dengan kesiapan menghadapi menstruasi sudah banyak dilakukan olehYusuf (2014), Fajri& Khairani (2011), dan

Terdapat 7 (tujuh) isu yang diangkat oleh media hari ini yaitu; Isu Eksekusi Terpidana Kasus narkoba sebanyak 14 headline, Isu Korupsi di Lembaga Polri sebanyak 2 headline dan Isu